Anda di halaman 1dari 10

Pedikulosis dan Skabies

30 Des 2010 Tinggalkan Sebuah Komentar


by seekerofthetruth12 in Akademik
PEDIKULOSIS

Pendahuluan:
Infeksi kulit/rambut pada manusia yang disebabkan oleh Pediculosis (dari family Pediculidae)
dan yang menyerang manusia adalah Pediculus humanus yang bersifat parasit obligat (di dasar
rambut) yang artinya harus menghisap darah manusia untuk mempertahankan hidup. Pedikulosis
juga sangat mudah untuk menular dan dapat menularkan tifus endemik dan gatal kambuhan.
Klasifikasi:
1. Pediculus humanus capitis
2. Pediculus humanus corporis
3. Pthirus pubis (dulu Pediculus pubis)

A.
a.

PEDIKULOSIS KAPITIS
Definisi

Infeksi kulit dan rambut kepala yang disebabkan Pediculus humanus variasi capitis.
b.

Epidemiologi

Penyakit ini lebih menyerang anak-anak dan cepat meluas di lingkungan yang padat seperti
asrama dan panti asuhan. Ditambah lagi jika kondisi hygiene tidak baik (misalnya jarang
membersihkan rambut). Cara penula-rannya melalui peratntara, misalnya sisir, kasur, topi, dan
bantal. Lebih banyak terjadi di kaum perempuan.
c.

Etiologi

Kutu ini mempunyai 2 mata dan 3 pasang kaki, berwarna abu-abu dan menjadi kemerahan jika
telah menghisap darah. BEtina mempunyai ukuran yang lebih besar (panjang 1,2-3,2 mm lebar
lebih kurang setengah panjangnya) daripada yang jantan (sekaligus jumlahnya lebih sedikit).
Siklus hidupnya melalui stadium telur, larva, nimfa, dan dewasa. Telur (nits) diletakkan di
sepanjang rambut dan mengikuti tumbuhnya rambut (makin ke ujung terdapat telur yang lebih
panjang).
d.

Patogenesis

Kelainan kulit yang timbul disebabkan oleh garukan untuk menghilangkan gatal. Gatal
ditimbulkan oleh liur dan eksreta kutu yang dikeluarkan ke kulit sewaktu menghisap darah.
e.

Gejala Klinis

Gejala yang dominan yaitu rasa gatal (terutama di daerah oksipital dan temporal). Karen ada
garukan, maka terjadi erosi, ekskoriasi, dan infeksi sekunder (ada pus dan krusta). Bila infeksi
sekunder berat, rambut akan menggumpal karena banyaknya pus dan krusta (plikapelonika) dan
disertai pembesaran kelenjar getah bening regional (oksiput dan retroaurikular). Dalam keadaan
ini menimbulkan bau busuk.
f.

Pembantu Diagnosis

Caranya dengan menemukan kutu atau telur. Telur berwarna abu-abu dan mengkilat. Juga
digunakan sinar Wood yang akan menampakkan telur dan kutu berfluoresensi.
g.

Diagnosis Banding

1.

Tinea kapitis

2.

Pioderma (impetigo krustosa)

3.

Dermatitis seboroik

h.

Pengobatan

Pengobatan dilakukan dengan memusnahkan semua kutu dan telur dan mengatasi infeksi
sekunder. Pengobatan terbaik dilakukan secara topical dengan malathion 0,5-1% dalam bentuk
lotio atau spray. Caranya: malam sebelum tidur rambut dicucui dengan sabun kemudian dipakai
losio malathion, lalu kepala ditutup dengan kain. Keesokan harinya rambut dicucilagi dengan
sabun lalu disisir dengan sisir bergerigi halus dan rapat. Pengobatan diulang seminggu sekali bila
masih terdapat kutu. Akan tetapi, obat ini sulit didapat.
Yang mudah didapat di Indonesia adalah krim gama benzene heksaklorida (gameksan) 1%.
Cara pemakaian: setelah dioleskan lalu didiamkan 12 jam, kemudian dicuci dan disisir agar
semua kutu dan telur terlepas. Jika masih ada telur, pengobatan diulang secara berkala. Obat
lainnya adalah emulsi benzl benzoat 25%.
Untuk infeksi sekunder, sebaiknya rambut dicukur dan diobati dengan antibiotika sistemik
dan/atau topical, lalu disusul dengan obat yang telah disebutkan sebelumnya dalam bentuk
shampoo. Higiene merupakan syarat supaya tidak terjadi residif.
Obat lainnya: Permethrin, Lindane, Pyrethrin. NB : Pengulangan obat dilakukan 2-10 hari
karena telur sulit diberantas.

