Anda di halaman 1dari 15

MINGGU-1 & 2: SAIN

MATERI PEMBAHASAN
Pengertian, Struktur, Kriteria kebenaran, Netralitas sain, Tanggung-jawab
moral & sosial ilmuwan
BACAAN
1. Djawahir, 2004, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Rencana Program dan
Kegiatan Pembelejaran Semester, Jurusan Teknik Geodesi FT-UGM,
Yogyakarta, hal..
2. Mustansyir, R., dan Munir, M., 2006, Filsafat Ilmu, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
3. Suriasumantri, J., 1994, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer,
4. ---------, Science, http://en.wikipedia.org/wiki/Science
5. ---------, Earth Science, http://en.wikipedia.org/wiki/Earth_sciences
6. ---------, Engineering, http://en.wikipedia.org/wiki/Engineering
PENGERTIAN
Pengetahuan: segala sesuatu yang diketahui
Pengetahuan Sain: pengetahuan tentang obyek-obyek empirik yang
diupayakan secara terus-menerus melalui penelitian ilmiah untuk
menemukan dan meningkat-kan pengetahuan manusia.
Obyek sain: empiris dalam ruang lingkup pengalaman manusia
Metode sain: penelitian ilmiah (logico hypothetico verifikatif)
Kriteria sain: rasional - empirik
Asusmsi dasar: tidak ada kejadian tanpa sebab (sebab dan akibat
berhubungan secara rasional)
Nilai: sain hanya memberikan nilai BENAR dan SALAH
ALIRAN FILSAFAT dan METODE ILMIAH
Humanisme: faham yang mengajarkan bahwa manusia mampu mengatur
dirinya dan alam untuk menjamin kehidupan yang teratur diperlukan
aturan; alam juga perlu diatur (dikontrol) untuk mempermudah
kehidupan manusia manusia harus membuat aturan untuk
mengatur manusia dan alam alatnya ialah yang ada dalam diri
manusia yaitu akal (rasio).
Rasionalisme: faham yang mengajarkan bahwa akal adalah alat pencari dan
pengukur pengetahuan namun, meskipun sama-sama logis, temuan
akal sering berbeda bahkan bertentangan satu dengan yang lain
(berfikir logis tidak menjamin diperoleh kebenaran yang disepakati
bersama) diperlukan alat lain untuk mengukur kebenaran yaitu
fakta-fakta emprik.
Empirisme: faham yang mengajarkan bahwa yang benar ialah yang logis dan
ada bukti empirik namun, logis dan empirik belum operasional
karena belum terukur diperlukan alat pengukur.
Positivisme: faham yang mengajarkan bahwa yang benar ialah yang logis,
ada bukti empiriknya, dan terukur metode ilmiah

Logico hypothetico verifikatif: mula-mula buktikan bahwa itu logis


ajukan hipotesis berdasarkan logika tersebut lakukan pembuktian
secara empirik.
Humanisme Rasionalisme Empirisme Positivisme Metode ilmiah
Metodologi penelitian Aturan untuk manusia dan alam
STRUKTUR
Sain kealaman: Fisika, Kimia, biologi, Astronomi, Kebumian
Sain Sosial: Sosiologi, Antropologi, Psikologi, Ekonomi, Politik, Hukum
Hunamiora: Filsafat, Hukum, Sejarah, Agama, Bahasa
Sain terapan: Engineering, Sain kesehatan
KRITERIA KEBENARAN
Obyektif: kebenaran suatu teori didukung oleh fakta-fakta empirik.
Universal: kebenaran suatu teori diakui oleh atau merupakan konvensi para
ahli dalam bidang ilmu sejenis.
Relatif: suatu teori dapat gugur karena ditemukan temuan atau teori baru
yang diakui kebenarnnya.
Teori korespondensi: pernyataan adalah benar apabila materi yang
dikandung oleh pernyataan bersesuaian dengan obyek faktual yang
dimaksud oleh pernyataan tersebut.
Teori koherensi: pernyataan adalah benar apabila pernyataan tersebut
koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya
yang dianggap benar.
NETRALITAS SAIN
Indikator bebas nilai
Pengembangan sain bebas dari pengaruh eksternal seperti politik,
ideologi, agama, budaya, dsb.
Terpeliharanya otonomi ilmu pengetahuan.
Pengembangan sain sebenarnya tidak lepas dari pertimbangan etis
karena setiap ilmuwan pasti memiliki hati nurani yang merupakan
institusi moral dalam dirinya.
Habermas berpendapat bahwa teori sebagai produk ilmiah tidak pernah
bebas nilai karena terbentuk berdasarkan kepentingan praktis: Fakta atau
obyek sain sebenarnya sudah tersusun secara spontan dan primordial dalam
pengalaman sehari-hari, dalam dunia sebagaimana dihayati (lebenswelt);
Sain mengambil dari lebenswelt, fakta-fakta yang kemudian diilmiahkan
berdasarkan kepentingan-kepentingan.
TANGGUNGJAWAB MORAL & SOSIAL ILMUWAN

Ilmu merupakan hsil karya perseorangan tetapi dikomunikasikan dan


digunakan oleh masyarakat; ilmuwan sebagai anggauta masyarakat
bertanggungjawab berkenaan dengan status/fungsinya sebagai penelaah
dan penemu pengetahuan yang benar yang kemudian dimanfaatkan oleh
masyarakat.

