Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
Trikomoniasis pada saluran urogenital dapat menyebabkan vaginitis dan
sistitis. Walaupun sebagian besar tanpa gejala, akan tetapi dapat menimbulkan
masalah kesehatan yang tidak kurang pentingnya, misalnya perasaan dispareunia,
kesukaran melakukan hubungan seksual yang dapat menimbulkan ketidakserasian
dalam keluarga.1
Penularan umumnya melalui hubungan kelamin tetapi dapat juga melalui
pakaian, handuk, atau karena berenang. Oleh karena itu trikomoniasis ini terutama
ditemukan pada orang dengan aktivitas seksual tinggi, tetapi dapat juga ditemukan
pada bayi dan penderita setelah menopause. Trikomoniasis terdapat baik pada wanita
maupun pria, namun penderita wanita lebih banyak dibandingkan pria. Pada pria
dapat menyebabkan uretritis dan prostatitis yang kira-kira merupakan 15% kasus
uretritis nongonore.1
Trichomonas vaginalis merupakan infeksi penyakit menular seksual
berupa protozoa yang terkenal telah menyebabkan dengan perkiraan hingga 180
juta infeksi baru per tahun, menjadikannya penyakit menural seksual non-virus
dengan prevalensi tertinggi di dunia. Penyakit tersebut juga dapat ditularkan
kepada janin saat janin dilahirkan oleh ibu yang terinfeksi, tetapi penyakit ini
biasanya tidak menimbulkan gejala dan dapat sembuh dengan sendirinya.

Meskipun infeksi trichomonas vaginalis tidak bergejala pada orang dewasa,


penyakit ini bisa menyebabkan infeksi saluran kemih pada pria, dan vaginitis
pada wanita.2

BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi
Trikomoniasis merupakan penyakit infeksi protozoa yang disebabkan oleh
trichomonas vaginalis, biasanya ditularkan melalui hubungan seksual dan sering
menyerang traktur urogenitalis bagian bawah pada wanita maupun pria, namun
pada pria peranannya sebagai penyebab penyakit masih diragukan.3
2

2. Etiologi
Penyebab trikomoniasis ialah Trichomonas vaginalis yang merupakan
satu-satunya spesies Trichomonas yang bersifat patogen pada manusia dan dapat
dijumpai pada traktus urogenital. Pertama kali ditemukan oleh Donne pada tahun
1836, dan untuk waktu yang lama sejak ditemukannya dianggap sebagai
komensal.3
Trichomonas

vaginalis

merupakan

flagelata

berbentuk

filiformis,

berukuran 15-18 mikron, mempunyai 4 flagela, dan bergerak seperti gelombang.


Mempunyai membran undulans yang pendek, tidak mencapai dari setengah
badannya. Pada sediaan basah mudah terlihat karena gerakan yang terhentakhentak. Membentuk koloni trofozoit pada permukaan sel epitel vagina dan uretra
pada wanita; uretra, kelenjar prostat dan vesikula seminalis pada pria.1

Gambar 1. Trichomonas vaginalis


Parasit ini berkembang biak secara belah pasang memanjang dan dapat
hidup dalam suasana pH 5-7,5. Pada suhu 50C akan mati dalam beberapa menit,
tetapi pada suhu 0C dapat bertahan sampai 5 hari. Cepat mati bila mengering,
terkena sinar matahari, dan terpapar air selama 35-40 menit.3
Ada dua spesies lainnya yang dapat ditemukan pada manusia, yaitu
Trichomonas tenax yang hidup di rongga mulut dan Pentatrichomonas hominis
yang hidup dalam kolon, yang pada umumnya tidak menimbulkan penyakit.1,3

3. Epidemiologi
Trichomonas vaginalis merupakan infeksi penyakit menular seksual non
viral. Infeksi ini dengan perkiraan hingga 180 juta infeksi baru per tahun,
menjadikannya penyakit menular seksual non-viral dengan prevalensi tertinggi di
dunia.
Penyakit tersebut juga dapat ditularkan kepada janin saat janin dilahirkan
oleh ibu yang terinfeksi, tetapi penyakit ini biasanya tidak menimbulkan gejala
dan dapat sembuh dengan sendirinya. Meskipun infeksi trichomonas vaginalis
tidak bergejala pada orang dewasa, penyakit ini bisa menyebabkan infeksi saluran
kemih pada pria, dan vaginitis pada wanita.2

4. Patogenesis
Trichomonas vaginalis mampu menimbulkan peradangan pada dinding
saluran urogenital dengan cara invasi sampai mencapai jaringan epitel dan
subepitel. Trichomonas vaginalis dapat menimbulkan reaksi radang pada rongga
vagina yang didominasi oleh sel lekosit polymorphonuclear (PMN). Trichomonas
vaginalis dan ekstraknya dapat merangsang kemotaktik sel lekosit PMN, yang
mungkin

mempengaruhi

perkembangan

gejalanya.

