Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wilayah Indonesia dengan iklim hujan tropis menyebabkan tingginya tingkat
kelembaban udara (Relative humedity > 80%) dengan suhu rata-rata 28-33 0C.

(1)

Kondisi ini sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangan berbagai macam


jamur sehingga produk pangan yang rentan terhadap jamur lebih cepat
terkontaminasi. (2)
Mikotoksin yang umum mencemari biji-bijian adalah aflatoksin, fumonisin,
okratoksin dan patulin. (3,4) Biji-bijian sebagai salah satu produk pangan dapat menjadi
substrat yang baik bagi jamur toksigenik penghasil mikotoksin. Spesies utama jamur
yang dapat mengkotaminasi biji-bijian dan memproduksi mikotoksin antara lain
Aspergillus flavus, Aspergillus oryzae, Aspergillus ochraceus, Aspergillus tamari,
Aspergillus wentii, Aspergillus melleus, Aspergillus terreus, Aspergillus niger,
Penicillium puberulum, Penicillium citrinum, Penicillium italicum, Penicillium
chrysogenum, Penicillium expansum dan Alternaria alternate. (4,5)
Selain bahan pangan, Aspergillus sp juga dapat menginfeksi manusia. Infeksi
yang disebabkan oleh Aspergillus sp sering disebut aspergillosis. Aspergillosis
merupakan infeksi jamur opportunistik kedua setelah kandidiasis yang sering
dijumpai pada pasien immunokompromais.

(5)

Inhalasi spora jamur Aspergillus sp

dapat menyebabkan infeksi yang invasif pada paru maupun sinus dan sering diikuti
perluasan infeksi secara hematogen ke organ lain. (6)
Indonesia memiliki ribuan macam tanaman, dimana keanekaragaman hayati
yang ada tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat-obatan tradisional.
Masyarakat Indonesia telah memakai dan memamfaatkan obat tradisional sejak jaman
dahulu untuk mengobati berbagai macam penyakit. Sekarang ini dengan semakin
meningkatnya resistensi terhadap berbagai jenis obat kimia maka obat tradisional
menjadi alternatif lain dalam pengobatan. Salah satu tanaman yang sering digunakan
adalah kencur.

ii

Kencur, temulawak, kunyit dan jahe termasuk dalam kelompok rimpangrimpangan (Zingiberaceae) yang sudah sejak lama dimanfaatkan sebagai obat
tradisional dan diklaim bisa menyembuhkan berbagai jenis penyakit. (7) Berdasarkan
penelitian sebelumnya, semua tanaman tersebut diatas memiliki efek antifungi.

(8)

Pada penelitian lain juga menyatakan bahwa minyak fraksi etanol rimpang kencur
(Kaempferia galangal L.) memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan beberapa
spesies jamur dan bakteri. (9)
Penelitian antifungi ekstrak Rimpang kencur (Kaempferia galangal L.) terhadap
jamur Aspergillus sp belum pernah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut
saya sebagai peneliti tertarik untuk melihat efek antifungi Rimpang kencur
(Kaempferia galangal L.) dalam menghambat pertumbuhan jamur Aspergillus sp.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka di ambil beberapa permasalahan
sebagai berikut:
1. Apakah ekstrak etanol rimpang kencur (Kaempferia galaga L.) memiliki daya
hambat terhadap pertumbuhan jamur Aspergillus sp?
2. Berapa konsentrasi ekstrak etanol rimpang kencur (Kaempferia galaga L.) yang
dapat memberikan daya hambat optimal terhadap pertumbuhan jamur Aspergillus
sp?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui adanya daya hambat dari ekstrak etanol rimpang kencur
(Kaempferia galaga L.) terhadap pertumbuhan jamur Aspergillus sp.
2. Untuk mengetahui berapa konsentrasi ekstrak etanol rimpang kencur (Kaempferia
galaga ssL.) yang dapat memberi daya hambat optimal terhadap pertumbuhan
jamur Aspergillus sp.

ii

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
mengenai manfaat dari rimpang kencur (Kaempferia galaga L.) untuk pengobatan
khususnya dalam menghambat pertumbuhan jamur Aspergillus sp. Hasil penelitian ini
juga diharapkan dapat memberikan dasar penelitian selanjutnya untuk mendapatkan
senyawa aktif lainnya untuk mengobati penyekit-penyakit lainnya.
1.5 Hipotesis
1. Ekstrak rimpang kencur (Kaempferia galaga L.) dapat menghambat pertumbuhan
jamur Aspergillus sp.
2. Semakin besar konsentrasi ekstrak etanol rimpang kencur (Kaempferia galaga L.)
yang diberikan, semakin besar daya hambat optimal terhadap pertumbuhan jamur
Aspergillus sp.

ii

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aspergillus sp
Aspergillus sp. adalah saprofit yang terdapat di alam. A. fumigates adalah
patogen yang sering menyerang manusia, selain itu ada juga spesies lain yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia di antaranya A. flavus, A. niger dan A. terreus.
Kapang ini menghasilkan banyak konidia kecil yang mudah di aerosol. Pada orang
yang mengalami atropik sering terjadi reaksi alergi berat terhadap antigen konidia. (10)
Aspergillus flavus menghasilkan racun aflatoksin. Aflatoksin merupakan suatu
mikotoksin yang dihasilkan dari hasil metabolisme sekunder jamur Aspergillus flavus.
(3)

Aflatoksin dapat mengkontaminasi biji-bijian, buah, daging, keju, produk olahan

makanan hasil fermentasi seperti kecap dan oncom serta rempah-rempah. (11) A. flavus
biasanya mengkontaminasi biji-bijian. Selain menghasilkan aflatoksin, A. flavus juga
mampu menginfeksi manusia dan hewan sehingga menghasilkan penyakit yang
disebut aspergillosis.
Aspergillus terreus dan Aspergillus niger merupakan jamur yang juga mampu
memproduksi mikotoksin. Mikotoksin yang dihasilkan oleh A. terreus antara lain,
aflatoksin, patulin, dan sitrinin. Sedangkan, A. niger memproduksi okratoksin. (12)
Aspergillus fumigatus memiliki tangkai-tangkai panjang (conidiophores) yang
mendukung kepalanya yang besar (vesikel). Pada bagian kepalanya terdapat spora
yang membangkitkan sel hasil dari rantai panjang spora. Aspergillus fumigatus ini
mampu tumbuh pada suhu 370C (sama dengan temperatur tubuh). Pada rumput kering
Aspergillus fumigatus dapat tumbuh pada suhu di atas 500C. (10)
2.1.1

Toksonomi Aspergillus sp
Aspergillus sp di klasifikasikan sebagai berikut : (13)
Kingdom
: Fungi
Fillum
: Ascomycota
Sub fillum
: Pezizomycotina
Kelas
: Eurotiomycetes
Ordo
: Eurotiales
Family
: Trichocomaceae
Genus
: Aspergillus
Spesies
: Aspergillus sp
ii

2.1.2 Morfologi dan Identifikasi


Pada pemeriksaan mikroskopis langsung Aspergillus sp akan tampak gambaran
cabang dichotomus dan hifa yang bersepta. Secara umum gambaran morfologi
Aspergillus sp yaitu hifa selebar 2,5-8 m, bersepta, hyalin, bercabang seperti pohon
atau kipas. Namun terdapat sedikit perbedaan, bentuknya sedikit menyerupai hifa
kelompok zygomycetes. Pada Aspergillus fumigates kepala konidia uniseriate,
kolumner, konidia seperti rantai, terlepas atau menyebar. Konidia tunggal atau
berpasangan dapat menyerupai sel khamir. Pada Aspergillus niger gambaran hifa
sama tetapi kepala konidia biseriate. Sedangkan pada Aspergillus terreus gambaran
hifa hampir sama tetapi terdapat konidia berhyalin yang kecil dan berbentuk bulat. (10)
Tes molekuler dan imunologi menghasilkan diagnosis yang lebih baik untuk
aspergilosis tetapi pemeriksaan mikroskopis dan kultur tetap menjadi pemeriksaan
yang paling umum dan sangat diperlukan. Identifikasi umum dari spesies aspergillus
didasarkan pada karakteristik morfologi dari koloni dan pemeriksaan mikroskopis. (14)

Gambar 1: Aspergillus Sp
( Sumber : Anonimous 2009 )

2.1.2

Patogenesis Aspergillus sp
Infeksi Aspergillus sp pada umumnya di dapat dengan cara inhalasi conidia ke

paru-paru walaupun cara lain dapat juga dijumpai seperti terpapar secara lokal akibat
luka operasi, kateter intravenous dan armboard yang terkontaminasi. Invasif
aspergillosis jarang di jumpai pada pasien immunokompeten. Spesies Aspergillus sp
pada umumnya memproduksi toksin atau mikotoksin yang dapat berperan pada

ii

manifestasi klinis yaitu aflatoxins, achratoxin A, fumagillin dan gliotoxins. Gliotoxins


dapat menurunkan fungsi magrofag dan neutrophil. (15)
2.1.3 Manifestasi Klinis Infeksi Aspergillus sp
Aspergillosis kutaneus termasuk salah satu manifestasi dari infeksi jamur
Asspergillus. Aspergillosis kutaneus ini merupakan manifestasi disseminated
aspergillosis yang jarang, di jumpai pada 5-10% pasien. Aspergillosis kutaneus dapat
diklasifikasikan menjadi primer dan sekunder. Aspergilosis kutaneus primer merujuk
pada kasus yang mengikuti inokulasi langsung, sedangkan aspergillosis kutaneus
sekunder merupakan hasil dari infeksi hematogen. Penampakan lesi dapat bervariasi,
namun biasanya di gambarkan eritematosa hingga keunguan, edematosa, indurasi
plak yang kemudian berkembang menjadi ulserasi nekrotik.

(16,17,18)

Aspergillosis

kutaneus primer umumnya di sebabkan oleh Aspergillus flavus sedangkan


Aspergillus niger dan Aspergillus ustus dari hasil pemeriksaan kultur dilaporkan juga
dapat menjadi penyebab Aspergillosis Kutaneus Primer . (17)
Lesi utama Aspergillosis dapat berbentuk makula, papul, nodul, ataupun plak
sedangkan bentuk pustula ataupun lesi yang di sertai dengan Purulen Discharge
sering di jumpai pada Neonatus Cutaneous Aspergillosis. Sedangkan pada
Aspergillosis Kutaneus Sekunder, awalnya berupa papul atau plak eritematosa atau
violaceous, indurated, soliter atau multiple. Lesi biasanya nyeri tetapi dapat juga
asimtomatik. Manifestasi ini mengalami perubahan secara cepat menjadi pustula,
vesikel yang hemoragik dan selanjutnya akan berbentuk krusta yang tertutup kropeng
hitam . (17)
2.2 Rimpang Kencur (Kaempferia galaga L.)
Kencur (Kaempferia galaga L.) merupakan salah satu tanaman obat yang
bernilai ekonomis. Sebagai tanaman obat, kencur mempunyai banyak manfaat
terutama rimpangnya. (19) Rimpang kencur (Kaempferia galaga L.) digunakan sebagai
obat infeksi bakteri, obat batuk, ekspektoran, masuk angin dan sakit perut. Minyak
atsiri didalam rimpang kencur mengandung etil p-metoksi sinamat (EPMS) yang
banyak dimanfaatkan sebagai obat asma dan anti jamur. (20) Selain itu senyawa fenol,

