Laporan Praktikum Fartis - Osteoarthritis - Kel 1b
Laporan Praktikum Fartis - Osteoarthritis - Kel 1b
OSTEOARTHRITIS
Kelas B Semester 6
Kelompok 1 :
Rakha Jati Prasetyo
1112102000028
Hana Youlanda
1112102000033
1112102000036
1112102000037
Umi Kulsum
1112102000043
Nursetyowati Rahayu
1112102000049
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Osteoarthritis merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinik ditandai
dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi-sendi
tangan dan sendi besar yang menanggung beban. Seringkali berhubungan dengan
trauma atau mikrotrauma yang berulang-ulang, obesitas, stres oleh beban tubuh, dan
penyakit-penyakit sendi lainnya (Mansjoer, 2000). Osteoartritis merupakan penyakit
sendi yang paling banyak ditemukan di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data
Riskesdas 2007, Prevalensi nasional Penyakit Sendi adalah 30,3% (berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan dan gejala). Terdapat 2 kelompok Osteoarthritis, yaitu
Osteoarthritis primer dan Osteoarthritis sekunder. Osteoartritis primer disebabkan
faktor genetik, yaitu adanya abnormalitas kolagen. Sedangkan Osteoarthritis sekunder
adalah Osteoarthritis yang berdasarkan adanya kelainan endokrin, inflamasi,
metabolik, pertumbuhan, mikro dan makro trauma, imobilitas yang terlalu lama dan
lain-lain. Melihat banyaknya gejala klinis yang ditimbulkan akibat osteoarthritis
sehingga dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien, maka perlu dilakukan
intervensi terapi baik secara non-farmakologis dan nonfarmakologis Osteoarthritis.
2. Tujuan
- Mengetahui tatalaksana pengobatan Osteoarthritis
- Menganalisa rasionalitas resep pada pasien penderita Osteoarthritis
- Memberikan konseling pada pasien terkait informasi obat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pelayanan Kefarmasian
A. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan
Ketidaktaatan minum obat umumnya terjadi pada keadaan berikut:
Jenis dan/atau jumlah obat yang diberikan terlalu banyak
Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering
Jenis sediaan obat terlalu beragam
Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi
Pasien tidak mendapatkan informasi/penjelasan yang cukup mengenai cara
minum/menggunakan obat
Timbulnya efek samping (misalnya ruam kulit dan nyeri lambung), atau
seharusnya.
Tepat Indikasi Penyakit
Setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifi k. Antibiotik, misalnya
diindikasikan untuk infeksi bakteri. Dengan demikian, pemberian obat ini
hanya dianjurkan untuk pasien yang memberi gejala adanya infeksi
bakteri.
efektivtasnya.
Tepat Interval Waktu Pemberian
Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan praktis,
agar mudah ditaati oleh pasien. Makin sering frekuensi pemberian obat per
hari (misalnya 4 kali sehari), semakin rendah tingkat ketaatan minum obat.
Obat yang harus diminum 3 x sehari harus diartikan bahwa obat tersebut
yang terjangkau
Tepat tindak lanjut (follow-up)
Pada saat memutuskan pemberian terapi, harus sudah dipertimbangkan
upaya tindak lanjut yang diperlukan, misalnya jika pasien tidak sembuh
atau mengalami efek samping.
(polifarmasi),
Menggunakan obat yang lebih toksik padahal ada yang lebih aman,
penggunaan
AB untuk infeksi virus, menggunakan injeksi padahal dapat digunakan
sediaan oralnya
Memberikan beberapa obat yang berinteraksi
Extravagant prescribing (kebiasaan meresepkan obat mahal padahal
tersedia obat yang sama efektifnya dan lebih murah)
Genetik
Faktor keturunan mempunyai peran terhadap terjadinya OA.
Sinovitis yang terjadi acapkali dihubungkan dengan adanya mutasi
genetik, yaitu gen Ank. Gen tersebut berkaitan dengan peningkatan
pirofosfat intraselular dua kali lipat, dimana deposit pirofosfat diyakini
dapat menyebabkan sinovitis. Pengaruh faktor genetik mempunyai
kontribusi sekitar 50% terhadap risiko terjadinya OA tangan dan panggul,
dan sebagian kecil OA lutut.
