Anda di halaman 1dari 2

PERAN BIOTEKNOLOGI DALAM PENEMUAN OBAT

Industri bioteknologi, terutama dalam bidang farmasi, menjanjikan temuan-temuan obat


yang inovatif. Untuk itu, menurut Ellen Roring, HR Director Novartis Indonesia, untuk
mengembangkan industri bioteknologi diperlukan sumber daya manusia yang memiliki
kompetensi di bidang ilmu pengetahuan (science), managemen serta kepemimpinan
(leadership).

Ketiga prasyarat tersebut tak bisa ditawar-tawar lagi, mengingat begitu pelik penelitian
biotek ini. Dr. Thomas Keller, peneliti dari Novartis Institute for Tropical Disease
(NITD), Singapore mengatakan penemuan obat tidaklah mudah. Sebelum menemukan
obat sebaiknya perlu mengidentifikasi target yang akan dituju, pemahaman mengenai
mekanisme kerja dari obat dan efeknya pada tubuh manusia.

Penerapan biotek telah dilakukan NITD dalam penemuan obat demam berdarah.
Sekurangnya, ada dua cara yang dilakukan NITD untuk menemukan obat baru. Pertama,
obat hendaknya dapat mengurangi aktifitas penyebaran virus pada periode inkubasi atau
sebelum fase fibrilasi. Kedua, obat yang dapat membidik sel inangnya.

Seyogyanya, obat demam berdarah yang poten adalah obat yang dapat mengurangi gejala
penyakit, mengurangi kejadian penyakit demam berdarah yang berat dan aktif semua tipe
virus. Penggunaan obat ini dapat diperuntukkan pada pasien yang menderita demam,
kelompok yang berisiko tinggi, dan dapat digunakan pada anak-anak usia 5 tahun ke atas.

NITD telah menemukan beberapa target yang berpeluang dijadikan antivirus.


Diantaranya NS3 Protease, NS3 Helicase, NS5 RNA dependent RNA polymerase, NS5
S-adenosyl methionine transferase, E-protein. Beberapa target dihentikan penelitiannya
karena memberikan hasil negatif.
NS5 polimerase sampai saat ini telah memberikan hasil yang positif. NS5 protein virus
mengandung 2 enzim aktif, yaitu polimerase dan metil transferase. Kedua enzim ini
sangat penting bagi kelangsungan hidup virus. Proses polimerase pada virus berlangsung
lebih cepat, proses ini juga terjadi di dalam tubuh manusia. Beberapa antivirus yang
sekarang beredar merupakan penghambat polimerase, oleh karena itu NS5 polymerase
virus merupakan target yang menarik dalam penemuan obat untuk demam berdarah.
Beberapa senyawa telah memberikan bukti adanya aktifitas antivirus pada binatang
percobaan.

Dalam upayanya untuk mensosialisasikan biotek untuk penemuan obat, Novartis Istitute
for Tropical Diseases (NITD) memberikan sumbangan keahlian yang luas dalam semua
aspek penemuan dan pengembangan obat, teknologi inovatif dan dukungan financial
dalam bentuk pelatihan kepada peneliti muda, pasca doktoral dan tenaga kesehatan.
Semua kegiatan tersebut dirangkum dalam sebuah kegiatan yang diberi nama BioCamp
2008.

NITD bekerjasama dengan Eijkman Intitute dan Fakultas Kedokteran Universitas


Hasanudin bertujuan untuk menggerakkan riset klinis terhadap demam berdarah, TBC
dan malaria. Kemitraan yang diberi nama Aliansi NEHCRI ini akan memberikan akses
langsung para periset di NITD untuk mendatangi rumah sakit, pasien dan memberi dasar
bagi pengembangan klinis obat-obat baru untuk penyakit demam berdarah dan TBC.

Eijkman Institute melakukan riset fundamental dalam area biomedis yang sangat penting
bagi Indonesia, termasuk riset berhubungan dengan biologi molekul. Program risetnya
dikembangkan sesuai dengan standar international. Di samping itu Eijkman juga akan
memberikan fasilitas yang sangat bagus untuk meningkatkan studi biologi molekul dan
biokimia dari demam berdarah dan TBC.

Dalam penemuan obat ini diperlukan juga peran dari pihak pemerintah. Dr I Nyoman
Kandun MPH dari Departemen Kesehatan RI, mengatakan dalam mengatasi
permasalahan kesehatan dan meningkatkan pelayanan kesehatan, pemerintah melakukan
4 strategi utama: mengerahkan dan memberdayakan masyarakat agar hidup sehat,
meningkatkan akses bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik,
meningkatkan sistem pengawasan, dan memberikan informasi kesehatan serta
meningkatkan anggaran kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai