Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran dimana para siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling
membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam
kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling
mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang
mereka kuasai dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.
Cara belajar kooperatif jarang sekali menggantikan pengajaran

yang

diberikan oleh guru, tetapi lebih seringnya menggantikan pengaturan tempat


duduk yang individual, cara belajar individual, dan dorongan yang individual.
Apabila diatur dengan baik, siswa-siswa dalam kelompok kooperatif akan
belajar satu sama lain untuk memastikan bahwa tiap orang dalam kelompok
telah menguasai konsep-konsep yang telah di pikirkan. Keberhasilan mereka
sebangai kelompok tergantung pada kemampuan mereka untuk memastikan
bahwa semua orang sudah memengang ide kuncinya.
Model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan secara efektif
pada setiap tingkatan kelas dan untuk mengajarkan berbagai mata pelajaran.
mulai dari matematika, membaca, menulis sampai pada ilmu pengetahuan
ilmia, mulai dari kemampuan dasar sampai pemecahan masalah-masalah yang
kompleks. lebih dari pada itu, pembelajaran kooperatif juga dapat digunakan
sebagai cara utama dalam mengatur kelas untuk pengajaran.
Penggunaan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pencapaian
prestasi para sisiwa, dan akibat-akibat positif lainnya yang dapat
mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman
sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga
diri. Alasan lain adalah tumbuhnya kesadaran bahwa para siswa perlu belajar
untuk berpikir, menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta
1

mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka. Pembelajaran


kooperatif dapat membantu membuat perbedaan menjadi bahan pembelajaran
dan bukannya menjadi masalah. Pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan
yang sangat besar untuk mengembangkan hubungan antara siswa dari latar
belakang etnik yang berbeda dan antara siswa-siswa pendidikan khusus
terbelakang secara akademik dengan teman sekelas mereka.
Pembelajaran kooperatif dikembangkan dengan alasan bahwa para
pendidik dan ilmuan sosial telah lama mengetahui tentang pengaruh yang
merusak dari persaingan yang sering digunakan di dalam kelas. Ini bukannya
ingin mengatakan bahwa persaingan itu selalu salah jika diatur dengan baik,
persaingan diantara para pesaing yang sesuai dapat menjadi sarana yang
efektif dan tidak berbahaya untuk memotivasi orang melakukan yang terbaik.
Bagi kebanyakan anak-anak dengan prestasi rendah situasi persaingan
adalah motivator yang buruk bagi sebagian lainnya ini bahkan bisa menjadi
penderitaan psikologi yang menetap. Oleh karena itu, berhasil menjadi
sesuatu yang sulit bagi sebagian siswa, tetapi mudah bagi yang lainnya.
Keberhasilan ditentukan oleh dasar yang relatif dalam kelas yang kompetitif.
Para siswa dengan prestasi rendah, meskipun sudah belajar banyak, tetap saja
masih berada di peringkat bawah jika teman sekelasnya belajar lebih banyak
lagi. Sehingga mereka akan merasa kesuksesan prestasi akademis bukanlah
bidang mereka.
Dalam model pembelajaran kooperatif, para siswa akan duduk
bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai
materi yang disampaikan oleh guru. Anggota timnya heterogen, yang terdiri
dari siswa berprestasi tinggi, sedang, dan rendah, laki-laki dan perempuan,
dan berasal dari latar belakang etnik yang berbeda.
Metode-metode pembelajaran kooperatif yang sistematik dan praktis
yang ditujukan untuk digunakan sebagai elemen utama dalam pola
pengaturan di kelas, pengaruh penerapan metode-metode ini juga telah

