Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah


Tujuan pendidikan pada hakekatnya adalah suatu proses terus
menerus manusia untuk menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi
sepanjang hayat karena itu siswa harus benar-benar dilatih dan dibiasakan
berpikir secara mandiri. Matematika merupakan pengetahuan yang
mempunyai peran sangat besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun
dalam pengembangan ilmu pengetahuan lain. Dengan adanya pendidikan
matematika disekolah dapat mempersiapkan anak didik agar menggunakan
matematika secara fungsional dalam kehidupan sehari-hari dan di dalam
menghadapi ilmu pengetahuan lain.
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dan mencapai
sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan standar kompetensi
yang ditetapkan secara nasional, perlu dilaksanakan sistem penilaian hasil
belajar yang baik dan terencana. Sistem penilaian tersebut tidak saja
dilaksanakan di tingkat nasional, provinsi maupun kabupaten, namun juga
di tingkat sekolah perlu diperhatikan dan dilaksanakan dengan baik.
Adapun untuk mata pelajaran matematika, penilaian diarahkan
untuk mengukur kemampuan, diantaranya:
(1).

Pemahaman

konsep.

mengidentifikasi dan

Siswa

mampu

mendefinisikan

konsep,

memberi contoh atau bukan contoh dari

konsep.
(2). Prosedur. Siswa mampu mengenali prosedur atau proses menghitung
yang benar

dan tidak benar.

(3). Komunikasi. Siswa mampu menyatakan dan menafsirkan gagasan


matematika secara lisan, tertulis atau mendemonstrasikan;
(4). Penalaran. Siswa mampu memberikan alasan induktif dan deduktif
sederhana.

(5). Pemecahan masalah. Siswa mampu memahami masalah, memilih


strategi

penyelesaian dan menyelesaikan masalah.

Pada penelitian ini penilaian lebih ditekankan hanya untuk


mengukur kemampuan pemecahan masalah. Indikasi pemecahan masalah
dalam pembelajaran matematika adalah agar siswa mampu memecahkan
masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Dengan mempelajari
matematika siswa selalu dihadapkan kepada masalah matematika yang
terstruktur, sistematis dan logis yang dapat membiasakan siswa untuk
mengatasi masalah yang timbul secara mandiri dalam kehidupannya tanpa
harus selalu meminta bantuan kepada orang lain.
Kemampuan pemecahan masalah matematika pada siswa dapat
diketahui melalui soal-soal yang berbentuk uraian, karena pada soal yang
berbentuk uraian kita dapat melihat langkah-langkah yang dilakukan siswa
dalam menyelesaikan suatu permasalahan, sehingga pemahaman siswa
dalam pemecahan masalah dapat terukur. Bentuk lain soal pemecahan
masalah yang difokuskan pada penelitian ini adalah soal cerita.
Berdasarkan buku-buku penunjang pelajaran matematika yang mengacu
pada kurikulum, banyak dijumpai soal-soal yang berbentuk soal cerita
hampir pada setiap materi pokok. Menurut Suyitno (2005:1) soal cerita
merupakan soal yang dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari (Contextual
Problem). Soal cerita dalam kehidupan sehari-hari lebih ditekankan
kepada penajaman intelektual anak sesuai dengan kenyataan yang mereka
hadapi. Namun kenyataannya banyak siswa yang mengalami kesulitan
dalam memahami arti kalimat-kalimat dalam soal cerita, kurang mampu
memisalkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, kurang bisa
menghubungkan secara fungsional unsur-unsur yang diketahui untuk
menyelesaikan masalahnya, dan unsur mana yang harus dimisalkan
dengan suatu variabel.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun

rumusan

masalah

pada

makalah

MODEL

PEMBELAJARAN CIRC ini ialah sebagai berikut:


1.

Apa pengertian dari model pembelajaran CIRC?

2.

Dasar pemikiran apa yang digunakan dalam model pembelajaran CIRC?

3.

Apa saja unsur-unsur program yang terdapat dalam model pembelajaran


CIRC?