Ilmu sendiri netral dan para ilmuwanlah yang memberinya nilai;


masalah apakah ilmu itu terikat atau bebas dari nilai-nilai tertentu
tergantung pada langkah-langkah ilmuan dan bukan proses keilmuan;
2

dalam menentukan masalah yang akan ditelaah (dan untuk apa ilmu
dipergunakan), seorang ilmuwan sebenarnya secara sadar telah
menentukan pilihan moral.
ilmuwan, dengan kelebihannya dalam berpikir secara teratur dan
cermat, bertanggungjawab secara sosial memberikan perspektif yang
benar tentang untung-rugi dan baik-buruk penggunaan ilmu.
Sebagai penganalisis materi kebenaran ilmiah, ilmuwan memiliki
tanggungjawab moral dan sosial dalam proses menemukan kebenaran
secara ilmiah, seiring dengan upaya masyarakat menegakkan kebenaran.
Di bidang etika tanggungjawab sosial ilmuwan ialah memberikan
tauladan: bersikap obyektif, terbuka, menerima kritik dan pendapat orang
lain, teguh pendirian pada kebenaran, berani mengakui kesalahan.
Salah satu sendi/pilar penyangga masyarakat modern ialah ilmu dan
teknologi; berdirinya pilar penyangga ini menjadi tanggungjawab
ilmuwan.

PEMBENTUKAN KONSEP
Menurut Frederick Sontag (1984), konsep adalah suatu struktur pemikiran
yang dalam pembentukannya senantiasa meliputi empat komponen, yaitu
realitas (relity), teori, (theory), kata-kata (words), dan pemikiran (thought).

Realitas hanya akan tinggal sebagai misteri apabila tidak diungkapkan


dengan bahasa.
Teori adalah pengertian tentang sesuatu yang sudah teruji sehingga
dapat digunakan sebagai titik tolak bagi pemahaman hal yang lain.
Kata-kata merupakan refleksi gagasan secara verbal.
Pemikiran adalah produk akal manusia yang dinyatakan ke dalam
bahasa.
BAHAN DISKUSI KELOMPOK:
Pengertian asumsi, postulat, aksioma, prinsip, hukum, dalil
TUGAS 1: memilih topik/judul skripsi yang ditawarkan oleh Lab dan konsultasi
ke calon dosen pembimbing tugas akhir

MINGGU 3: METODE ILMIAH


MATERI PEMBAHASAN
Logico-hypothetico-verifikatif, Penelitian ilmiah, Jenis-jenis penelitian
BACAAN
1. Djawahir, 2004, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Rencana Program dan
Kegiatan Pembelejaran Semester, Jurusan Teknik Geodesi FT-UGM,
Yogyakarta.
2. ---------, Hakikat Penelitian, http://www.perpustakaanonline.blogspot.com/2008/07/hakikat-penelitian.html
3. ---------, Penelitian kuantitatif, http://www.google.co.id/search?
q=sklus+empiris&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:enUS:official&client=firefox-a
LOGICO-HYPOTHETICO-VERIFIKATIF
Paradigma kuantitatif berpandangan bahwa sumber ilmu itu terdiri dari
pemikiran rasional (logis) dan data empirik.
Ukuran kebenaran ialah koherensi dan korespondensi (koheren berarti
sesuai dengan teori-teori terdahulu, dan korespondensi berarti sesuai
PERUMUSAN
dengan kenyataan empirik).
MASALAH
Pengembangan ilmu dimulai
dari proses perumusan hipotesis yang
dideduksi dari teori, kemudian hipotesis tersebut diuji kebenarannya
melalui verifikasi untuk diproses lebih lanjut secara induktif menuju
KHASANAH
PENYUSUNAN
perumusan teori.
PENGETAHUAN
KERANGKA
Asusmsi:
Obyek
dapat
diklasifikasi
menurut
sifat,
jenis, struktur,
deduksi
ILMIAH
BERFIKIR
koherensi
bentuk,
fenomena ada penyebabnya; Fenomena
(TEORI)warna, dsb; Setiap
tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu.
pragmatisme
METODE
ILMIAH

DITERIMA

PERUMUSAN
HIPOTESIS
induksi
koresponden
si
PENGUJIAN
HIPOTESIS

DITOLAK
4

Diagram alir metode ilmiah


(Suriasumantri, 1994)

PENELITIAN ILMIAH
Definisi
Lihat: Websters New Collegiate Dictionary: ...; T. Hillway: ....; Woody: ...