ii

saponin dan flavonoid yang terdapat didalam rimpang kencur juga memiliki daya anti
jamur. (21)
Di beberapa wilayah di Indonesia kencur memiliki nama yang berbeda-beda,
antara lain ceuko (Aceh), tekur (Gayo), kaciwer (Batak), kopuk (Mentawai), cakue
(Minangkabau), cokur (Lampung), kencur (Melayu), cikur (Sunda), kencur (Jawa),
kencor (Madura), cekor (Nusa Tenggara), cekuh (Bali), sikum (Minahasa), humopoto
(Gorontalo), tukulo (Bual), cekuru (Makasar), eku (Bugis), cekir (Sumba). (13)
2.2.1 Jenis Rimpang Kencur (Kaempferia galaga L.)
Berdasarkan tipe daunnya terdapat 2 jenis kencur yaitu : (22)
1. Kencur bedaun lebar, yakni dicirikan dengan bentuk daunnya yang lebar-lebar dan
besar, hampir bundar dan tangkai daun relatif sangat pendek. Jenis kencur inilah
yang saat ini paling banyak di tanam petani. Beberapa kultivar ( klon ) kencur
berdaun lebar banyak ditemukan pada daerah Boyolali, Boro, Kalipare, Ketawang,
Ajosari, Koral, dan Bogor.
2. Kencur berdaun sempit, di cirikan dengan bentuk daunnya yang memanjang dan
ramping menyempit dan tangkai daun relatif lebih panjang daripada daun yang
berbentuk lebar.
2.2.2 Toksonomi
Rimpang kencur (Kaempferia galaga L.) diklasifikasikan sebagai berikut: (23)
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Sub Kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Sub Divisi
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Liliopsida (Berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas
: Commelinidae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae (suku jahe-jahean)
Genus
: Kaempferia
Spesies
: Kaempferia galangal L.
2.2.3 Morfologi
Kencur (Kaempferia galaga L.) merupakan tanaman berimpang yang tumbuh
subur di daerah dataran rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak
terlalu banyak air. Jumlah helaian daun kencur tidak lebih dari 2-3 lembar dengan

ii

susunan berhadapan. Tanaman yang daunnya bulat melebar dengan ujung mengecil,
berwarna hijau gelap ini memiliki batang semu yang tergolong pendek dengan tinggi
10 hingga 50 cm. Rimpang kencur tumbuh bergerombol dan bercabang-cabang.
Warna rimpang cokelat gelap dan berkesan mengkilap. Kencur juga bisa berbunga,
yang muncul disela - sela daun bentuknya kecil . (24)

Gambar 2.Rimpang kencur


( Sumber : Anonimous 2009 )

2.2.4 Kandungan Kimia dan Manfaat Rimpang Kencur


Rimpang kencur mengandung etil p-metoksi sinamat, salah satu senyawa dari
turunan asam sinamat, beberapa dari turunan asam sinamat ini memiliki berbagai
aktivitas biologis seperti antibakteri, anestetik, antiinflamasi, antispasmodik,
antimutagenik, fungisida, herbisida, serta penghambat enzim tirosinase. (10)
Senyawa kimia lain yang terdapat di dalam rimpang kencur yaitu : carenc,
sneol, bromeol, terpinol, manisaldehid,a- metio, etil sinemat, pentadehane, kandinene,
etil cis p-metoksinamat dan etil trans p- metoksit sinamat. (25)
Masyarakat Indonesia memanfaatkan kencur sebagai ramuan obat-obatan dan
bumbu masakan. Masyarakat mempercayai bahwa kencur dapat mengobati penyakit
tertentu, antara lain dapat menyembuhkan masuk angin , batuk , dan sakit
tenggorokan. Kencur banyak di gunakan sebagai obat tradisional (jamu), fitofarmaka,

ii

industri kosmetik, penyedap makanan dan minuman, rempah, bahkan dapat di


manfaatkan sebagai biointektisida. (22)
2.2.5 Uji Aktifitas antifungi
Penentuan aktivitas antifungi dapat dilakukan dengan salah satu dari dua
metode utama berikut : (10)
1. Metode dilusi cair dan padat
Sejumlah obat antifungi tertentu dicamurkan pada perbenihan mikotik yang padat
atau cair kemudian ditanami dengan fungi yang diperiksa. Uji ini tidak praktis dan
jarang digunakan karena pengeceran harus dibuat dalam tabung reaksi, namun uji ini
mempunyai keuntungan yaitu memungkinkan adanya suatu hasil kuantitatif yang
menunjukkan jumlah obat yang diperlukan untuk menghambat mikroorganisme yang
diperiksa.
2. Metode difusi cakram
Cakram kertas saring yang mengandung obat dalam jumlah tertentu ditempatkan
pada media padat yang telah ditanami dengan biakan fungi yang diperiksa. Setelah
pengeraman, garis tengah daerah hambatan jernih yang mengelilingi obat dianggap
sebagai ukuran kekuatan hambatan obat terhadap organism yang diperiksa.
2.2.6 Mekanisme Anti Jamur Rimpang Kencur (Kaempferia galaga L.)
1. Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang tersebar,
mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya, yang tersusun dalam konfigurasi
C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatis yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang
dapat atau tidak dapat membentuk cincin. Flavonoid merupakan kandungan khas
tumbuhan hijau yang terdapat pada bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu,
kulit, tepung sari, bunga, buah, dan biji. Flavonoid bersifat polar karena mengandung
sejumlah hidroksil yang tak bersulih atau suatu gula. Flavonoid diketahui bias
meningkatkan kepekaan terhadap berbagai macam stressor abiotik dan berperan
melawan herbivore serta senyawa patogen. (26), (27)
Flavonoid telah dilaporkan berfungsi sebagai antialergi, antivirus, antifungi,
dan antiradang. Sebagai antifungi flavonoid dapat menghambat pertumbuhan jamur

ii

secara in vitro. Flavonoid menunjukkan toksisitas pada mamalia sehingga flavonoid


digunakan sebagai obat bagi manusia. (28)