B.
a.

PEDIKULOSIS KORPORIS
Definisi

Infeksi kulit yang disebabkan oleh Pediculus humanus corporis.


b.

Epidemiologi

Penyakit ini lebih menyerang dewasa terutama pada orang dengan hygiene buruk, misalnya
pengembala karena mereka jarang mandi dan jarang mengganti dan mencuci pakaian, karena itu
penyakit ini sering disebut Vagabond. Hal ini disebabkan kutu tidak melekat pada kulit, tetapi
pada serat kapas di sela-sela lipatan pakaian dan hanya transien ke kulit untuk menghisap darah.
Penyakit ini bersifat kosmopolit, lebih sering pada daerah beriklim dingin karena orang memakai
baju tebal dan baju jarang dicuci.
c.

Cara Penularan

1.

Melalui pakaian

2.
Pada orang yang dadanya berambut terminal kutu ini dapat melekat pada rambut tersebut
dan dapat ditularkan melalui kontak langsung.
d.

Etiologi

Pediculus humanus corporis betina mempunyai ukuran panjang 1,2-4,2 mm dan lebar kira-kira
setengah panjangnya, sedangkan jantan relative lebih kecil. Siklus hidup sama dengan
pedikulosis pada kepala.
e.

Patogenesis

Kelainan kulit yang timbul disebabkan oleh garukan untuk menghilangkan gatal. Gatal
ditimbulkan oleh liur dan eksreta kutu yang dikeluarkan ke kulit sewaktu menghisap darah.
f.

Gejala Klinis

Umumnya hanya ditemukan kelainan berupa bekas garukan pada badan, karena gatal baru
berkurang dengan garukan yang intens. Kadang timbul infeksi sekunder dengan pembesaran
kelenjar getah bening regional.
g.

Pembantu Diagnosis

Caranya dengan menemukan kutu atau telur pada serat kapas pakaian.
h.

Diagnosis Banding

Neurotic excoriation
i.

Pengobatan

Pengobatan dengan krim gameksan 1% yang dioleskan tipis di seluruh tubuh dan didiamkan 24
jam, setelah itu baru pasien mandi. Jika belum sembuh bisa diulangi 4 hari kemudian. Obat
lainnya yaitu emulsi benzil benzoat 25% dan bubuk malathion 2%. Pakaian deiberikan panas
tinggi seperti direbus atau disetrika untuk membunuh telur dan kutu. Jika ada infeksi selunder
bisa diberikan antibiotic sistemik atau topikal.

C.
a.

PHTHIRUS PUBIS
Definisi

Infeksi rambut di daerah pubis dan sekitarnya Phthirus pubis.


b.

Epidemiologi

Penyakit ini menyerang orang dewasa dan dapat digolongkan dalam PMS (Penyakit Menular
Seksual), dapat juga menyerang daerah lain yang berambut, misalnya jenggot, kumis, bulu mata.
Infeksi juga terjadi pada anak-anak di daerah alis dan bulu mata dan pada tepi batas rambut
kepala.

c.

Cara Penularan

Umumnya dengan kontak langsung (juga hubungan seksual)


d.

Etiologi

Kutu ini berukuran panjang dan lebar yang sama (1-2 mm) pada betina. Pada jantan ukurannya
lebih kecil.
e.

Patogenesis

Gejala gatal sama dengan pedikulosis.


f.

Gejala Klinis

Gejala yang dominan yaitu gatal di daerah pubis dan sekitarnya. Gatal dapat meluas sampai ke
daerah abdomen dan dada, yang ditemukan bercak-bercak yang berwarna abu-abu-kebiruan yang
disebut macula serulae. Walaupun kutu ini dapat dilihat dengan mata telanjang, kutu ini sulit
dilepaskan karena kepalanya dimasukkan ke dalam muara folikel rambut.
Gejala lainnya adanya black dot, yaitu bercak-bercak hitam yang tampak jelas pada celana dalam
berwarna cerah (atau putih) setelah bangun tidur. Bercak ini merupakan krusta darah yang
disalahartikan sebagai hematuria. Kadang disertai dengan infeksi sekunder dengan pembesaran
kelenjar getah bening regional.
g.

