Anda di halaman 1dari 3

Ureum adalah suatu zat yang merupakan sisa metabolisme protein melalui pertukaran

protein yaitu penguraian dan resisten semua protein sel yang berlangsung terus menerus. Hal
ini merupakan proses psikolog yang penting dalam semua bentuk kehidupan meskipun proses
pertukaran tersebut melibatkan baik sintesis, maupun penguraian protein.
Adapun tinjauan klinis dari ureum adalah :
1.

Uremia

Ureum bersifat racun dalam tubuh, pengeluarannya dari tubuh melalui ginjal berupa
air seni. Bila ginjal rusak atau kurang baik fungsinya maka kadar ureum akan meningkat dan
meracuni sel-sel tubuh. Keadaan tersebut disebut uremia.
2.

Gagal ginjal Kronik

Gangguan ginjal yang kronik akan menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus
(fungsi penyaringan ginjal) sehingga ureum, kreatinin, dan asam urat yang seharusnya
disaring oleh ginjal untuk kemudian dibuang melalui air seni menurun, akibatnya zat-zat
tersebut akan meningkat di dalam darah.
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan
fungsi ginjal yang bersifat menahun. Pada gagal ginjal kronik fungsi renal menurun, produk
akhir metabolisme protein yang normalnya diekskresikan ke dalam urin tertimbun dalam
darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap system tubuh. Semakin banyak timbunan
produk sampah, maka gejala akan semakin berat. Penurunan jumlah glomeruli yang
menyebabkan penurunan klirens substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal.
Kreatinin darah meningkat jika fungsi ginjal menurun. Oleh karena itu kreatinin
dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator khusus pada penyakit ginjal dibandingkan
uji dengan kadar nitrogen urea darah (BUN) Sedikit peningkatan kadar BUN dapat
menandakan terjadinya hipovolemia (kekurangan volume cairan); namun kadar kreatinin
sebesar 2,5 mg/dl dapat menjadi indikasi kerusakan ginjal. Kreatinin serum sangat berguna
untuk mengevaluasi fungsi glomerulus.
Keadaan yang berhubungan dengan peningkatan kadar kreatinin adalah : gagal ginjal
akut dan kronis, nekrosis tubular akut, glomerulonefritis, nefropati diabetik, pielonefritis,
eklampsia, pre-eklampsia, hipertensi esensial, dehidrasi, penurunan aliran darah ke ginjal
(syok berkepanjangan, gagal jantung kongestif), rhabdomiolisis, lupus nefritis, kanker (usus,

kandung kemih, testis, uterus, prostat), leukemia, penyakit Hodgkin, diet tinggi protein (mis.
daging sapi [kadar tinggi], unggas, dan ikan [efek minimal]).
Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar kreatinin adalah : Amfoterisin B,
sefalosporin (sefazolin, sefalotin), aminoglikosid (gentamisin), kanamisin, metisilin,
simetidin, asam askorbat, obat kemoterapi sisplatin, trimetoprim, barbiturat, litium karbonat,
mitramisin, metildopa, triamteren.Penurunan kadar kreatinin dapat dijumpai pada : distrofi
otot (tahap akhir), myasthenia gravis.
Untuk menilai fungsi ginjal, permintaan pemeriksaan kreatinin dan BUN hampir
selalu disatukan (dengan darah yang sama). Kadar kreatinin dan BUN sering
diperbandingkan. Rasio BUN/kreatinin biasanya berada pada kisaran 12-20. Jika kadar BUN
meningkat dan kreatinin serum tetap normal, kemungkinan terjadi uremia non-renal
(prarenal); dan jika keduanya meningkat, dicurigai terjadi kerusakan ginjal (peningkatan
BUN lebih pesat daripada kreatinin). Pada dialisis atau transplantasi ginjal yang berhasil, urea
turun lebih cepat daripada kreatinin. Pada gangguan ginjal jangka panjang yang parah, kadar
urea terus meningkat, sedangkan kadar kreatinin cenderung mendatar, mungkin akibat
akskresi melalui saluran cerna.
Kadar ureum (BUN) diukur dengan metode kolorimetri menggunakan fotometer atau
analyzer kimiawi. Pengukuran berdasarkan atas reaksi enzimatik dengan diasetil monoksim
yang memanfaatkan enzim urease yang sangat spesifik terhadap urea. Konsentrasi urea
umumnya dinyatakan sebagai kandungan nitrogen molekul, yaitu nitrogen urea darah (blood
urea nitrogen, BUN). Namun di beberapa negara, konsentrasi ureum dinyatakan sebagai berat
urea total. Nitrogen menyumbang 28/60 dari berat total urea, sehingga konsentrasi urea dapat
dihitung dengan mengalikan konsentrasi BUN dengan 60/28 atau 2,14.
Pada praktikum pemeriksaan BUN kreatinin kali ini, dilakukan pemeriksaan terhadap
pasien kode sampel A laki-laki dewasa. Pada pemeriksaan BUN didapatkan hasil standard
0,004 dan hasil BUN sampel A yaitu 5,84 mg/dl. Hasil tersebut berada dibawah batas normal.
Namun hasil dari rumah sakit di dapatkan kadar BUN sampel A yaitu 25 mg/dl. Adanya
ketimpangan pada hasil yang di dapatkan kelompok kami dapat disebabkan beberapa hal
seperti kesalahan praktikan dalam pemipetan yang kurang tepat, adanya kontaminasi pada
tabung akibat tabung yang kurang bersih atau dapat juga disebabkan kesalahan pada alat
spektrofotometer yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan BUN. Pada pemeriksaan

kreatinin, didapatkan hasil standard 0,0429 dan hasil kreatinin sampel A yaitu 1,43 mg/dl.
Hasil tersebut melebihi batas normal.
Rasio BUN/kreatinin rendah (<12)>20) dengan kreatinin normal dijumpai pada
uremia prarenal, diet tinggi protein, perdarahan saluran cerna, keadaan katabolik. Rasio
BUN/kreatinin tinggi (>20) dengan kreatinin tinggi dijumpai pada azotemia prarenal dengan
penyakit ginjal, gagal ginjal, azotemia pascarenal.
Faktor yang Dapat Mempengaruhi Temuan Laboratorium

Status dehidrasi dari penderita harus diketahui. Pemberian cairan yang berlebihan dapat
menyebabkan kadar BUN rendah palsu, dan sebaliknya, dehidrasi dapat memberikan

temuan kadar tinggi palsu.


Diet rendah protein dan tinggi karbohidrat dapat menurunkan kadar ureum. Sebaliknya,
diet tinggi protein dapat meningkatkan kadar ureum, kecuali bila penderita banyak

minum.
Pengaruh obat (misal antibiotik, diuretik, antihipertensif) dapat meningkatkan kadar
BUN.
Riswanto.

2010.

Ureum

Darah

http://labkesehatan.blogspot.co.id/2010/03/ureum-darah-serum.html
Anto,
Herianto.
2014.
Makalah
Ureum
dan
http://antoherianto.blogspot.co.id/2014/05/makalah-ureum-dan-kreatinin.html

(Serum).
Kreatinin.

Anda mungkin juga menyukai