Nutrisi
Fakta menunjukkan bahwa paparan terhadap oksidan bebas secara
terus menerus dalam jangka waktu lama berkontribusi terhadap
berkembangnya penyakit yang berkaitan dengan penuaan (penyakit
degeneratif), termasuk OA. Karena antioksidan dapat memberikan
perlindungan terhadap kerusakan jaringan, maka asupan tinggi dari
antioksidan dipostulasikan dapat melindungi pasien terhadap OA.
Metabolisme normal dari tulang tergantung pada adanya vitamin D. Kadar
vitamin D yang rendah di jaringan dapat mengganggu kemampuan tulang
untuk merespons secara optimal proses terjadinya OA. dan akan
mempengaruhi perkembangannya. Kemungkinan Vitamin D mempunyai
Hormonal
Pada
kartilago
terdapat
reseptor
estrogen,
dan
estrogen
C. Patofisiologi
Osteoarthritis adalah penyakit sendi yang paling sering mengenai rawan
kartilago. Kartilago merupakan jaringan licin yang membungkus ujung-ujung
tulang
persendian.
Kartilago
yang
sehat
memungkinkan
tulang-tulang
menggelincir sempurna satu sama lain. Selain itu kartilago dapat menyerap
renjatan (shock) dari gerakan fisik.
Hal yang terjadi pada penderita OA ialah sobek dan ausnya lapisan
permukaan kartilago. Akibatnya tulangtulang saling bergesekan, menyebabkan
rasa sakit, bengkak, dan sendi dapat kehilangan kemampuan bergerak. Lama
kelamaan sendi akan kehilangan bentuk normalnya, dan osteofit dapat tumbuh di
ujung persendian.3 Sedikit dari tulang atau kartilago dapat pecah dan mengapung
di dalam ruang persendian. Akibatnya rasa sakit bertambah, bahkan dapat
memperburuk keadaan.
Osteoarthritis primer (idiopati) merupakan tipe yang paling umum yang
belum diketahui penyebabnya. Subclass OA primer lokal OA (melibatkan satu
atau dua situs) dan OA umum (mempengaruhi tiga atau lebih situs). Istilah OA
erosive menunjukkan adanya erosi dan proliferasi yang ditandai proksimal
interphalangeal distal dan (PIP dan DIP) sendi tangan.
OA sekunder dikaitkan dengan diketahui penyebabnya, seperti rheumatoid
arthritis atau arthritis inflamasi lain, trauma, gangguan metabolik atau endokrin,
dan faktor bawaan.
OA biasanya dimulai dengan kerusakan pada tulang rawan artikular karena
cedera, kelebihan beban gabungan dari obesitas atau alasan lain, atau
ketidakstabilan sendi atau cedera yang menyebabkan beban yang abnormal.
Kerusakan tulang rawan meningkatkan aktivitas metabolisme kondrosit dalam
upaya untuk memperbaiki kerusakan; ini menyebabkan peningkatan sintesis
konstituen matriks tulang rawan dengan pembengkakan. Keseimbangan normal
antara kerusakan tulang rawan dan resynthesis bisa hilang, dengan pergeseran ke
arah peningkatan kerusakan dan kehilangan tulang rawan.
Penghancuran aggrecans (molekul panjang proteoglikan terkait dengan
asam hialuronat) oleh enzim proteolitik ADAMTS-5 diperkirakan memainkan
peranan penting. Sebuah reseptor kolagen disebut DRR-2 pada permukaan sel
kondrosit juga mungkin terlibat. Dalam tulang rawan yang sehat, DRR-2 tidak
aktif, terlindung dari kontak dengan kolagen oleh aggrekan. Kerusakan tulang
rawan memicu kerusakan aggrekan, sehingga mengekspos DRR-2 kolagen.
Bentuk aktif DRR-2 kemudian meningkatkan aktivitas matriks metalloproteinase
(MMP), yang menghancurkan kolagen. kerusakan kolagen merangsang lebih
lanjut DRR-2 aktivasi, sehingga tulang rawan terjadi kerusakan lebih.
Tulang subchondral yang berdekatan dengan tulang rawan artikular juga
mengalami perubahan patologis yang memungkinkan perkembangan kerusakan
tulang rawan artikular. Di OA, tulang subchondral melepaskan peptida vasoaktif
Proses penyakit
Prognosis
Pilihan terapi
Perubahan paradigma: bahwa OA dianggap sebagai penyakit yang tidak
dapat dihindari, merupakan proses penuaan.
Selain itu belajar mengurangi rasa sakit, latihan fisik dan relaksasi,
BAB III
PROSEDUR PRAKTIKUM
Penerimaan
Resep
Analisis
Rasionalitas
Obat
Penyiapan
Obat
Pemeriksaan
Penyerahan
Akhir
Obat dan
Pemberian
A. Penerimaan resepKonseling
Cek kelengkapan resep
Petugas apotik mengecek apakah resep sudah sesuai syarat dan kaidah
tersebut.
Setelah sudah berdiskusi dengan dokter, catat dan ubah bila diperlukan.
C. Penyiapan obat
Penyiapan etiket
Penyiapan obat masuk ke wadah dan beri etiket
Petugas apotik pada langkah ini menyiapkan etiket obat sesuai pemakaian
obat yang seharusnya untuk mempermudah pasien dalam penggunaannya
D. Pemeriksaan akhir
Kesesuaian obat dengan resep
Pastikan obat sesuai dengan resep yang telah di analisa sebelumnya
Buat kopi resep
Setelah obat sudah sesuai dengan resep, buat salinan resep sebagai arsip
ke pasien.
E. Penyerahan obat dan pemberian konseling
Penyerahan obat
Obat yang telah disiapkan diserahkan dengan memberitahu harga obat
tersebut
Pemberian konseling
Materi informasi yang telah dibuat oleh apoteker selanjutnya harus
disampaikan kepada pasien lewat konseling ini, guna memberi arahan
kepada pasien tentang penggunaan obat yang benar. Selanjutnya, materi
tertulis tersebut diberikan kepada pasien sebagai pengingat disaat pasien
lupa.
BAB IV
1. Resep
Kelengkapan Resep
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Nama Dokter
SIP Dokter
Alamat Dokter
Tanggal Penulisan Resep
Paraf Dokter
Nama Pasien
Alamat Pasien
Umur Pasien
Jenis Kelamin Pasien
Berat Badan Pasien
Jumlah Sediaan
Signatura / Aturan Pakai
3. Riwayat Pengobatan
Nama pasien : Ny. Iis dahlia
Hasil Pemeriksaan
Kelengkapan Resep
ada
ada
Tidak ada
ada
Tidak ada
ada
ada
ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Ada
Umur
: 50 tahun
Jeniskelamin : Perempuan
Alamat/telp
: Cirendeu
Riwayat pengobatan
Obat
(kandungan)
Voltaren
( Na.
Diklofenak
25mg/tab)
Rhematized
artitis
Panadol
Untuk
(paracetamol mengatasi
500 mg/tab) demam
(bila
diperlukan)
4. Kopi resep
Aturan pakai
:
:
:
Efek
Samping
Interaksi obat
Mekanisme kerja
Litium,
dogoxin,
antihipertensi
, NSAID,
kortikosteroid
3x sehari
sesudah
makan
Warfarin dan
antikoagulan
Na. Diklofenakk
adalah golongan
obat non steroid
dengan aktivitas anti
inflamasi, analgesik
dan antipiretik.
Aktivitas diklofenak
dengan jalan
menghambat enzim
siklo-oksigenase
sehingga
pembentukan
prostaglandin
terhambat.
Cara kerja
paracetamol dengan
menghambat
prostaglandin
(mediator nyeri) di
otak tetapi sedikit
aktifitasnya sebagai
penghambat
prostaglandin
perifer. Resorpsinya
dari usus cepat dan
praktis tuntas, secara
rektal lebih lambat.
Kerusakan
hati
tab XXX
R/ Panadol tab
. 3. dd 1
no XV
P.C.C
5. Etiket
SIA : 12345678910
APA : Apoteker Muslim, S.Si, Apt
No resep : 02
tanggal resep:10 april
No resep : 02
tanggal resep : 10
2015
april2015
Nama pasien: Ny. Iis dahlia
Nama pasien: Ny. Iis dahlia
3x Sehari, 1 tablet ssesudah makan
Etiket Volataren
Etiket Panadol
Apoteker
Ny. Iis
Apoteker
Ny. Iis
Apoteker
apotek ini, apa benar ini dgn Ny. Iis Dahlia sendiri?
: Walaikumsalam, ya benar saya Ny. Iis Dahlia.
: Baik bu Iis, ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan terkait
informasi pengobatan ibu ini, apakah ibu memiliki waktu sekitar 15
Ny. Iis
Apoteker
menit?
: Ohiya bisa kok mas.
: Baik bu, sebelumnya informasi apa saja yg telah dijelaskan oleh
Ny. Iis
Apoteker
sering pegal-pegal.
: Oh begitu bu, kalo harapan ibu sendiri sesudah menjalani
Ny. Iis
Apoteker
Ny. Iis
Apoteker
Ny. Iis
Apoteker
dapat maksimal.
: Oh baik mas.
: Jadi obat utk mengobati osteoarthritis ibu yang ini bu, namanya
voltaren berisi Natrium Diklofenak. (sambil menunjukkan obat di
dalam etiket kepada pasien) Diminum 3 kali sehari sesudah makan,
tapi habis minum ini mungkin ibu akan merasa sedikit nyeri di perut
dan agak sakit kepala, tapi tidak apa-apa itu efek yang wajar. Tetapi
kalau nyeri di perutnya sudah tidak tertahankan, sebaiknya ibu
Ny. Iis
Apoteker
Ny. Iis
Apoteker
bu?
: Oh begitu baik mas. Kalo untuk minuman, saya boleh minuman
Apoteker
Ny. Iis
Apoteker
Ny. Iis
Apoteker
Ny. Iis
Apoteker
Ny. Iis
Apoteker
Ny. Iis
Apoteker
anak yah bu. Kalau bisa ditempatkan di kotak obat saja bu.
: Oh gitu, baik mas.
: Apakah ada yang ingin ditanyakan bu?
: Enggak ada sih mas.
: Baik kalau begitu. Ini obat dan kopi resepnya silahkan dibayar di
kasir yah bu. Saya juga menyertakan informasi cara pemakaian obat,
jadi kalau sewaktu-waktu ibu lupa cara minum obatnya bisa dilihat
disitu saja bu. Ini kartu nama saya dan nomor telepon saya, kalau
ada yang ingin ditanyakan terkait pengobatan ibu, silahkan telepon
Ny. Iis
Apoteker
Ny. Iis
7. Pembahasan
ke saya bu.
: Oke mas. Terima kasih
: Sama-sama bu, semoga lekas sembuh yah bu.
: Aamiin. Saya permisi dulu mas, Assalamualaikum
Pasien atas nama Ny. Iis Dahlia didiagnosa menderita osteoarthritis sehingga
diberikan tablet voltaren yang berisi Na Diklofenak (NSAID). Selain itu, Ny. Iis juga
mengalami demam sehingga diberikan panadol yang berisi paracetamol.
Penggunaan voltaren dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan iritasi
lambung, sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri pada pasien. Jadi umumnya
penggunaan golongan NSAID jangka panjang disertai dengan pemberian supresan
asam lambung golongan antagonis reseptor histamin (AH2RA).
Pada resep ini, tidak ada interaksi yang berarti antara voltaren dan panadol
sehingga aman untuk digunakan bersamaan. Berdasarkan data di resep, Ny. Iis
memiliki berat badan di atas normal (overweight) sehingga perlu disampaikan terapi
non-farmakologi untuk mengurangi berat badan pasien, seperti: hindari konsumsi
makanan berlemak, perbanyak konsumsi makanan berserat, hindari kacangkacangan dan tingkatkan frekuensi aktivitas fisik. Obesitas dapat memperparah
kondisi osteoarthritis pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA