Pembimbing :
dr. Anggun Sangguna Sp.PD
Penyusun :
Anak Agung Anom
030.10.026
LEMBAR PENGESAHAN
Nama
Nim
: 030.10.026
Bagian
Periode
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................4
BAB II STATUS PASIEN.......................................................................5
2.1 Identitas pasien .. 5
2.2 Anamnesis .. 5
2.3 Pemeriksaan fisik 7
2.4 Pemeriksaan laboratorium 10
2.5 Diagnosa.. 12
2.6 Diagnosa banding. 12
2.7 Penatalaksanaan 12
2.8 Rencana pemeriksaan.13
2.9 Prognosis .. 13
BAB III FOLLOW UP 14
BAB IV TINJAUAN PUSTAKA... 18
4.1 Hematemesis melena.. 18
4.2 CKD. 22
BAB V ANALISA KASUS.. 30
BAB VI KESIMPULAN.. 34
BAB VII DAFTAR PUSTAKA 35
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hematemesis melena merupakan perdarahan saluran cerna bagian
atas. Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas yang terbanyak
dijumpai di Indonesia adalah pecahnya varises esofagus dengan rata-rata
45-50 % seluruh perdarahan saluran makan bagian atas, kemudian
menyusul gastritis hemoragika dengan 20 - 25%. ulkus peptikum
dengan 15 - 20%, sisanya oleh keganasan, uremia. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Vlad Dennis, dari 238 subjek, sebanyak
76 orang wanita dan 192 orang laik-laki mengalami hematemesis
melena.1
Diseluruh dunia, jumlah penderita Chronic Kidney Disease (CKD)
terus meningkat dan dianggap salah satu masalah kesehatan yang dapat
berkembang menjadi epidemi pada dekade yang akan datang.2
Prevalensi CKD menurut European Dialysis and Transplant Association
(EDTA) melaporkan bahwa prevalensi CKD sebesar 74,7% .2
Sedangkan di Indonesia pada tahun 2000, insiden terjadinya CKD
diperkirakan sekitar 100-150 per 1 juta penduduk. Menurut Pusat Data
& Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PDPERS)
jumlah penderita CKD sekitar 50 orang per satu juta penduduk, pada
tahun 2006 terdapat 100.000 orang penderita CKD.3
BAB II
STATUS KO ASISTEN
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FK USAKTI
:
Nyeri perut 4 hari sebelum masuk rumah sakit, mual pada saat
makan sejak 1 minggu yang lalu. Os juga mengeluh nyeri di ulu hati. Os
juga merasa lemas, mudah lelah, mual, dan tidak nafsu makan sejak 1
minggu terakhir.
C. Riwayat penyakit sekarang
:
Os wanita usia 77 tahun datang ke UGD pada tanggal 16 Juni
: Compos mentis
: Sakit ringan
: Gizi sedang
B. Tanda vital
- Tekanan darah
- Berat badan
: 100/70 mmHg
: 45 kg
Nadi
ikterik
F. Hidung
- Tidak terdapat deviasi septum
- Tidak terdapat pernafasan cuping hidung
- Tidak terdapat secret
G. Telinga
- Liang telinga lapang
- Tidak terdapat secret
- Membrane timpani intak
H. Mulut
- Bibir
: Tidak sianosis, tidak pucat, tidak kering
- Gusi dan mukosa
: Tidak hiperemis
- Gigi
: Tidak lengkap, terdapat karies gigi
- Lidah
:Tidak terdapat atrofi, tidak
hiperemis, tidak kering
- Uvula
I. Tenggorokan
- Tonsil
tidak melebar
- Faring
- Laring
J. Leher
- JVP
- KGB
- Tiroid
- Trakea
K. Thoraks
- Inspeksi
Bentuk
tertinggal
Dinding dada
Vocal fremitus
Iktus kordis
Palpasi
-Kulit
midclavicular kiri
Perkusi
Paru
Batas paru, hepar
garis
midclavicula kanan
Batas paru, lambung
sternalis kanan
Batas paru, jantung kiri
kiri.