Pembantu Diagnosis

Mencari telur atau bentuk dewasa


h.

Diagnosis Banding

1.

Dermatitis Seboroika.

i.

Pengobatan

2.

Dermatomikosis

Pengobatan dengan krim gameksan 1% yang dioleskan tipis di seluruh tubuh dan didiamkan 24
jam, setelah itu baru pasien mandi. Jika belum sembuh bisa diulangi 4 hari kemudian. Obat
lainnya yaitu emulsi benzil benzoat 25% dan bubuk malathion 2%. Pakaian deiberikan panas
tinggi seperti direbus atau disetrika untuk membunuh telur dan kutu. Jika ada infeksi selunder
bisa diberikan antibiotic sistemik atau topikal.
Sebaiknya rambut pubis dicukur dan pakaian dalam direbus dan disetrika. Mitra seksusal juga
harus diperiksa dan jika perlu diobati.

SKABIES (The Itch, gudik, bulukan, gatal agogo)

a.

Pendahuluan

Pengetahun dasar diletakkan oleh Von Herbra, bapak Dermatologi Modern. Penyebabnya
ditemukan pertamakali oleh Benomo pada tahun 1687 kemudian oleh Mellanby dilakukan
percobaan induksi pada sukarelawan selama PD II.
b.

Definisi

Penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi yerhadap Sarcoptes scabiei var.
hominis
c.

Epidemiologi

Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemic scabies. Banyak faktor yang
menunjang perkembangan penyakit ini: sosoekonomi rendah, hygiene yang buruk, hubungan
seksual, kesalahan diagnosis, perkembanagn dermografik dan ekologik. Penyakit ini juga
digolongkan sebagai PMS.
d.

Cara penularan

1.
Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit) misalnya jabat tangan, tidur bersama, atau
hubungan seksual
2.

Kontak tak langsung, misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dll.

Penularannya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadang dalam bentuk larva.
Ada juga Sarcoptes scabiei var. animalis pada mereka yang memelihara binatang peliharaan
misalnya anjing.
e.

Etiologi

Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super family
Sarcoptes. Dengan varian yang menyerang manusia hominis.

Secara morfologik merupakan tungau kecil, oval, punggung cembung dan perutnya rata. Tungau
ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukuran btina berkisar 330-450 mikron x
250-350 mikron, sedangkan yang jantan relatif kecil dengan ukuran 200-240 mikron x 150-200
mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang di depan sebagai alat melekat dan 2
di belakang (di betina ada rambut), sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga ada rambut dan
keempat sebagai alat perekat.
Siklus hidup: Setelah kopulasi di atas kulit (jumlahnya kira-kira 10-15 tungau), jantan akan mati.
Kemudian tungau betina yang sudah dibuahi menggali terowongan dalam startum korneum,
dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari sambil meletakkan telurnya 2-4 butir sehari sampai
jumlahnya mencapai 40-50, kemudian betina akan hidup sampai 30-60 hari. Kemudian telur
menetas (dalam waktu 3-5 hari) dan menjadi larva dengan 3 pasang kaki. Setelah 2-3 hari larva
akan menjadi nimfa dengan 4 pasang kaki.
Siklus ini memerlukan waktu total 8-12 hari.

f.

Patogenesis

Kelainan disebabkan baik karena skabies maupun garukannya. Gatal yang terjadi disebabkan
sensitisasi terhadap sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu sebulan setelah infestasi.
Kelainan kulit menyerupai dermatitis juga ditemukan seperti papul, vesikel, urtika, dan lain-lain.
Jika digaruk, terjadi erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.
g.

