Model TAI
Model TAI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran dimana para siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling
membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam
kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling
mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang
mereka kuasai dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.
Cara belajar kooperatif jarang sekali menggantikan pengajaran
yang
saling mendukung dan saling membantu satu sama lain untuk berusaha keras
karena mereka semua menginginkan tim mereka berhasil.
Individualisasi yang menjadi bagian dari TAI membuatnya sedikit
berbeda dari STAD dan TGT dalam matematika, kebanyakan konsep
dibangun dari konsep sebelumnya. Apabila konsep sebelumnya tidak
dikuasai, akan sulit atau tidak mungkin untuk mempelajari konsep berikutnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dikemukakan atas, maka dapat dirumuskan
permasalahannya adalah sebagai berikut :
1. Apa dasar pemikiran dari model pembelajaran kooperatif tipe TAI?
2. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI ?
3. Apa tujuan dari model pembelajaran kooperatif tipe TAI?
4. Apa unsur-unsur program dari model pembelajaran kooperatif tipe TAI?
5. Bagaimana uraian tahap-tahap model pembelajaran kooperatif tipe TAI ?
6. Apa kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe
TAI ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui teori yang menjadi dasar pemikiran dari model
pembelajaran kooperatif tipe TAI.
2. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan dari model pembelajaran
kooperatif tipe TAI
3. Untuk mengetahui unsur-unsur dari model pembelajaran kooperatif tipe
TAI.
4. Untuk mengetahui tahap-tahap dari model pembelajaran kooperatif tipe
TAI.
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran
kooperatif tipe TAI.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar Pemikiran
Dasar pemikirannya adalah untuk mengadaptasi pengajaran terhadap
perbedaan
individual
berkaitan
dengan
kemampuan
siswa
maupun
pencapaian prestasi siswa, dan jika memang demikian, bagaimana hal ini bisa
menjadi salah satu bentuk kontroversi yang paling lama terjadi dalam bidang
Pendidikan di Amerika. Ada pendapat yang mendukung praktik-praktik
semacam pengelompokan siswa, pengelompokan kemampuan di dalam kelas,
pengajaran yang terprogram, pengajaran dengan komputer, menguasai
pelajaran sebagai cara untuk memastikan bahwa kebutuhan dan kesiapan para
siswa telah benar-benar ikut diperhitungkan dalam pengajaran. Perlunya
semacam individualisasi telah dipandang penting khususnya dalam pelajaran
matematika, dimana pembelajaran dari tiap kemampuan yang diajarkan
sebagian besar tergantung pada penguasaan kemampuan yang dipersyaratkan.
Dasar
pemikiran
dibalik
individualisasi
pengajaran
pelajaran
individual,
orang
mungkin
akan
berargumentasi
bahwa
pendekatan ini harusnya dihapuskan saja karena tidak bisa berjalan dan tidak
efektif.
Namun masalah heterogenitas para siswa, yang menjadi tujuan dari
dirancangnya metode pengajaran individual ini belumlah terselesaikan. Bisa
jadi, sebagai konsekuensi kebijakan-kebijakan khusus seperti penerapan
mainstreaming dan penghapusan perbedaan, kelas-kelas yang ada menjadi
semakin heterogen, dan bukannya sebaliknya. Akibatnya semakin menjadi
pertanyaan apakah pengelompokan siswa bisa menjadi cara yang efektif jika
dihadapkan dengan masalah heterogenitas para siswa. Kajian-kajian
mengenai pengelompokan para siswa menemukan bahwa hal ini hanya
memberikan manfaat yang kecil dalam pencapaian kemampuan para siswa.
Sebagai tambahan terhadap penyelesaian masalah manajemen dan
motifasi dalam program-program pengajaran individual, TAI dirancang untuk
memperoleh manfaat yang sangat besar dari potensi sosialisasi yang terdapat
dalam
pembelajaran
masalah-masalah
yang
membuat
metode
pengajaran
individual menjadi tidak efektif (Slavin, 1995: 98). Dalam TAI siswa bekerja
sama antar kelompok dalam usaha memecahkan masalah. Dengan demikian
dapat memberikan peluang kepada siswa yang berkemampuan rendah untuk
dapat meningkatkan kemampuannya karena termotivasi oleh siswa lain yang
mempunyai kemampuan yang lebih tinggi. Diharapkan partisipasi siswa
dalam pembelajaran matematika akan meningkat sehingga hasil belajar siswa
juga akan meningkat.
Bagaimanapun, individualisasi adalah bagian dari TAI yang
membuatnya berbeda dari STAD dan TGT. Dalam matematika, kebanyakan
konsep berdasar pada konsep sebelumnya. Jika konsep awal tidak dikuasai,
dikemudian hari siswa akan kesulitan mempelajari lebih lanjut, seorang siswa
yang tidak bisa pengurangan atau perkalian akan tidak mampu menguasai
pembagian, seorang siswa yang tidak mampu memahami konsep pecahan
akan tidak mampu memahami apa itu desimal, dan seterusnya. Dalam TAI,
para siswa bekerja berdasarkan level mereka sendiri, jadi jika mereka kurang
trampil dalam materi prasyarat mereka dapat membangun pondasi yang kuat
sebelum melajutkan. Juga, jika para siswa dapat maju lebih cepat, mereka
tidak perlu menunggu yang lain yang belum selesai.