4.

Bagaimana penerapan model pembelajaran CIRC?

5.

Bagaimana penggunaan metode CIRC dalam pembagian kelas?

6.

Apa saja fase-fase dalam model pembelajaran CIRC?

7.

Apa saja kelebihan dan kekurangan model pembelajaran CIRC?

1.3 Tujuan
Tujuannya yaitu untuk mengetahui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)
terhadap kemampuan pemecahan masalah. Makalah ini juga diharapakan
dapat menjadi bahan literatur bagi pembaca, baik diri sendiri maupun orang
lain.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Model Pembelajaran CIRC


CIRC
and

singkatan

dari Cooperative

Integrated

Reading

Compotition, termasuk salah satu model pembelajaran cooperative

learning yang pada mulanya merupakan pengajaran kooperatif terpadu


membaca dan menulis
sebuah

(Steven dan Slavin dalam Nur, 2000:8)

program komprehensif

pengajaran

membaca

atau

luas

dan menulis

dan

untuk

sekolah

dasar. Namun,

CIRC

dipakai

pada

bahasa, IPS, dan PKn

pelajaran

lengkap
kelas-kelas

telah berkembang

bukan

yaitu
untuk
tinggi
hanya

tetapi juga pelajaran

eksak seperti pelajaran matematika dan IPA.


Dalam

model

pembelajaran

CIRC,

siswa ditempatkan

dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 4 atau 5


siswa. Dalam kelompok ini tidak dibedakan atas jenis kelamin, suku/bangsa,
atau tingkat kecerdasan siswa. Jadi, dalam kelompok ini sebaiknya
ada
siswa

siswa yang
merasa

pandai,

sedang

cocok satu

kooperatif, diharapkan

atau

sama

lemah,

lain.

dan masing-masing

Dengan

para siswa dapat meningkatkan

pembelajaran
cara berfikir

kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi.


Dalam pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu setiap siswa
bertanggung jawab terhadap tugas kelompok. Setiap anggota kelompok saling
mengeluarkan ide-ide untuk memahami suatu konsep dan menyelesaikan
tugas (task), sehingga terbentuk pemahaman dan pengalaman belajar yang
lama. Model pembelajaran ini terus mengalami perkembangan mulai dari
tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga sekolah menengah. Proses pembelajaran
ini mendidik siswa berinteraksi sosial dengan lingkungan. Prinsip belajar

terpadu ini sejalan dengan empat pilar pendidikan yang digariskan UNESCO
dalam kegiatan pembelajaran. Empat pilar itu adalah belajar untuk
mengetahui (learning to know), belajar untuk berbuat (learning to do), belajar
untuk menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup dalam
kebersamaan (Learning to live together), (Depdiknas, 2002).
2.2 Dasar Pemikiran
Pengembangan CIRC dihasilkan dari sebuah analisis masalah-masalah
tradisional dalam pengajaran pelajaran membaca, menulis, seni berbahasa.
Isu-isu prinsipil yang ditujukan dalam proses pengembangan dibahas dalam
bagian berikutnya.
a. Tindak lanjut
Satu fokus utama dari kegiatan CIRC sebagai cerita dasar adalah
membuat penggunaan waktu tindak lanjut menjadi lebih efektif : para
siswa yang bekerja di dalam tim-tim kooperatif dari kegiatan-kegiatan ini,
yang dikoordinasikan dengan pengajaran kelompok membaca, supaya
dapat

memenuhi

tujuan-tujuan dalam

bidang-bidang lain seperti

pemahaman membaca, kosa kata, pembacaan pesan, dan ejaan. Para siswa
termotifasi untuk saling bekerja satu sama lain dalam kegiatan-kegiatan ini
atau rekognisi lainnya yang didasarkan pada pembelajaran seluruh anggota
tim.
b. Membaca Lisan
Membaca dengan keras merupakan bagian yang menjadi standar
dari sebagian besar program-program membaca. Penelitian terhadap
membaca lisan mengindikasikan bahwa ini memberikan pengaruh positif
terhadap kemampuan pembacaan pesan dan pemahaman, barangkali
karena hal ini dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk membaca
pesan dengan lebih otomatis dan oleh sebab itu lebih bisa fokus pada
pemahaman. Akan tetapi, dalam kelas-kelas yang diatur secara tradisional
para siswa hanya melakukan sedikit kegiatan membaca lisan.

c. Kemampuan Memahami bacaan


Tujuan utama dari CIRC adalah menggunakan tim-tim kooperatif
untuk membantu para siswa mempelajari kemampuan memahami bacaan
yang dapat diaplikasikan secara luas. Beberapa unsur CIRC memang
diarahkan untuk tujuan ini. Selama masa tindak lanjut, pra siswa bekerja
berpasangan ntuk mengidentifikasikan lima fitur penting dari tiap cerita
narasi: Karakter, latar belakang, masalah, usaha yang dilakukan, solusi
akhir. Pengajaran mengenai struktur cerita ditemukan telah meningkatkan
pemahaman membaca siswa-siswa berprestasi rendah. Para siswa dalam
CIRC juga membuat penjelasan terhadap prediksi mengenai bagaimana
masalah-masalah akan diatasi dan merangkum unsur-unsur utama dari
cerita kepada satu sama lain, yang mana keduanya merupakan kegiatankegiatan yang ditemukan dapat meningkatkan pemahaman dalam
membaca. Satu hari pada tiap minggunya, para siswa dalam program
CIRC menerima pengajaran langsung mengenai pelajaran semacam
strategi-strategi meta kognitif. Pengajaran terpadu ini secara khusus
mengembangkan materi-materi yang berbeda dengan materi yang
digunakan pengajaran dasar terkait.
d. Menulis dan seni berbahasa
Tujuan utama dari para pengembang program CIRC terhadap
pelajaran menulis dan seni berbahasa adalah untuk merancang,
mengimplementasikan, dan mengevaluasi pendekatan proses menulis pada
pelajaran menulis dan seni berbahasa yang akan banyak memanfaatkan
kehadiran teman satu kelas. Respon dari kelompok teman adalah unsur
khas dari model-model proses penulisan, tapi ketelibatan teman jarang
sekali menjadi kegiatan sentralnya. Akan tetapi, dalam program CIRC para
siswa merencanakan, merevisi, dan menyunting karangan mereka dengan
kolaborasi yang erat dengan teman satu tim mereka. Pengajaran mekanika
bahasa benar-benar terintegasi sekaligus menjadi bagian dari pelajaran
menulis, dan pelajaran menulis sendiri terintegrasi dengan pengajaran
pelajaran memahami bacaan baik dengan keterpaduan kegiatan-kegiatan

proses menulis dalam program membaca maupun dengan penggunaan


kemampuan memahami bacaan yang baru dipelajari dalam pengajaran
pelajaran menulis.

2.3 Unsur-Unsur Program


CIRC terdiri dari tiga unsur penting yaitu kegiatan-kegiatan dasar
terkait, pengajaran langsung pelajaran memahami bacaan, dan seni
berbahasa serta menulis terpadu. Dalam semua kegiatan ini, para siswa
bekerja dalam tim-tim yang heteroen. Semua kegiatan mengikuti siklus
regular yang melibatkan presentasi dari guru, latihan tim, latihan
independent, pra penilaian, latihan tambahan dan tes.
Unsur utama dari CIRC adalah sebagai berikut:
a. Kelompok Membaca
Jika menggunakan kelompok membaca, para siswa dibagi dalam
kelompok-kelompok yang terdiri dari dua atau tiga orang berdasarkan
tingkat kemampuan membaca siswa yang dapat ditentukan oleh guru atau
jika tidak diberikan pengajaran kepada seluruh kelas.
b. Tim
Para siswa dibagi dalam pasangan atau trio dalam kelompok
membaca siswa, dan selanjutnya pasangan-pasangan tersebut dibagi ke
dalam tim yang terdiri dari pasangan-pasangan dari dua kelompok
membaca atau tingkat. Misalnya, sebuah tim bisa saja terdiri dari dua
siswa dari kelompok membaca tingkat tinggi dan dua siswa dari kelompok
tingkat rendah. Anggota tim menerima point berdasarkan kinerja
individual mereka pada semua kuis, karangan, buku laporan, dan pointpoint inilah yang membentuk skor tim. Tim-tim yang memenuhi kriteria
rata-rata sebesar 90% pada semua kegiatan pada minggu bersangkutan
akan meraih gelar tim super dan berhak menerima sertifikat menarik;
mereka yang memenuhi criteria rata-rata sebesar 80% meraih gelar tim
sangat baik dan menerima sertifikat yang lebih kecil.

c. Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan cerita


Para siswa menggunakan baik bahan bacaan dasar maupun novel.
Cerita diperkenalkan dan didiskusikan dalam kelompok membaca yang
diarahkan guru yang memakan waktu kurang lebih 20 menit tiap harinya.
Dalam kelompok-kelompok ini, guru menggunakan tujuan dari membaca,
memperkenalkan kosakata baru, mengulang kembali kosakata lama,
mendiskusikan ceita setelah para siswa selesai membacanya, dan
sebagainya. Diskusi mengenai cerita disusun untuk menekankan
kemampuan-kemampuan tertentu seperti membuat dan mendukung
prediksi dan mengidentifikasikan masalah dalam bentuk narasi. Setelah
cerita diperkenalkan, para siswa diberikan paket cerita, yang terdiri atas
serangkaian kegiatan untuk mereka lakukan dalam timnya saat mereka
sedang tidak bekerja bersama guru dalam kelompok membaca. Tahaptahap kegiatannya adalah sebagai berikut:
1. Membaca berpasangan
Para siswa membaca ceritanya dalam hati dan kemudian secara
bergantian

membaca

cerita

tersebut

dengan

keras

besama

pasangannya, bergiliran untuk tiap paragraph. Pendengar mengoreksi


tiap kesalahan yang dibuat oleh pembaca. Guru memberi penilaian
kepada kinerja siswa dengan cara berkeliling dan mendengarkan saat
para siswa saling membaca satu sama lain.
2. Menulis cerita yang bersangkutan dan tata bahasa cerita
Para siswa diberikan pertanyaan yang berkaitan dengan tiap cerita
yang menekankan tata bahasa cerita struktur yang digunakan pada
semua narasi. Setelah mencapai setengah dari cerita, mereka diminta
untuk menghentikan bacaan dan diminta untuk mengidentifikasikan
karakter, latar belakang kejadian, dan masalah dalam cerita tersebut,
dan untuk memprediksi bagaimana masalah tersebut akan diselesaikan.
Pada akhir cerita para siswa merespons cerita secara keseluruhan dan
menulis beberapa paragraf mengenai topik yang berkaitan dengan itu.

3. Mengucapkan kata-kata dengan keras


Para siswa diberikan daftar kata-kata baru atau sulit yang terdapat
dalam cerita, mereka harus membaca kata-kata ini dengan benar
supaya tidak ragu atau salah mengucapkannya. Para siswa berlatih
mengucapkan daftar kata-kata ini bersama pasangannya atau teman
satu tim lainnya sampai mereka bias membacanya dengan lancar.
Para siswa diberikan daftar kata-kata dalam cerita yang tergolong baru
dalam kosa kata bicara mereka dan diminta untuk melihat kata-kata
tersebut di dalam kamus, menuliskan definisinya dengan cara lebih
mudah dipahami, dan menuliskan kalimat yang memperlihatkan
makna kata tersebut.
4. Menceritakan kembali cerita
Setelah