Auskultasi Paru
Suara nafas
Suara nafas tambahan
tambahan
Auskultasi jantung
Bunyi jantung
: S1,S2 regular
Bunyi jantung tambahan : Tidak terdengar bunyi jantung
tambahan
Abdomen
Inspeksi
Tidak cekung, tidak buncit, tidak terdapat smiling umbilicus,
tidak terdapat sagging of the flanks
Palpasi
Supel, terdapat nyeri tekan region epigastrium
-Hepar
: Tidak teraba pembesaran
8
-Vesica fellea
: Tidak terdapat Murphy sign
-Lien
: Tidak teraba pembesaran
-Ren
: Tidak teraba pembesaran
Perkusi
Timpani pada seluruh region abdomen, shifting dullness (-)
Auskultasi
Bising usus 2x/menit, tidak terdapat arterial bruit, dan
venous hum.
L. Genitalia
M. Anus/ rectum
N. Ekstremitas
Ekstremitas atas
terdapat oedem
Ektremitas bawah
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
: akral hangat, tonus baik, tidak
: akral hangat, tonus baik, tidak
terdapat oedem
2.4 Pemeriksaan laboratorium
16 Juni 2014
Tes
Hasil
Nilai normal
Eritrosit
Leukosit
Hemoglobin
Trombosit
Hematokrit
Gula darah sewaktu
Bilirubin total
Bilirubin direk
Bilirubin indirek
SGOT
SGPT
Total protein
Albumin
Globulin
Ureum
Kreatinin
pemeriksaan
1.71*
28.800*
5.0*
351.000
14*
144*
0,32
0,09
0,23
14
15
5.2*
3.0*
2.2*
219*
3.2*
4.2-5.4 juta/ L
5000-10.000/ L
12-14 g/Dl
150.000-450.000 ribu/ L
37-42 %
<110 mg/dl
0.1-1.2 mg/dL
<0.2 mg/Dl
<0.9 mg/Dl
<31 U/l
<31 U/l
6.4-8.3 g/dl
3.5-5.2 g/dl
2.6-3.4 g/dl
17-43 mg/dl
0.6-1.1 mg/dl
menurun
Leukosit
granulasi toxic
Trombosit : Morfologi dan jumlah normal
Kesan
left
17 Juni 2014
Tes
PH
PCO2
PO2
HCO3 act
HCO3 std
BE (ecf)
SBE
ct CO2
AngGap
O2 Sat
O2 Ct
Natrium
Kalium
Clorida
Hasil pemeriksaan
7,45
22,7*
82,2*
15,6*
17,8
-8,7*
-8,0*
16,3*
24,7
97,1
7,8
134
5,4*
99
Nilai normal
7.35 7.45 mmHg
32 48 mmHg
83 108 mmol/L
21 28 mmol/L
Hasil pemeriksaan
2.00*
19.800*
5.8*
320.000
17*
Nilai normal
4.2-5.4 juta/ L
5000-10.000/ L
12-14 gr/Dl
150.000-450.000 ribu/ L
37-42 %
-2 3 mmol/L
-3 3 mmol/L
23 27 mmol/L
95 98 %
134 146 mmol/L
3.4 - 4.5 mmol/L
96-108 mmol/L
18 Juni 2014
Tes
Eritrosit
Leukosit
Hemoglobin
Trombosit
Hematokrit
19 Juni 2014
10
Tes
Hasil pemeriksaan
Eritrosit
Leukosit
Hemoglobin
Trombosit
Hematokrit
2.98*
16.100*
9.3*
366.000
27*
Nilai normal
4.2-5.4 juta/ L
5000-10.000/ L
12-14 gr/dL
150.000-450.000 ribu/ L
37-42 %
2.5 DIAGNOSA
Melena et causa gastritis erosif
Chronic kidney disease
Anemia et causa melena
2.6 DIAGNOSA BANDING
Melena et causa varices esofagus
2.7 PENATALAKSANAAN
-
: dubia ad bonam
Quo ad fuctionam
: dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: dubia ad malam
11
BAB III
FOLLOW UP
17 Juni 2014
S:
O: Keadaan umum
Tekanan darah
110/70 mmHg
Nadi
80x/menit
Pernafasan
22x/menit
Suhu
36oC
Hb
5,8 gr/dl
Ureum
219 mg/dl
Kreatinin
3.2 mg/dl
GFR
11.2
PH
7,45 mmHg
PCO2
22,7 mmHg
PO2
82,2 mmol/L
HCO3
15,6 mmol/L