4. Team Study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh
kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa
yang membutuhkan. Para siswa mengerjakan unit unit mereka dalam
kelompok mereka atau dengan kata lain siswa diberikan untuk
mengerjakan soal secara individu terlebih dahulu kemudian setelah itu
mendiskusikan hasilnya dengan kelompok masing masing.
5. Team Score and Team Recognition yaitu pemberian score terhadap hasil
kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap
kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang
kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.
6. Teaching Group yaitu pemberian materi secara singkat dari guru
menjelang pemberian tugas kelompok.
7. Fact test yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh
siswa.
8. Whole-Class Units yaitu pemberian materi oleh guru kembali diakhir
waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.
C. Tujuan
Matematika TAI diprakarsai sebagai usaha merancang sebuah bentuk
pengajaran individual yang bisa menyelesaikan masalah-masalah yang
membuat metode pengajaran menjadi tidak efektif dengan membuat para
siswa bekerja dengan tim-tim pembelajaran kooperatif dan mengemban
tanggung jawab mengelolah dan memeriksa secara rutin, saling membantu
satu sama lain dalam menghadapi masalah, dan saling memberi dorongan
untuk maju, maka guru dapat membebaskan diri mereka dari memberikan
pengajaran langsung kepada sekelompok kecil siswa yang homogen yang
berasal dari tim-tim yang heterogen. Fokus pengajarannya adalah pada
konsep-konsep dibalik algoritma yang dipelajari oleh para siswa dalam
kegiatan individual. Pengaturan seperti ini memberikan kesempatan
melakukan pengajaran langsung yang tidak terdapat dalam hampir semua
metode-metode pengajaran individual.
TAI dirancang untuk memuaskan kriteria berikut ini untuk
menyelesaikan msalah-masalah teoretis dan praktis dari sistem pengajaran
individual :
a) Dapat
meminimalisir
keterlibatan
guru
dalam
pemeriksaan
dan
pengelolaan rutin.
b) Guru setidaknya akan menghabiskan separuh dari waktunya untuk
mengajar kelompok-kelompok kecil.
c) Operasional program tersebut akan sedemikian sederhananya sehingga
para siswa di kelas 3 ke atas dapat melakukannya.
d) Para siswa akan termotivasi untuk mempelajari materi-materi yang
diberikan dengan cepat dan akurat, dan tidak akan bisa berbuat curang atau
menmukan jalan pintas.
e) Tersedianya banyak cara pengecekan penguasaan supaya para siswa jarang
menghabiskan waktu mempelajari kembali materi yang sudah mereka
kuasai atau menghadapi kesulitan serius yang membutuhkan bantuan guru.
10
Pada tiap pos pengecekan penguasaan, dapat tersedia kegiatankegiatanpengajaran alternatif dan tes-tes paralel.
f) Para siswa akan dapat melakukan pengecekan satu sama lain, sekalipun
bila siswa yang mengecek kemampuannya ada dibawah siswa yang dicek
dalam rangkaian pengajaran, dan prosedur pengecekan akan cukup
sederhana dan tidak mengganggu si pengecek.
g) Programnya tidak mudah dipelajari baik oleh guru maupun oleh siswa,
tidak mahal, fleksibel, dan tidak membutuhkan guru tambahan ataupun tim
guru.
h) Dengan membuat para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok
kooperatif, dengan status sejajar, progran ini akan membangun kondisi
untuk terbentuknya sikap-sikap positif terhadap siswa-siswa mainstream
yang cacat secara akademik dan diantara para siswa dari latar balakang ras
atau etnik yang berbeda.
Program TAI yang telah dikembangkan untuk memenuhi semua
kriteria ini dipandu dalam satu kelas, mendapat revisi intensif, dikaji
dalam dua skala penuh tetapi singkat ( delapan dan sepuluh minggu,
secara berturut-turut ), eksperimen di lapangan ( Slavin, Leavey, dan
madden, 1984 ), direvisi lagi, dan selanjutnya dievaluasi dengan sukses
dalam tiga skala besar eksperimen di lapangan ( Slavin, Madden, dan
Leavey, 1984; Slavin dan Karweit, 1985 ).
D. Unsur-unsur Program
Tidak seperti STAD dan TGT, TAI tergantung pada pengaturan
khusus materi-materi pengajaran dan memiliki panduan implementasinya
sendiri. Untuk alasan ini, maka tidak mungkin dapat menggunakan TAI
hanya dengan membaca materi ini.
Teams. Para siswa dalam TAI dibagi ke dalam tim-tim yang
beranggotakan 4-5 orang seperti pada STAD dan TGT.
11
Tes Penempatan. Para siswa diberikan tes pra program dalam bidang
operasi
matematika
pada
permulaan
pelaksanaan
program.