Penelitian yang menggunakan metode ilmiah disebut penelitian ilmiah dan


kebenaran yang dihasilkan merupakan kebenaran ilmiah.
Penelitian Kualitatif
paradigma kuantitatif dibangun berdasarkan filsafat fenomenologis:
manusia sebagai penentu utama perilaku individu dan gejala sosial;
tingkah laku manusia yang tampak merupakan konsekuensi dari
sejumlah pandangan atau doktrin yang hidup di kepala manusia
pelakunya.
bertujuan memahami fenomena dari sudut pandang partisipan,
konteks sosial dan institusional, untuk memperoleh penemuanpenemuan yang tidak terduga sebelumnya dan membangun kerangka
teoritis baru.
menempatkan manusia sebagai subyek utama dalam peristiwa
sosial/budaya, tidak menggunakan model-model matematik, statistik
atau komputer.
dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang
selanjutnya diterapkan secara sistematis dalam pengumpulan dan
pengolahan data untuk memberikan penjelasan dan argumentasi.
Penelitian Kuantitatif
paradigma kuantitatif dibangun berdasarkan filsafat positivisme yang
menolak unsur metafisik dan teologik dari realitas sosial: sumber ilmu
terdiri pemikiran rasional dan data empirik.
bertujuan mencari atau menemukan jawaban atas permasalahan atau
sesuatu yang baru, mengembangkan ilmu pengetahuan, dan
memvalidasi teori yang sudah ada
obyek penelitian adalah fenomena dan hubungan-hubungan umum
antara fenomena-fenomena.
5

dimulai dari proses perumusan hipotesis yang di deduksi dari teori,


kemudian diuji kebenarannya melalui verifikasi untuk diproses lebih
lanjut secara induktif menuju perumusan teori baru, melalui proses
logico hypothetico verifikatif

METODE PENELITIAN KUANTITATIF


Menurut Metode
Penelitian Survei
Penelitian Korelasional
Penelitian Eksperimen
Penelitian Ex-Post-Facto
Menurut Tujuan
Penelitian Dasar: memahami masalah secara mendalam untuk
mengembangkan ilmu
Penelitian Terapan: mendapatkan informasi/kesimpulan guna
memecahkan masalah
Menurut Tingkat Eksplanasi
Penelitian Deskriptif: untuk mengetahui nilai satu atau lebih variable
mandiri
Penelitian Komparatif: untuk membandingkan variable-variabel
penelitian
Penelitian Asosiatif: untuk mengetahui hubungan dua atau lebih
variabel penelitian
TUGAS 2: Dari topik skripsi yang dipilih, menentukan format skripsi (penelitian
atau laporan proyek), mengindentifikasi landasan teoritik, serta mengumpulkan
kepustakaannya

MINGGU-4 dan 5: PENGAJUAN MASALAH

MATERI PEMBAHASAN
Latar belakang masalah, Identifikasi masalah, Pembatasan masalah,
Perumusan masalah, Tujuan penelitian (umum), Manfaat Penelitian.
BACAAN
Surisasumantri, J.S., 2005, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, Pustaka
Sinar Harapan, Jakarta.
UMUM
Metodologi adalah pengetahuan tentang metode-metode, jadi metodologi
penelitian adalah pengetahuan tentang berbagai metode yang dipergunakan
dalam penelitian.
PENGAJUAN MASALAH
Penelitian ilmiah pada hakekatnya ialah operasionalisasi metode ilmiah yang
langkah-langkahnya dimulai dengan pengajuan masalah (lihat skema
Struktur Pengkajian Ilmiah). Pengajuan masalah dalam penelitian ilmiah
meliputi:
(1) Latar belakang masalah,
(2) Identifikasi masalah,
(3) Pembatasan masalah,
(4) Perumusan masalah,
6