Mekanisme

lengkap

penghancuran sel epitel vagina yang diserang oleh Trichomonas vaginalis belum
diketahui dengan pasti.4
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan infeksi dari
Trichomonas, yaitu faktor kekebalan tubuh, sekresi proteinase ekstraseluler,
adhesi sel, aktivitas hemolitik, dan interaksi terhadapat bakteri flora normal
vagina lainnya.5
Pria yang mengandung Trichomonas vaginalis sebagian besar asimtomatik
dan respon radang pada uretra pria biasanya tidak ditemukan. Hal ini
berhubungan dengan epitel kuboid pada uretra. Trichomonas vaginalis dapat
menginfeksi epitel skuamosa pada vagina tetapi hanya yang rentan saja 1.
Masa inkubasi terjadi sebelum timbulnya gejala infeksi, biasanya antara 4
hingga 28 hari. Pada kasus yang lanjut terdapat bagian-bagian dengan jaringan
granulasi yang jelas. Nekrosis dapat ditemukan di lapisan subepitel yang menjalar
sampai di permukaan epitel. Di dalam vagina dan uretra parasit hidup dari sisasisa sel, kuman-kuman, dan benda lain yang terdapat di dalam sekret 1 .
5. Gejala Klinis
Trikomoniasis pada wanita
5

Gambaran klinis trikomoniasis pada wanita bukan merupakan parameter


diagnostik yang dapat dipercaya. Masa tunas sulit untuk dipastikan tetapi
diperkirakan berkisar antara 4 sampai 28 hari, yang diserang terutama dinding
vagina dapat bersifat akut maupun kronik. Pada kasus akut terlihat sekret vagina
seropurulen berwarna kekuning kuningan, kuning hijau, berbau tidak enak
(malodorous) dan berbusa. Dinding vagina tampak kemerahan dan sembab.
Kadang kadang terbentuk abses kecil pada dinding vagina dan serviks yang
tampak sebagai granulasi berwarna merah dan dikenal sebagai strawberry
appreance dan disertai dengan gejala dispaurenia. Perdarahan pascakoitus dan
perdarahan intermenstrual. Bila sekret banyak yang keluar dapat timbul iritasi
pada lipat paha atau di sekitar genitalia eksterna. Selain vaginitis dapat pula
terjadi urethritis. Pada kasus yang kronik gejala lebih ringan dan sekret vagina
biasanya tidak berbusa.1,6
Gambar 2: Strawberry Apperance

Pada pemeriksaan penderita dengan gejala vaginitis akut tampak edema dan
eritema pada labium yang terasa nyeri sedangkan pada vulva dan paha bagian atas
6

kadang kadang ditemukan abses abses kecil dan maserasi yang diesbabkan oleh
fermen proteolitik dalam duh tubuh. Kadang kadang reaksi radang sangat minimal
sehingga duh tubuh sangat minimal pula, bahkan tidak tampak sama sekali.
Polakisuria dan dysuria biasanya merupakan keluhan pertama pada infeksi traktus
urinarius bagian bawah yang simtomatik.3

Gambar 3: Duh Pada Vagina


Gambaran Klinis Pada Pria
Seperti pada wanita spectrum klinik trikomoniasis pada pria sangat luas mulai
dari tanpa gejala sampai pada urethritis yang hebat dengan komplikasi prostatitis.
Masa inkubasi biasanya tidak melebihi 10 hari. Gambaran klinis dapat dibagi
menjadi :7
1. Pembawa kuman asimtomatik
Meskipun Trichomonas vaginalis dapat ditemukan pada uretra, urin dan cairan
prostat pria yang berkontak sesksual dengan wanita yang menderita
trikominiasis, namun hanya 1050% penderita yang menunjukkan adanya
keluhan dengan gejala infeksi
2. Simtomatik