didokumentasikan dan telah diapliksikan pada kurikulum pengajaran yang


lebih luas. Metode-metode ini sekarang telah digunakan secara ekstensif
dalam tiap subjek yang dapat dikonsepkan, pada tingkat kelas mulai dari
taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, dan pada berbagai macam
sekolah diseluruh dunia.
Semua model pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa
siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap
teman satu timnya mampu membuat diri mereka belajar sama baiknya.
Sebagai tambahan terhadap gagasan tentang kerja kooperatif, metode
pembelajaran tim siswa (PTS) menekankan penggunaan tujuan-tujuan tim
dan sukses tim, yang hanya akan dapat dicapai apabila semua anggota tim
bisa belajar mengenai pokok bahasan yang telah di ajarkan. Oleh sebab itu,
dalam metode PTS tugas-tugas yang diberikan pada siswa bukan melakukan
sesuatu sebagai sebuah tim, tetapi belajar sesuatu sebagai sebuah tim.
Lima prinsip dalam metode PTS telah dikembangkan dan diteliti
secara ekstensif, yaitu Student Tiam-Achievement Division (STAD)
(Pembagian Pencapaian Pim Siswa), Team-Games-Tournament (TGT)
(Turnamen Game Tim), dan Jigsaw II (Teka-teki II), Cooperative Integrated
Reading and Composition (CIRC) (Mengarang dan Membaca Terintegrasi
yang Kooperatif) digunakan untuk pelajaran membaca pada kelas 2-8 dan
Team Accelerated Instruction (TAI) (Percepatan Pengajaran Tim).
TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pengajaran
yang individual. TAI di rancang khusus untuk mengajar matematika kepada
siswa kelas 3-6 (atau siswa pada kelas lebih tinggi yang belum siap menerima
materi aljabar lengkap).
Dalam TAI, para siswa memasuki sekuen individual berdasarkan tes
penempatan kemudian melanjutkannya dengan tingkat kemampuan mereka
sendiri. TAI memiliki dinamika motivasi dari STAD dan TGT. Para siswa

saling mendukung dan saling membantu satu sama lain untuk berusaha keras
karena mereka semua menginginkan tim mereka berhasil.
Individualisasi yang menjadi bagian dari TAI membuatnya sedikit
berbeda dari STAD dan TGT dalam matematika, kebanyakan konsep
dibangun dari konsep sebelumnya. Apabila konsep sebelumnya tidak
dikuasai, akan sulit atau tidak mungkin untuk mempelajari konsep berikutnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dikemukakan atas, maka dapat dirumuskan
permasalahannya adalah sebagai berikut :
1. Apa dasar pemikiran dari model pembelajaran kooperatif tipe TAI?
2. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI ?
3. Apa tujuan dari model pembelajaran kooperatif tipe TAI?
4. Apa unsur-unsur program dari model pembelajaran kooperatif tipe TAI?
5. Bagaimana uraian tahap-tahap model pembelajaran kooperatif tipe TAI ?
6. Apa kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe
TAI ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui teori yang menjadi dasar pemikiran dari model
pembelajaran kooperatif tipe TAI.
2. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan dari model pembelajaran
kooperatif tipe TAI
3. Untuk mengetahui unsur-unsur dari model pembelajaran kooperatif tipe
TAI.
4. Untuk mengetahui tahap-tahap dari model pembelajaran kooperatif tipe
TAI.
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran
kooperatif tipe TAI.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Dasar Pemikiran
Dasar pemikirannya adalah untuk mengadaptasi pengajaran terhadap
perbedaan

individual

berkaitan

dengan

kemampuan

siswa

maupun

pencapaian prestasi siswa, dan jika memang demikian, bagaimana hal ini bisa
menjadi salah satu bentuk kontroversi yang paling lama terjadi dalam bidang
Pendidikan di Amerika. Ada pendapat yang mendukung praktik-praktik
semacam pengelompokan siswa, pengelompokan kemampuan di dalam kelas,
pengajaran yang terprogram, pengajaran dengan komputer, menguasai
pelajaran sebagai cara untuk memastikan bahwa kebutuhan dan kesiapan para
siswa telah benar-benar ikut diperhitungkan dalam pengajaran. Perlunya
semacam individualisasi telah dipandang penting khususnya dalam pelajaran
matematika, dimana pembelajaran dari tiap kemampuan yang diajarkan
sebagian besar tergantung pada penguasaan kemampuan yang dipersyaratkan.
Dasar

pemikiran

dibalik

individualisasi

pengajaran

pelajaran

matematika adalah bahwa para siswa memasuki kelas dengan pengetahuan,


kemampuan, dan motivasi yang sangat beragam. Ketika guru menyampaikan
sebuah pelajaran kepada bermacam-macam kelompok, besar kemungkinan
ada sebagian siswa yang tidak memiliki syarat kemampuan untuk
mempelajari pelajaran tersebut, dan akan gagal memperoleh manfaat dari
metode tersebut. Siswa lainnya mungkin malah sudah tahu materi itu, atau
bisa mempelajarinya dengan sangat cepat sehingga waktu mengajar yang
dihabiskan bagi mereka hanya membuang waktu.
Jelas bahwa mengajar sebuah palajaran pada satu taraf kemampuan
kepada kelas yang heterogen menimbulkan inefisiensi tertentu dalam
penggunaan waktu mengajar. Dalam teorinya efisiensi pengajaran maksimum
seharusnya bisa dicapai apabila materi yang disampaikan kepada para siswa
5

