Shinjuku 3t
Shinjuku 3t
Sekali lagi kami kembali terdiam. Hanya suara lagu-lagu jepang di speaker mobil yang mengisi ruang
kabin mobil.
Aku pernah ke Bali. katanya dengan bahasa jepang yang lambat.
Mungkin kita pernah ketemu disana. candaku.
Tawanya seperti mencairkan suasana. Aku semakin berani untuk menggunakan bahasa jepangku yang
pas-pasan..
Kamu teman Aimi? tanyaku.
Iya. Sejak high school. jawabnya.
Kuliah di Meiji juga?
Aku gak kuliah. Kerja.
Ow. kerja apa?
Di perusahaan entertainement.
Good jawabku.
Good? jawaban apa itu? Good? Apakah aku sebegitu nervousnya? di tengah-tengah rasa pusing aku
masih sempat nervous. Damn im such a loser!
Masih pusing? tanyanya.
Enggak. jawabku.
Tanpa terasa mobil sudah berada di depan apartemenku. Sekarang yang kupikirkan hanya bagaimana
aku dapat bertemu dengannya lagi. Sedangkan sepanjang perjalanan aku sama sekali tidak melakukan
effort untuk terlihat menarik. Well! Thats a really good job Wes!
Arigato gozaimasu2ucapku.
Arigato gozaimasu ucapnya kembali. Doozo 3ujarnya sambil menyerahkan kertas alamat
yang aku berikan kepadanya tadi.
Aku sedikit bingung, tapi rasa bingungku berubah menjadi kebahagiaan ketika ia memintaku
membalik kertas yang ku pegang. Sederetan nomor tertulis rapih di atasnya.
Tolong hubungi aku jika ada apa-apa. dan aku akan ganti biaya rumah
sakitnya. kata Keiko.
Arigato gozaimasu.
Aku langsung me missed call Keiko. Ini kesempatan yang sangat berharga dan tidak boleh dilewatkan
begitu saja.
1 Bukan, Indonesia
2 Terima kasih
3 Here you are
Hide mengeluarkan HP nya dengan gerakan agak limbung. Bisa dipastikan Hide memang sedikit
mabuk.
Ia memencet-mencet HP dengan susah payah.
Benar Wesuri san, aku tidak lihat SMS darimu. katanya.Tapi kenapa dengan pipi
kamu? seperti kena sengatan lebah.
Besok aku ceritakan. ..Sekarang lebih baik ...kamu pulang. ujarku dengan bahasa
agak patah-patah.
Hai! Mata ashita Wesuri saannn!7 teriak Hide sambil meninggalkan ku.
Dasar orang mabok. Ga sadar apa-apa. Tapi baik juga si Hide, masih mengkhawatirkan aku.
Ku tutup kembali pintu apartemen dan mengambil minuman kaleng di kulkas. ku raih juga HP yang
kutaruh di meja ruang depan.
Ku buka contact di HP. Damned! aku lupa mensave nomor Keiko. Aku buka juga memory
panggilanku. Huf! masih ada! Langsung aku save nomor Keiko di contact ku.
Jika besok aku telpon dia, apa yang akan aku katakan?
Keiko, aku Wesley, yang kemaren menyelamatkanmu dari serangan mantanmu? wow, sok heroik
banget. Atau Keiko, aku Wesley yang kemaren pingsan dipukul mantanmu? No!no! Terlalu lemah.
Apa yang musti aku katakan? Keiko. aku Wesley yang kemaren kau antar? hampir tapi tetap kurang
enak di dengar.
Keiko, aku Wesley, semua baik-baik saja. Terima kasih. Jika tidak keberatan, aku ingin mengajakmu
untuk lunch. di Meiji. Hmmm...kayaknya gitu saja. Mudah-mudahan aku punya keberanian yang
cukup untuk mengatakannya.
Mataku rasanya seperti disengat lebah. Bengkak dan perih. Semalaman aku tidak tidur memikirkan
apa yang bisa aku jadikan bahan pembicaraan dengan Keiko.
Huh! Seandainya aku sudah bisa berbicara bahasa jepang dengan lancar, pasti tidak akan masalah.
Sekarang, kalaupun aku sudah menemukan apa yang mau dibicarakan, aku harus memikirkan lagi
bagaimana menyampaikannya. Benar-benar repot. Bagaimana jika aku membawa kamus kecil?
Apakah akan sangat aneh? Apakah akan sangat annoying terlihat oleh Keiko? Daripada nanti malah
diam-diaman, lebih baik aku membawa kamus. Tapi aneh juga, belum menelpon Keiko tapi sudah
repot memikirkan bagaimana ngobrol dengannya. Bisa saja Keiko menolak untuk bertemu.
Ku ambil HP ku. Ku cari nomor Keiko di situ. Kulihat jam di dinding. Waktu menunjukkan pukul 10
pagi.
Kepagian ga ya? gumamku.
Ku taruh kembali HP di meja dan ku ambil minuman kaleng dari dalam kulkas. Kubuka dan kuminum
sedikit green tea dingin yang langsung menyiram habis rasa kering dari tenggorokan.
7 Baik. sampai besok Wesley
Kutatap kembali jam di dinding. Kuraih kembali HPku. Nelpon aja kok takut? kataku dalam hati.
Ku tekan tombol yes di HP. Terdengar nada sambung... satu kali...dua kali....tiga kali.... ketika aku
berniat mengakhiri panggilanku terdengar suara lembut di ujung telpon.
Moshi moshi8ucap Keiko.
Keiko onegai shimas?9 pintaku.
Wesuri san?10 tanyanya.
Hai!.
Ogenki deska?11
Hai. Arigato gozaimase.12
Sampai titik ini tidak ada masalah. Nada suara Keiko juga tidak seperti dalam ketergesa-gesaan atau
merasa terganggu.
Apakah aku mengganggu? tanyaku.
Tidak. Bagaimana dengan luka dan pusingnya? tanya Keiko dengan bahasa jepang
yang nyaris seperti di eja.
Tidak masalah. Sudah sembuh.
Sedang kerja?
Iya, baru akan mulai.
Oh, maaf, aku akan telpon lagi nanti kalau begitu.
Tidak apa-apa. Senang mendengar kalau semuanya baik-baik saja.
Bagaimana dengan Okada? Apakah masih mengganggumu?
hahahah...tidak. Mungkin dia tidak akan terlihat lagi untuk sementara waktu.
Kalau perlu bodyguard telpon saja aku atau cari aku di Meiji University. candaku.
Hihihihi...terima kasih.
Kalau tidak keberatan. Saya ingin mengajak Keiko makan siang. pintaku.
Wow! Ternyata tidak sesulit yang kukira. Tapi sekarang jantungku berdebar kencang. Aku sama sekali
tidak mempersiapkan jawaban jika Keiko menolakku.
Sekarang aku tidak bisa. jawab Keiko.
Ow... tidak apa-apa. jawabku.
8 halo
9 Bisa bicara dengan keiko?
10 Wesley?
11 Apa kabar?
12 Baik. terima kasih.
13
ujar Keiko.
Aku suka hawa hangat yang keluar dari mulut dan hidungku yang menabrak syal dan menghangatkan
wajahku. Asap yang mengepul dari situ terhembus angin dari arah depan terasa sangat keren.
Ku tengok jam tanganku. Waktu sudah menunjukkan pukul satu. Aku langsung mempercepat langkah
melewati orang-orang yang berada di depanku dengan gerakan zig-zag.
Alamat yang diberikan Keiko rasanya tidak jauh dari tempatku berdiri. Aku berjalan ke kanan dan ke
kiri mencari alamat yang tertera di HP.
Tiba-tiba HP berbunyi. Di layar tertera nama Keiko. Waduh, bad impression banget nih. Pertama kali
janjian dah telat. gerutuku.
Moshi moshi? sapaku.
Wesuri san, koko o massugu itte hidari des 15jelas Keiko.
Kok dia bisa tahu aku ada dimana ya? pikirku. Aku celingukan mencari Keiko. Pasti dia berada
tidak jauh dari tempatku berdiri.
Benar saja, seperti yang dijelaskan Keiko. Ia berada di depan pintu sebuah restoran yang berada
sekitar 100 meter dari situ.
Konnichiwa. Ogenki deska? 16 tanya Keiko.
Hai. Okage samade.
17
Jawabku sopan.
Dandanan keiko hari ini cukup tebal. Mungkin salah satu syarat di kantornya. Seperti beberapa kantor
di Jakarta. Mewajibkan memakai rok mini dengan dandanan yang menor.
Maaf aku terlambat. Ucapku.
Tidak apa-apa. Aku juga baru sampai. Jawabnya dengan senyum manis.
Sejenak kami saling pandang sambil tersenyum. Mungkin Keiko bingung ingin bicara apa lagi dengan
turis sepertiku. Sedangkan aku memang sedang menikmati wajah cantik Keiko dan tidak terlalu ingin
bicara.
Sudah lapar? tanya Keiko.
Hai! jawabku spontan.
Aku juga. Imbuh keiko.
Kami berduapun tertawa. Kubukakan pintu geser restauran kecil bernama Donjaca itu. Dalam
restauran itu sangat cozy. Walaupun sempit tapi sangat menarik. Di atas restoran terdapat lampulampu gantung berbentuk segi 6 dari kayu. Atapnya yang pendek juga dipasang beberapa lampu
downlight. Tulang kayu besar penahan atap berwarna coklat muda mengkilap senada dengan warna
meja dan sebagian tembok restauran. Kasir dan dapur manyatu di ujung ruangan. Di atasnya di tempel
kertas warna warni nama-nama menu dan beberapa pajangan khas jepang.
Kami duduk di bangku bulat berwarna merah. Jarak antar meja cukup rapat jadi bangkupun tidak
mempunyai sandaran.
Seorang pelayan perempuan menghampiri kami dengan senyum lebar di wajahnya.
Nanni shimashoo ka?18 tanyanya.
Aku membuka-buka daftar menu di depanku. Aku benar-benar tidak mengerti menu apa saja yang ada
di depanku. Ada beberapa yang pernah aku dengar, tapi aku ragu untuk memesannya.
Eigo no menu wa arimas ka? 19tanya Keiko.
Aku agak kaget Keiko begitu cepat sadar aku kebingungan dengan menu yang ku pegang.