Gambaran Klinis Akut


Gambaran klinis akut merupakan keadaan yang jarang terjadi, urethritis,
prostatitis dan epididymitis dapat merupakan manifestasi trikomoniasis pada pria
akan tetapi peranannya masih disangsikan apakah keadaan tersebut sebenarnya
disebabkan oleh Chlmaydia trachomatis atau Ureaplasma urealyticum.3
Gambaran Klinik Ringan
Sebagian besar trikomoniasis sistomatik menunjukkan gejala urethritis
ringan yang gambaran klinisnya sulit dibedakan dengan UNG yang disebabkan
oleh sebab lain. Hanya 50-60% kasus simtomatik didapatkan duh tubuh uretra
masing masing mukopurulen dan mukoid. Duh tubuh biasanya keluar secara
intermitten sedang dysuria dan perasaan gatal pada uretra masing masing hanya
dikeluhkan oleh kurang dari seperempat kasus. Uretritis karena Trichomonas
vaginalis pada umumnya bersifat self limited. Balanopostitis dapat pula terjadi
dan lebih sering pada pria yang tidak disunat dan kurang memperhatikan hygiene.
Keadaan ini ditandai dengan adanya erosi yang nyeri pada glans dan preputium,
kadang kadang disertai duh, tubuh purulent, terutama bila disertai dengan
infeksi sekunder.3

Gambar 4: Sekret pada Ostium Urethra Eksternum

6. Diagnosis
Variasi gambaran klinis trikomoniasis sangat luas, disamping itu berbagai
kuman penyabab IMS dapat pula menimbulkan keluhan serta gejala yang sama,
sehingga diagnosis hanya berdasarkan gambaran klinis tidak meyakinkan.
Meskipun berbagai keluhan dan gejala dapat mengarahkan pada diagnosis.
Trikomoniasis baik pada pria maupun wanita namun hal tersebut tidak cukup
untuk membuat suatu diagnosis.3
Selain pemeriksaan langsung dengan mikroskopik sedian basah juga dapat
dilakukan pemeriksaan dengan pewarnaan giemsa, Leishman, Gram dan
Papanicolau. Akan tetapi pengecatan tersebut dianggap sulit karena proses fiksasi
dan pengecatan diduga dapat mengubah morfologi kuman. Pemeriksaan ini masih
kurang sensitive bila dibandingkan dengan sediaan basah, selain itu hasil positif
dari sediaan dengan pengecatan harus dikonfirmasi lagi dengan pemeriksaan
sediaan basah atau biakan.1,3

Pada pembiakan pemilihan media yang digunakan. Media modifikasi


diamond misalnya in Pouch TV digunakan secara luas dan menurut penelitian
yang dilakukan media ini yang paling baik dan paling mudah di dapat.1
7. Diagnosis Banding
Pada wanita, diagnosis banding harus menyertakan penyakit-penyakit yang
menyebabkan vaginal discharge, yaitu bacterial vaginosis dan infeksi kandida.
Pada pria, segala kemungkinan penyebab uretritis non spesifik harus disingkirkan,
seperti Gonorrhoea.8
8. Pengobatan
Nitromidazoles (metronidazole dan tinidazol) adalah golongan obat yang
direkomendasikan untuk mengobati infeksi Trichomonas vaginalis. Pengobatan
dapat diberikan secara topikal atau sistemik, secara topikal dapat diberikan bahan
cairan berupa irigasi, misalnya hidrogen peroksida 1- 2 % dan larutan asam laktat
4%. Bahan berupa supositoria bubuk yang bersifat trikomoniasidal.1,9
Obat yang sering digunakan tergolong derivate nitromidazol seperti
metronidazole dosis tunggal 2 gram atau 3x500 mg per hari selama 7 hari dan
rejimen alternatif adalah metronidazol 2x0.5 gr oral selama 7 hari. Nimorazol
dosis tunggal 2 gram tinidazol dosis tunggal 2 gram Omidazol dosis tunggal 1, 5
gram.1,3
Pada penderita yang mengalami gagal pengobatan setelah diberikan dosis
tunggal metronidazol 2 gr, dapat dipikirkan bahwa telah terjadi reinfeksi, hal ini
dapat diberikan pengobatan dengan memberikan metronidazole 500gr 2 kali

10

sehari. Jika masih terjadi gagal pengobatan maka dianjurkan untuk melakukan
diskusi

bersama

dokter

spesialis

untuk

mengganti

metronidazole

dan

tinidazol.Selain masalah gagal pengobatan hal lain yang harus diperhatikan


adalah alergi terhadap metronidazole, hal ini dapat ditandai dengan adanya
urtikaria dan yang paling buruk adalah syok anafilaksis, pada 59 pasien yang
diduga alergi terhadap metronidazole 47% memiliki gejala urtikaria, dan 11 %
mengalami edema di wajah.10
Untuk menghindari kemungkinan inaktivasi metronidazole oleh bakteri,
maka dapat dicoba pemberian antibiotik spektrum luas. Dalam menghadapi kasus
yang telah dibuktikan resistem terhadap metronidazole dapat dicoba obat lain
misalnya nimoraso, tinidazol, ornidazol, seknidasol atau karnidasol. Tinidiazol
merupakan obat yang memiliki waktu paruh yang lebih panjang namun memiliki
penetrasi yang baik ke dalam sel dan efektif digunakan pada resistensi
metronidazole namun harganya lebih mahal.3
Pengobatan lokal tidak dianjurkan, karena jarang sekali diperlukan
kecuali pada penderita yang tidak tahan terhadap pemberian obat oral atau telah
terjadi kegagalan pada pengobatan oral. Infeksi dengan galur resisten kadang
kadang responsif dengan pengobatan lokal.3,7
Penderita yang sedang mendapatkan pengobatan metronidazol harus
menghentikan minum alkohol. Berbagai laporan menunjukkan angka kesembuhan
antara 82-88% pada wanita dan angka ini meningkat menjadi 95% bila mitra
seksual penderita diberi pengobatan pula. Bila keluhan menetap penderita
11

diharuskan datang untuk pemeriksaan ulang 7 hari setelah pengobatan.


Pemeriksaan dilakukan seperti pemeriksaan pertama. Penderita dinyatakan
sembuh jika keluhan dan gejala telah menghilang serta parasit tidak ditemukan
lagi pada pemeriksaan sediaan langsung. 6
Pengobatan pada kehamilan.
Kehamilan trimester pertama bukan merupakan kontraindikasi mutlak
pemberian metronidazol. Sehubungan telah banyaknya bukti bukti yang
menunjukkan adanya kaitan antara infeksi Trichomonas vaginalis dengan
pecahnya ketuban sebelum waktunya maka metronidazole dapat diberikan dengan
dosis efektif pada trimester pertama. Pada suatu penelitian yang dilakukan di
Afrika Selatan wanita yang didiagnosis dengan trikomoniasis dalam populasi
tersebut juga memiliki kemungkinan untuk memiliki infeksi lain seperti infeksi
HIV, vaginosis bakteri, infeksi Chlamydia, dan gonore daripada wanita tanpa
trikomoniasis.3.10

Pada waktu pengobatan perlu beberapa anjuran pada penderita :1


a. Pemeriksaan dan pengobatan terhadap pasangan seksual untuk mencegah
infeksi ping-pong
b. Jangan melakukan hubungan seksual selama pengobatan dan sebelumnya
dinyatakan sembuh
c. Hindari pemakaian barang barang yang mudah menimbulkan transmisi.

12

DAFTAR PUSTAKA

1. Daili Sjaiful Fahmi. Dermatitis. In : Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors.


Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2011; hal 383 384, 204
2. Uneke, Chigozie Jesse. Trichomonas Vaginalis

Infection

In

Human

Immunodeficiency Virus-Seropositive Nigerian Women: The Public Health


Significance. Online Journal of Health and Allied Sciences. 2007.
3. Djajakusumah Tony S. In, Sjaiful Fami Daili, Wresti Indriatmi B. Makes, Farida
Zubier. Infeksi Menular Seksual Edisi ke Empat. Jakarta. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2011; hal 183-190
4. Petrin, D, K Delgaty, R Bhatt, dan G Garber. Clinical and Microbiological
Aspects of Trichomonas vaginalis. Clin Microbiol Rev. 2011; hal 300-317.
5. Lewis, David A. Trichomoniasis. Elsevier. 2010.
6. Sood, Seema. An Update of Trichomonas vaginalis. Indian Journal of Sexual
Transmitted Disease. 2011; hal 10
7. RS Dr.Soetomo. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin Edisi III. Surabaya. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. 2005;
hal 138
8. Wolff, Klaus et all. Fitzpatricks Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology 6th Ed. McGraw Hill. 2009; hal 651.
9. Kirkcadly Rober D et all. Trichomonas Vaginalis Antimivrobal Drug Resistance
in 6 US Cities. STD Surveillance Network. CDC J. 2012; hal 18

13

10. Bachman Laura H et all. Trichomnas Vaginalis Genital Infection: Progress and
Challenges. Oxford J.2011; hal 53
11. Stringer Elizabeth et all. Treatment Of Trichomoniasis In Pregnancy In SubSaharan Africa Does Not Appear To Be Associated With Low Birth Weight Or
Preterm Birth. S Afr med J. 2010; 100

14

Anda mungkin juga menyukai