dapat mengasimilasi informasi. Pengaruh substansial dari pengajaran satu


oleh satu terhadap pencapaian prestasi siswa mungkin saja meningkat terlepas
dari kemampuan pengajar dewasa membangun bentuk pengajaran satu tingkat
atau satu taraf kemampuan yang mendekati kebutuhan para siswa.
Akan tetapi, hampir semua siswa belajar dalam kelompok-kelompok
kelas, dan bukan dalam sesi-sesi pengajaran individual. Individualisasi dalam
pengajaran di kelas menuntut biaya yang terkait dengan efisiensi pengajaran
yang mungkin setara ataupun bisa menurunkan efisiensi yang disebabkan
oleh penggunaan pengajaran satu tingkat atau satu taraf kemampuan.
Misalnya, pengajaran yang diprogram untuk memberikan pengajaran yang
terindividualisasi, memberi kesempatan kepada siswa untuk berkembang
berdasarkan taraf kemampuan mereka sendiri terhadap materi yang sesuai
dengan tingkat pengetahuan mereka sebelumnya. Tetapi, pengajaran
terprogram seperti ini tidak dapat menghindari berkurangnya waktu bagi guru
untuk memberikan kegiatan pengajaran langsung dan meningkatnya jumlah
waktu yang diperlukan siswa untuk melakukan tugas di kursinya masingmasing. Dalam kajian-kajian mengenai taraf kemampuan kelompok
menerima pengajaran, waktu yang dihabiskan mengerjakan tugas di kursi
masing-masing dalam hal tertentu memliki hubungan yang negatif dengan
pembelajaran, sementara waktu yang dihabiskan untuk pengajaran langsung
memperlihatkan pengaruh positif terhadap pembelajaran. Waktu yang
dihabiskan untuk memeriksa matreri dan mengelola program adalah waktu
yang paling banyak dihabiskan dalam pengajaran. Motivasi sering kali tidak
ada dalam pengajaran terprogram: para siswa mungkin menjadi tidak begitu
menghargai kemajuan yang diraihnya, dan mungkin saja menjadi bosan terus
menerus berinteraksi hanya dengan materi-materi sulit saja.
Tinjauan terhadap penelititan mengenai pengajaran individual dalam
pelajaran matematika secara seragam menyimpulakn bahwa pengajar
individual tidak lebih efektif dibandingkan denagn metode-metode tradisional
dalam hal meningkatkan pencapaian kemampuan para siswa.

Dengan munculnya biaya dan kesulitan dalam mengimplementasikan


pengajaran

individual,

orang

mungkin

akan

berargumentasi

bahwa

pendekatan ini harusnya dihapuskan saja karena tidak bisa berjalan dan tidak
efektif.
Namun masalah heterogenitas para siswa, yang menjadi tujuan dari
dirancangnya metode pengajaran individual ini belumlah terselesaikan. Bisa
jadi, sebagai konsekuensi kebijakan-kebijakan khusus seperti penerapan
mainstreaming dan penghapusan perbedaan, kelas-kelas yang ada menjadi
semakin heterogen, dan bukannya sebaliknya. Akibatnya semakin menjadi
pertanyaan apakah pengelompokan siswa bisa menjadi cara yang efektif jika
dihadapkan dengan masalah heterogenitas para siswa. Kajian-kajian
mengenai pengelompokan para siswa menemukan bahwa hal ini hanya
memberikan manfaat yang kecil dalam pencapaian kemampuan para siswa.
Sebagai tambahan terhadap penyelesaian masalah manajemen dan
motifasi dalam program-program pengajaran individual, TAI dirancang untuk
memperoleh manfaat yang sangat besar dari potensi sosialisasi yang terdapat
dalam

pembelajaran

kooperatif. Kajian-kajian sebelumnya mengenai

kemampuan kelompok dalam metode pembelajaran kooperatif secara


konsisten telah menemukan sejumlah pengaruh positif dari metode-metode
ini terhadap keluaran yang diperoleh seperti pada hubungan ras dan sikap
terhadap para siswa yang cacat secara akademik. Cukup beralasan apabila
kita mengharapkan munculnya perolehan keluaran yang serupa dalam
mengombinasikan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual.
Minggu-minggu pertama melaksanakan TAI sangat penting warna
program. Saya menghabiskan minggu pertama untuk mempelajari semua
prosedurnya. Saya menghabiskan minggu pertama untuk mempelajari semua
prosedurnya bersama para siswa, menjelaskan bagan bagaimana melakukan
TAI, formulir progres, dan lembar progresnya. Saya memastikan bahwa
mereka memahami prosedur yang seharusnya untuk melanjutkan kebagian