(5) Tujuan penelitian, dan


(6) Manfaat penelitian.
Suatu masalah pada dasarnya tidak pernah berdiri sendiri akan tetapii
senantiasa terjalin dengan situasi yang menjadi latar belakangnya seperti
ekonomi, sosial, politik, kebudayaan, dan sebagainya. Suatu fenomena atau
gajala dapat menjadi bermasalah apabila gejala tersebut berada dalam
situasi tertentu, tetapi belum tentu bermasalah dalam situasi yang lain.
Contohnya, mobil mogok di dalam garasi mungkin tidak bermasalah (kecuali
bagi orang-orang tertentu), tetapi bila mogok di tengah jalan ramai sehingga
menimbulkan kemacetan maka gejala tersebut jelas menjadi bermasalah
bagi publik. Masalah muncul sebagai sesuatu yang mengganggu atau
menimbulkan kesulitan saat menghadapi kenyataan dan kesulitan tersebut
membutuhkan jawaban atau solusi pemecahan. Bilamana peneliti
menfokuskan perhatiannya kepada suatu gejala dalam situasi tertentu
kemudian mengindentifikasikan gejala tersebut sebagai bermasalah, maka
peneliti tersebut telah melakukan identifikasi masalah (tepatnya
identifikasi gejala bermasalah). Identifikasi masalah merupakan tahap awal
dari upaya penguasaan masalah. Dalam tahap awal ini suatu obyek atau
gejala dalam suatu jalinan situasi tertentu dapat dikenali sebagai
bermasalah.
Dari gejala yang bermasalah dapat muncul sejumlah pertanyaan yang
tentu saja membutuhkan sejumlah jawaban pula. Penting untuk diperhatikan
bahwa, dalam kegiatan ilmiah, mutu keilmuan ditentukan bukan oleh
kuantitas jawaban tetapi oleh kualitas jawabannya. Oleh karena itu akan
lebih baik apabila suatu penelitian ilmiah menghasilkan dua atau tiga
hipotesis yang teruji dan handal daripada banyak penemuan yang tidak
dapat dipertanggung-jawabkan. Untuk itu maka perlu pembatasan
masalah yang dituangkan dalam pernyataan yang jelas dan spesifik.
Dengan pembatasan masalah ini maka ruang lingkup serta batas-batas
permasalahan menjadi jelas sehingga faktor-faktor yang ada di dalam dan di
luar lingkup permasalahan dapat didentifikasi dan masalah menjadi benarbenar terfokus. Kondisi ini memungkinkan peneliti merumuskan masalah
dengan baik.
Langkah berikutnya ialah perumusan masalah yang dituangkan
dalam bentuk kalimat pertanyaan yang jelas, spesifik, dan terfokus.
Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat
pertayaan-pertanyaan yang ingin dicarikan jawabannya. Tanpa perumusan
masalah yang spesifik dan terfokus, maka peneliti
akan mengalami
kesulitan atau bahkan tidak mungkin mengidentifikasikan teor-teori atau
pengetahuan ilmiah yang relevan dalam membangun kerangka berfikir.
Perumusan masalah yang baik akan memberikan kemudahan kepada peneliti
untuk menetapkan data empirik yang harus dikumpulkan.
Setelah masalah penelitian dirumuskan, peneliti menyatakan tujuan
penelitian secara umum yang merupakan sasaran utama penelitian yang
hendak dicapai.
Tujuan penelitian ini menyiratkan ruang lingkup dan
kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan.
Selanjutnya peneliti mengemukakan secara logis kemungkinan-kemungkinan
manfaat penelitian yang dapat dipetik dari solusi masalah yang akan
diperoleh dari penelitian.
7