Gambar 3.Rumus Kimia Flavonoid


( Sumber: kar et al., 2006 )

2. Fenolik
Senyawa fenolik adalah senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus hidroksil
yang menempel di cincin aromatik atau data disebut juga senyawa yang memiliki
sekurang-kurangnya satu gugus fenol. Terdapat lebih dari 8.000 jenis senyawa yang
termasuk kedalam golongan senyawa fenolik. Anggota senyawa fenolik mulai dari
yang paling sederhana dengan berat molekul yang kecil sehingga senyawa yang
kompleks dengan berat molekul lebih dari 30.000 Da. (29)

Gambar 4. Rumus Kimia Fenolik


(Sumber : Faradila dan andarwulan, 2012)

3. Saponin
Saponin merupakan senyawa glikosida komplek yang kerangka dasarnya
berhubungan dengan struktur gugus glukosa dan triterpenoid. Apabila senyawa
tersebut dihidrolisis, akan terbentuk suatu senyawa triterpenoid dan glikosida (gula).
Glikosida sangat banyak mengandung gugus OH sehingga dapat larut didalam air .
(30)

Saponin diyakini memiliki efek biologi, antara lain efek antifungi, sitotoksin

melawan sel tumor, hemolisis, aktivitas kekebalan tubuh dan antikanker. Sebagai
antifungi, saponin dapat merusak membran sel pada jamur, sehingga menyebabkan
kebocoran sel yang akhirnya memacu terjadinya kematian sel. (31)

ii

Gambar 5. Rumus Kimia Saponin


( Sumber : Haralampidis et al., 2002 )

Kerangka Teori
Rimpang Kencur (Kaempferia galaga L )
merupakan tananaman yang kandungannya
terdapat etil p-metoksi sinamat, senyawa ini
turunan asam sinamat, beberapa dari
turunan asam sinamat ini memiliki berbagai
aktivitas biologis seperti antibakteri,
anestetik, antiinflamasi, antispasmodik,
antimutagenik, fungisida, herbisida, serta
penghambat enzim tirosinase
ii

Flavanoid

Saponin

Fenolik

Antifungi

Aspergilus sp

Gambar 6. Kerangka teori

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboraturium. Rancangan
penelitian yang akan digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap ( RAL ) dengan 4
kali pengulangan. Rancangan ini terdiri dari 6 kelompok, yaitu 4 kelompok perlakuan
dan 2 kelompok kontrol. Kelompok perlakuan terdiri dari P1, P2, P3 dan P4 masingmasing dari kelompok perlakuan adalah ekstrak rimpang kencur (Kaempferia galaga
L.) dengan konsentrasi 5%, 10%, 20% dan 40%. Kelompok control terdiri dari P 5
sebagai kontrol positif (Nistatin) untuk Aspergillus dan P5 sebagai kontrol negatif
( akuades steril ). Rancangan untuk penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Table 3.1 Rancangan Acak Lengkap
Perlakuan
( P)
P0
P1

I
P0 I
P1 I

Ulangan
III
P0 III
P1 III

II
P0 II
P1 II
ii

IV
P0 IV
P1 IV

P2
P3
P4
P5
P6

P2 I
P3 I
P4 I
P5 I
P6 I

P2 II
P3 II
P4 II
P5 II
P6 II

P2 III
P3 III
P4 III
P5 III
P6 III

P2 IV
P3 IV
P4 IV
P5 IV
P6 IV

Keterangan:
P1 : Ekstrak etanol rimpang kencur dengan konsentrasi 5%.
P2 : Ekstrak etanol rimpang kencur dengan konsentrasi 10%.
P3 : Ekstrak etanol rimpang kencur dengan konsentrasi 20%.
P4 : Ekstrak etanol rimpang kencur dengan konsentrasi 40%.
P5 : Akuades steril ( kontrol negatif ).
P6 : Nistatin ( kontrol positif ).
Dasar pemilihan konsentrasi pada penelitian ini adalah menguji ekstrak
rimpang kencur dari rentang konsentrasi terkecil ( 5% ) sampai konsentrasi terbesar
( 40% ) dan membaginya menjadi 4 kelompok, oleh karena itu konsentrasi yang
digunakan adalah 5%, 10%, 20%, dan 40%. Jumlah pengulangan sebanyak 4 kali
didapatkan berdasarkan penghitungan menggunakan rumus Federer sebagai berikut:
t 1 (r -1) 15
Dengan t = 6 perlakuan (4 konsentrasi, 1 kontrol negatif dan 1 kontrol positif)
maka banyaknya jumlah ulangan yaitu:
t - 1 (r - 1) 15
6 - 1 (r - 1) 15
5r 5 15
5r 20
r4
Keterangan:
t = jumlah perlakuan
r = jumlah pengulangan
Jumlah pengulangan yang dilakukan pada penelitian ini minimal sebanyak 4
kali.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 - November 2013.
Pembuatan ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galaga L.) dan uji fitokimia

ii

dilakukan di Laboratorium Kimia Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu


Pengetahuan Alam Universitas Syiah kuala. Uji herbarium dilakukan di Laboratorium
Herbarium Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Syiah kuala. Jamur
Aspergillus yang digunakan diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Syiah kuala.pengujian zat anti fungi ekstrak rimpang
kencur terhadap Aspergillus dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala.
3.3 Alat dan Bahan Penelitian
3.3.1 Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian dalam penelitian ini yaitu sterilisator,
autoklaf, inkubator, spektrofotometer, mikroskop, object glass, cover glass,
refrigerator, timbangan analitik, kompor listrik, tabung reaksi, cawan petri, rak
tabung reaksi, erlenmayer, kawat ose, batang pengaduk, pipet tetes, gunting, sarung
tangan, lampu spiritus, labu evaporator, labu penamung etanol, pendingin spiral,
water pump, water bath dan vacuum pump.
3.3.2 Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan adalah jamur Aspergillus dari Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, rimpang kencur (Kaempferia galaga
L.), Saboraud Dextrose Agar (SDA , alkohol 70%, aquades, NaCl 0,9%, Nistatin.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terbagi dalam:
1. Variabel independen : konsentrasi ekstrak etanol rimpang kencur.
2. Variabel dependen : zona hambat pertumbuhan Aspergillus.
Variabel independen
Variabel dependen

Konsentrasi ekstrak
etanol rimpang kencur

Zona hambat pertumbuhan


Aspergillus
Gambar 7.Kerangka Konsep

ii

3.5 Prosedur Penelitian


3.5.1 Sterilisasi Alat dan Bahan
Semua alat dan bahan disterilisasi terlebih dahulu sebelum melakukan
penelitian, alat-alat seperti cawan petri dan tabung reaksi disemprotkan dengan
alkohol 70% kemudian dikeringkan dengan kasa, mulut dari tabung reaksi disumbat
dengan kapas kemudian dibungkus dengan kertas buram saja dan dimasukkan
kedalam oven dengan suhu 160-1700C selama 1-2 jam. NaCl, akuades, media SDA
(Saboraud Dextrose Agar) disterilkan dengan cara dimasukkan kedalam autoklaf
dengan suhu 1210C tekanan 2 atm selama 15 menit, ose dan pinset cukup dipijarkan
dengan bunsen. (10), (32)
3.5.2 Pembuatan Media Saboraud Dextrose Agar ( SDA)
Bubuk media Saboraud Dextrose Agar (SDA) ditimbang dengan menggunakan
timbangan listrik sebanyak 6,5 gram masukkan kedalam tabung erlenmeyer yang
sudah berisi aquades 100 ml kemudian tutup mulut tabung erlenmeyer dengan
menggunakan kapas yang dibalut dengan kasa, larutan SDA tersebut kemudian
dimasukkan kedalam microwave dipanaskan sampai semua bahan terlarut sempurna,
kemudian disterilkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 1210C dengan tekanan
2 atm selama 15 menit. Setelah selesai SDA didiamkan sebentar sampai tidak terlalu
panas lagi, kemudian SDA dituang ke dalam cawan petri. Cawan petri yang telah
berisi SDA kemudian diletakkan di atas permukaan yang rata dan tunggu hingga
memadat. SDA cair juga dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 3 ml untuk
membuat agar miring sebagai tempet pembiakan fungi, kemudian diletakkan pada
sudut kemiringan 30-450C dan dibiarkan memadat. Setelah SDA yang terdapat dalam
cawan petri dan tabung reaksi berisi SDA miring memadat lalu di-seal dan diinkubasi
dalam incubator dengan 370C selama 24 jam, setelah itu disimpat didalam lemari
pendingin dan agar miring didalam tabung reaksi langsung digunakan sebagai media
pembiakan Aspergillus. (33)
3.5.3 Re-identifikasi jamur Aspergillus
Identifikasi jamur aspergillus berdasarkan mikroskopis, makroskopis dan
biokimia menurut : (10)

ii

1. Pemeriksaan mikroskois
a. Uji Germ Tube
Serum 0,5 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian di inokulasi isolat
aspergillus dan diinkubasi pada suhu 370C selama 3 jam. Lalu ambil dengan
menggunakan ose yang telah di pijarkan terlebih dahulu dengan api spiritus dan
letakkan pada object glass, kemudian tutup dengan cover glass, selanjutnya amati di
bawah mikroskop. Pada pemeriksaan ini dilihat ada tidaknya pembentukan Germ
tube.
b. Uji KOH
Teteskan KOH 10 % sebanyak 1-2 tetes di atas object glass dengan
menggunakn ose yang telah di pijarkan pada spiritus, ambil aspergillus dan letakkan
di atas object gelas, lalu di aduk sampai tercampur merata dengan larutan KOH,
fiksasi sedian dan kemudian tutup dengan cover glass, hindari pembentukan udara.
Sedian di amati di bawah mikroskop. Pada pemeriksaan di lihat ada tidaknya
pseudohifa, sel ragi, atau sel tunas.
2. Tes Biokimia
Timbang NaCl sebanyak 0,15 gr dan pepton 0,25 gr di masukkan ke dalam labu
erlemeyer yang telah diisi 40 ml aquades. Masukkan larutan NaCl dan pepton ke
dalam microwave sampai kedua zat larut sempurna dan di bagi dalam 4 tabung reaksi
yang telah dimasukkan tabung Durham kedalamanya dengan posisi mulut tabung
Durham berada di bawah, isi masing-masing sebanyak 10 ml. masukkan maltosa,
sukrosa, laktosa, dan glukosa 0,1 gr ke masing-masing tabung reaksi tadi dan
tambahkan bromthymol blue secukupnya tutup mulut tabung dan diseal, kemudian di
sterilkan dalam autoklaf dengan tekanan 2 atm suhu 1210C. Inkubasi keempat larutan
selama 1x24 jam. Setelah di inkubasi ambil biakan aspergillus yang telah di
regenerasi lalu homogenkan ke dalam tabung reaksi. Inkubasi kembali selama 24 jam
dan di lihat hasilnya.
3. Pemeriksaan Makroskopis

ii

Fungi aspergillus di biakkan dalam media SDA dan di inkubasi selama 24 jam
suhu 370C. Identifikasi aspergillus berdasrkan warna yaitu krem dengan bau seperti
ragi bentuknya bulat dan menonjol dari permukaan.
3.5.4 Ekstraksi Rimpang Kencur (Kaempferia galaga L.)
Rimpang kencur di kupas dan di kering aginkan selama 7 hari dengan suhu
ruangan, kemudian di belender. Hasil blender rimpang kencur tersebut di ekstraksi
dengan menggunakan 1 liter pelarut etanol 96 % diuapkan, pelarut etanol 96%
diuapkan pada suhu 500 C menggunakan rotary evaporator samai di dapatkan ekstrak
kental. Ekstrak selanjutnya di bagi dalam 4 konsentrasi, yaitu 25%, 50 %, 75%, dan
100% . (34)
Pengenceran di lakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
V1 M1 = V2 M2
v = v 2 v1
Keterangan :

V1 = volume awal
V2 = volume yang diinginkan
M1 = kosentrasi awal
M2 = kosentrasi yang diinginkan
v = jumlah larutan aquades
3.5.5 Uji Fitokimia
Uji fitokimia dilakukan pada sampel ekstrak etanol Rimpang Kencur
(Kaempferia galaga L.), berdasarkan : (26)
a. Uji Flavonoid
Ekstrak rimpang kencur di uji dengan 10 ml etanol 80% selanjutnya
ditambahkan 0,5 magnesium dan HCL 0,5 ml, apabila terdapat warna merah muda
atau ungu menunjukan adanya flavonoid .
b. Uji Tanin
Ekstrak rimpang kencur di uji dengan mencampurkan 10 ml FeCl 3 apabiala
terdapat warna hijau menunjukan adanya tanin dan apabila terdapat warna ungu
menunjukkan adanya fenol.
c. Uji Alkaloid

ii

Ekstrak rimpang kencur di tambahkan asam klorida 5% sebanyak 10 ml, di


kocok selanjutnya di diamkan sampai larutan asam klorida memisah. Lapisan asam
klorida di ambil menjadi 3 tempat dan masing-masing tempat di uji untuk mengetahui
keberadaan alkaloid. Penambahan dengan pereaksi Meyer akan mengakibatkan
endaan putih, dengan reagen

D ragendroff akan menyebabkan ada endapan

kemerahan, dan dengan ereaksi Wagner akan menyebabkan endapan coklat


menandakan positif pada alkaloid.
d. Uji Steroid, Terpenoid dan Saponin
Ekstrak rimpang kencur di uji dengan pereaksi Liberman-Bourchard. Apabila
terdapat warna biru atau hijau menunjukkan adanya steroid dan warna merah
nenunjukkan adanya triterpenoid. Pada uji saponin ekstrak tersebut di kocok kuatkuat, apabila adanya busa yang stabil selama 30 menit menunjukkan adanya saponin.
3.5.6 Uji Daya Hambat Ekstrak Rimpang Kencur
Berdasarkan WHO ( 2006 ) pembuatan uji daya hambat menggunakan metode
difusi agar adalah sebagai berikut:
1. Suspensi fungi yang telah diukur dengan spektrofotometer diinokulasi ke media
SDA dengan mencelupkan kapas lidi steril kedalam inokulum.
2. Kapas lidi ditekan dan diputar disisi tabung untuk menghindari cairan inokulum
yang berlebihan.
3. Oleskan inokulum ke seluruh permukaan media sebanyak 3 kali dengan sudut
600C setiap pengolesan.
4. Kemudian oleskan kapas inokulum ke sekeliling pinggiran permukaan SDA.
5. Biarkan inokulum mongering selama beberapa menit pada suhu ruang dengan
cawan tertutup.
6. Empat buah cakram kosong ( oxvoid ) masing-masing direndam ada ekstrak
rimpang kencur dengan konsentrasi 25%, 50%, 75%, 100% selama 30 menit,
kemudian tiriskan cakram selama 15 menit. Untuk kontrol positif digunakan
kertas cakram griseovulfin 100 unit dan untuk kontrol negatif, cakram direndam
dengan akuades steril.
7. Tempelkan kertas cakram yang telah direndam pada media yang telah dinokulasi.
8. Media yang telah siap diinkubasi didalam incubator selama 18-24 jam dengan
suhu 370C.

ii

3.5 Parameter Penelitian


Parameter yang di ukur adalah diameter zona hambat ekstrak etanol rimpang
kencur terhadap pertumbuhan aspergillus yang terbentuk pada setiap perlakuan.
3.6 Analisa Data
Data yang diperoleh terlebih dahulu di uji normalitas dengan menggunakan uji
Kolomogorov-Smirnov dan uji homogenitas menggunakan uji Levene. Bila hasil uji
normalitas dan uji homogenitas terpenuhi maka dilanjutkan dengan menggunakan uji
Analysis of varian ( ANOVA ). Bila terdapat perbedaan yang nyata, maka dilakukan
uji Beda Nyata Terkecil ( BNT ). Namun apabila data tidak normal dan homogeny
maka hasil penelitian akan di jabarkan sesuai dengan klasifikasi respon hambat
menurut Morales et al., (2003) klasifikasi respon hambat dapat di lihat pada Tabel 3.2
di bawah ini.
Tabel 3.2 Perbandingan Zona Hambat
Diameter Zona Terang ( mm)
Respon Hambat Pertumbuhan
>20 mm
Sangat kuat
10 -20 mm
kuat
5 -10 mm
Sedang
<5 mm
lemah
Sumber : Morales et al., 2003.

ii

DAFTAR PUSTAKA
1. Talanca AH, Masud S. Pengelolaan Cendawan Aspergillus flavus pada Jagung. In
Seminar Nasional Serilia; 2009: Balai Penelitian Tanaman Serelia. p. 445-449.
2. Djaafar T, S R. Cemara Mikroba pada Produk Pertanian, Penyakit yang
Ditimbulkan dan Pencegahannya. Jurnal Litbang Pertanian. 2007; 26(2): p. 6775.
3. Kasno A. Pencegahan Infeksi A.flavus dan Kontaminasi Aflatoksin Pada Kacang
Tanah. Jurnal Litbang Pertanian. 2004; 23(3): p. 75-81.
4. Pitt JL, Hocking AD. Fungi and Food Spoilage. Second Edition ed. New York:
Blackie Academic & Professional; 1997.
5. Fitzpatrick's. Aspergillosis. In : Dermatology In General Medicine. Sixth Edition
ed. freedberg I, Eisen A, Wolff K, editors. McGraw-Hill; 2003.
6. Richardson M, Warnock D. Asergillosis. In : Fungal Infection Diagnosis dan
Management. Second edition ed.: Blacwell Publishing; 1997.
7. Departemen Pertanian (. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tanaman
Obat. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen
Pertanian; 2007.
8. Winarti C, Nurdjhanah N. Peluangan Tanaman Rempah dan Obat Sebagai
Sumber Pangan Fungsional. Jurnal Litbang Pertanian. 2005; 24(2): p. 47-55.
9. Gholib D. Daya Hambat Ekstrak Kencur (Kaempferia Galanga L.) Terhadap
Trichophyton Mentagrophytes dan Cryptococcus Neoformans Jamur Penyebab
Penyakit Kurap pada Kulit dan Penyakit Paru. Balai Besar Penelitian Veteriner. ;
20 NO.1: p. 59-67.
10. Brooks G, Butel J, Morse S. Mikrobiologi Kedokteran. 23rd ed. Jakarta: EGC;
2007.
11. Makfoeld D. Mikotoksin Pangan Yogyakarta: Penerbit Kanisius; 1990.
12. Wang ZG. The first find of Yeast-like cells of Fusarium moniliforme and

ii

mechanism of invection injury. In Abstrack of International conference of


Antimicrobial Agents and Chemotheraphy; Beijing.
13. Anonimous. Staphylococcal Infection. , World Health Organization; 2010.
14. Diba K, Kordbacheh P, Mirhendi S, Rezaie S, Mahmoudi M. Identification of
Aspergillus Spesies Using Morphological Characteristics. 2007; 23 No.6.
15. Patterson T. Aspergillosis. In : Clinical Mycology. Oxford University Press, INC;
2003.
16. Chiu A. Aspergillosis. [Online].; 2010 [cited 2013 Juli 22. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1092247-overview.
17. Lubis RD. Aspergillosis. [Online].; 2008 [cited 2013 Juli 22. Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345678/3432/1/08E00886.pdf.
18. Annaissie EJ, McGinnis MR, Pfaller MA. Clinical Mycology. Second Edition
ed.: Churchill Livingstone Elsevier; 2009.
19. Agoes A. Tanaman Obat Indonesia Jakarta: Salemba Medika; 2010.
20. Rostiana O, Rosita S, Mono R, Taryono. Budidaya Tanaman Kencur. Sirkuler:II
ed.: Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika; 2005.
21. Gandahusada S, D HL, W P. Parasitologi Kedokteran Edisi III: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2002.
22. Rostiana D, Effendi DS. Teknik Unggulan Kencur Bogor: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan; 2007.
23. Anonimous. Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.). [Online].; 2009 [cited
2013 Juli 20. Available from: http://www.plantamor.com/index.php?plant=735.
24. Afandi M. Teknologi Buah dan Sayur : Alumni Bandung; 1984.
25. Afriastini JJ. Bertanam Kencur. Edisi Revisi ed.: Penerbit Penebar Swadaya;
2002.
26. Harborne JB. Metode Fitikimia. Penentuan Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan. Bandung: ITB-press; 1987.
27. Janet AM, Kayle , Duthie GG. Flavonoids in Foods Dalam Aderson. Flavonoid:
Chemistry, Bichemistry,and Aplication. USA: CRC Press.
28. Roller S. Natural Antimicroba Bials For the Minimal Processing Of Foods..

ii

Washington DC: CRe Press; 2003.


29. Faradilla R, Andarwulan N. Senyawa Fenolik pada Beberapa Sayuran
Indegenious di Indonesia. Bogor: Pertanian Bogor, South East Asian Food and
Agriculural Science and Technology; 2012.
30. Fessenden RJ, Fessenden JS. Kimia Organik Terjemahan dari Organic Chemistry.
In Pudjaatmaka AH, editor.. Jakarta: Erlangga; 1991. p. 590.
31. Zhang YS, Yi HY, Tang HF. Cytotoxic Sulfated Triterene Glicosides From the
Sea Cucumber Pseudocolochirus Violeceus Chemistry & Biodiversity. In.; 2006.
p. 807 - 817 (3 ).
32. WHO. Manual for The Laboratory Identification and Antimicrobial Susceptibility
Testing of Bacterial Pathogenesis of Public Health Importance in the Developing
World. Switzerland:; 2003.
33. Mukherje KL, Ghosh S. Medical Laboratory Technologi New Delhi: Tata
Mcgraw Hill; 2010.
34. Chitra HR, Madhuri M, Nishita ST, Arijit D, Sourav B, Rohit KC. Evoluation of
Antimicrobial Properties phytochemical Contents and Toxidants Capacities of
Leaf Extract of. In.; 2012. p. 32-37.
35. Gandjar I, Sjamsuridzal W, Oetari A. Mikologi Dasar dan Terapan Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia; 2006.