pemeriksaan, mengerjakan ujian, dan mendapatkan perhatian guru. Waktunya


juga saya habiskan untuk melihat lembar latihan kemampuan. Para siswa
perlu tahu dimana halaman pedoman, nomor-nomor unit, halaman latihan
kemampuan, dan juga test formatif.
B. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI
Pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan metode pembelajaran
dengan kelompok heterogen yang memberikan informasi untuk memahami
suatu konsep matematika. TAI dirancang khusus untuk mengajarkan
matematika. Matematika TAI (Team Accelarate Instruction) di prakarsai
sebagai usaha merancang sebuah bentuk pengajaran individual yang bisa
menyelesaikan

masalah-masalah

yang

membuat

metode

pengajaran

individual menjadi tidak efektif (Slavin, 1995: 98). Dalam TAI siswa bekerja
sama antar kelompok dalam usaha memecahkan masalah. Dengan demikian
dapat memberikan peluang kepada siswa yang berkemampuan rendah untuk
dapat meningkatkan kemampuannya karena termotivasi oleh siswa lain yang
mempunyai kemampuan yang lebih tinggi. Diharapkan partisipasi siswa
dalam pembelajaran matematika akan meningkat sehingga hasil belajar siswa
juga akan meningkat.
Bagaimanapun, individualisasi adalah bagian dari TAI yang
membuatnya berbeda dari STAD dan TGT. Dalam matematika, kebanyakan
konsep berdasar pada konsep sebelumnya. Jika konsep awal tidak dikuasai,
dikemudian hari siswa akan kesulitan mempelajari lebih lanjut, seorang siswa
yang tidak bisa pengurangan atau perkalian akan tidak mampu menguasai
pembagian, seorang siswa yang tidak mampu memahami konsep pecahan
akan tidak mampu memahami apa itu desimal, dan seterusnya. Dalam TAI,
para siswa bekerja berdasarkan level mereka sendiri, jadi jika mereka kurang
trampil dalam materi prasyarat mereka dapat membangun pondasi yang kuat
sebelum melajutkan. Juga, jika para siswa dapat maju lebih cepat, mereka
tidak perlu menunggu yang lain yang belum selesai.

Model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini memiliki 8 komponen,


kedelapan komponen tersebut adalah sebagai berikut.
1. Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4 sampai
5 siswa.
2. Placement Test yaitu pemberian pre-test kepada siswa atau melihat ratarata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada
bidang tertentu.
3.

Curriculum materials yaitu materi yang dikerjakan oleh siswa sesuai


dengan kurikulum yang ada.

4. Team Study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh
kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa
yang membutuhkan. Para siswa mengerjakan unit unit mereka dalam
kelompok mereka atau dengan kata lain siswa diberikan untuk
mengerjakan soal secara individu terlebih dahulu kemudian setelah itu
mendiskusikan hasilnya dengan kelompok masing masing.
5. Team Score and Team Recognition yaitu pemberian score terhadap hasil
kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap
kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang
kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.
6. Teaching Group yaitu pemberian materi secara singkat dari guru
menjelang pemberian tugas kelompok.
7. Fact test yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh
siswa.
8. Whole-Class Units yaitu pemberian materi oleh guru kembali diakhir
waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.

C. Tujuan
Matematika TAI diprakarsai sebagai usaha merancang sebuah bentuk
pengajaran individual yang bisa menyelesaikan masalah-masalah yang
membuat metode pengajaran menjadi tidak efektif dengan membuat para
siswa bekerja dengan tim-tim pembelajaran kooperatif dan mengemban
tanggung jawab mengelolah dan memeriksa secara rutin, saling membantu
satu sama lain dalam menghadapi masalah, dan saling memberi dorongan
untuk maju, maka guru dapat membebaskan diri mereka dari memberikan
pengajaran langsung kepada sekelompok kecil siswa yang homogen yang
berasal dari tim-tim yang heterogen. Fokus pengajarannya adalah pada
konsep-konsep dibalik algoritma yang dipelajari oleh para siswa dalam
kegiatan individual. Pengaturan seperti ini memberikan kesempatan
melakukan pengajaran langsung yang tidak terdapat dalam hampir semua
metode-metode pengajaran individual.
TAI dirancang untuk memuaskan kriteria berikut ini untuk
menyelesaikan msalah-masalah teoretis dan praktis dari sistem pengajaran
individual :
a) Dapat

meminimalisir

keterlibatan

guru

dalam

pemeriksaan

dan

pengelolaan rutin.
b) Guru setidaknya akan menghabiskan separuh dari waktunya untuk
mengajar kelompok-kelompok kecil.
c) Operasional program tersebut akan sedemikian sederhananya sehingga
para siswa di kelas 3 ke atas dapat melakukannya.
d) Para siswa akan termotivasi untuk mempelajari materi-materi yang
diberikan dengan cepat dan akurat, dan tidak akan bisa berbuat curang atau
menmukan jalan pintas.
e) Tersedianya banyak cara pengecekan penguasaan supaya para siswa jarang
menghabiskan waktu mempelajari kembali materi yang sudah mereka
kuasai atau menghadapi kesulitan serius yang membutuhkan bantuan guru.

