MULTIKULTURAL
Makalah yang terkait dengan bab Keberagaman dan Kesetaraan dalam Masyarakat Indonesia
ini, dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar yang diampu
oleh Tukina, S.Pd., M.Si
Nama
Nomor Registrasi
: 5415134224
Program Studi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulisan makalah Peran Sekolah dalam Menyelesaikan Konflik Multikultural ini
ditujukan agar kita semua tahu konsep pendidikan multikultural, pengertian pendidikan
multikultural, macam-macam multikulturalisme, faktor-faktor pendidikan multikultural, ciriciri pendidikan multikultural, contoh permasalahan pendidikan multikultural serta
pembahasannya.
Makalah ini dibuat dengan mencari berbagai informasi, dengan mengobservasi dan
beberapa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Tukina, S.Pd., M.Si selaku dosen Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
2. Kedua orang tua penulis
3. Sahabat-sahabat Pendidikan Teknik Bangunan Kelas B
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharap kritik dan saran para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan ......................................................................1
1.3 Rumusan Masalah.....................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendidikan Multukultural.......................................3
2.2 Macam-macam Multikulturalisme............................................4
2.3 Faktor-faktor Multikulturalisme................................................4
2.3.1 Faktor Sejarah Indonesia...............................................4
2.3.2 Faktor Geografis............................................................5
2.3.3 Faktor Bentuk Fisik Indonesia......................................5
2.3.4 Faktor Perbedaan Struktur Geologi...............................5
2.4 Ciri-ciri Masyarakat Multikultural............................................5
2.5 Contoh Permasalahan Pendidikan Multibudaya ......................6
2.6 Penyelesaian Permasalahan.......................................................7
2.7 Peran Sekolah dalam Mengatasi Multikultural.........................8
2.8 Peranan Konselor (Guru Bimbingan Konseling) dalam
Menghadapi Masyarakat Multikultural
................................................................................................
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..............................................................................11
3.2 Saran .........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................iv
LAMPIRAN.........................................................................................................v
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.2
macam-macam
multikulturalisme,
faktor-faktor
multikultural
serta
pembahasannya?
7. Bagaimana peran sekolah dalam mengatasi permasalahan pendidikan multikultural?
8. Bagaimana peran guru dalam mengatasi permasalahan pendidikan multikultural?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Multikulturalisme
Isolasionis ,
Kehidupan
masyarakat
yang
mempraktikkan
kebudayaan yang dianutnya secara otonom dan tidak saling mempengaruhi satu sama
lain
2. Multikulturalisme Akomodatif, Komunitas mayoritas yang tinggal dikelilingi
minoritas, namun mengakomodasi kebutuhan kaum minoritas.
3. Multikulturalisme Otonomis , Komunitas plural yang berusaha mencapai kesetaraan.
4. Multikulturalisme Kritikal / Interkatif, Komunitas plural yang di mana kelompok
kultural yang berusaha menegaskan eksistensi masing-masing kelompok
5. Multikulturalisme Kosmopolitan , Menghapus kultural menjadi komunitas majemuk
yang tidak lagi terikat kebudayaan masing-masing individu, namun berusaha
mengembangkan kebudayaan baru bersama-sama.
2.3 Faktor Faktor Multikultural
Merupakan suatu kenyataan yang tidak bisa ditolak bahwa negara Indonesia terdiri
atas berbagai kelompok etnis, budaya, agama, dan lain-lain. Oleh karena itu, bangsa
Indonesia disebut sebagai masyarakat multikultural yang unik dan rumit. Pada dasarnya
terdapat banyak faktor yang menyebabkan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat
multikultural dan multiras. Menurut Ria (2012) Faktor-faktor tersebut antara lain:
2.3.1 Faktor Sejarah Indonesia
Sejak tahun 1605 bangsa Indonesia telah dikunjungi oleh bangsa-bangsa lain yaitu
Portugis, Belanda, Inggris, Cina, India, dan Arab. Kesemua bangsa tersebut datang
dengan maksud dan tujuan masing-masing. Oleh karena itu, mereka tinggal dan
menetap dalam jangka waktu yang lama. Kondisi ini menjadikan Indonesia memiliki
struktur ras dan budaya yang makin beragam.
2.3.2 Faktor Geografis
Apabila dilihat secara geografisnya Indonesia berada di jalur persilangan
transportasi laut yang ramai dan strategis. Karenanya banyak bangsa-bangsa
pedagang singgah ke Indonesia sekadar untuk berdagang. Bangsa-bangsa tersebut
seperti Arab, India, Portugis, Spanyol, Inggris, Jepang, Korea, Cina, Belanda,
Jerman, dan lain-lain. Kesemua bangsa tersebut mempunyai struktur budaya yang
berbeda-beda. Persinggahan ini mengakibatkan masuknya unsure budaya tertentu ke
negara Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari masuknya bahasa Inggris, bahasa
Belanda, agama Islam, Nasrani, Hindu, dan Buddha.
2.3.3 Faktor Bentuk Fisik Indonesia
Apabila dilihat dari struktur geologinya, bangsa Indonesia terletak di pertemuan tiga
lempeng benua besar. Hal ini menjadikan Indonesia berbentuk negara kepulauan
yang terdiri atas ribuan pulau. Masing-masing pulau mempunyai karakteristik
fisik sendiri-sendiri. Untuk mempertahankan hidup, masyarakat di masing-masing
pulau mempunyai cara yang berbeda-beda, sesuai dengan kondisi fisik daerahnya.
Oleh karena itu, masing-masing pulau juga mempunyai perkembangan yang
berbeda-beda pula. Teknologi, budaya, seni, bahasa mereka pun berbeda-beda
yang akhirnya membentuk masyarakat multikultural.
2.3.4 Faktor Perbedaan Struktur Geologi
Sebagaimana telah diungkapkan di atas bahwa pada dasarya Indonsia terletak
diantara tiga pertemuan lempeng, yaitu lempeng Asia, Australia, dan Pasifik.
Kondisi ini menjadikan Indonesia mempunyai tiga tipe struktur geologi yaitu tipe
Asia dengan struktur geologi Indonesia Barat, tipe peralihan dengan zona geologi
dengan struktur geologi Indonesia Tengah, dan tipe Australia dengan struktur
geologi Indonesia Timur. Perbedaan inilah yang mengakibatkan adanya perbedaan
ras, suku, jenis flora dan faunanya.
2.4 Ciri-Ciri Masyarakat Multikultural
yang secara khusus disorot karena bermusuhan dengan ide persamaan ras pada saat itu
adalah lembaga pendidikan.
Pada akhir 1960-an dan awal 1970-an, suara-suara yang menuntut lembagalembaga pendidikan agar konsisten dalam menerima dan menghargai perbedaan semakin
kencang, yang dikumandangkan oleh para aktivis, para tokoh dan orang tua. Mereka
menuntut adanya persamaan kesempatan di bidang pekerjaan dan pendidikan. Pada
pertengahan dan akhir 1980-an, muncul kelompok sarjana, di antaranya Carl Grant,
Christine Sleeter, Geneva Gay dan Sonia Nieto yang memberikan wawasan lebih luas
soal pendidikan multikultural, memperdalam kerangka kerja yang membumikan ide
persamaan pendidikan dan menghubungkannya dengan transformasi dan perubahan
sosial.
2.6 Penyelesaian Permasalahan
Ide pendidikan multikulturalisme akhirnya menjadi komitmen global sebagaimana
direkomendasi UNESCO pada bulan Oktober 1994 di Jenewa. Rekomendasi itu di
antaranya memuat empat pesan. Pertama, pendidikan hendaknya mengembangkan
kemampuan untuk mengakui dan menerima nilai-nilai yang ada dalam kebhinnekaan
pribadi, jenis kelamin, masyarakat dan budaya serta mengembangkan kemampuan untuk
berkomunikasi, berbagi dan bekerja sama dengan yang lain. Kedua, pendidikan hendaknya
meneguhkan jati diri dan mendorong konvergensi gagasan dan penyelesaian-penyelesaian
yang memperkokoh perdamaian, persaudaraan dan solidaritas antara pribadi dan
masyarakat. Ketiga, pendidikan hendaknya meningkatkan kemampuan menyelesaikan
konflik secara damai dan tanpa kekerasan. Karena itu, pendidikan hendaknya juga
meningkatkan pengembangan kedamaian dalam diri diri pikiran peserta didik sehingga
dengan demikian mereka mampu membangun secara lebih kokoh kualitas toleransi,
kesabaran, kemauan untuk berbagi dan memelihara.
Konsep pendidikan multikultural dalam perjalanannya menyebar luas ke kawasan di
luar AS, khususnya di negara-negara yang memiliki keragaman etnis, ras, agama dan
budaya seperti Indonesia. Sekarang ini, pendidikan multikultural secara umum
mencakup ide pluralisme budaya. Tema umum yang dibahas meliputi pemahaman budaya,
penghargaan budaya dari kelompok yang beragam dan persiapan untuk hidup dalam
masyarakat pluralistik.
Pendidikan
multikultural
harus
menawarkan
beragam
kurikulum
yang
dalam struktur sekolah adalah tidak adanya kebijakan yang menghambat toleransi,
termasuk tidak adanya penghinaan terhadap ras, etnis dan jenis kelamin. Juga, harus
mengenai
prilaku
dan
proses
interaksi
dalam
kehidupan
pengetahuan mengenai ras-nya dan bagaimana hal ini secara personal dan professional
yang mempengaruhi proses konseling, serta memiliki pengetahuan mengenai kehidupan
social yang dapat mempengaruhi oranglain.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Multikulturalisme adalah konsep yang mampu menjawab tantangan perubahan zaman
dengan alasan multikulturalisme merupakan sebuah idiologi yang mengagungkan perbedaaan
budaya, atau sebuah keyakinan yang mengakui dan mendorong terwujudnya pluralisme
budaya sebagai corak kehidupan masyarakat. Multikulturalisme akan menjadi pengikat dan
jembatan yang mengakomodasi perbedaan-perbedaan termasuk perbedaan kesukubangsaan
dan suku bangsa dalam masyarakat yang multikultural. Perbedaan itu dapat terwadahi di
tempat-tempat umum, tempat kerja dan pasar, dan sistem nasional dalam hal kesetaraan
derajat secara politik, hukum, ekonomi, dan sosial.
3.2 SARAN
Materi ini sebaiknya digunakan untuk pembahasan mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya
Dasar pada tingkat sekolah tinggi atau universitas. Materi ini juga bisa digunakan untuk
mengetahui peran guru dan sekolah dalam menghadapi perbedaan social dan budaya dalam
pendidikan multikulturalisme.
DAFTAR PUSTAKA
http://hatedurenzzbgt.blog.com/2013/01/22/multikulturalisme-dalam-konseling-sekolah/
http://ekodageink.blogspot.com/2013/08/pendidikan-multibudaya.html
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/04/wacana-pendidikan-multikultural-diindonesia/
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/farida-hanum-msi-dr/pentingnyapendidikan-multikultural-dalam-mewujudkan-demokrasi-di-indonesia.pdf
http://multikulturalisme12.blogspot.com/
http://www.cakrawayu.org/artikel/8-i-wayan-sukarma/65-multikulturalisme-dan-kesatuanindonesia.html