membaca

ceritanya

dan

mendiskusikannya

dalam

kelompok membaca mereka, para siswa merangkum poin-poin utama


dari cerita tersebut untuk pasangannya.
5. Ejaan
Para siswa saling menguji daftar ejaan kata-kata satu sama lain tiap
minggunya, selanjutnya selama kegiatan program minggu tersebut
saling membantu satu sama lain untuk menguasai daftar tersebut. Para
siswa menggunakan strategi daftar yang hilang, dimana mereka
membuat daftar baru dari kata-kata yang hilang tiap kali selesai
melakukan penilaian sampai daftar itu habis. Lalu mereka bisa kembali
membuat daftar baru, mengisi daftar tersebut, mengulangi prosesnya
sampai tak ada lagi kata-kata yang hilang.
d. Pemeriksaan oleh pasangan
Jika para siswa telah menyelesaikan semua kegiatan ini, pasangan
mereka memberikan formulir tugas siswa yang mengindikasikan bahwa
mereka telah menyelesaikan dan/atau memenuhi kriteria terhadap tugas
tersebut. Para siswa diberikan sejumlah kegiatan-kegiatan tersebut lebih
awal jika mereka mau, dimana ini memberikan waktu tambahan untuk
membaca secara independen.

e. Tes
Pada akhir dari tiga periode kelas para siswa diberikan tes
pemahaman terhadap cerita, diminta untuk menuliskan kalimat-kalimat
bermakna untuk tiap kosa kata, dan diminta untuk membacakan daftar
kata-kata dengan terhadap guru. Pada tes ini siswa tidak diperbolehkan
saling membantu. Hasil tes dan evaluasi dari menulis cerita yang
bersangkutan adalah unsur utama dari skor tim mingguan siswa.
f. Pengajaran langsung dalam memahami bacaan
Satu hari dalam tiap minggu, para siswa menerima pengajaran
langsung dalam kemampuan khusus dalam memahami bacaan, seperti
mengidentifikasikan gagasan utama, memahami hubungan sederhana, dan
membuat kesimpulan. Setelah menyelesaikan tiap pelajaran, para siswa
melakukan kegiatan memahami bacaan sebagai sebuah tim. Pertama
berusaha meraih kesepakatan terhadap satu rangkaian soal dalam lembar
kegiatan dan kemudian saling menilai satu sama lain, serta mendiskusikan
masalah-masalah yang masih tersisa dalam rangkaian soal kedua.
g. Seni berbahasa dan menulis terintegrasi
Selama periode seni berbahasa, guru menggunakan kurikulum seni
berbahasa dan menulis yang dikembangkan khusus untuk CIRC. Pada
semua tugas menulis, para siswa membuat konsep karangan setelah
berkonsultasi dengan teman satu timnya dan kepada guru mengenai
gagasan-gagasan mereka dan rencana-rencana pengaturan, bekerja
bersama teman satu tim untuk merevisi isi karangan mereka, dan
kemudian saling menyunting pekerjaan satu sama lainnya dengan
menekankan kepada kebenaran tata bahasa dan mekanika bahasa.
h. Membaca independen dan buku laporan
Para siswa diminta untuk membaca buku yang ditukar sesuai
dengan pilihan mereka minimal sekitar 20 menit tiap malamnya. Para
siswa juga diminta untuk menyelesaikan buku laporan secara regular,
dimana mereka juga mendapat poin tim untuk tugas ini. Membaca dan

10

buku laporan independen mengganti semua pekerjaan rumah lainnya


dalam pelajaran membaca dan seni berbahasa.
2.4 Penerapan model pembelajaran Tipe CIRC
Penerapan model Pembelajaran Tipe CIRC untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dapat ditempuh dengan:
1.

Teams, penerapannyan yaitu guru membentuk kelompok- kelompok


belajar yang heterogen

2.

Plasement test, penerapannya yaitu guru mengambil data nilai ulangan


harian sebelumnya agar dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan
peserta didik pada bidang tertantu,

3.

Student creative, Guru mempersiapkan soal kemampuan berpikir kritis


dalam bentuk soal cerita dan membagikannya kepada setiap kelompok,
dan guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi
serangkaian kegiatan bersama yang spesifik.

4.