10

Pada tiap pos pengecekan penguasaan, dapat tersedia kegiatankegiatanpengajaran alternatif dan tes-tes paralel.
f) Para siswa akan dapat melakukan pengecekan satu sama lain, sekalipun
bila siswa yang mengecek kemampuannya ada dibawah siswa yang dicek
dalam rangkaian pengajaran, dan prosedur pengecekan akan cukup
sederhana dan tidak mengganggu si pengecek.
g) Programnya tidak mudah dipelajari baik oleh guru maupun oleh siswa,
tidak mahal, fleksibel, dan tidak membutuhkan guru tambahan ataupun tim
guru.
h) Dengan membuat para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok
kooperatif, dengan status sejajar, progran ini akan membangun kondisi
untuk terbentuknya sikap-sikap positif terhadap siswa-siswa mainstream
yang cacat secara akademik dan diantara para siswa dari latar balakang ras
atau etnik yang berbeda.
Program TAI yang telah dikembangkan untuk memenuhi semua
kriteria ini dipandu dalam satu kelas, mendapat revisi intensif, dikaji
dalam dua skala penuh tetapi singkat ( delapan dan sepuluh minggu,
secara berturut-turut ), eksperimen di lapangan ( Slavin, Leavey, dan
madden, 1984 ), direvisi lagi, dan selanjutnya dievaluasi dengan sukses
dalam tiga skala besar eksperimen di lapangan ( Slavin, Madden, dan
Leavey, 1984; Slavin dan Karweit, 1985 ).

D. Unsur-unsur Program
Tidak seperti STAD dan TGT, TAI tergantung pada pengaturan
khusus materi-materi pengajaran dan memiliki panduan implementasinya
sendiri. Untuk alasan ini, maka tidak mungkin dapat menggunakan TAI
hanya dengan membaca materi ini.
Teams. Para siswa dalam TAI dibagi ke dalam tim-tim yang
beranggotakan 4-5 orang seperti pada STAD dan TGT.

11

Tes Penempatan. Para siswa diberikan tes pra program dalam bidang
operasi

matematika

pada

permulaan

pelaksanaan

program.

Mereka

ditempatkan pada tingkat yang sesuai dalam program individual berdasarkan


kinerja mereka dalam tes ini.
Materi-materi Kurikulum. Untuk sebagian besar dari pengajaran
matematika mereka, para siswa bekerja pada materi-materi kurikulum
individual

yang

mencangkup

penjumlahan,

pengurangan,

perkalian,

pembagian, angka, pecahan, desimal, rasio, persen, statistik, dan aljabar.


Masalah-masalah kata dan strategi penyelesaian masalah ditekankan pada
seluruh materi. Tiap unit mempunyai bagian-bagian sebagai berikut :
a) Halaman

panduan

yang

mengulang

konsep-konsep

yang

telah

diperkenalkan oleh guru dalam kelompok pengajaran dan memberikan


metode tahap demi tahap dari penyelesaian masalah.
b) Beberapa halaman untuk latihan kemampuan, tiap halaman terdiri dari
enam belas masalah. Tiap latihan kemampuan memperkenalkan sub
kemampuan

yang mengarah pada penguasaan akhir dari seluruh

kemampuan.
c) Tes formatif dua set yang paralel dari sepuluh soal.
d) Lima belas soal tes unit.
e) Halaman jawaban untuk halaman latihan kemampuan dan tes-tes unit dan
formatif.
Belajar Kelompok. Langkah berikutnya yang mengikuti tes
penempatan adalah guru mengajar pelajaran pertama. Selanjutnya para siswa
diberikan tempat untuk memulai dalam unit matematika individual. Unit
tersebut tertera pada buku-buku siswa. Para siswa mengerjakan unit-unit
mereka dalam kelompok mereka, mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Para siswa membentuk kelompok yang terdiri dari dua atau tiga orang
dalam tim mereka untuk melakukan pengecekan.