Berikut ini ialah sebuah ilustrasi untuk memberikan gambaran tentang


proses pengajuan masalah penelitian.
Konteks situasi:
Masyarakat survei-pemetaan menghadapi fenomena munculnya pasar
berbagai jenis dan tipe produk teknologi tinggi (software dan hardware)
untuk survei-pemetaan dan pengembangan sistem informasi berbasis
komputer. Diantara produk-produk teknologi tinggi tersebut terdapat dua
jenis Total Station (TS) dengan merk dagang berbeda, TS-A dan TS-B. Dari
data teknis yang dipublikasikan di dalam brosur masing-masing alat,
diketahui bahwa kedua jenis alat tersebut termasuk di dalam kelas ketelitian
yang setara. Disamping itu harga jual dan pelayanan kepada pengguna juga
setara. Di sisi lain, catatan penggunaan alat-alat survei-pemetaan di
lapangan mengindikasikan bahwa TS-A cenderung lebih sering digunakan
daripada TS-B.
Identifikasi masalah:
Fokus perhatian peneliti mengarah kepada gejala perbedaan frekuensi
penggunaan TS-A dan EDM-B dan gejala ini kemudian diidentifikasikan
sebagai gejala yang bermasalah.
Peneliti merasa ada sesuatu yang
mengganggu pemikirannya: dua jenis alat yang kelas ketelitian, harga, dan
pelayanannya setara, tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa
yang satu lebih sering digunakan daripada yang lain. Berdasar pengetahuan
dan sikap kritisnya, peneliti berprasangka bahwa meskipun kedua alat
tersebut memiliki kualifikasi ketelitian yang setara, namun kinerja kedua alat
tersebut boleh jadi berbeda dalam kondisi nyata di lapangan. Peneliti
mengindentifikasikan bahwa gejala frekuensi penggunaan TS-A dan TS-B
yang berbeda sebagai gejala yang bermasalah.
Pembatasan masalah:
Sejumlah pertanyaan muncul berkenaan dengan masalah yang telah
diidentifikasi, misalnya: Apakah dalam kenyataan di lapangan ketelitian hasil
pengukuran TS-A lebih baik daripada TS-B? Apakah TS-A lebih mudah
dioprasikan? Apakah TS-B dibuat oleh pabrik yang belum cukup dikenal
kredibilitasnya sehingga lebih banyak yang memilih TS-A? Berdasarkan
kompetensi keahliannya, peneliti kemudian membatasi masalah pada kinerja
TS-A dan TS-B dalam aspek ketelitian hasil pengukuran jarak. Agar masalah
menjadi lebih terfokus, peneliti membuat pembatasan lebih lanjut, misalnya
pada pengukuran jarak 100 - 500 meter, temperatur udara 20 oC - 35oC,
tekanan udara 990 mBar - 1020 mBar, kelembaban udara 60% - 80%, dan
sudut miring 0o - 5o. Pembatasan suhu, tekanan, dan kelembaban tersebut
berkaitan dengan pemilihan lokasi penelitian atau kondisi lapangan.
Perumusan masalah:
Bertolak pada masalah yang telah diidentifikasi dan dengan memperhatikan
pembatasan masalah yang telah ditetapkan, peneliti kemudian merumuskan
masalah, misalnya sebagai berikut: Pada kisaran nilai berapakah perbedaan
ketelitian jarak hasil pengukuran EDM-A dan EDM-B untuk jarak pengukuran
100200 meter? Apakah perbedaan ketelitian tersebut signifikan ? Manakah
diantara hasil pengukuran TS-A dan TS-B yang lebih handal (reliable)?
Tujuan penelitian: Penelitian ini dapat dikatagorikan dalam penelitian eksploratif
untuk meng explore penjelasan ilmiah tentang rahasia dibalik gejala
perbedaan frekuensi penggunaan TS-A dan EDM-B yang kemudian difokuskan
(ditransformasikan secara logis) ke kinerja kedua alat tersebut dalam
8

pengukuran jarak. Peneliti kemudian mengemukakan tujuan penelitiannya,


misalnya, sebagai berikut:
Penelitian bertujuan untuk memperoleh
pengetahuan tentang perbedaan kinerja antara TS-A dan TS-B dalam aspek
ketelitian pengukuran jarak pada interval 100 meter sampai 200 meter.

Catatan penting yang perlu difahami ialah bahwa keseluruhan langkah


dalam kegiatan keilmuan terpadu secara utuh dalam satu logika ilmiah.
Oleh karena itu yang harus benar-benar difahami bukan sekedar langkahlangkah kegiatannya saja, akan tetapi lebih dari itu ialah dasar fikiran yang
menjadi latar belakang langkah-langkah kegiatan tersebut. Akan lebih baik
apabila logika berfikir ilmiah difahami lebih dulu sehingga dengan demikian
susunan penulisannya akan mencerminkan alur jalan fikiran yang teratur dan
Metode ilmiah
Penelitian ilmiah
logis. Jangan sampai peneliti terpukau oleh format tanpa mengetahui
hakekat dan fungsi format.
PENGAJUAN MASALAH
Latar belakang masalah
Identifikasi masalah
TUGAS 3 (KELOMPOK):
Pembatasan
masalah
1. Pilih satu karya skripsi (penelitian, bukan studi
proyek)
dan pelajari Bab I
MASALAH
Perumusan
masalah
2. Buat ulasan (kritik) tentang struktur dan isinya, manakah yang termasuk
Tujuan penelitian
(secara Pembatasan
umum)
unsur-unsur Latar belakang masalah, Identifikasi
masalah,
Manfaat penelitian

masalah, dan Perumusan masalah.


3. Buatlah alternatif rumusan masalah yang lain beserta judul penelitiannya
4. Presentasi
hasil tugas kelompok
PENYUSUNAN
PENYUSUNAN KERANGKA TEORITIK
TUGAS
3:
KERANGKA
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Penelitian:
tujuan
penelitian;
Proyek:
BERPIKIR merumuskan masalah dan
Pengkajian
teori yang
dipergunakan
merumuskan lingkup dan tujuan proyek
Pembahasan penelitian yang relevan
Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan
hipotesis (dengan menyatakan postulat,
asumsi dan prinsip sekiranya ada)

HIPOTESIS

Perumusan hipotesis
METODOLOGI PENELITIAN
Tujuan penelitian (secara operasional)
Tempat dan waktu penelitian
Metode penelitian
pengambilan sampel
pengumpulan data
analisis data

METODOLOGI
PENELITIAN

HASIL PENELITIAN
Variable yang diteliti
Analisis data
Kesimpulan analisis data
Penafsiran kesimpulan analisis data