ii

Lampiran 1
Jadwal Kegiatan Penelitian Mulai dari Persiapan Hingga Perbaikan Skripsi
N

Kegiatan

O
1

Studi

Kepustakaan
Penyusunan

Proposal
Penelitian

Pendahuluan
Seminar

5
6

Proposal
Penelitian
Pengolahan

Data
Penyusunan

Laporan Akhir
Seminar Skripsi

Juni/

Juli/

Bulan Ke-/ Tahun


Agus/ Sep/
Okt/

Nov/

Des/

2013

2013

2013

2013

2013

dan Perbaikan
Skripsi

DAFTAR ISI

ii

2013

2013

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................... ii
KATA PENGANTAR............................................................................................... iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL..................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................................3
1.5 Hipotesis.............................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................4
2.1 Aspergillus sp......................................................................................................4
2.1.2 Morfologi dan Identifikasi...........................................................................5
2.1.3 Manifestasi Klinis Infeksi Aspergillus sp.....................................................6
2.2 Rimpang Kencur (Kaempferia galaga L.)..........................................................7
2.2.1 Jenis Rimpang Kencur (Kaempferia galaga L.)...........................................7
2.2.2 Toksonomi....................................................................................................7
2.2.3 Morfologi.....................................................................................................8
2.2.4 Kandungan Kimia dan Manfaat Rimpang Kencur......................................9
2.2.5 Uji Aktifitas antifungi...................................................................................9
2.2.6 Mekanisme Anti Jamur Rimpang Kencur (Kaempferia galaga L.)...........10
BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................13
3.1 Rancangan Penelitian........................................................................................13
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................................14
3.3 Alat dan Bahan Penelitian.................................................................................14
3.3.1 Alat Penelitian............................................................................................14
3.3.2 Bahan Penelitian.........................................................................................15
3.4 Variabel Penelitian...........................................................................................15
3.5 Prosedur Penelitian..........................................................................................15
3.5.1 Sterilisasi Alat dan Bahan..........................................................................15
3.5.2 Pembuatan Media Saboraud Dextrose Agar ( SDA).................................15
3.5.3 Re-identifikasi jamur Aspergillus...............................................................16
3.5.4 Ekstraksi Rimpang Kencur (Kaempferia galaga L.)..................................17
ii

3.5.5 Uji Fitokimia..............................................................................................18


3.5 Parameter Penelitian.........................................................................................19
3.6 Analisa Data......................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................21
LAMPIRAN.............................................................................................................. 22

DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL RIMPANG KENCUR


(Kaempfaria Galanga L) TERHADAP PERTUMBUHAN
ii

Aspergillus sp SECARA IN VITRO


PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan sebagai syarat melakukan penelitian
untuk menyusun skripsi
Oleh :

ROUZANNA ISMA
NIM : 1007101010040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
TAHUN 2013
DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL RIMPANG KENCUR

ii

(Kaempfaria Galanga L) TERHADAP PERTUMBUHAN


Aspergillus sp SECARA IN VITRO
PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan sebagai syarat melakukan penelitian untuk skripsi

Oleh :

ROUZANNA ISMA
NIM : 1007101010040

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

Banda Aceh, 25 Oktober 2013


Pembimbing I

pembimbing II

Drs. Zulfitri, M.Biomed

drh. Faisal Jamin, M.Si

NIP : 196507161992031004

NIP: 199709112005011001

Mengetahui,

Dr.dr. Mulyadi, Sp.P (K)


NIP : 196202021989031001

ii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat
dan hidayah-Nyalah, penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal yang berjudul
Daya hambat Ekstrak Rimpang kencur (Kaempferia Galanga L.) Terhadap
Pertumbuhan Aspergillus sp Secara In Vitro . Shalawat beriringkan salam tidak
lupa kita haturkan atas Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari
alam kegelapan dan kebodohan ke alam yang terang dan penuh dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini.
Maksud dan tujuan penyusunan proposal ini adalah salah satu syarat
melakukan penelitian untuk skripsi. Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini
dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada para pembimbing
Drs.Zulfitri, M.Biomed dan Drh.Faizal Jamin, M.Si yang telah memberikan
pengarahan, bimbingan, dorongan, semangat, serta saran-saran yang bermamfaat
kepada penulis mulai dari persiapan judul penelitian hingga penyelesaian proposal
penelitian.
Persembahan terimakasih yang tulus, rasa hormat dan sembah sujud kepada
ayahanda dan ibunda tercinta (Ismail.P dan Salbiah Arifin) yang telah membesarkan
penulis dengan kasih saying yang tulus. Kepada semua teman-teman terimakasih atas
motivasi dan semangat yang diberikan kepada penulis. Semoga dengan selesainya
proposal penelitian ini penulis dapat melakukan penelitian yang menghasilkan skripsi
berkualitas serta sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan membawa mamfaat
untuk kita semua. Amin
Banda Aceh, 25 Oktober 2013
Penulis,
Rouzanna Isma
DAFTAR TABEL
ii

3.1 Rancangan Acak Lengkap.. 13


3.2 Perbandingan Zona Hambat... 20

DAFTAR GAMBAR

ii

Gambar 1. Aspergillus sp. 5


Gambar 2. Rimpang Kencur (Kaempferia Galanga L) 8
Gambar 3. Rumus Kimia Flavonoid 10
Gambar 4. Rumus Kimia Flenolik. . 11
Gambar 5. Rumus Kimia Saponin... 11
Gambar 6. Kerangka Teori.. 12
Gambar 7. Kerangka Konsep.. 15

ii

Anda mungkin juga menyukai