12

2. Para siswa membaca halaman panduan mereka dan meminta teman satu
tim atau guru untuk membantu bila diperlukan. Selanjutnya mereka akan
memulai latihan kemampuan yang pertama dalam unit mereka.
3. Tiap siswa mengerjan empat soal pertama dalam latihan kemampuannya
sendiri dan selanjutnya jawabannya dicek oleh teman satu timnya dengan
halaman jawaban yang sudah tersedia, yang dicetak dengan urutan terbalik
di dalam buku. Apabila jawaban keempat soal tersebut benar siswa
tersebut boleh melanjutkan ke latihan kemampuan berikutnya. Jika ada
yang salah mereka harus mencoba mengerjakan kembali keempat soal
tersebut, dan seterusnya, sampai siswa bersangkutan dapat menyelesaikan
keempat soal tersebut dengan tenang. Para siswa yang menghadapi
masalah pada tahap ini didorong untuk meminta bantuan dari timnya
sebelum meminta bantuan dari guru.
4. Apabila siswa sudah dapat menyelesaikan keempat soal dengan benar
dalam latihan kemampuan terakhir, dia akan mengerjakan tes formatif A,
yaitu kuis yang terdiri dari sepuluh soal yang mirip dengan latihan
kemampuan terakhir. Pada saat mengerjakan tes formatif, siswa harus
bekerja sendiri sampai selesai. Seorang teman satu timnya akan
menghitung skor tesnya. Apabila siswa tersebut dapat mengerjakan
delapan atau lebih soal dengan soal dengan benar, teman satu timya
tersebut akan menandatangani hasil tes itu untuk menunjukkan bahwa
siswa tersebut telah dinyatakan sah oleh teman satu timnya untuk
mengikuti tes unit. Bila siswa tersebut tidak bisa mengerjakan delapan
siswa dengan benar, guru akan dipanggil untuk membantu menyelesaikan
masalah yang dihadapi siswa tersebut. Guru mungkin akan meminta siswa
untuk

kembali

mengerjakan

soal-soal

latihan

kemampuan

lalu

mengerjakan tes formatif B, sepuluh soal kedua yang konten dan tingkat
kesulitannya sejajar dengan tes formatif A. Atau jika tidak, siswa tersebut
boleh terus melanjutkan ke tes unit. Tak ada siswa yang boleh
mengerjakan tes unit sampai dia mengerjakan

tes formatif dan

pekerjaannya diperiksa oleh temannya.

13

5. Tes formatif pada siswa ditandatangani oleh siswa pemeriksa yang berasal
dari tim lain supaya bisa mendapatkan tes unit yang sesuai. Siswa tersebut
selanjutnya menyelesaikan tes unitnya, dan siswa pemeriksa akan
menghitung skornya. Tiap hari dua murid secara bergantian menjadi
pemeriksa.
Skor Tim dan Rekognisi Tim. Pada tiap akhir minggu, guru
menghitung jumlah skor tim. Skor ini didasarkan pada jumlah rata-rata unit
yang bisa dicakupi oleh tiap anggota tim dan tes-tes unit yang berhasil
diselesaikan dengan akurat. Kriterianya dibangun dari kinerja tim. Kriteria
yang tinggi ditetapkan bagi sebuh tim untuk menjadi tim super, kriteria
sedang untuk mrnjadi tim sangat baik, dan kriteria minum untuk menjadi
yang tim baik. Tim-tim yang memenuhi kriteria sebagai tim super atau tim
sangat baik menerima sertifikat yang menarik.
Kelompok Pengajaran. Setiap hari guru memberikan pangajaran
selama sekitar sepuluh sampai lima belas menit kepada dua atau tiga
kelompok kecil siswa yang terdiri dari siswa-siswa dari tim berbeda yang
tingkat pencapaian kurikulumnya sama. Guru menggunakan konsep pelajaran
yang spesifik yang telah disediakan oleh program. Tujuan dari sesi ini adalah
untuk mengenalkan konsep-konsep utama kepada siswa. Pelajaran tersebut
untuk membantu para siswa memahami hubungan antara pelajaran
matematika yang mereka kerjakan dengan soal-soal yang sering ditemui dan
juga merupakan soal-soal dalam kehidupan nyata. Secara umum para siswa
tersebut mrerima pengenalan konsep-konsepnya dalam kelompok pengajaran
sebelum mereka mengerjakan soal-soal tersebut dalam unit-unit individual.
Sementara guru bekerja bersama kelompok pengajaran, siswa-siswa lainnya
melanjutkan mengerjakan unit-unit individual mereka dalam timnya masingmasing. Pengajaran langsung untuk mengajari kelompok ini dapat diterapkan
dalam program invidual oleh fakta bahwa para siswa bertanggung jawab
untuk hampir semua pemeriksan, penangan materi, dan pengerahan.
Tes Fakta. Seminggu dua kali, para siswa diminta mengerjakan testes fakta selama tiga menit (biasanya fakta-fakta perkalian atau pembagian).