Gejala Klinis

4 tanda kardinal:
1.
Pruritus nokturna (gatal pada malam hari karena aktivitas tungau tinggi pada suhu panas
dan lembab)
2.
Menyerang manusia secara berkelompok (menyerang satu keluarga ataupun di
lingkungan padat)
3.
Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat predileksi dengan warna putih keabu-abuan,
berbentuk garis lurus atau berkelok, panjang 1 cm, pada ujung terowongan dijumpai papul atau
vesikel. Jika ada infeksi sekunder ruam kulit menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi). Tempat
predileksi pada stratum korneum yang tipis: sela jari tangan, pergelangan tangan, siku luar, lipat
ketiak depan, areola (wanita), umbilikus, bokong, genital eksterna (pria), perut bagian bawah.
Pada wajah jarang terjadi. Pada bayi menyerang telapak tangan dan telapak kaki, aksila, dan
skalp.
Circle of Hebra menunjukkan area dengan tempat predileksi tungau: Areola, Aksila, siku,
pergelangan tangan, sela jari, umbilikus, abdomen bawah dan genitalia.
4. Menemukan tungau atau tahap diagnostik lainnya.
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal ini.
Skabies Norwegia (skabies berkrusta)
Ditandai dengan dermatosis berkrusta pada tangan dan kaki (juga scalp), kuku yang distrofik,
skuama generalisata, kadang ada hipekeratosis. Sangat menular tetapi rasa gatalnya sedikit.
Tungau ditemukan dalam jumlah yang besar, biasanya dialami oleh penderita dengan retardasi
mental, kelemahan fisik,malnutrisi, gangguan imunologik, dan psikosis.
h.

Pembantu Diagnosis

Cara menemukan tungau:


1.
Cari mula-mula terowongan, kemudian pada ujung terlihat papul dan vesikel dicongkel
dengan jarum dan diletakkan di atas kaca objek, lalu ditutup dengan kaca penutup,lalu dilihat
dengan mikroskop.

2.
Dengan menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas putih dan dilihat
dengan lup.
3.
Dengan biopsi irisan dengan cara lesi dijeit dengan 2 jari kemudian dibuat irisan tipis
dengan pisau lalu diperiksa di mikroskop cahaya.
4.

Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan HE.

5.

Dengan memberi tinta di sekitar terowongan, terutama di bagian berbintik hitam.

i.

Diagnosing Banding

Penyakit ini disebut juga The Great Immitator karena menyerupai banyak penyakit kulit dengan
keluhan gatal. Sebagai DD: prurigo, pedikulosis korporis, dermatitis.
j.

Pengobatan

Syarat obat ideal:


1.

Harus efektif terhadap semua stadium tungau

2.

Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik.

3.

Tidak berbau atau kotor dan tidak merusak atau mewarnai pakaian.

4.

Mudah diperoleh dan harga terjangkau.

Cara pengobatannya seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk yang hiposensitisasi)
Obat topikal:
1.
Belerang endap (sulfir presipitatum) 4-20% dalam salep atau krim. Obat ini kurang
efektif menghadapi stadium telur, maka penggunaannya tidak boleh kurang dari 3 hari.
Kelemahnnya juga berbau dan mengotori pakaian dan kadang timbul iritasi. Dapat dipakai pada
bayi kurang dari 2 tahun.
2.
Emulsi benzil benzoat 20-25%, efektif pada semua stadium, diberikan setiap malam
selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh dan sering terjadi iritasi, bahkan bisa semakin gatal setelah
dipakai.
3.
Gama Benzena Heksaklorida 1% dalam krim atau losio, efektid terhadap semua stadium,
mudah digunakan dan jarang ada iritasi. Tidak dianjurkan untuk anak dibawah 6 tahun dan ibu
hamil, karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali namun bila masih
terinfeksi diulangi seminggu kemudian.

4.
Krotamiton 10% dalam krim atau losio mempunyai 2 efek sebagai antiskabies dan
antigatal, harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.
5.
Permetrin 5% dalam krim, kurang toksik dibanding gameksan dengan efekivitas sama,
pemakaian cukup sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi seminggu
kemudian. Tidak dianjurkan pada bayi di bawah 2 bulan.
6.

Obat lain: Lindane

7.
Antibiotik ivermectin untuk penderita Norwegian Scabies dan pasien dengan
imunokompromi, dengan dosis 200 g/ kg. Diberikan sekali.
DAFTAR PUSTAKA
1

Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 2009. Edisi kelima. Jakarta:
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, p. 119-125
2

Rozaliyani A. Slide Kuliah Parasit Modul Kulit 2010. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai