Shinjuku 3o
Shinjuku 3o
Rumah produser Keiko benar-benar seperti istana. Sebuah rumah besar di atas tanah ribuan meter
dengan lampu-lampu yang menghiasi setiap sudutnya.
Puluhan mobil mewah terparkir rapih di dalam area taman. Oragawa menurunkan kami di depan jalan
masuk yang berjarak 100 meter dari pintu utama.
Seorang pelayan mengantarkan kami sampai pintu depan kemudian dilanjutkan dengan penerima
tamu di pintu utama yang mengantarkan kami langsung ke dalam rumah.
Benar-benar seperti hidup dalam film-film dongeng. Enath berapa penghasilan produser ini. Aku jadi
penasaran ingin bertemu dengannya langsung.
Musik hip hop melantun keras dari speaker yang kecilnya tidak sesuai dengan suara besar yang
dikeluarkannya.
Seorang pelayan langsung menawarkan minuman dan beberapa snack kepada kami. Keiko mengambil
gelas panjang yang aku yakini berisi champagne.
Wajah-wajah para tamu benar-benar seperti lilin. Kulitnya semua halus dan sangat putih. Bisa
dipastikan mereka adalah artis-artis jepang yang sayangnya aku tidak tahu satupun.
Keiko menyapa beberapa tamu dan memperkenalku kepada mereka. Dan sebagian lagi menyapa
Keiko dan di balas Keiko dengan seadanya. Mungkin mereka orang-orang yang sok kenal dengannya.
Tiba-tiba seorang lelaki setengah baya dengan perawakan gemuk baju ketat dan tidaksesuai dengan
umurnya berteriak kencang memanggil Keiko dengan nada agak panjang.
KEIIIIKKOOOOOO..
Keiko menyambutnya dengan senyuman hangat kemudian orang itu memeluk Keiko erat. lalu ia
memegang pundak Keiko erat, memandanginya dan tertawa kencang. benar-benar orangyang aneh.
Siapa ini? tanyanya.
perkenalkan ini Wesuri. Wesuri ini Mr. Tamura.Produserku.
Aahh...ternyata ini orang yang menggemparkan dunia entertainment! Not bad! Kamu musti muncul
di salah satu filmku Wesuri san. ucapnya dengan suara lantang dan jabatan tangan yang sangat
kencang.
Keiko, aku punya proyek film lagi untukmu. Scriptnya sangat bagus dan aku yakin film ini bisa
memenangkan banyak penghargaan.
Wah senangnya! Kapanaku bisa lihat scriptnya? tanya Keiko.
Masih belum rampung. Mungkin 2 minggu lagi. Ok, aku tinggal dulu. kalian bersenang-senanglah.
ucap Mr. Tamura seraya berteriak lagi memanggil nama orang lain dibelakang kami.
Orang yang baik. kataku basa-basi kepada Keiko.
Kami berjalan semakin jauh ke dalam pesta. Suasana sudah tidak jauh berbeda dari sebuah club.
Lampu berkedap kedip dengan sorotan laser disana-sini. Musik hip-hop hingar biangar memadati
ruangan yang sudah penuh oleh manusia. Entah siapa saja yangdiundang oleh Mr. Tamura. Mungkin
setengah jepang ada di ruangan ini.
Semua orang sepertinya kenal dengan Keiko. Tidak ada satupun yang tidak menyapanya. Bahkan
sebagian dari mereka menyapa akrab dengan pelukan. Aku yang tadinya bergandengan tangan di
sebelah Keiko. Terpaksa berjalan dibelakang dituntun Keiko.
Teman-teman Keiko begitu glamor dan semuanya dari kalangan socialite. Aku menjadi sangat tidak
percaya diri dengan pakaianku. Yang berpakaian hampir sama denganku hanya beberapa orang yang
berada di atas panggung termasuk dj.
Keiko berhenti berkali-kali untuk bercakap-cakap di tengahkebisingan. Semakin lama-percakapan
bertambah lama. Aku seperti merasa sebagai penghalang di sini. Kupanggil Keiko sekali, dua kali, dia
masih tidak mendengar. Dia asyik berbicara dengan beberapa teman artisnya. Kubicara di
telinganya.Aku ingin ambil minum. Kamu mau? tanyaku.
Tidak, terima kasih.
Aku tinggalkan Keiko yang sedang merasakan popularitasnya. Kuhampiri bar kecil yang berada
dipingir ruangan.
Cola. pintaku.
Bar tender memberiku segelas coke dingin yang langsung kutenggak habis setengahnya.