BE
-8,7 mmol/L
12
K+
5,4 mmol/L
Keadaan spesifik
Kepala
KGB
Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
A:
P:
18 Juni 2014
S:
O: Keadaan umum
Tekanan darah
100/70 mmHg
Nadi
84x/menit
Pernafasan
20x/menit
Suhu
36,5oC
Eritrosit
2,00 juta/ L
Hb
5,8 gr/dl
Leukosit
19.800 L
13
Trombosit
320.000 L
Ht
17 %
Ureum
219 mg/dl
Kreatinin
3.2 mg/dl
GFR
11.2
Keadaan spesifik
Kepala
KGB
Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
A:
P:
Anemia
Infus Nefrosteril : RL = 2:1, 20 tpm
Inj Prosogan 2x1
Inj Cefoperazone 2x1gr
Inj Transamin 3x1
Inj Vit K 3x1
Bicnat 3x1
Pro renal 3x1
Asam folat 3x1
Transfusi pack red cell 1 kolf
19 Juni 2014
S:
O: Keadaan umum
Tekanan darah
110/70 mmHg
Nadi
80x/menit
Pernafasan
20x/menit
Suhu
36oC
14
Eritrosit
2,98 juta/ L
Hb
9,3 gr/dl
Leukosit
16.100 L
Trombosit
366.000 L
Ht
27 %
Ureum
219 mg/dl
Kreatinin
3.2 mg/dl
GFR
11.2
Keadaan spesifik
Kepala
KGB
Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
A:
P:
Anemia
Infus Nefrosteril : RL = 2:1, 20 tpm
Inj Prosogan 2x1
Inj Levofloksasin 500mg 3x1
Inj Transamin 3x1
Inj Vit K 3x1
Bicnat 3x1
Prorenal 3x1
Asam folat 3x1
Transfusi PRC 1 kolf
15
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
4.1 Hematemesis melena
A. Definisi
Hematemesis adalah muntah darah, melena adalah buang air
besar berwarna hitam ter yang disebabkan karena adanya luka pada
saluran cerna bagian atas. Warna merah atau gelap berasal dari konversi
Hb mejadi hematin oleh bakteri setelah 14 jam. 4
Biasanya terjadi hematemesis bila ada perdarahan di atas
ligamentum Treitz, mulai dari proksimal jejunum proksimal, duodenum,
gaster, dan esophagus. Melena dapat terjadi bersamaan dengan
hematemesis atau dapat berdiri sendiri. Banyak sedikitnya darah yang
keluar pada hematemesis dan melena sulit untuk dijadikan patokan
besar atau kecilnya luka pada saluran cerna. Hematemesis melena
merupakan keadaan gawat yang membutuhkan penanganan secara
cepat. 4
B. Etiologi
Terdapat beberapa penyebab terjadinya hematemesis, yaitu kelainan
di esophagus dan kelainan di lambung.
-
1. Kelainan di esofagus
Varises esophagus
Perdarahan varises esophagus merupakan salah satu komplikasi
16
Karsinoma esophagus
Pasien lebih mengalami melena disbanding hematemesis dan
melena yang terjadi tidak spontan, massif seperti varises
esophagus.4
Sindroma Mallory-weiss
Sindrom Mallory-Weiss, dikenal juga sebagai robekan Mallory
Weiss, adalah sebuah kondisi yang antara lain berhubungan dengan
alkoholisme dan hernia hiatal di mana lapisan mukosa di ujung
bawah esofagus atau di atas lambung robek laserasi, menyebabkan
muntah darah. Laserasi seringkali juga menyebabkan perdarahan
arteri submukosa.4
2. Kelainan di lambung
Gastritis erosiva hemoragika
Gastritis adalah suatu keadaan inflamasi pada mucosa gaster.
Berdasarkan waktunya, gastritis dibagi menjadi 2 yaitu gastritis
akut dan gastritis kronis. Gastritis akut dibagi menjadi 2 yaitu :
gastritis erosive dan gastritis non erosive. Gastritis erosive dapat
disebabkan
karena
memakai
obat-obatan
NSAID
(aspirin,
17
Tukak lambung
Pada tukak lambung pasien mengalami mual, muntah, nyeri ulu
hati. Pada tukak lambung, gejala yang dominan adalah hematemesis
dibandingkan melena.4
C. Patofisiologi
Penyebab melena yang tersering adalah varices esophagus dan
gastritis erosive. Pada varices esophagus, nekrosis sel hepar akan
menyebabkan peningkatan pada vena porta dan sebagai akibatnya
akan timbul pembuluh darah kolateral dalam subukosa esophagus,
gaster, rectum, serta pada dinding dalam abdomen.4
Pembuluh darah kolateral tersebut lebih kecil dan lebih mudah
pecah sehingga apabila varices tersebut pecah akibat suatu hal, akan
menyebabkan perdarahan yang massif. Dalam perjalanannya di
dalam usus, darah akan bercampur dengan asam lambung sehingga
darah akan menjadi hitam. Hal tersebut yang mendasari terjadinya
melena pada varices esophagus.4
Melena pada gastritis erosive disebabkan karena adanya
inflamasi pada mukosa gaster yang disebabkan oleh obat-obatan
NSAID, alcohol, stress. Inflamasi tersebut disebabkan karena
penggunaan NSAID , jamu, dan alcohol akan menghambat
pembentukan prostaglandin yang berfungsi untuk melindungi
dinding lambung sehingga akan terjadi erosi pada lambung. Apabila
hal itu terjadi terus, menerus dan mengenai pembuluh darah maka
18
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah lengkap
Masa perdarahan
Masa pembekuan
Faal hati
Endoskopi SCBA
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
pada
perdarahan
adalah
menghentikan
puasa.6
Farmakologis
:
Transfusi PRC 500cc sampai Hb 10gr/dL pad avarices
F.
-
Komplikasi
Syok hipovolemik
Anemia
Pneumonia aspirasi
Infeksi
19
Tabel 2.2 Laju filtrasi glomerulus dan stadium gagal ginjal kronik
Stadium
Deskripsi
Risiko meningkat
Kerusakan
Laju
filtrasi
glomerulus
(mL/menit/1.73 m)
90 dengan faktor
risiko
ginjal 90
20
disertai
LFG
normal
atau
meninggi
Penurunan ringan LFG
Penurunan sedang LFG
Penurunan berat LFG
Gagal ginjal
2
3
4
5
60-89
30-59
15-29
<15 atau dialysis
B. Etiologi
Dari data yang dikumpulkan oleh Indonesia Renal Registry (IRR) tahun
2007-2008 penyebab gagal ginjal kronik adalah glomerulonefritis (25%),
DM (23%), hipertensi (20%). 3
-
Glomerulonefritis
Istilah glomerulonefritis digunakan untuk berbagai penyakit
ginjal yang etiologinya tidak jelas akan tetapi memberikan
gambaran histopatologis tertentu pada glomerulus. Berdasarkan
sumber
terjadinya,
glomerulonefritis
dibedakan
menjadi
Diabetes mellitus
Diabetes mellitus
merupakan
suatu
kelompok
penyakit
21
kronis
dibagi
menjadi
makroangiopati
dan
mikroangiopati
mengenai
pembuluh
darah
mata
Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik 140mmHg dan
tekanan darah diastolic 90 mmHg. Berdasarkan penyebabnya,
hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu : hipertensi primer atau idiopatik,
dan hipertensi sekunder atau hipertensi renal.3
