Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan masih belum
menggembirakan. Berbagai program yang dilancarkan belum optimal dalam
memberi efek kepada masyarakat, yakni perubahan perilaku masyarakat
dalam memelihara kesehatannya secara mandiri. Gambaran perilaku
masyarakat tersebut dapat dilihat dari dampak yang ditimbulkannya, yakni
masih tingginya angka-angka berbagai indikator yang merepresentasikan
masih rendahnya kualitas kesehatan masyarakat Indonesia
seperti masih
masyarakat
terutama
ibu
balita.
Partisipasi
sebagaimana
sulit
diperhitungkan
karena
terlalu
banyak
faktor
yang
informasi dan dukungan penilaian agar ibu balita mau berpartisipasi dalam
kegiatan posyandu dan dapat menikmati hasil dari program posyandu
tersebut. Faktor budaya yaitu adanya kebiasaan atau adat istiadat yang
bersifat tradisional statis dan tertutup terhadap perubahan. Faktor politik yaitu
apabila proses pembangunan yang dilaksanakan kurang melibatkan
masyarakat pada awal dan akhir proses pembangunan sehingga terkendala
untuk berpartisipasi dan pengambilan keputusan.
Menurut Azwar (2005), dalam upaya peningkatan partisipasi
masyarakat, pengetahuan dan sikap merupakan hal yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Menurut Hemas (2007), kenyataan
beberapa tahun terakhir ini, di beberapa daerah kinerja dan partisipasi kader
posyandu dirasakan menurun, hal ini disebabkan antara lain: krisis ekonomi,
kejenuhan kader karena kegiatan rutin, kurang dihayati peran sebagai kader
posyandu sehingga tugas di posyandu kurang menarik atau karena jarang
dikunjungi ibu-ibu balita. Penurunan kinerja posyandu ini dapat dilihat dari
data pada tahun 2005 dari 245.154 posyandu di Indonesia hanya 3,1 yang
mandiri, pada tahun 2006 kader yang aktif hanya 43,3% dan posyandu yang
buka setiap bulan dan cakupan penimbangan 43,3%. Program Posyandu juga
kurang berkembang, hal ini disebabkan karena para petugas lapangan sebagai
motivator
dari
program
tersebut
kurang
atau
tidak
memberikan
meningkatkan keadaan gizi anak balita, ibu hamil dan ibu menyusui
(Depkes,2000).
Tujuan
umumnya
adalah
memberikan
pengetahuan
dan
masyarakat
untuk
menggunakan bahan
dari tahun sebelumnya keadaan ini masih lebih tinggi dari target nasional
sebesar 80 % (Profil Puskesmas Tanralili,2015).
Dari data diatas memberi gambaran bahwa kunjungan ibu balita ke
posyandu sudah baik. Demikian pula program upaya perbaikan gizi keluarga
di posyandu melalui pemberian makanan tambahan sudah dilaksanakan tetapi
masih terdapat kasus gizi buruk Kecamatan Tanralili. Atas dasar
permasalahan tersebut penulis ingin melalukan penelitan tentang pengaruh
Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Partisipasi Ibu di Posyandu di
Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan latar belakang tersebut di atas dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Apakah ada pengaruh antara
pemberian makanan tambahan penyuluhan terhadap partisipasi ibu di
posyandu di Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros.
C. Tujuan Penelitian
Untuk
mengetahui
pengaruh
pemberian
makanan
tambahan
D. Manfaat Penelitian
1.
untuk
3.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11
12
secara
kuantitas
maupun
kualitas.
Untuk
memenuhi
kebutuhannya tidak cukup dari susu saja. Di samping itu anak mulai
diperkenalkan pola makanan dewasa secara bertahap dan anak mulai
menjalani masa penyapihan. Adapun pola makanan orang dewasa yang
diperkenalkan pada balita adalah hidangan yang bervariasi dengan menu
seimbang (Waryana, 2010).
Masa balita merupakan awal pertumbuhan dan perkembangan yang
membutuhkan
zat
gizi.
Konsumsi
zat
gizi
yang berlebihan
juga
13
14
PMT ada 2 (dua) macam yaitu PMT Pemulihan dan PMT Penyuluhan.
PMT Penyuluhan diberikan satu bulan sekali di posyandu dengan tujuan
disamping untuk pemberian makanan tambahan juga sekaligus memberikan
contoh pemberian makanan tambahan yang baik bagi ibu balita. PMT
Pemulihan adalah PMT yang diberikan selama 60 hari pada balita gizi kurang
dan 90 hari pada balita gizi buruk dengan tujuan untuk meningkatkan status
gizi balita tersebut. Dalam hal jenis PMT yang diberikan harus juga
memperhatikan kondisi balita karena balita dengan KEP berat atau gizi buruk
biasanya mengalami gangguan sistim pencernaan dan kondisi umum dari
balita tersebut.
Program PMT bertujuan untuk pemulihan berat badan balita gizi
buruk dan gizi kurang menjadi membaik dalam satu periode 60 s/d 90 hari
sesuai dengan kebijakan pemerintah setempat. Pelaksana adalah Dinas
Kesehatan dalam hal ini Puskesmas yang diawali dengan penimbangan berat
badan balita di posyandu. Pada anak usia 6 bulan s/d 11 bulan diberi makanan
tambahan berupa bubur susu, pada anak usia 12 s/d 23 bulan dan pada anak
usia 25 s/d 59 bulan diberi susu formula. PMT pada prinsipnya adalah untuk
menambah kekurangan kalori dan protein dalam makanan si balita seharihari. Sebagai pedoman pelaksanaan distribusi asupan makan dalam kelompok
umur di bawah ini ditampilkan tabel dari klasifikasi tersebut.
15
Untuk usia 6-11 bulan diberi Cerelac dimana takaran saji 5 sendok
makan (50 gr). Nilai gizi persajian adalah Energi Total 210 kkal, Lemak
4,5gr, Protein 8gr, Natrium 65mg. Untuk usia 12-24 bulan diberi SGM
Eksplor dimana takaran saji 1 sendok makan (35gr). Nilai gizi persajian
adalah Energi Total 160 kkal, Lemak 5gr, Protein 6 gr, Karbohidrat 21gr.
Untuk usia 25-59 bulan diberi SGM Aktif dimana takaran saji 3 sendok
makan (32,5gr). Nilai gizi persajian adalah Energi Total 140 kkal, Energi dari
lemak 35 kkal, Protein 5gr, Natrium 100gr dan Karbohidrat total 21gr.
Pemerintah Kabupaten Maros di dalam menindak lanjuti kerawanan
gizi masyarakat khususnya balita gizi kurang memanfaatkan Sistim
Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG). Dalam SKPG ditekankan perlunya
kerjasama dengan pemerintah pusat khususnya program yang ditujukan bagi
masyarakat miskin seperti Jaminan pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat
miskin (Jamkesmas), antara lain : memberi pelayanan kesehatan dasar
melalui Puskesmas dan Rumah Sakit sebagai pusat rujukan. Penatalaksanaan
perbaikan gizi melalui pembentukan Tim Kewaspadaan Pangan dan Gizi,
komitmen Pemda, peningkatan kemampuan teknis dan pemantauan.
Intervensi pangan dan gizi berupa PMT bagi balita penderita gizi
buruk dan gizi kurang serta Pemberian PMT penyuluhan yang dilakukan di
posyandu setiap bulannya. Kegiatan PMT tersebut di atas didasarkan atas
pendapat yang menyatakan bahwa penyuluhan gizi bagi golongan tidak
mampu akan efektif jika disertai bantuan pangan berupa makanan tambahan.
Makanan tambahan merupakan makanan bergizi yang diberikan kepada
16
seseorang untuk mencukupi kebutuhannya akan zat - zat gizi agar dapat
memenuhi fungsinya di dalam tubuh manusia (Depkes RI, 2000).
Untuk mencapai keberhasilan program PMT, sangat diperlukan peran
serta masyarakat, agar hasil yang diperoleh dapat maksimal. Kegiatan ini
memerlukan kerja sama baik antar lintas sektoral (Rumah Sakit, PKK,
Dinsos, LSM dll) dan lintas program, yang sejak tahun 2006 Pemerintah
Kabupaten Maros sudah melaksanakan PMT dalam penanggulangan
kekurangan gizi pada balita (Profil Dinkes Kab.Maros,2012).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian makanan
tambahan balita gizi buruk/kurang adalah : (a) Apabila anak belum mancapai
umur 2 tahun maka ASI tetap diberikan, (b) Balita gizi buruk/kurang perlu
diperhatikan dan pengamatan secara terus menerus terhadap kesehatan dan
gizi antara lain dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai, (c) Anak
yang menderita gizi buruk/ kurang terkadang mempunyai masalah pada
fungsi alat pencernaan, hingga pemberian makanan tambahan memerlukan
perhatian khusus.
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) diberikan kepada
bayi/anak selain ASI. MP-ASI diberikan mulai umur 6-24 bulan, merupakan
makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pemberian MP-ASI harus
dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan
untuk menyesuaikan kemampuan alat cerna bayi dalam menerima MP-ASI
(Depkes RI, 2005).
17
secara
aktif
dan
terorganinsasi
dalam
seluruh
tahap
18
19
b.
Perencanaan kegiatan
c.
d.
Pemantauan kegiatan
e.
Evaluasi kegiatan
Partisipasi masyarakat pada umumnya bersifat mandiri, dimana
individu dalam melakukan kegiatan diatas inisiatif dan keinginan dari yang
bersangkutan,
karena
rasa
tanggung
jawab
untuk
mewujudkan
faktor-faktor
predisposisi
(predisposing
factors),
faktor-faktor
20
21
22
posyandu adalah faktor pendidikan ibu, faktor pengetahuan ibu, faktor status
pekerjaan dan faktor jumlah tanggungan keluarga. Menurut Supraisa (2002),
dalam penelitiannya faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan ibu balita
pada kegiatan di posyandu adalah faktor umur balita, faktor jarak ke rumah ke
posyandu, faktor dukungan keluarga, dan faktor dukungan tokoh masyarakat
seperti kepala desa. Sedangkan faktor kelengkapan sarana posyandu dan
pengetahuan ibu tidak ada hubungan dengan keikutsertaan ibu ke posyandu.
Menurut Wijayanti(2005) dalam faktor yang berhubungan dengan partisipasi
ibu balita dalam kegiatan penimbangan di posyandu adalah faktor usia ibu,
faktor pendidikan, faktor pengetahuan, faktor jumlah tanggungan keluarga
dan faktor penghasilan keluarga.
C. Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, dan untuk masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, yang berguna untuk memberdayakan masyarakat
dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kesehatan dasar, terutama untuk mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2000).
Menurut
Briawan
(2012),
sasaran
posyandu
adalah
seluruh
masyarakat, utamanya yaitu: bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan ibu
menyusui serta Pasangan Usia Subur (PUS). Pelayanan posyandu pada hari
buka dilaksanakan dengan menggunakan 5 (lima) tahapan layanan yang biasa
disebut sistem 5 (lima) meja. Kelompok sasaran yang selama ini dilayani
23
dalam kegiatan yang ada di posyandu, yaitu 3 (tiga) kelompok rawan yaitu di
bawah dua tahun (baduta), di bawah lima tahun (balita), ibu hamil dan ibu
menyusui, dengan mempertimbangkan terhadap urgensi adanya gangguan
gizi yang cukup bermakna yang umumnya terjadi pada anak baduta yang bila
tidak diatasi dapat menimbulkan gangguan yang tetap, maka diberikan
perhatian yang khusus bagi anak baduta agar dapat tercakup dalam
pemantauan pertumbuhan di posyandu (Hartono, 2008).
Menurut Agustian (2009) tujuan penyelenggaraan posyandu yaitu:
1.
menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), dan angka kematian ibu (ibu
hamil, melahirkan dan nifas);
2.
3.
4.
5.
meja pertama
Kader mendaftar balita dan menulis nama balita pada satu lembar
kertas kecil dan diselipkan pada KMS. Peserta yang baru pertama kali
datang ke posyandu, maka dituliskan namanya, kemudian diselipkan satu
lembar kertas kecil yang bertuliskan nama bayi atau balita pada KMS.
