Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tindak Kriminalitas atau kejahatan bukanlah merupakan peristiwa herediter
(bawaan sejak lahir/warisan) juga bukan merupakan warisan biologis. Tindak
kriminal dapat dilakukan oleh siapapun juga, baik wanita maupun pria dapat
berlangsung pada usia anak, dewasa ataupun usia lanjut. Tindak kejahatan dapat
dilakukan baik secara tidak sadar karena terpaksa untuk mempertahankan
hidupnya maupun sadar dimana tindak kriminal telah dipikirkan, direncanakan,
dan diarahkan pada satu maksud tertentu. Namun tindak kejahatan juga dapat
dilakukan secara setengah sadar. Artinya tindak criminal dilakukan karena adanya
dorongan atau paksaan yang sangat kuat, dan didasari oleh suatu obsesi.
Masyarakat modern yang sangat kompleks menumbuhkan kebutuhan
materil tinggi, dan sering disertai oleh ambisi-ambisi sosial yang tidak sehat.
Dambaan pemenuhan kebutuhan materil yang melimpah, misalnya untuk
memiliki harta kekayaan dan barang-barang mewah, tanpa mempunyai
kemampuan untuk mencapainya dengan jalan wajar, mendorong individu untuk
melakukan

tindak

kriminal.

Dengan

kata

lain

jika

terdapat

ketidaksesuaian/pertentangan antara ambisi-ambisi dengan kemampuan pribadi,


maka peristiwa sedemikian ini mendorong orang untuk melakukan tindak
kriminal. Hal inilah yang menjadi pemicu orang untuk bertindak jahat atau
melakukan tindak pidana.
Sebuah kota pariwisata tentu tidak terlepas sebagai sasaran pelaku
kejahatan. Seperti Kabupaten Badung di Bali yang merupakan salah satu
kabupaten yang penghasilan daerahnya mengandalkan sektor pariwisata sebagai
sumber penghasilan terbesar di daerahnya. Kabupaten Badung merupakan salah
satu Kabupaten terluas yang ada di Provinsi Bali dengan luas daerah sekitar
420,09 km2 dan juga daerah dengan populasi terpadat dengan kepadatan penduduk
1.293 jiwa/km2 dengan total populasi 543.332 jiwa berdasarkan sensus penduduk
2010.

Kabupaten Badung memiliki dua kecamatan yang telah terkenal hingga


tingkat internasional yaitu Kuta, dan Nusa Dua. Kabupaten Badung adalah
satu-satu nya kabupaten yang selalu aktif baik pada siang ataupun malam hari.
Untuk menciptakan situasi kondusif dan aman baik untuk para pariwisata
maupun penduduk sekitar dalam melakukan aktifitas sehari-hari terutama pada
malam hari diperlukan suatu sistem terintegrasi yang mampu memberikan solusi
atau jalan keluar dalam menghindari maupun menyelesaikan sebuah tindak
kriminal.
Karena kebutuhan ataupun obsesi semata, saat ini tindak kriminal dapat
terjadi dimana saja, salah satunya yaitu di jalanan dan pengguna kendaraan
bermotor sering menjadi incaran para pelaku tindak kriminal. Jalanan yang
dimaksud bukanlah hanya jalan-jalan besar diperkotaan melainkan hingga jalanjalan kecil yang ada diperumahan hingga pedesaan. Kejahatan yang sering
dilakukan dijalanan diantaranya adalah perampasan (pembegalan), curanmor
(pencurian kendaraan bermotor), pembunuhan, hingga penculikan.
Dengan ada berbagai macam tindak kejahatan yang sering terjadi di jalanan
tentu dibutuhkan suatu prosedur keamanan yang mampu meningkatkan rasa aman
dari pengguna kendaraan bermotor, mampu digunakan untuk menghindari,
meminta pertolongan pada aparat yang berwajib seperti aparat kepolisian dan
membantu lembaga-lembaga hukum untuk menuntaskan kasus kriminal yang
sering terjadi.
Untuk mewujudkan suatu lingkungan yang kondusif dan memberikan
manfaat yang besar kepada setiap orang yang berada di dalamnya dibutuhkan
sebuah konsep Smart City yang mampu menciptakan lingkungan yang cerdas.
Lingkungan Cerdas (Smart Environment) merupakan salah satu bagian atau
dimensi dari Smart City yang menggunakan seluruh sumber daya yang ada baik
hardware, software, maupun brainware dalam menciptakan sebuah lingkungan
yang terkoneksi dan saling terintegrasi dengan sistem. Dengan terciptanya sebuah
Smart Environment di Kabupaten Badung, maka juga akan tercipta sebuah
kebiasaan hidup yang cerdas yaitu Smart Living yang diharapkan dapat
menambah kesadaran masyarakat maupun wisatawan dan menciptakan sebuah
kabupaten yang sesuai untuk tempat bekerja dan bertempat tinggal.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka dapat
dirumuskan beberapa rumusan masalah. Beberapa rumusan masalah diantaranya
adalah sebagai berikut.
1.
Setiap daerah memiliki potensi tindak kriminal terutama daerah pariwisata
adalah daerah yang rentan dengan tindak kriminal dimana korbannya bisa
2.

saja penduduk lokal maupun wisatawan.