Ada turis disini. kata Okada yang berpakaian sangat rapih menghampiriku dan berdiri tepat di
sebelah kanankku.
Bagaimana kau bisa masuk? tanyanya tengil.
Aku tidak menjawab pertanyaan bodohnya.
Ooh, kamu gunakan Keiko untuk masuk? Bagaimana berada di tengah-tengah kami? Senang?
tanyanya lagi.
Aku tetap tidak peduli dengan pertanyan-pertanyaan sombongnya. Apapun yang keluar dari mulutnya,
tetap aku pemenangnya. keiko kini menjadi milikku bukan dia.
Kenapa tidak menjawab? Tidak bisa bahasa Jepang? Apa memang tidak bisa bicara?
Apa maumu?tanyaku.
Aku hanya mencari pembicaraan saja. yang kudengar sekarang kamu pacar Keiko? tanya Okada.
Memang kenapa?
Tidak, jangan salah sangka. Kadang Keiko memang begitu. Dia selalu penlarian dariku.
maksudmu?
Kamu tidak sadar? Keiko hanya berusaha mencari pengalihan supaya dia bisa melupakanku. Kamu
hanya pengalihan buatnya.
Omongan pecundang. ujarku.
Okada tiba-tiba menempelkan tubuhnya denganku dan berbisik,kamu mau bukti? Kamu akan lihat.
Kemudian dia menghilang dibalik keramaian.
Aku celingak-celinguk mencarinya tapi tidak kutemukan. Kulihat Keiko masih asyik berbincangbincang dengan teman-temannya.
Dari belakang Keiko muncul Okada. Aku mulai was-was akan apa yang akan diperbuatnya. Keiko
terlihat menghadap Okada dan membelakangiku. Sekonyong-konyong Okada memeluknya dan
menciumnya dibibir.
Tanpa tunggu aba-aba. Aku langsung berjalan cepat ke arahnya, kutarik Keiko dan kuhajar Okada
tepat di tengah wajahnya.
Okada terjerembab dengan sukses di lantai. Semua mata memandang ke arahku. Beberapa orang
membantu Okada berdiri dengan hidung berdarah.
Mr. tamura datang dengan wajah kesal. Sambil melihat luka Okada. Dengan mata melotot dia
menghampiriku.
Sebaiknya kamu keluar, sebelum aku memanggil keamanan.
Mr Tamura, maafkan Wesuri, dia tidak bermaksud... ini salahku... kata Keiko sambil menangis.
Keiko. Aku mengenalmu sejak lama, aku rasa kamu bisa lebih baik lagi dari ini. kata Mr. Tamura.
Tanpa basa-basi lagi aku keluar ditemani tatapan kebencian dari semua orang.
Di luar aku bingung mau pergi kemana. Kutunggu Keiko di luar. Tetapi dia tidak menyusulku.
Sepertinya tidak ada yang mendukung perbuatanku barusan.
Aku terus berjalan keluar area pelataran yang sangat luas. Salju kembali turun. Jalanan di luar sangat
sepi. Kutelusuri jalan keluar perumahan mewah itu.
Tidak ada lagi toko yang buka. yang ada hanya mobil-mobil tenda yang menjual Yakatori. Aku duduk
di sebuah halte bus yang sepi. Kulihat jadwal bus di panel halte. Bus baru akan lewat setengah jam
lagi.
Salju turun semakin deras dan angin dingin begitu menusuk. Kurapatkan diriku sendiri agar
kutemukan kehangatan dari jaket dan baju yang tipis ini.
Tanganku masih terasa sakit akibat kerasnya pukulanku ke wajah Okada. Ada rasa puas dibalik rasa
sesalku.
Aku benar-benar telah mempermalukan Keiko didepan orang-orang. Aku begitu mudahnya terpancing
oleh Okada.
Aku harus meminta maaf kepada Keiko. Tetapi apakah Keiko masih mau bertemu denganku? Apakah
aku salah telah menyerang Okada karena menyium pacarku sendiri?
Benar-benar memusingkan! Sebagai cowok normal, aku rasa sudah kewajibanku untuk melindungi
Keiko dari cowo-cowo seperti Okada. Dan kenapa Okada begitu benci terhadapku? Pertama kali
bertemu dengan diapun, akuyang dihajar olehnya.
Sekarang, apakah aku harus kembali kesana? Meminta maaf kepada Keiko dan Okada? Tidak
mungkin! Sama saja aku menjatuhkan harga diriku sendiri. kenapa Keiko tidak menyusulku? Apakah
ia sudah malu berada di dekatku?