Written by MasterAdmin
Hits: 30007
-4500
Proses pengawetan makanan telah lama dikenal dan digunakan oleh manusia,
teknologi berjalan seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia akan
adanya ketersediaan pangan. Secara umum makanan di alam mempunyai masa
penyimpanan (Shelf life) yang pendek atau relatif cepat mengalami kerusakan
sehingga
diperlukan
upaya-upaya
untuk
dapat
memperpanjang
masa
namun kandungan
makanan/minuman
bisa
nutrisi sudah
diartikan
sebagai
tidak
suatu
terjamin.
proses
Pengawetan
untuk
menjaga
keinginan manusia untuk mencoba hal-hal baru atau untuk memenuhi kebutuhan
manusia yang berkaitan dengan aktifitas pada masa modern. Maka muncullah
produk-produk seperti biskuit, daging/ikan kaleng, susu, soft drink dan lain-lain,
beberapa produk soft drink memiliki masa kadaluarsa (expired date) sampai satu
tahun. Oleh karena itu proses pengawetan sudah tidak bisa dilepaskan dari
kehidupan
masyarakat. Penyebab
Kerusakan Pada
umumnya
kerusakan
energi
yang
mikroorganisme. Keberadaan
digunakan
mikroorganisme
untuk
pada
suatu
pertumbuhan
bahan/produk
menggunakan
sinar
matahari
maupun
menggunakan
mesin-mesin
tidak
dapat
berfungsi
tanpa
kehadiran
air (Geankoplis,
harus
dilakukan
pemanasan
sekali
lagi. Cara
pengalengan
ditemukan oleh Nicholas Appert pada akhir abad 18. Penelitian yang telah
dilakukannya selama 15 tahun menunjukkan bahwa bila makanan dipanaskan
pada suhu tertentu kemudian ditutup/dibuat kedap udara akan membuat
makanan menjadi lebih awet. Pemanasan dilakukan dengan tujuan untuk
membunuh mikroorganisme dan pengemasan/pengalengan dapat mencegah
masuknya mikroorganisme baru.Pemimpin bangsa Perancis saat itu Napoleon
Bonaparte menggunakan metode pengemasan makanan ini untuk memenuhi
kebutuhan makanan untuk prajuritnya yang sedang berperang. Atas jasanya
tersebut Nicholas Appert mendapat pengahargaan berupa hadiah uang 12.000
franch.Proses pengemasan ini dikembangkan lagi oleh seorang warga negara
Inggris bernama Peter Durant. Dia membuat kemasan yang berasal dari timah
dengan tujuan kemasan tersebut tidak mudah pecah. Pembangunan pabrik
pengalengan makanan pertama di dunia dilakukan oleh Bryan Dorkin dan John
Hall pada tahun 1813.Daging, sayur, buah, susu, minuman ringan (soft
drink) dan makanan laut merupakan jenis makanan yang mudah ditemui
masyarakat
dalam
bentuk
kemasan
kaleng.
Tiap-tiap
makanan
memiliki
pengalengan. Sementara
buah-buahan
seperti
tomat
membutuhkan pemanasan yang lebih lama dan perlu ditambahkan zat-zat asam
tambahan. Lain halnya dengan makanan yang memiliki kadar asam sangat
rendah seperti sayuran dan daging, ketika dikalengkan harus melalui proses
tekanan tinggi (high prresure). Rendahnya kadar asam pada sayuran dan
daging membuat jenis makanan ini memiliki ketahanan yang rendah terhadap
mikroorganisme. Tujuan pemberian tekanan udara yang tinggi saat pengalengan
dimaksudkan untuk mengusir semua udara termasuk oksigen dari kemasan
sehingga mencegah reaksi kimiawi dan enzimatis yang dipicu oleh oksigen.
Tujuan kedua untuk menjaga tekanan dalam kaleng pada tekanan yang
membuat
pertumbuhan
mikroorganisme
tidak
harus dijalankan dengan standar kualitas yang tinggi, Pada kondisi yang buruk
dapat menyebabkan peningkatan mikrooraganisme dan kadar air, kadar air
penting
dikontrol
karena
air
merupakan
faktor
penting (esensial)dalam
akan
menghasilkan
gas
sehingga
menyebabkan
resiko
pencemaran
yang
tinggi
ketika
kaleng
tersebut
telah
oleh
Pasteur
danClaude
Bernard pada 20
April 1862. Pasteurisasi dilakukan dengan memanaskan tempat yang telah diisi
makanan/minuman pada suhu sekurang-kurangnya 63 oC selama 30 menit
kemudian segera diangkat dan didinginkan hingga suhu setinggi-tingginya 10 oC.