Team study, penerapannya yaitu peserta didik saling berdiskusi dengan


kelompokknya dalam mengerjakan soal- soal yang diberikan guru, dan
guru mengawasi kerja kelompok.

5.

Team scorer and time recognition, penerapannya yaitu perwakilan


kelompok menunjukkan hasil diskusinya di depan kelas, guru
memberikan skor bagi kelompok yang berhasil dan kelompok yang
kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.

6.

Teaching group, penerapannya yaitu guru menjelaskan materi secara


singkat sebelum memberikan tugas individu.

7.

Facts test, penerapannya yaitu peserta didik melaksanakan tes secara


individu untuk mengukur kemampuan berpikir kritis.
11

8.

Whole class units, penerapaanya yaitu guru memberikan rangkuman


pada akhir pembelajaran setelah peserta didik selesai mengerjakan tuga
individu.(Slavin, 2005 :208)
Dengan mengadopsi model pembelajaran Cooperative Learning tipe

CIRC untuk melatih siswa meningkatkan keterampilannya dalam menyelesaikan soal cerita, maka langkah/sintaks yang ditempuh seorang guru mata
pelajaran matematika adalah sebagai berikut.
1. Guru menjelaskan suatu materi pokok dalam matematika dan memberikan
contoh soal yang terkait dengan materi tersebut.
2. Guru memberikan contoh soal matematika dalam bentuk soal cerita dan
cara menyelesaikannya.
3. Guru siap melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan siswanya
dalam menyelesaikan soal cerita melalui penerapan model pembelajaran
Cooperative Learning tipe CIRC.
4. Guru menyiapkan beberapa (2 atau 3) soal berbentuk soal cerita, untuk
diselesaikan siswa dalam kelompok.
5. Guru membentuk kelompok-kelompok belajar siswa (Learning Society)
yang heterogen. Setiap kelompok terdiri atas 4 atau 5 siswa.
6. Setiap kelompok diminta untuk menyelesaikan 2 atau 3 soal cerita, dengan
serangkaian kegiatan spesifik sebagai berikut.
2.4 Penggunaan metode CIRC dalam pembagian kelompok kelas
Cara untuk menentukan anggota kelompoknya adalah sebagai berikut:
a. Menentukan peringkat siswa
Dengan cara mencari informasi tentang skor rata-rata nilai siswa
pada tes sebelumnya atau nilai raport. Kemudian diurutkan dengan cara
menyusun peringkat dari yang berkemampuan akademik tinggi sampai
terendah.

12

b. Menentukan jumlah kelompok


Jumlah kelompok ditentukan dengan memperhatikan banyak
anggota setiap kelompok dan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut.
c. Penyusunan anggota kelompok
Pengelompokkan ditentukan atas dasar susunan peringkat siswa
yang telah dibuat. Setiap kelompok diusahakan beranggotakan siswa-siswa
yang mempunyai kemampuan beragam, sehingga mempunyai kemampuan
rata-rata yang seimbang.
2.5 Fase-fase dalam model pembelajaran CIRC
a.Fase pertama, yaitu orientasi
Pada fase ini, guru melakukan apersepsi dan pengetahuan awal
siswa tentang materi yang akan diberikan. Selain itu juga memaparkan
tujuan pembelajaran yang akan dilakukan kepada siswa.
b. Fase kedua, yaitu organisasi
Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dengan
memperhatikan keheterogenan akademik. Membagikan bahan bacaan
tentang materi yang akan dibahas kepada siswa. Selain itu menjelaskan
mekanisme diskusi kelompok dan tugas yang harus diselesaikan selama
proses pembelajaran berlangsung.
c. Fase ketiga yaitu pengenalan konsep
Dengan cara mengenalkan tentang suatu konsep baru yang
mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan ini bisa
didapat dari keterangan guru, buku paket, film, kliping, poster atau media
lainnya.
d. Fase keempat, yaitu fase publikasi
Siswa mengkomunikasikan hasil temuan-temuannya,
membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas baik dalam
kelompok maupun di depan kelas.

13

e. Fase kelima, yaitu fase penguatan dan refleksi


Pada fase ini guru memberikan penguatan berhubungan dengan
materi yang dipelajari melalui penjelasan-penjelasan ataupun memberikan
contoh nyata dalam kehidupan seharihari. Selanjutnya siswa pun diberi
kesempatan untuk merefleksikan dan mengevaluasi hasil pembelajarannya.
2.7 Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran CIRC
a. Kelebihan
1). CIRC amat tepat untuk meningkatkan keterampilan peserta didik dalam
menyelesaikan soal berpikir kritis.
2). Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang.
3). Peserta didik termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja dalam
kelompok.
4). Para peserta didik dapat memahami makna soal dan saling mengecek
pekerjaannya.
5). Membantu peserta didik yang lemah.
6). Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang
berbentuk pemecahan masalah.
b. Kekurangan
1). Pada saat dilakukan persentasi terjadi kecenderungan hanya siswa
pintar yang secara aktif tampil menyampaikan dan gagasan.
2) Siswa yang pasif akan merasa bosan
Jadi dalam CIRC, terdapat kesempatan yang sama bagi setiap
anggota kelompok untuk berhasil. Dukungan kelompok dalam belajar,
dan tanggung jawab individual digunakan untuk penampilan atau

14

penentuan hasil akhir. Hal ini merupakan tiga elemen yang menjadi
karakteristik dari model pembelajaran Cooperative Integrated Reading
and Composition ( CIRC ).

15

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
CIRC

singkatan

dari Cooperative

Integrated

Reading

and

Compotition, termasuk salah satu model pembelajaran cooperative learning


yang pada mulanya merupakan pengajaran kooperatif terpadu membaca dan
menulis

(Steven

dan

Slavin

program komprehensif
membaca
Namun,
pelajaran

Nur,

2000:8)

atau luas dan lengkap

dan menulis
CIRC

dalam

untuk

kelas-kelas

telah berkembang

bahasa, IPS, dan PKn

untuk

yaitu sebuah
pengajaran

tinggi sekolah

bukan

hanya

dipakai

dasar.
pada

tetapi juga pelajaran eksak seperti

pelajaran matematika dan IPA.


Dalam

model

pembelajaran

CIRC,

siswa

ditempatkan

dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 4 atau 5


siswa. Dalam kelompok ini tidak dibedakan atas jenis kelamin, suku/bangsa,
atau tingkat kecerdasan siswa. Jadi, dalam kelompok ini sebaiknya
ada

siswa yang

pandai,

sedang

atau

lemah,

dan masing-masing

siswa merasa cocok satu sama lain. Tujuan utama dari CIRC adalah
menggunakan tim-tim kooperatif untuk membantu para siswa mempelajari
kemampuan memahami bacaan yang dapat diaplikasikan secara luas.

16

3.2 Saran

1.

Mengingat banyaknya manfaat dan keunggulan dari model pembelajaran


CIRC, diharapkan agar dalam proses belajar mengajar di sekolah, guru
dapat menerapkan model pembelajaran CIRC ini sesuai dengan materi
yang akan diajarkan.

2.

Sebaiknya dalam menerapkan model pembelajaran CIRC, kedua belah pihak


baik guru maupun siswa dapat berinteraksi secara aktif. Hal ini dimaksudkan
agar terjadi initeraksi dua arah yang baik antara guru dan siswa, di mana guru
bertindak sebagai pihak yang menerapkan motede yang sesuai dengan materi
yang diajarkan, sementara siswa terlibat aktif membangun ide-ide, konsep-

konsep, prinsip-prinsip dan struktur-struktur matematika berdasar


pengalaman siswa sendiri.

17

DAFTAR PUSTAKA

http:/kantiti0710.blog.uns.ac.Id/2010/11/ model pembelajaran kooperatif tipe


CIRC.

Hudojo, H. 2005. Pegembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.


Malang : Universitas Negeri Malang
Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning : Teori, Riset dan Praktik. Bandung
: Nusa Indah.

18

Anda mungkin juga menyukai