14

Para siswa tersbut diberikan lembar-lembar fakta untuk dipelajari di ruma


untuk persiapan menghadapi tes-tes ini.
Unit Seluruh Kelas. Pada akhir tiap tiga minggu, guru menghentikan
program individual dan menghabiskan satu minggu mengajari seluruh kelas
kemampuan semacam geometri, ukuran, serangkaian latihan, dan strategi
penyelesaian masalah.

E. Tahap-tahap model pembelajaran tipe TAI

Adapun tahap-tahap dalam model pembelajaran TAI adalah


sebagai berikut.
1. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan diselesaikan oleh
kelompok siswa.
2. Guru memberikan pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai
harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang
tertentu. (Mengadopsi komponen Placement Test).
3. Guru memberikan materi secara singkat. (Mengadopsi komponen
Teaching Group).
4. Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen tetapi harmonis
berdasarkan nilai ulangan harian siswa, setiap kelompok 4-5 siswa.
(Mengadopsi komponen Teams).
5. Setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru berupa LKS yang telah
dirancang sendiri sebelumnya, dan guru memberikan bantuan secara
individual bagi yang memerlukannya. Siswa terlebih dahulu diberikan
kesempatan untuk mengerjakan LKS secara individu, baru setelah itu
berdiskusi dengan kelompoknya. (Mengadopsi komponen Team Study).
6. Ketua

kelompok

melaporkan

keberhasilan

kelompoknya

dengan

mempresentasikan hasil kerjanya dan siap untuk diberi ulangan oleh


guru.
7. Guru

memberikan

post-test

untuk

dikerjakan

secara

individu.

(Mengadopsi komponen Fact Test).

15

8. Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang


berhasil (jika ada) berdasarkan hasil koreksi. (Mengadopsi komponen
Team Score and Team Recognition).
9. Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang
ditentukan.

F. Kelebihan dan Kelemahan


Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TAI antara lain,
sebagai berikut:
1. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI guru dapat menciptakan
suasana lingkungan kelas yang saling menghargai nilai-nilai ilmiah dan
termotivasi untuk mengadakan penelitian sederhana yang bermanfaat bagi
perbaikan dalam proses pembelajaran dan meningkatkan kemampuan guru
mata pelajaran.
2. Guru semakin bersemangat dan mantap dalam mempersiapkan diri untuk
melaksanakan pembelajaran.
3. Peserta didik merasa senang karena dilibatkan dalam proses belajar dan
semakin tertantang dengan persoalan-persoalan matematika baru yang
belum pernah mereka temui sebelumnya sehingga memicu mereka untuk
terus melakukan penemuan-penemuan.
4. Memungkinkan peran aktif peserta didik dalam proses penilaian, mereka
melakukan penilaian diri sendiri, refleksi, pemikiran yang kritis dan
memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah peserta didik.
5. Model

pembelajaran

TAI

membantu

meningkatkan

kemampuan

pemecahan masalah peserta didik dan mengurangi anggapan banyak


peserta didik bahwa matematika itu sulit.
6. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI memungkin bertanggungjawab
untuk merancang proses pembelajaran dan untuk mengevaluasi kemajuan
belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

16

7. Pada model pembelajaran kooperatif tipe TAI peserta didik mendapatkan


penghargaan atas usaha mereka.
8. Melatih

peserta

didik

untuk

bekerja

secara

kelompok,

melatih

keharmonisan dalam hidup bersama atas dasar saling menghargai.

Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe TAI antara lain,


sebagai berikut:
1) Tidak semua mata pelajaran cocok diajarkan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe TAI.
2) Apabila model pembelajaran ini merupakan model pembelajan yang baru
diketahui, kemungkinan sejumlah peserta didik bingung, sebagian
kehilangan rasa percaya diri dan sebagian mengganggu antar peserta didik
lain (Astri, 2010:15).