Dengan cara ini pertumbuhan bakteri dapat dihambat dengan cepat tanpa
mengubah
rasa
minuman
dan
makanan.
Tidak
seperti sterilisasi,
untuk
mengurangi
kadaluwarsa).Metode
Irradiasi dalam
yang
modern
berenergi
yaitu
tinggi
atau
metode Irradiasi.
sinar
yang
dihasilkan dari accelerator, atau oleh sinar gamma (dihasilkan dari sumber
radioaktif
yang
berupa Cobalt
60
menghancurkan
mikroorganisme
biokimia. Penggunan
metode
ini
atau
memiliki
yang
perubahan
luas
termasuk
lebih penting adalah pada molekul deoxyribonucleic acid (DNA) dan ribonucleic
acid (RNA) dalam sel nukleus, yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan replikasi.
Reaksi inilah yang menyebabkan penghancuran mikroorganisme, serangga, dan
parasit selama proses irradiasi makanan. Efek-efek radiasi hanya dapat terlihat
setelah jangka waktu tertentu, saat DNA double helix gagal dibongkar dan
mikroorganisme tidak bisa direproduksi melalui pembelahan sel. Kecepatan
destruksi sel individu bergantung pada kecepatan dimana ion diproduksi dan
berinter-reaksi dengan DNA, dimana jumlah sel tereduksi bergantung pada dosis
total radiasi yang diterima.Teknologi yang digunakan mirip dengan pasteurisasi,
sehingga metode ini dikenal juga dengan pasteurisasi dingin karena produk tidak
dipanaskan. Irradiasi tidak efektif untuk menghilangkan virus dan tidak dapat
menghilangkan racun yang telah dibentuk oleh mikroorganisme. Sehingga
metode ini baik untuk makanan yang pada awalnya dalam keadaan baik.Para
ahli yang berasal dari berbagai badan-badan dunia seperti FAO (Food &
Agriculture Organization) dan WHO (World Health Organization) telah menjamin
keamanan dari metode pengawetan ini. Sebanyak 40 negara telah mengizinkan
irradiasi makanan sebagai salah satu cara untuk mengawetkan makanan;
contohnya adalah Amerika Serikat, Kanada, dan Cina. Diperkirakan setiap
tahunnya sekitar 500.000 ton makanan diradiasi. Keunggulan utama dari
irradiasi adalah: (a) tidak ada atau sedikit sekali proses pemanasan pada
makanan sehingga hampir tidak ada perubahan dalam sensor karakteristik
makanan; (b) dapat dilakukan pada makanan kemasan dan makanan beku; (c)
dapat dilakukan pada makanan segar melalui satu kali operasi dan tanpa
menggunakan tambahan bahan kimia; (d) perubahan pada aspek nutrisi dapat
dibandingkan dengan metoda pengawetan makanan lainnya, dan (e) proses
otomatis terkontrol dan memiliki biaya operasi rendah. Sementara itu, masalah
utama dalam proses ini adalah: (a) proses dapat digunakan untuk mengeliminasi
bakteri dalam jumlah besar sehingga makanan yang tidak layak makan menjadi
layak jual; (b) jika mikroorganisme pembusuk dimusnahkan tetapi bakteria
patogen tidak, konsumen tidak bisa melihat indikasinya dari bentuk makanan; (c)
makanan
akan
dimusnahkan
berbahaya
setelah
bagi
bakteri
kesehatan
tersebut
jika
bakteri
mengkontaminasi
penghasil
racun
makanan;
(d)
Beberapa
waktu
yang
lalu
masyarakat
digemparkan
dengan
formalin sulit terdeteksi, formalin hanya bisa dideteksi bila kandungannya tinggi.
Pemakaian
bahan
ini
tidak
diijinkan
karena
berbahaya
karena
dapat
sejak
Oktober
1168/Menkes/Per/X/1988. Selain
1988
melalui
formalin
masyarakat
Permenkes
perlu
Nomor
mewaspadai
DEPC);
(d) Dulsin (Dulcin); (e) Kalium Khlorat (potassium chlorate); (f) Kloramfenikol
(chloramphenicol); (g) Minyak nabati yang dibrominasi (brominated vegetable
oils); dan (h) Nitrofurazon (nitrofurazone) (Depkes, 2007).Pemakaian bahanbahan pengawet yang berbahaya biasanya lebih disebabkan karena faktor biaya
yang lebih murah dan dosisnya yang lebih rendah daripada pengawet seperti
benzoat sehingga dapat diperoleh keuntungan yang lebih banyak. Selain itu
bahan pengawet ini mudah digunakan dan banyak toko bahan kimia yang
menyediakan serta lebih cepat untuk proses pengawetan. Faktor ketidaktahuan
masyarakat akan akibat penggunaan bahan-bahan kimia tersebut juga berperan
dalam kasus penggunaan bahan pengawet berbahaya ini. Oleh karena itu
diperlukan upaya penyuluhan tentang bahaya penggunaan bahan kimia tersebut
dan alternatif penggunaan bahan-bahan pengawet/metode pengawetan yang
aman. Di samping itu perlu adanya penegakan hukum (law enforcement) dalam
upaya perlindungan konsumen.
Kedua, Asam Sitrat (citric acid). Merupakan senyawa intermedier dari asam
organik yang berbentuk kristal atau serbuk putih. Asam sitrat ini maudah larut
dalam air, spriritus, dan ethanol, tidak berbau, rasanya sangat asam,. Asam
sitrat juga terdapat dalam sari buah-buahan seperti nenas, jeruk, lemon,
markisa. Asam ini dipakai untuk meningkatkan rasa asam (mengatur tingkat
keasaman) pada berbagai pengolahan minum, produk air susu, selai, jeli, dan
lain-lain. Asam sitrat berfungsi sebagai pengawet pada keju dan sirup, digunakan
untuk mencegah proses kristalisasi dalam madu, gula-gula (termasuk fondant),
dan juga untuk mencegah pemucatan berbagai makanan, misalnya buah-buahan
kaleng dan ikan. Larutan asam sitrat yang encer dapat digunakan untuk
mencegah pembentukan bintik-bintik hitam pada udang. Penggunaan maksimum
dalam minuman adalah sebesar 3 gram/liter sari buah.
Ketiga, Benzoat
(acidum
benzoicum
atau
benzoic
acid). Benzoat
biasa
Keempat, Gula pasir.Digunakan sebagai pengawet dan lebih efektif bila dipakai
dengan tujuan menghambat pertumbuhan bakteri. Sebagai bahan pengawet,
Kelima, Natrium
Metabisulfit. Natrium
metabisulfit
yang
diperdagangkan
berlebihan
akan
hilang
sewaktu
pengeringan.Keenam,
Nitrit
dan
Nitrat. Terdapat dalam bentuk garam kalium dan natrium nitrit. Natrium nitrit
berbentuk butiran berwarna putih, sedangkan kalium nitrit berwarna putih atau
kuning dan kelarutannya tinggi dalam air. Nitrit dan nitrat dapat menghambat
pertumbuhan bakteri pada daging dan ikan dalam waktu yang singkat. Sering
digunakan pada daging yang telah dilayukan untuk mempertahankan warna
merah daging. Jumlah nitrit yang ditambahkan biasanya 0,1 % atau 1 gram/kg
bahan yang diawetkan. Untuk nitrat 0,2 % atau 2 gram/kg bahan. Apabila lebih
dari jumlah tersebut akan menyebabkan keracunan, oleh sebab itu pemakaian
nitrit dan nitrat diatur dalam undang-undang. Untuk mengatasi keracunan
tersebut maka pemakaian nitrit biasanya dicampur dengan nitrat dalam jumlah
yang sama. Nitrat tersebut akan diubah menjadi nitrit sedikit demi sedikit
sehingga jumlah nitrit di dalam daging tidak berlebihan.Ketujuh, Garam (Natrium
Chlorida). Penggaraman yaitu proses penambahan garam (Natrium Chlorida)
murni
tidak
berwarna,
tetapi
kadang-kadang
berwarna
kuning
kecoklatan yang berasal dari kotoran-kotoran yang ada didalamnya. Air laut
mengandung
garam
dapur.
Garam
dapur
sebagai
penghambat
ons/kg
bahan. (Jatmiko
Wahyudi,
Kantor
Penelitian
dan