Anda di halaman 1dari 2

Elza Katartika

180810130015

Sastra Jerman

Upik F araini

180810130046

Sastra Jerman

Sinta Nuraprilia

180810130006

Sastra Jerman

Rini Adiani

180110130036Sastra Indonesia

Shinta Eka Pratiwi

180110130024Sastra Indonesia

Film 3; Mengintip Sedikit Unsur Diplomasi Di Dalamnya


Film laga 3 merupakan film yang digarap oleh sutradara Anggy Umbara, dengan
menggandeng produser sekaligus presenter Arie Untung. Film ini berlatar di tahun 2036,
menceritakan persahabatan Alif, Lam dan Mim yang diperankan oleh Cornelio Sunny (Alif),
Abimana Aryasatya (Herlam), dan Agus Kuncoro (Mimbo). Ketiga tokoh ini memiliki sifat
dan karakter yang berbeda. Mereka dibesarkan bersama-sama di sebuah pesantren bernama
Al-Ikhlas. Alif kini menjadi anggota detasemen di kepolisian, Lam menjadi seorang jurnalis,
dan Mim menjadi seorang ustadz di pesantren, tempat mereka dibesarkan.
Konflik dimulai ketika adanya pengeboman di sebuah kafe yang mempertemukan
kembali Alif, Lam dan Mim. Kelompok agama langsung dituduh sebagai dalang tindakan
terorisme ini, dan membuat Alif yang menjunjung tinggi penumpasan kejahatan harus
berhadapan dengan Mim yang berada di golongan tertuduh. Lam terbelah antara menjadi
penengah dari dua sahabatnya, atau terus mencari kebenaran di balik peristiwa ini. Semakin
diselami, kasus ini semakin menyerat ketiganya dalam sebuah misteri yang memaksa mereka
bertaruh nyawa.
Film 3 bukan sekadar film laga, melalui film ini Anggy menyelipkan hal-hal yang
menjadi kegelisahannya saat ini, yaitu stigmatisasi terhadap Islam. Dalam cerita yang
berkelok-kelok dan menegangkan ini, Anggy sebenarnya ingin bertutur tentang ajaran Islam
yang cinta damai, sesuatu yang saat ini tengah dibutuhkan oleh dunia Islam.

Dari sinilah Anggy membuka sikap keberpihakannya pada religiositas yang


belakangan ini sering disalahpahami. Peristiwa bom bunuh diri atas nama jihad yang merebak
di mana-mana memunculkan kecurigaan terhadap Islam.
Segala simbol yang terkait dengan Islam, termasuk cara berpakaian dan penampilan,
seperti jenggot dan sorban, membuat banyak orang melirik curiga. Mereka yang memilih
berpakaian gamis dicap sebagai teroris atau paling tidak ikut andil dalam menebarkan paham
radikalisme, meskipun tidak semuanya seperti itu.
Selain mengangkat stigmatisasi terhadap Islam, dalam film ini Anggy juga ingin
menunjukkan kepada dunia salah satu seni bela diri yang dimiliki Indonesia yaitu Pencak
Silat. Hal itu merupakan salah satu upaya bagi seni bela diri Indonesia untuk masuk ke ranah
internasional, sehingga seni bela diri Pencak Silat dapat sejajar dengan seni bela diri di
negara lain.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Film 3 mengandung unsur diplomasi di
dalamnya, sebab film tersebut mengusung tema religiositas dan juga paham liberalisme.
Kedua tema ini jelas mengandung unsur diplomasi karena berkaitan dengan kondisi dari
suatu negara. Pasalnya sang sutradara pun membuat sekuel ini dengan tujuan agar film
Indonesia dapat dikenal juga di kaca internasional.

Anda mungkin juga menyukai