C. Patofisiologi
Terjadinya CKD dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor risiko
yang dapat diubah dan faktor risiko yang tidak dapat dirubah. Faktor risiko
yang dapat diubah adalah diabetes mellitus, hipertensi, kolestrol tinggi, dan
merokok. Faktor risiko yang tidak dapat diubah adalah keturunan, usia >60
tahun, jenis kelamin.7
Faktor risiko tersebut menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal
dan menyebabkan Glomerulal Filtratition Rate (GFR) menurun. GFR yang
menurun akan menyebabkan peningkatan ureum kreatinin dan Blood Urea
Nitrogen (BUN). GFR yang menurun akan menimbulkan kompensasi berupa
hipertrofi nefron yang menyebabkan poliuria dan penurunan sodium
sehingga terjadi hiponatremia.7
Apabila
hipertrofi
nefron
terjadi
secara
terus
menerus,
akan
22
Herediter
Usia >60
tahun
Jenis
kelamin
Modifiable risk
-
DM
Hiperlipidem
ia
Hipertensi
Merokok
23
Aliran darah
renalis
BUN,
ureum,
kreatinin
GFR
Hiponatremi
a
Hipertrofi
nefron
fungsi
nefron
Penurunan fungsi
non ekskretori
EPO
Anemi
a
Gagal konversi
Ca
Hipokalsemia
Penurunan fungsi
ekskretori
resorbsi
sodium
HT
Edema
ekskresi
fosfat
ekskresi
H+
Asidosis
metaboli
k
Hiperfosfate
mia
CHF
baik
atau tidak.
Ureum
Kreatinin
GFR
-
Hiperkalem
ia
Hipokalsemia
D. Pemeriksaan penunjang
-
ekskresi
potasium
24
Glukosa darah
Untuk mengetahui apakah pasien memiliki DM atau tidak, karena
komplikasi mikroangiopati pada DM adalah nefropati diabetic.
Urinalisa
Untuk mengetahui apakah terdapat mikroalbuminuria atau tidak.
E. Penatalaksanaan
A. Terapi konservatif
Tujuan pengobatan dengan terapi konservatif adalah untuk mencegah
penurunan fungsi ginjal secara progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat
akumulasi toksin, memerbaiki keseimbangan asam basa serta elektrolit.3
Diet rendah protein
Peranan diet ini sangat penting untuk mencegah peningkatan ureum dan
kreatinin pada pasien CKD. Tetapi apabila terlalu lama diet rendah protein,
dapat mengganggu keseimbangan asam basa.3
Balance cairan
25
26
BAB V
ANALISA KASUS
27
Pasien lemas, mudah lelah dan tidak nafsu makan disebabkan karena
pasien mengalami anemia. Anemia merupakan keadaan penurunan Hb
yang menyebabkan pengangkutan Oksigen untuk menghasilkan energi
menjadi terganggu, hal tersebut mendasari terjadinya lemas, mudah lelah,
dan tidak nafsu makan. Pasien mengonsumsi jamu sejak 30 tahun yang lalu
merupakan faktor risiko terjadinya gastritis erosive yang menyebabkan
nyeri ulu hati, mual, perut kembung, dan BAB berdarah warna hitam.
Warna hitam didapatkan karena darah bercampur dengan asam lambung.
2. Pada pemeriksaan fisik di temukan konjungtiva anemis +/+, nyeri tekan
epigastrium.
Analisa
28
29
30
BAB VI
KESIMPULAN
31
BAB VII
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
Available
at
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31616/4/Chapter
%20II.pdf. Accesed on 4 July 2014.
4.
32
5.
Wehbi
M,
Katz
J.
Acute
gastritis.
Available
at
http://emedicine.medscape.com/article/175909-overview. Accesed on 3
july 2014.
6.
editors.
Panduan
pelayanan
medic.
Jakarta:
FKUI.
2008.p.157.
7.
33