24
Kader juga mendaftar ibu hamil dengan menulis nama ibu hamil pada
formulir atau register ibu hamil. Ibu hamil yang datang ke posyandu,
langsung menuju meja 4 sedangkan ibu hamil baru atau belum
mempunyai buku KIA, maka diberikan buku KIA.
2.
meja kedua
Kader melakukan penimbangan balita dengan menggunakan timbangan
dacin, dan selanjutnya menuju meja 3.
3.
meja ketiga
Kader mencatat hasil timbangan yang ada pada satu lembar kertas kecil
dipindahkan ke dalam buku KIA atau KMS. Cara pengisian buku KIA
atau KMS yaitu sesuai petunjuk petugas kesehatan.
4.
meja keempat
Menjelaskan data KMS (keadaan anak) yang digambarkan dalam grafik,
memberikan penyuluhan, pelayanan gizi dan kesehatan dasar. Meja 4
dilakukan rujukan ke puskesmas pada kondisi tertentu, yaitu:
a.
b.
c.
sakit (diare, busung lapar, lesu, badan panas tinggi, batuk 100 hari
dan sebagainya);
d.
25
5.
meja kelima
Khusus di meja 5, yang memberi pelayanan adalah petugas
kesehatan atau bidan. Pelayanan yang diberikan yaitu: imunisasi;
keluarga berencana; pemeriksaan ibu hamil; dan pemberian tablet tambah
darah, kapsul yodium dan lain-lain.
26
27
BAB III
KERANGKA KONSEP
Pemberian Makanan
Tambahan
28
Keterangan :
Variable independen
Variable dependen
B. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Penilaian Status Gizi
Definisi
Operasional
Penilaian
Status
gizi
adalah
suatu
29
b.
Tidak ada
30
c. Tidak ada
penyluhan siap saji sup, telur ayam rebus dan bubur kacang hijau
dengan partisipasi ibu ke posyandu Pelangi di Desa Purnakarya
Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros.
2. Hipotesis Alternative (Ha)
a.
c.
31
BAB IV
METODE PENELETIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif untuk mengetahui
hubungan antara variabel Penyuluhan Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
siap saji, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) serta pengetahuan ibu
mengolah bahan makanan tambahan siap sajiterhadap partisipasi ibu balita
dalam kegiatan di posyandu Pelangi desa Purnakarya Kecamatan tanralili
Kabupaten Maros.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di posyandu Pelangi Desa
Purnakarya pada wilayah Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros pada bulan
Mei 2015.
C. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Keseluruhan ibu yang mempunyai
b. Sampel
Dalam penelitian ini sampel yaitu seluruh ibu yang mempunyai
balita di wilayah kerja posyandu Pelangi Desa Purnakarya Kecamatan
Tanralili Kabupaten Maros.
32
c. Responden
Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang membawa balita
nya ke posyandu pelangi yang mendapat PMT penyuluhan siap saji.
D. Cara pengambilan sampel
Adapun teknik pengambilan sampel yang dilakukan yaitu dengan cara
purposive samplingyaitu teknik menentukan sampel dengan pertimbangan
tertentu sesuai dengan tujuan yang dikehendaki (Sugiyono, 2011).
E. Metode pengumpulan data
1. Data primer
Data primer diperoleh dengan wawancara secara langsung dengan
instrument kuisioner terhadap ibu yang membawa balita nya ke posyandu
untuk memperoleh PMT penyuluhan siap saji.
2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh melalui catatan bagian gizi diwilayah kerja
posyandu pelangi Desa Purnakarya KecamatanTanralili Kabupaten Maros.
F. Instrumen Penelitian.
1. Kuisioner
2. Timbangan Bayi
G. Pengolahan data dan penyajian data
1.
Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh dari kuisiopner kemudian diolahmenggunakan
software SPSS Versi 18,0.
33
2.
2.
penghasilan
orangtua
baduta
terhadap
pemberian
MP-ASI,
serta
data
Pembimbing I
2.
Pembimbing II
3.
Peneliti
a.
Nama
: Rosmiati
b.
NIM
: 1320013
34