Semakin maju sebuah daerah secara otomatis jumlah pengangguran akan

3.

meningkat yang merupakan salah satu faktor pendorong tindak kriminalitas.


Pengendara kendaraan bermotor merupakan sasaran empuk pelaku tindak
kriminalitas karena selain dapat menggasak harta yang dimiliki namun juga

4.

sekaligus dapat mengambil kendaraan yang digunakan korban.


Baik masyarakat maupun wisatawan yang akan berperan sebagai pengguna
belum sepenuhnya mengerti atau melek dengan teknologi-teknologi masa

5.
6.

kini.
Bagaimana ide/gambaran dari sistem keamanan yang akan dibuat?
Siapa saja yang terlibat dalam pembuatan hingga penerapan sistem yang

7.
8.

akan dibuat?
Dimanakah sistem akan diterapkan/dipasangkan?
Apa saja teknologi pendukung yang digunakan dalam menciptakan sistem

9.

keamanan yang akan diterapkan?


Bagaimana cara kerja sistem sehingga dapat meningkatkan rasa aman,
menghindari tindak kriminal, meminta pertolongan, dan membantu lembaga

10.

hukum?
Kapankah sistem dapat digunakan oleh pengguna baik penduduk setempat

11.

atau wisatawan?
Apa saja keuntungan yang dapat dihasilkan dengan menggunakan sistem
keamanan terintegrasi?

1.3. Solusi yang Ditawarkan


Berdasarkan perumusan masalah yang telah dijabarkan di atas, terdapat
beberapa solusi masalah yang dapat diberikan. Beberapa solusi masalah
diantaranya adalah sebagai berikut.
Solusi pertama adalah dengan memberikan sosialisasi pada masyarakat dan
parawisatawan yang merupakan SDM (Sumber Daya Manusia) yang nantinya
akan menggunakan teknologi baru ini. Solusi yang diberikan adalah mengenai
tingginya tingkat kriminalitas yang terjadi di kabupaten Badung sehingga

diperlukan sebuah teknologi yang mampu membantu secara cepat meminta


pertolongan tanpa diketahui oleh pelaku tindak kriminalitas.
Solusi pertama adalah dengan memberikan sebuah chip yang terhubung
kedalam jaringan dan disertai sebuah controller. Chip akan digunakan dengan
cara pemasangan atau dibenamkan pada setiap kendaraan bermotor sehingga
kendaraan tersebut terkoneksi dapat terkoneksi dan melakukan pengiriman data
dengan menggunakan RFID (Radio-Frequency Identification).
Dengan terhubungnya kendaraan tersebut ke dalam jaringan dengan sebuah
chip, maka selanjutnya pemilik kendaraan dapat mengatur izin beroperasi dari
kendaraan yang dimiliki. Solusi ini bermanfaat ketika kendaraan dicuri. Seketika
pemilik kendaraan dapat mengunci kendaraan yang dimiliki agar tidak dapat
digunakan dalam sementara waktu hingga diizinkan kembali oleh pemilik
kendaraan.
Kemudian dengan mampunya kendaraan mengirimkan data sehingga
kendaraan dapat dipasangkan teknologi GPS (Global Positioning System) yang
berfungsi untuk melakukan pemetaan lokasi pada setiap kendaraan. Solusi ini
akan sangat bermanfaat dalam menuntaskan kasus pencurian karena pihak
berwajib seperti kepolisian dapat dengan mudah melakukan pelacakan letak
kendaraan baik mencari lokasi akhir kendaraan maupun mengetahui setiap
perpindahan tempat dari kendaraan tersebut.
Ketika kendaraan telah terintegrasi

dengan jaringan dan mampu

menggunakan teknologi GPS, terdapat sebuah tambahan inovasi yaitu dengan


memberikan sebuah fitur Hijack/Panic Button (Tombol Pembajakan/Panik) pada
kendaraan bermotor sehingga ketika pengendara mengetahui bahwa dirinya akan
menjadi korban tindak kriminal jalan raya, pada jarak yang masih tergolong aman
pengendara dapat menekan Hijack/Panic Button sebelum tindak kriminal
dilakukan. Dengan aktifnya Hijack/Panic Mode (Mode Pembajakan/Panik) maka
teknologi GPS akan segera aktif dan akan terus menyala walaupun mesin motor
dimatikan dan memberikan tembusan berita darurat kepada Command Center dan
pihak berwenang seperti kepolisian. Teknologi ini, diadopsi dari teknologi yang
digunakan oleh sebuah pesawat terbang dimana ketika terjadi pembajakan atau
tindak kriminal yang tentunya dapat membahayakan penumpang ataupun kru
pesawat, pada ruang kokpit pilot dapat menekan tombol pembajakan (Hijacked
Button) ini sehingga secara otomatis pada ATC (Air Traffic Control) yang

merupakan Command Center bagi setiap pesawat yang melakukan penerbangan,


status pesawat akan berubah menjadi darurat menandakan bahwa telah terjadi
pembajakan di dalam pesawat tersebut, dimana sistem akan secara otomatis
mengunci kokpit demi keselamatan pilot agar pesawat dapat terus dikendalikan
selama pembajakan berlangsung. Ketika dalam Hijacked Mode (Mode
Pembajakan), pesawat akan terus terpantau menggunakan pemetaan GPS ataupun
menggunakan pemetaan radar dari setiap ATC yang dilewatinya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Smart City
Smart City atau secara harfiah berarti kota pintar, merupakan suatu konsep
pengembangan, penerapan, dan implementasi teknologi yang diterapkan untuk
suatu wilayah (khususnya perkotaan) sebagai sebuah interaksi yang kompleks di
antara berbagai sistem yang ada di dalamnya. Kata city (kota) merujuk pada kota
sebagai pusat dari sebuah negara ataupun sebuah wilayah, di mana semua pusat
kehidupan berada seperti pemerintahan, perdagangan, pendidikan, kesehatan,
pertahanan, dan lain-lain. Kota memiliki daya tarik tersendiri untuk menetap.
Berbagai kota di berbagai negara yang salah satunya adalah Indonesia
telah menerapkan konsep Smart City. Penerapan Smart City di Indonesia
mencakup berbagai bidang antara lain, pendidikan, kesehatan, pariwisata,

pemerintahan dan lain-lain. Smart City merupakan langkah awal dalam


menciptakan suatu kota dengan kualitas hidup yang lebih baik, dengan
berbasiskan komputer dan layanan komunikasi.
2.1.2. Jenis-Jenis Pembagian Smart City
Seorang ilmuwan bernama Giffinger juga menyatakan pembagian Smart
City ke dalam enam jenis. Keenam jenis pembagian Smart City tersebut meliputi
Smart Economy, Smart Mobility, Smart Governance, Smart People, Smart Living,
dan Smart Environment.
1.

Smart Economy
Implementasi dan oenilaian Smart City pada bagian (dimensi) Smart
Economy meliputi dua hal. Kedua hal tersebut adalah proses inovasi
(inovation) dan kemampuan daya saing (competitive). Kedua hal ini
berguna untuk mencapai peningkatan ekonomi bangsa yang lebih baik dan
pintar (smart), karena inovasi dan kemampuan daya saing merupakan
modal utama majunya sebuah bangsa.

2.

Smart People
Smart People dapat dikatakan sebagai tujuan utama yang harus dipenuhi
di dalam mewujudkan Smart City. Pada bagian/dimensi ini terdapat
kriteria proses kreatifitas (creativity) pada diri manusia dan modal sosial
(social capital).

3.

Smart Governance
Smart Governance merupakan bagian atau dimensi pada Smart City yang
mengkhususkan pada tata kelola pemerintahan. Smart Governance
meliputi segala syarat, kriteria, dan tujuan untuk proses pemberdayaan
(empowerment) dan partisipasi (participation) dari masyarakat dan
pemerintah secara bersama-sama. Adanya kerja sama antara pemerintah
dan masyarakat diharapkan dapat mewujudkan tata kelola dan jalannya
pemerintahan yang bersih, jujur, adil, dan berdemokrasi, serta kualitas dan
kuantitas layanan publik yang lebih baik.

4.

Smart Mobility

Smart Mobility merupakan bagian atau dimensi pada Smart City yang
mengkhususkan pada transportasi dan mobilitas masyarakat. Pada Smart
Mobility ini terdapat proses transportasi (transport) dan mobilitas
(mobility) yang smart, sehingga diharapkan tercipta layanan publik untuk
transportasi dan mobilitas yang lebih baik serta menghapus permasalahan
umum di dalam transportasi baik dalam menanggulangi kemacetan, lalu
lintas, hingga mengurangi polusi udara.
5.

Smart Environment
Smart Environment merupakan bagian atau dimensi pada Smart City yang
mengkhususkan

kepada

bagaimana

menciptakan

lingkungan

(environment) yang pintar (smart). Kriteria penilaian di sini mencakup


proses kelangsungan (sustainability) dan pengelolaan sumber daya
(resource) yang lebih baik. Untuk mewujudkan Smart Environment, perlu
adanya beragam terapan aplikasi dan komputer dalam bentuk Sensor
Network dan Wireless Sensor Network jaringan komputer (jaringan
wireless dan Cloud Computing), kecerdasan buatan, database sistem,
mobile computing dan teknologi lainnya yang terkait dengan pengelolaan
lingkungan hidup dan manusia itu sendiri.
6.

Smart Living
Pada Smart Living terdapat syarat, kriteria, dan tujuan untuk proses
pengelolaan kualitas hidup (quality of life) dan budaya (culture) yang lebih
baik dan pintar (smart). Untuk mewujudkan Smart Living, terdapat tiga
buah subbagian yang harus dipenuhi yaitu fasilitas, penyediaan sarana,
prasarana, informasi dan infrastruktur IT (ICT infrastructure).

2.1.3. Teknologi-Teknologi Smart City


2.1.3.1. OTT (Over The Top)
OTT (Over The Top) adalah teknologi informasi di bidang pendekatan
dan pemodelan yang diimplementasikan dalam bentuk aplikasi dan layanan
aplikasi untuk video dan audio streaming, messaging, dan jejaring sosial,
memanfaatkan koneksi internet dari provider dan berbasis mobile. OTT berjalan
di Application Layer, layer teratas pada pemodelan layer TCP/IP maupun OSI.

2.1.3.2. Cloud Computing


Cloud Computing

menurut NIST (National Institute of Standard

Technology) dalam draftnya yang berjudul The NIST Definition of Cloud


Computing, Peter Meel dan Timothy Grance adalah sebuah model yang
memungkinkan adanya penggunaan sumber daya (resource) secara bersama-sama
dan mudah, menyediakan jaringan akses di mana-mana, dapat dikonfigurasi, dan
layanan yang digunakan dapat disesuaikan dengan keperluan (on demand). Hal ini
berarti layanan pada Cloud Computing dapat disediakan dengan cepat dan
meminimalisir interaksi dengan penyedia layanan (vendor/provider) Cloud
Computing. Dalam Cloud Computing terdapat empat Model Deployment Cloud
Computing diantaranya adalah,
1.

Private Cloud, dimaksudkan sebagai model deployment Cloud


Computing yang ditujukan untuk kalangan tertentu (private).

2.

Public Cloud, menyediakan akses sebanyak mungkin kepada siapapun


yang terhubung kedalam jaringan Cloud.

3.

Community Cloud, model deployment yang dibangun oleh satu atau


beberapa buah komunitas.

4.

Hybrid Cloud, merupakan gabungan dari Private dan Public Cloud.

Layanan IAAS (Infrastructure As A Service)


Layanan Cloud Computing dalam bentuk IAAS (Infrastructure As A Service)
sangat banyak digunakan di dalam OTT (Over The Top). Dalam hal ini, baik
pengembang aplikasi dan layanan berbasis OTT (Over The Top) maupun para
penyedia layanan berbasis OTT (Over The Top) maupun para penyedia layanan
berbasis ITT (Over The Top), akan terbantu dengan adanya layanan infrastruktur
berbasiskan teknologi Cloud Computing di jaringan komputer. Infrastruktur
meliputi penyediaan komputer server dan komputer database server, gateway,
router internet, dan lain-lain. Pada implementasi secara luas, lokasi geografis
dapat berbeda-beda (ataupun menyebar di beberapa tempat di dunia dengan
sinkronisasi. Penyediaan data center pada lokasi geografis yang berbeda
merupakan salah satu implementasi Layanan IAAS.

Layanan PAAS (Platform As A Service)


Layanan PAAS (Platform As A Service) Cloud lebih ditujukan kepada mereka
yang melakukan pengembangan perangkat lunak (aplikasi) dan layanan berbasis
OTT (Over The Top). Pengembang dalam hal ini meliputi pengembang utama,
pihak ketiga, dan juga penyedia layanan. Dengan menggunakan jenis layanan
Cloud PAAS (Platform As A Service) ini, para pengembang dapat dengam mudah
mengembangkan aplikasi maupun tambahan fitur pada aplikasi dan layanan
berbasis OTT (Over The Top) secara remote dari internet, pada platform apapun.
Demikian juga, standarisasi di dalam pengembangan dapat lebih jelas, sehingga
membantu proses menjadi lebih cepat dan hasilnya menjadi lebih baik.
2.1.3.3. Database
Database atau basis data adalah kumpulan data yang disimpan secara
sistematis di dalam komputer dan dapat diolah atau dimanipulasi menggunakan
perangkat lunak (program aplikasi) untuk menghasilkan informasi. Pendefinisian
basis data meliputi spesifikasi berupa tipe data, struktur, dan juga batasan-batasan
data yang akan disimpan. Basis data merupakan aspek yang sangat penting dalam
sistem informasi dimana basis data merupakan gudang penyimpanan data yang
akan diolah lebih lanjut. Basis data menjadi penting karena dapat menghidari
duplikasi data, hubungan antar data yang tidak jelas, organisasi data, dan juga
update yang rumit. Pengolahan sebuah database dapat dilakukan dengan
menrapkan teknologi Data Warehouse dan Data Mining.
1.

Data Warehouse, digunakan untuk melakukan OLAP (Online Analytical


Processing). Teknologi OLAP dimanfaatkan penuh untuk melakukan
Data Mining.

2.

Data Mining, digunakan untuk melakukan information discovery yang


informasinya lebih ditujukan untuk seorang Data Analyst (dengan
ditambah visualisasi tentunya). Dalam prakteknya, data mining juga
mengambil data dari data warehouse. Data Mining lebih khusus dan
lebih spesifik dibandingkan OLAP.

2.1.3.4. FOSS (Free / Open Source Software)


FOSS singkatan dari Free (Freedom) / Open Source Software, artinya
perangkat lunak atau program komputer yang tersedia bebas atau merdeka untuk
digunakan dan digandakan. FOSS juga dapat dipelajari dan dikembangkan karena
tersedia kode sumbernya (opened source) dan disebarluaskan untuk apa saja.
Contoh FOSS adalah Linux, yaitu sistem operasi komputer yang dilengkapi
berbagai program untuk memenuhi hampir semua kebutuhan pengguna komputer.
2.1.4. Teknologi Pendukung Cloud Computing dan Smart City
2.1.4.1. RFID (Radio Frequency Identification)
RFID (Radio Frequency Identification) didefinisikan sebagai sebuah
teknologi digital memanfaatkan jaringan wireless (gelombang radio) untuk proses
transfer data, identifikasi sebuah objek, termasuk juga informasi elektronik
lainnya (biasanya dalam bentuk tag). RFID berukuran sangat kecil, bahkan sebuah
RFID dapat hampir seukuran sebutir beras. Misalkan dalam hal ini sebuah
microchip dengan teknologi RFID di dalamnya untuk pemantauan sistem tubuh
manusia atau suatu sistem keamanan dan barang.
2.1.4.2. GPS (Global Positioning System)
GPS (Global Positioning System) adalah sistem navigasi yang
berbasiskan satelit yang saling berhubungan dan berada pada orbitnya.
Satelit-satelit tersebut merupakan milik Departemen Pertahanan (Departemen of
Defense) Amerika Serikat. Untuk dapat mengetahui posisi seseorang maka
diperlukan alat yang diberinama GPS Reciever yang berfungsi untuk menerima
sinyal yang dikirim dari satelit GPS. Posisi diubah menjadi titik yang dikenal
dengan nama Way-point yang berupa titik-titik koordinat lintang dan bujur dari
posisi seseorang atau suatu lokasi kemudian akan ditampilkan pada sebuah peta
elektronik atau digital.
2.1.4.3. M2M (Machine To Machine)
M2M (Machine To Machine) merupakan segala teknologi yang
memperbolehkan jaringan komputer untuk berkomunikasi dengan perangkat keras

10

lainnya (termasuk juga perangkat keras komputer). Jaringan komputer dalam hal
ini meliputi wired (kabel), wireless (nirkabel), Peer To Peer (P2P), Cloud
Computing, Bluetooth, Sensor Network, Wireless Sensor Network (WSN).
2.1.4.4. IOT (Internet Of Things)
IOT

(Internet

Of

Things)

merupakan

sebuah

teknologi

yang

memungkinkan adanya pengendalian, komunikasi, dan kerja sama dengan


berbagai perangkat keras melalui jaringan internet. M2M atau IOT, keduanya
sama-sama menggunakan bahasa pemrograman tingkat rendah yaitu bahasa
mesin, sehingga memudahkan komunikas antara perangkat lunak komputer
(aplikasi) dengan perangkat keras (hardware).
2.2. Desain Solusi
Untuk mengurangi tindak kriminal yang sering terjadi di Kabupaten
Badung, terdapat beberapa desain solusi yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah tersebut. Berikut adalah pemaparan dan penjelasan
beberapa solusi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
2.2.1. Desain Aplikasi Mobile Anti Theft Berteknologi Cloud Computing dan
OTT dengan Dukungan M2M/IOT
Desain aplikasi mobile anti theft (anti maling/pencuri) berteknologi OTT
adalah salah satu inovasi solusi yang dapat ditawarkan. Aplikasi berbasis mobile
berteknologi OTT dapat digunakan dimana saja selama layanan data masih
tersedia. Aplikasi mobile yang dirancang mengedepankan konsep M2M (Machine
To Machine) dan IOT (Internet Of Things) yang artinya aplikasi mobile ini akan
dapat berkomunikasi dengan perangkat keras lainnya menggunakan jaringan
nirkabel (wireless) yang terhubung melalui internet. Rancangan prototype aplikasi
memiliki 4 halaman utama yaitu halaman Dashboard, Pendaftaran, Pengamanan,
dan Temukan Lokasi. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai halamanhalaman tersebut.
1.

PIN Login

11

Halaman PIN Login merupakan halaman yang paling pertama muncul


ketika aplikasi dibuka. Fungsinya adalah untuk melakukan validasi akses
pengguna. PIN untuk melakukan login terdiri dari 4 digit angka. Berikut
adalah tampilan halaman PIN Login.

Gambar 2.1. Halaman PIN Login Aplikasi Mobile Anti-Theft

Terlihat pada Gambar 2.1 terdapat 4 kolom untuk memasukan PIN.


Ketika PIN selesai dimasukkan dan benar halaman akan secara langsung
beralih ke halaman berikutnya yaitu halaman Dashboard.
2.

Dashboard
Halaman Dashboard adalah halaman awal yang akan pertama kali tampil
ketika aplikasi dijalankan. Halaman ini akan menampilkan daftar
kendaraan bermotor yang dimiliki dan telah terverifikasi berdasarkan
validasi yang dilakukan dengan mencocokan data pada BPKB (Buku
Pemilik Kendaraan Bermotor), data fisik kendaraan, dan data yang
terdapat pada sistem yang dapat didaftarkan pada kantor-kantor polisi

12

diseputaran kabupaten Badung. Untuk melakukan aktivasi aplikasi pemilik


kendaraan bermotor perlu melakukan konfirmasi nomor selular yang
digunakan.

Gambar 2.2. Halaman Dashboard Aplikasi Mobile Anti-Theft

Terlihat pada Gambar 2.2 di atas, aplikasi sudah aktif dan terdapat
beberapa kendaraan yang dimiliki oleh pengguna yang sekaligus
merupakan pemilik dari kendaraan tersebut. Pada halaman Dashboard
juga terdapat tombol untuk melakukan pendaftaran awal yang nantinya
harus diverifikasi pada kantor-kantor polisi diseputaran kabupaten
Badung.
3.

Pendaftaran
Halaman Pendaftaran atau yang mungkin lebih kenal dengan registrasi
adalah halaman yang diperlukan untuk melakukan pendaftaran awal
sebelum validasi kepemilikan kendaraan dilakukan di kantor kepolisian.
Berikut adalah tampilan dari halaman Pendaftaran.

13

Gambar 2.3. Halaman Pendaftaran Aplikasi Mobile Anti-Theft

Pada Gambar 2.3 terlihat pada halaman Pendaftaran terdapat


beberapa form yang wajib diisi diantaranya adalah form Nomor Registrasi
Kendaraan, Nama Pemilik Kendaraan (penulisan nama pemilik pada
STNK dari setiap kendaraan yang dimiliki bisa saja berbeda), dan
Konfirmasi PIN. Kemudian pengguna dapat menekan tombol Daftarkan
Kendaraan. Jika proses berhasil maka kendaraan akan terdaftar namun
belum dapat diproses karena belum terverifikasi.
4.

Pengamanan
Halaman Pengamanan adalah halaman yang menjadi pusat (central)
kendali dari kendaraan yang dimiliki. Halaman ini memiliki beberapa opsi
pilihan keamanan kendaraan yang dapat digunakan. Berikut adalah desain
prototype dari halaman Pengamanan.

14

Gambar 2.4. Halaman Pengamanan Aplikasi Mobile Anti-Theft

Terlihat pada Gambar 2.4 terdapat beberapa opsi pengamanan diantaranya


yaitu, Temukan Lokasi, Kunci Kendaraan, Hidupkan Sirine, dan Laporkan
Kehilangan.
a. Temukan Lokasi
Temukan Lokasi adalah mode pengamanan yang secara diam-diam
akan melakukan tracing lokasi titik koordinat menggunakan dukungan
teknologi GPS yang terdapat pada kendaraan dan akan melakukan
streaming lokasi yang akan ditampilkan pada layar smartphone
menggunakan Google Maps API. Streaming data dilakukan dengan
memanfaatkan layanan internet sehingga peran teknologi OTT dan
M2M/IOT sangat berperan pada mode pengamanan ini.
b. Kunci Kendaraan
Kunci Kendaraan adalah mode untuk melakukan penguncian secara
remote (jarak jauh). Mode ini akan secara perlahan mematikan
kendaraan seketika setelah microcontroller menerima perintah melalui
internet untuk mematikan kendaraan. Selama mode ini masih aktif
microcontroller akan aktif (standby) dengan menggunakan daya yang
sangat kecil untuk menerima perintah kembali dan akan menolak jika
kendaraan ingin dihidupkan kembali. Mode ini juga dapat mencegah

15

terjadi tindak pencurian dengan mengaktifkannya untuk mengunci


ketika memarkirkan kendaraan.
c. Hidupkan Sirine
Mode

ini

berfungsi

untuk

memerintahkan

kendaraan

untuk

membunyikan klakson secara terus menerus. Melalui internet,


microcontroller akan menerima perintah dan secara otomatis akan
membuyikan klakson secara terus menerus hingga microcontroller
tersebut menerima perintah untuk berhenti.
d. Laporkan Kehilangan
Mode ini adalah mode yang dapat digunakan untuk melaporkan berita
kehilangan pada kepada pihak kepolisian. Disinilah Cloud Computing
dengan model Hybrid Cloud dibutuhkan. Data laporan kehilangan
akan dikirimkan pada Cloud Server dengan menggunakan jaringan
internet yang nantinya akan menerbitkan laporan pada Control Center
kepolisian. Dengan Cloud Computing pihak kepolisian terdekat dapat
mengakses laporan kehilangan ini dan dapat melacak keberadaan
kendaraan yang hilang untuk segera bertindak. Sebelumnya pihak
kepolisian akan mengkonfirmasi dan menginstruksikan agar pemilik
kendaraan yang kehilangan untuk tetap tenang. Hybrid Cloud pada
mode ini berfungsi untuk membagi data yang dapat diakses oleh
lembaga kepolisian, lembaga hukum pendukung lainnya, dan pemilik
kendaraan tersebut.
Pada halaman ini juga terdapat status koneksi dari kendaraan tersebut
apakah kendaraan terhubung dalam jaringan (online) ataupun tidak
(offline). Untuk menggunakan/mengaktifkan setiap metode ini pengguna
hanya perlu untuk menekan tombol metode yang diinginkan sebanyak 3
kali dan untuk mematikannya cukup tekan tombol sebanyak 1 kali.
5.

Temukan Lokasi
Halaman Temukan Lokasi merupakan halaman yang akan menampilkan
titik letak kendaraan berada. Selama dalam mode ini perangkat GPS akan
menentukan titik lokasi berdasarkan titik koordinat yang didapat dari
satelit, kemudian microcontroller akan memberikan perintah kepada

16

Modem GSM untuk melakukan streaming titik koordinat tersebut menuju


smartphone pengguna dengan jaringan internet sehingga pemilik
kendaraan dapat mengetahui perpindahan lokasi dari kendaraan yang
dimiliki. Halaman ini menggunakan API Google Maps dimana layanan
Google Maps sendiri tersimpan secara Cloud sehingga dapat digunakan
dimana saja hanya dengan terhubung melalui jaringan internet.

Gambar 2.5. Halaman Temukan Lokasi Aplikasi Mobile Anti-Theft

Pada Gambar 2.5 di atas titik lokasi kendaraan yang hilang dapat
terdeteksi dengan menggunakan Cloud API Google Maps, dengan
dukungan GPS yang terhubung dengan dan melakukan streaming
menggunakan jaringan internet dengan memanfaatkan teknologi OTT dan
M2M/IOT.
2.2.2. Prosedur dan Bisnis Proses
2.2.2.1.
i. Penggunaan Teknologi Cloud Computing dan Smart City

17

Salah satu teknologi yang berperan penting sebagai penunjang


terbentuknya suatu sistem adalah Cloud Computing. Dengan menerapkan
teknologi Cloud Computing sumber daya yang ada dapat digunakan bersama.
Pada kasus ini teknologi Cloud Computing berperan dalam dua model
layanan yaitu IAAS (Infrastructure As A Service) dan PAAS (Platform As A
Service).
Dalam kasus ini modal layanan IAAS berperan dalam menyediakan
layanan VM (Virtual Machine) sehingga sumber daya (hardware) dapat dipartisi
kedalam beberapa bagian sesuai dengan kebutuhan hingga penggunaan sumber
daya mencapai batas maksimal. Dalam kasus ini VM sangat membantu kinerja
dari sebuah server sehingga sebuah server dapat menangani beberapa masalah
sekaligus dan dapat melakukan pengolahan data dari setiap kendaraan di
kabupaten Badung menjadi lebih cepat dan efisien.
Selain itu, layanan IAAS juga menyediakan media penyimpanan (storage)
sebagai tempat menyimpan data-data kendaraan yang terdapat di kabupaten
Badung. Media

penyimpanan

dalam layanan

IAAS merupakan

media

penyimpanan yang berbasis teknologi Cloud Computing yang bertujuan agar


dapat data-data dapat diakses atau digunakan dari berbagai lokasi mengingat
sebuah kendaraan bermotor memiliki tingkat mobilitas yang tinggi.
Setelah tersedianya

sebuah media

penyimpanan berbasis

Cloud,

diperlukan pula sistem operasi beserta tools yang dapat digunakan untuk
melakukan manajemen data. Dalam studi kasus ini salah satu solusinya adalah
dengan menggunakan FOSS (Free / Open Source Software). FOSS terbebas dari
biaya lisensi untuk setiap perangkat yang digunakan. Selain itu penggunaan FOSS
sangat bermanfaat dimana selain free (gratis), FOSS juga memiliki tingkat
kehandalan (reliability) yang sangat baik dan dapat dikustom (customized) sesuai
dengan kebutuhan. Dalam studi kasus ini penggunaan FOSS dapat merupakan
penggunaan Linux sebagai sistem operasi dan MySQL sebagai database server.
ii. Penggunaan Teknologi

Cloud ComputingM2M/IOT

dengan Dukungan RFID

18

RFID (Radio Frequency Identification) adalah salah satu teknologi


pendukung Cloud Computing dan Smart City. Saat ini RFID sedang terus
dikembangkan. Berdasarkan beberapa jurnal, RFID adalah teknologi masa depan
yang nantinya memiliki kemungkinan besar akan menggantikan teknologi saat ini
yaitu Barcode. Perbedaan RFID dengan Barcode adalah pendeteksian microchip
RFID tidak perlu terlihat agar dapat terdeteksi.
Hingga saat ini RFID telah memiliki jarak deteksi melebihi 50 meter yang
telah dikembangkan sebagai teknologi Anti-Theft System oleh beberapa organisasi
diantaranya adalah Ela Innovation yang berbasis di Prancis, dan Westminster
International Ltd. yang berbasis di Inggris.
Hal inilah yang menjadikan RFID sangat sesuai untuk memberikan sebuah
kendaraan bermotor sebuah ID. ID dari sebuah kendaraan bermotor dapat
diperoleh dari penginputan data yang berasal dari STNK (Surat Tanda Kendaraan
Bermotor) yang terdaftar sebagai kendaraan bermotor di kabupaten Badung.
RFID akan secara otomatis terdeteksi apabila melewati jarak tertentu dari
sebuah Antena RFID dimana ID kendaraan tersebut dapat langsung terdeteksi.
Untuk lebih jelasnya berikut adalah penjelasan mengenai cara dan tahapan kerja
dari RFID pada kendaraan bermotor.

Gambar 2.1. Cara Kerja RFID (Radio Frequency Identification)

Berdasarkan Gambar 2.1 di atas, pertama kendaraan bermotor (baik


sepeda motor ataupun mobil) dengan RFID akan menghampiri Antena RFID.
Antena RFID akan dipasangkan ditempat-tempat umum dimana biasanya
kendaraan berhenti untuk sesaat seperti SPBU, persimpangan jalan, dan

19

portal-portal pembatas jalan seperti portal pada pembelian tiket jalan tol, dan tiket
pelabuhan dan tidak luput juga perbatasan kota. Pemasangan Antena RFID di
beberapa tempat umum ini bertujuan untuk mencari jejak terakhir dari suatu
kendaraan yang dicuri sehingga dapat membantu aparat kepolisian di daerah
kabupaten Badung untuk mendeteksi dan menemukan pelaku pencurian.
Kemudian, di setiap Antena RFID tersedia juga Pembaca RFID (RFID
Reader) yang nantinya akan membaca ID pada setiap kendaraan dan kemudian
akan dikirimkan melalui sebuah wireless router dengan memanfaatkan teknologi
M2M (Machine To Machine) / IOT(Internet Of Things) yang memanfaatkan
jaringan internet untuk mengirimkan data pada Cloud dengan memanfaatkan
pemodelan deployment Hybrid Cloud Computing sehingga data dapat dengan
mudah disakses dimanapun, oleh berbagai kalangan dengan pembagian otoritas,
serta pembagian data publik ataupun privat. Kemudian data kendaraan yang
terdapat pada Cloud akan ditampilkan pada ruang Control Center yang kemudian
akan membantu mengawasi apabila terjadi sebuah tindak kriminal. Kombinasi
Cloud Computing dengan M2M/IOT serta dukungan RFID tidak hanya dapat
mengatasi kasus pencurian namun juga dapat mengatasi kasus penipuan dimana
ID yang dimiliki dari sebuah kendaraan bermotor menjadi sulit untuk
dimanipulasi sehingga dapat memudahkan pencocokan identitas kendaraan dari
RFID dengan data pada Cloud Server.
iii. Implementasi Panic Button pada Kendaraan Bermotor
dengan Teknologi Cloud Computing, dan OTT, Dengan
Teknologi Pendukung GPS
Panic Button atau yang sering disebut Hijacked Mode Button pada sebuah
pesawat terbang adalah tombol yang ditekan ketika sedang terjadi tindak
kejahatan atau kriminal pada sebuah pesawat. Hal ini dapat diadopsi untuk
digunakan pada setiap kendaraan bermotor baik mobil ataupun sepeda motor di
sekitar daerah kabupaten Badung dengan tujuan untuk mempermudah pengendara
dalam meminta pertolongan dalam kondisi yang berbahaya. Implementasi ini
kedepan diperlukan sebuah kerja antara pihak pemerintah dan manufaktur
kendaraan

bermotor

dalam

pengaplikasiannya.

Namun

tidak

menutup

20

kemungkinan bagi kendaraan bermotor yang sudah ada untuk menggunakan


teknologi ini.

Gambar 2.#. Panic Button pada Sepeda Motor

Gambar 2.#. Panic Button pada Mobil

yang ditunjukkan pada Gambar. 1, ketika mobil mulai berjalan, klien


menerima SMS konfirmasi bahwa itu berjalan sekarang. Jika ini adalah
operasi ilegal atau penyusup mencoba untuk menjalankan mobil,
pemilik dapat mengirim SMS untuk mematikan mobil. Setelah itu,
sistem akan memeriksa nomor ponsel untuk pesan yang diterima,
mengkonfirmasi bahwa nomor telepon bisa mengakses keamanan
sistem jika nomor telepon hukum sistem akan mematikan
mobil. Jika pemilik perlu untuk melacak kendaraan, ia / dia harus

21

untuk mengirim SMS berisi kode khusus, setelah itu ia / dia akan
menerima SMS yang berisi koordinat GPS dari mobil,
SMS memperbarui isinya setiap periode yang telah ditentukan.
Juga pemilik mobil dapat menghubungkan modem GSM lain dengan
laptop untuk melacak kendaraan segera menggunakan Google Earth.
Pelacakan dan keamanan sistem yang diterapkan dapat
digunakan untuk memantau berbagai parameter yang terkait dengan keselamatan
antipencurian, layanan darurat dan mesin kios. Kertas

22

23

24

DAFTAR PUSTAKA

25

Anda mungkin juga menyukai