PENGUJIAN
HIPOTESIS

KESIMPULAN

Kesimpulan pengujian hipotesis


RINGKASAN DAN KESIMPULAN
Deskripsi singkat mengenai masalah, hipotesis,
metodologi, dan hasil penelitian
Kesimpulan penelitian yang merupakan sintesis
dari seluruh aspek di atas
Pembahasan hasil penelitian dengan
membandingkan terhadap penelitian lain dan
pengetahuan ilmiah yang relevan
Pengkajian implikasi penelitian
Pengajuan saran

Gambar 1. Struktur pengkajian ilmiah

MINGGU KE-6 dan 7: KERANGKA TEORITIK dan PENGAJUAN


HIPOTESIS
MATERI PEMBAHASAN
Pengkajian tori dan hasil-hasil penelitian yang relevan; Penyusunan kerangka
berfikir teoritik dan premis-premis (postulat, asumsi, prinsip, dsb); Penentuan
variabel-variabel penelitian; Penyusunan argumentasi dengan mengacu pada
kerangka berfikir teoritik dan premis-premis; Penarikan kesimpulan awal
sebagai rumusan hipotesis
10

Dalam metode ilmiah, pengajuan masalah disusul dengan penyusunan


kerangka berfikir yang berujung pada pengajuan hipotesis. Pola yang sama
dilaksanakan dalam penelitian ilmiah, yakni pengajuan masalah disusul
dengan penyusunan kerangka teoritik yang berujung pada perumusan
hipotesis. Langkah-langkah penyusunan kerangka teoritik dan perumusan
hipotesis dilaksana-kan dengan urutan sebagai berikut:
(1)
Pengkajian teori-teori ilmiah yang akan dipergunakan
dalam analisis,
(2)
Pembahasan tentang penelitian-penelitian lain yang
relevan,
(3)
Pennyusunan kerangka berfikir teoritik dalam pengajuan
hipotesis dengan mempergunakan premis-premis yang tercantum dalam
butir (1) dan (2) dengan menyatakan secara tersurat postulat, asumsi,
dan prinsip yang dipergunakan (bila diperlukan), dan
(4)
Perumusan hipotesis.
Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah
yang telah diajukan. Hipotesis penelitian dirumuskan melalui proses
pengkajian teoritik terhadap masalah penelitian yang diajukan. Proses
pengkajian teoritik ini meliputi (1) pengkajian masalah penelitian
berdasarkan teori-teori ilmiah yang telah teruji kebenarannya, (2)
pengkajian tentang penelitian-penelitian lain yang relevan dengan
masalah yang diteliti, dan (3) penyusunan kerangka berfikir berdasarkan
hasil-hasil pengkajian (1) dan (2).
Kerangka berfikir teoritik dituangkan dalam bentuk argumentasi-argumentasi
yang menjelaskan hubungan yang mungkin ada diantara faktor-faktor terkait
di dalam masalah penelitian. Argumentasi-argumentasi disusun secara
rasional (alur pikiran yang logis) berdasarkan premis-premis ilmiah yang
telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empirik yang
relevan dengan masalah penelitian. Kerangka berfikir juga mengemukakan
(bila perlu) fikiran-fikiran dasar dalam bentuk postulat, asumsi, dan prinsip
yang melandasi teori atau premis ilmiah yang digunakan. Kesimpulan dari
kerangka berfikir teoritik adalah hipotesis penelitian. Dengan perkataan lain,
perumusan hipotesis merupakan langkah penyimpulan kerangka berfikir
teoritik (secara deduktif) yang dituangkan dalam suatu pernyataan atau
pernyataan-pernyataan yang merupakan jawaban sementara terhadap
masalah penelitian yang diajukan.
TUGAS 4:
Penelitian: dari rumusan masalah, menyusun kerangka teoritik dan rumusan
hipotesis penelitian
Proyek: menyusun landasan teori dan desain proyek

MINGGU KE-9 dan 10: METODOLOGI PENELITIAN


11

MATERI PEMBAHASAN: Tujuan operasional penelitian, Lingkup (ruang dan


waktu) penelitian, Metode penelitian: teknik pengumpulan data, pengolahan
data, analisis data dan penyimpulan.

METODOLOGI PENELITIAN
Salah satu metode yang harus ditetapkan dalam metodologi penelitian ialah
metode penelitian. Setiap penelitian ilmiah pada hakekatnya memiliki
metode penelitian masing-masing yang ditetapkan berdasarkan tujuan
penelitiannya. Sebagaimana dalam metode ilmiah, penelitian ilmiah
menyusun metodologi penelitiannya setelah perumusan hipotesis.
Penyusunan metodologi penelitian meliputi:
(1) Tujuan penelitian secara lengkap dan operasional dalam bentuk
pernyataan
yang
mengindentifikasikan
variabel-variabel
dan
karakteristik hubungan yang diteliti.
(2) Tempat dan waktu penelitian, yakni kondisi (ruang dan waktu) akan
dilakukannya generalisasi variabel-variabel yang diteliti.
(3) Metode penelitian yang dirancang berdasarkan tujuan penelitian dan
tingkat generalisasi yang diharapkan, meliputi:
a. Metode/teknik pengambilan contoh yang relevan dengan tujuan
penelitian, tingkat keumuman, dan metode penelitian.
b. Metode/teknik pengumpulan data yang meliputi identifikasi variable
yang akan dikumpulkan, sumber data, teknik pengukuran, instrumen,
dan teknik mendapatkan data.
c. Metode/teknik pengolahan dan analisis data yang meliputi langkahlangkah dan teknik analisis yang dipergunakan, yang ditetapkan
berdasarkan pengajuan hipotesis (sekiranya mempergunakan
statistika
maka
dikemukakan
hipotesis
nol
dan
hipotesis
alternatifnya).
Langkah pertama dalam menyusun metodologi penelitian ialah menyatakan
secara lengkap dan operasional tujuan penelitian yang mencakup:
(a) variabel-variabel yang akan diteliti,
(b)karakteristik hubungan yang akan diuji, dan
(c) tingkat keumuman dari kesimpulan yang akan ditarik seperti tempat, dan
waktu, kelembagaan, dan sebagainya.
Berdasarkan tujuan penelitian, peneliti kemudian menyusun metode
penelitian yang meliputi teknik pengambilan contoh, teknik pengumpulan
data, dan teknik analisis data. Dalam hal ini metode dipandang sebagai
prosedur atau cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan
teknik adalah cara yang spesifik untuk memecahkan persoalan tertentu
dalam melaksanakan prosedur tersebut.
Teknik pengumpulan data sering mensyaratkan penggunaan instrumen
tertentu. Dalam hal ini maka instrumen tersebut harus diuji lebih dulu
keabsahannya (validitas) dan kehandalannya (reliabilitas) sebelum
dipergunakan. Pengujian instrumen ini termasuk bagian dari persiapan
proses pengujian, bukan merupakan variabel yang diuji dalam pelaksanaan
pengujian. Pada dasarnya pengumpulan data baru dilaksanakan setelah
instrumen memenuhi persyaratan secara apriori, bukan aposteriori. Oleh
12

karena itu data pengujian instrumen cukup dinyatakan secara singkat di


dalam metodologi penelitian dan bukan di dalam hasil penelitian. Demikian
pula halnya dengan berbagai persiapan lainnya, termasuk tes pendahuluan
pada teknik pengambilan contoh. Selanjutnya disusun teknik
pengumpulan data yang mencakup teknik pengukuran, instrumen
pengukuran, dan teknik mendapatkan data. Dalam teknik pengumpulan
data ini peneliti harus menyatakan variabel yang akan dikumpulkan beserta
sumber perolehannya.
Setelah teknik pengumpulan data, peneliti menyusun teknik analisis data,
termasuk didalamnya teknik pengolahan data. Dalam teknik analisis data
diuraikan
cara
pengolahan
data
(untuk
menurunkan
atau
mentransformasikan data yang dikumpulkan ke variabel-variabel penelitian)
dan cara pengujian variabel-variabel penelitian menuju ke kesimpulan dalam
rangka pengujian hipotesis secara induktif.

MINGGU KE-11 dan 12: HASIL PENELITIAN


MATERI PEMBAHASAN: deskripsi atau pembehasan tentang variable
penelitian dan teknik analisis data, Kesimpulan analisis data, Penafsiran
kesimpulan analisis data dan membandingkannya dengan hipotesis
penelitian, Pengajuan saran.
HASIL PENELITIAN
Setelah perumusan masalah, perumusan hipotesis, dan penetapan
metodologi penelitian, maka langkah berikutnya ialah operasionalisasi
metodologi penelitian yang dilanjutkan dengan pembahasan hasil penelitian
dan pelaporan. Dalam pembahasan hasil penelitian, yang senantiasa harus
diingat ialah bahwa penelitian bertujuan untuk membandingkan kesimpulan
yang ditarik dari data yang dikumpulkan dengan hipotesis yang diajukan
dalam kerangka menjawab masalah penelitian yang diajuakan. Secara
kronologis dan sistematik, data yang telah dikumpulkan kemudian diolah,
dideskripsikan, dibandingkan, dan dievaluasi. Langkah-langkah tersebut
diarahkan kepada penarikan kesimpulan, apakah data tersebut mendukung
atau menolak hipotesis yang diajukan. Penelitian yang baik tidak berhenti
sampai kesimpulan penerimaan atau penolakan hipotesis, tetapi
diperlengkapi dengan evaluasi terhadap kesimpulan tersebut. Hasil
penelitian yang diperlengkapi dengan evaluasi yang jujur mengenai
kelemahan-kelemahan penelitian akan meningkatkan kehandalan hasil
penelitian.
Pelaporan hasil penelitian meliputi unsur-unsur kegiatan:
1.Menyatakan variabel-variabel yang diteliti,
2.Menyatakan teknik analisis data
3.Medeskripsikan hasil analisis data,
4.Memberikan penafsiran terhadap kesimpulan analisis data, dan
5.Menyimpulkan pengujian hipotesis, apakah diterima atau ditolak.
Secara ringkas dan kronologis, pelaporan hasil penelitian dimulai dengan
mendeskripsikan variabel-variabel yang diteliti yang disusul dengan
13

teknik analisis data yang digunakan. Setelah itu dilaporkan hasil-hasil


analisis data yang dilengkapi dengan kesimpulan analisisnya. Laporan
hasil penelitian dituangkan dalam bentuk esei dengan kalimat-kalimat verbal
yang berisi pernyatan-pernyataan baik kuantitaif maupun kualitatif. Bilamana
diperlukan, pernyatan-pernyatan tersebut dapat dilengkapi dengan berbagai
sarana pendukung seperti tabel, grafik, dan diagram alir untuk lebih
memperjelas pernyataan yang terkandung di dalam esei. Perlu kiranya
diingat bahwa sarana pendukung tersebut berfungsi membantu memperjelas
pernyataan-pernyataan verbal dan bukan sebaliknya. Selain itu, data yang
ditempatkan dalam tubuh utama laporan hendaknya data yang telah diolah,
sedangkan data mentah beserta langkah-langkah pengolahannya sebaiknya
disajikan dalam lampiran.
Langkah pelaporan hasil penelitian selanjutnya ialah penafsiran terhadap
kesimpulan analisis data. Dalam langkah ini peneliti menafsirkan makna
besaran-besaran statistik yang diperoleh dari analisis data seperti regresi
dan korelasi (dalam hubungan variabel-variabel penelitian yang bersifat
kausal), mean, deviasi baku, dan sebagainya.
Peneliti juga harus
menafsirkan tingkat keumuman dari kesimpulan yang ditarik berdasarkan
jumlah dan sebaran data yang dikumpulkan dan hasil uji statistiknya.
Seorang peneliti akhirnya harus dapat menafsirkan sebuah kesimpulan akhir
yang ditarik dari analisis data yang telah dilakukan. Statistika dan ragam
teknik analisis lainnya hanyalah sekedar alat dan bukan tujuan.
Hasil
penafsiran ini kemudian dibandingkan dengan hipotesis yang diajukan untuk
menyimpulkan, apakah hipotesis tersebut ditolak atau diterima.
RINGKASAN DAN KESIMPULAN
Hasil pengujian hipotesis yang berupa kesimpulan diterima atau ditolaknya
hipotesis kemudian dikembangkan menjadi kesimpulan penelitian yang
dituangkan dalam bab tersendiri. Kesimpulan penelitian ini merupakan
sisntesis dari keseluruhan aspek penelitian yang meliputi masalah, kerangka
teoritik, hipotesis, metodologi penelitian, dan penemuan penelitian. Dengan
perkataan lain, sintesis ini menghasilkan kesimpulan yang ditopang oleh
suatu kajian yang meletakkan berbagai aspek penelitian dalam persepektif
menyeluruh dan terpadu. Oleh karena itu perlu kiranya diuraikan kembali
secara ringkas pernyataan-pernyataan pokok dari aspek-aspek tersebut
dalam susunan yang secara sistematik mengarah kepada kesimpulan.
Ringkasan dan kesimpulan penelitian memuat (1) deskripsi singkat tentang
masalah penelitian, kerangka teoritik, hipotesis, metodologi dan penemuan
penelitian, (2) kesimpulan penelitian yang merupakan sintesis dari seluruh
aspek di atas, (3) pembahasan kesimpulan penelitian dengan
membandingkannya terhadap penelitian lain dan pengetahuan ilmiah yang
relevan, (4) pengkajian implikasi yang ditimbulkan oleh kesimpulan
penelitian (misalnya pengembangan ilmu, manfaat praktis, penyusunan
kebijakan), dan (5) pengajuan saran-saran. Dalam kaitannya dengan sifat
terpadu dan menyeluruh dari sisntesis tersebut, ilmuwan dituntut
kearifannya untuk mampu menarik kesimpulan secara utuh dari data yang
terpisah-pisah dengan tidak meninggalkan sifat
keilmuan dan tidak
melampaui batas kewenangan lingkup penelitiannya.
TUGAS 5 :
Menghimpun tugas-tugas sebelumnya menjadi usulan penelitian atau usulan
proyek sesuai dengan format yang telah ditentukan

14

15

Anda mungkin juga menyukai