17

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan metode pembelajaran
dengan kelompok heterogen yang memberikan informasi untuk memahami
suatu konsep matematika. TAI dirancang khusus untuk mengajarkan
matematika.
Matematika TAI diprakarsai sebagai usaha merancang sebuah bentuk
pengajaran individual yang bisa menyelesaikan masalah-masalah yang
membuat metode pengajaran menjadi tidak efektif dengan membuat para siswa
bekerja dengan tim-tim pembelajaran kooperatif dan mengemban tanggung
jawab mengelolah dan memeriksa secara rutin, saling membantu satu sama lain
dalam menghadapi masalah, dan saling memberi dorongan untuk maju, maka
guru dapat membebaskan diri mereka dari memberikan pengajaran langsung
kepada sekelompok kecil siswa yang homogen yang berasal dari tim-tim yang
heterogen.
Unsur-unsur program dari TAI adalah Teams, Tes Penempatan, Materimateri Kurikulum, Belajar Kelompok, Skor Tim dan Rekognisi Tim,
Kelompok Pengajaran, Tes Fakta, dan Unit Seluruh Kelas.
Adapun tahap-tahap dalam model pembelajaran TAI adalah sebagai
berikut.
1. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan diselesaikan oleh
kelompok siswa.
2. Guru memberikan pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai
harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang
tertentu. (Mengadopsi komponen Placement Test).
3. Guru memberikan materi secara singkat. (Mengadopsi komponen
Teaching Group).

18

4. Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen tetapi harmonis


berdasarkan nilai ulangan harian siswa, setiap kelompok 4-5 siswa.
(Mengadopsi komponen Teams).
5. Setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru berupa LKS yang telah
dirancang sendiri sebelumnya, dan guru memberikan bantuan secara
individual bagi yang memerlukannya. Siswa terlebih dahulu diberikan
kesempatan untuk mengerjakan LKS secara individu, baru setelah itu
berdiskusi dengan kelompoknya. (Mengadopsi komponen Team Study).
6. Ketua

kelompok

melaporkan

keberhasilan

kelompoknya

dengan

mempresentasikan hasil kerjanya dan siap untuk diberi ulangan oleh


guru.
7. Guru

memberikan

post-test

untuk

dikerjakan

secara

individu.

(Mengadopsi komponen Fact Test).


8. Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang
berhasil (jika ada) berdasarkan hasil koreksi. (Mengadopsi komponen
Team Score and Team Recognition).
9. Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang
ditentukan.
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TAI antara lain,
sebagai berikut:
1. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI guru dapat menciptakan
suasana lingkungan kelas yang saling menghargai nilai-nilai ilmiah dan
termotivasi untuk mengadakan penelitian sederhana yang bermanfaat bagi
perbaikan dalam proses pembelajaran dan meningkatkan kemampuan guru
mata pelajaran.
2. Guru semakin bersemangat dan mantap dalam mempersiapkan diri untuk
melaksanakan pembelajaran.
3. Peserta didik merasa senang karena dilibatkan dalam proses belajar dan
semakin tertantang dengan persoalan-persoalan matematika baru yang
belum pernah mereka temui sebelumnya sehingga memicu mereka untuk
terus melakukan penemuan-penemuan.

19

4. Memungkinkan peran aktif peserta didik dalam proses penilaian, mereka


melakukan penilaian diri sendiri, refleksi, pemikiran yang kritis dan
memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah peserta didik.
5. Model

pembelajaran

TAI

membantu

meningkatkan

kemampuan

pemecahan masalah peserta didik dan mengurangi anggapan banyak


peserta didik bahwa matematika itu sulit.
6. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI memungkin bertanggungjawab
untuk merancang proses pembelajaran dan untuk mengevaluasi kemajuan
belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
7. Pada model pembelajaran kooperatif tipe TAI peserta didik mendapatkan
penghargaan atas usaha mereka.
8. Melatih

peserta

didik

untuk

bekerja

secara

kelompok,

melatih

keharmonisan dalam hidup bersama atas dasar saling menghargai.

Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe TAI antara lain,


sebagai berikut:
1) Tidak semua mata pelajaran cocok diajarkan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe TAI.
2) Apabila model pembelajaran ini merupakan model pembelajan yang baru
diketahui, kemungkinan sejumlah peserta didik bingung, sebagian
kehilangan rasa percaya diri dan sebagian mengganggu antar peserta didik
lain.

20

B. Saran
Dalam melaksanakan suatu pembelajaran, seorang guru haruslah jeli
dalam menggunakan metode pembelajaran agar dapat menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan bagi siswa. Model pembelajaran tipe TAI sendiri
dapat memeberikan rasa senang kepada siswa karena dilibatkan dalam proses
belajar dan semakin tertantang dengan persoalan-persoalan matematika baru
yang belum pernah mereka temui sebelumnya.

21

Anda mungkin juga menyukai