Mereka
yang
mencangkup
penjumlahan,
pengurangan,
perkalian,
panduan
yang
mengulang
konsep-konsep
yang
telah
kemampuan.
c) Tes formatif dua set yang paralel dari sepuluh soal.
d) Lima belas soal tes unit.
e) Halaman jawaban untuk halaman latihan kemampuan dan tes-tes unit dan
formatif.
Belajar Kelompok. Langkah berikutnya yang mengikuti tes
penempatan adalah guru mengajar pelajaran pertama. Selanjutnya para siswa
diberikan tempat untuk memulai dalam unit matematika individual. Unit
tersebut tertera pada buku-buku siswa. Para siswa mengerjakan unit-unit
mereka dalam kelompok mereka, mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Para siswa membentuk kelompok yang terdiri dari dua atau tiga orang
dalam tim mereka untuk melakukan pengecekan.
12
2. Para siswa membaca halaman panduan mereka dan meminta teman satu
tim atau guru untuk membantu bila diperlukan. Selanjutnya mereka akan
memulai latihan kemampuan yang pertama dalam unit mereka.
3. Tiap siswa mengerjan empat soal pertama dalam latihan kemampuannya
sendiri dan selanjutnya jawabannya dicek oleh teman satu timnya dengan
halaman jawaban yang sudah tersedia, yang dicetak dengan urutan terbalik
di dalam buku. Apabila jawaban keempat soal tersebut benar siswa
tersebut boleh melanjutkan ke latihan kemampuan berikutnya. Jika ada
yang salah mereka harus mencoba mengerjakan kembali keempat soal
tersebut, dan seterusnya, sampai siswa bersangkutan dapat menyelesaikan
keempat soal tersebut dengan tenang. Para siswa yang menghadapi
masalah pada tahap ini didorong untuk meminta bantuan dari timnya
sebelum meminta bantuan dari guru.
4. Apabila siswa sudah dapat menyelesaikan keempat soal dengan benar
dalam latihan kemampuan terakhir, dia akan mengerjakan tes formatif A,
yaitu kuis yang terdiri dari sepuluh soal yang mirip dengan latihan
kemampuan terakhir. Pada saat mengerjakan tes formatif, siswa harus
bekerja sendiri sampai selesai. Seorang teman satu timnya akan
menghitung skor tesnya. Apabila siswa tersebut dapat mengerjakan
delapan atau lebih soal dengan soal dengan benar, teman satu timya
tersebut akan menandatangani hasil tes itu untuk menunjukkan bahwa
siswa tersebut telah dinyatakan sah oleh teman satu timnya untuk
mengikuti tes unit. Bila siswa tersebut tidak bisa mengerjakan delapan
siswa dengan benar, guru akan dipanggil untuk membantu menyelesaikan
masalah yang dihadapi siswa tersebut. Guru mungkin akan meminta siswa
untuk
kembali
mengerjakan
soal-soal
latihan
kemampuan
lalu
mengerjakan tes formatif B, sepuluh soal kedua yang konten dan tingkat
kesulitannya sejajar dengan tes formatif A. Atau jika tidak, siswa tersebut
boleh terus melanjutkan ke tes unit. Tak ada siswa yang boleh
mengerjakan tes unit sampai dia mengerjakan
13
5. Tes formatif pada siswa ditandatangani oleh siswa pemeriksa yang berasal
dari tim lain supaya bisa mendapatkan tes unit yang sesuai. Siswa tersebut
selanjutnya menyelesaikan tes unitnya, dan siswa pemeriksa akan
menghitung skornya. Tiap hari dua murid secara bergantian menjadi
pemeriksa.
Skor Tim dan Rekognisi Tim. Pada tiap akhir minggu, guru
menghitung jumlah skor tim. Skor ini didasarkan pada jumlah rata-rata unit
yang bisa dicakupi oleh tiap anggota tim dan tes-tes unit yang berhasil
diselesaikan dengan akurat. Kriterianya dibangun dari kinerja tim. Kriteria
yang tinggi ditetapkan bagi sebuh tim untuk menjadi tim super, kriteria
sedang untuk mrnjadi tim sangat baik, dan kriteria minum untuk menjadi
yang tim baik. Tim-tim yang memenuhi kriteria sebagai tim super atau tim
sangat baik menerima sertifikat yang menarik.
Kelompok Pengajaran. Setiap hari guru memberikan pangajaran
selama sekitar sepuluh sampai lima belas menit kepada dua atau tiga
kelompok kecil siswa yang terdiri dari siswa-siswa dari tim berbeda yang
tingkat pencapaian kurikulumnya sama. Guru menggunakan konsep pelajaran
yang spesifik yang telah disediakan oleh program. Tujuan dari sesi ini adalah
untuk mengenalkan konsep-konsep utama kepada siswa. Pelajaran tersebut
untuk membantu para siswa memahami hubungan antara pelajaran
matematika yang mereka kerjakan dengan soal-soal yang sering ditemui dan
juga merupakan soal-soal dalam kehidupan nyata. Secara umum para siswa
tersebut mrerima pengenalan konsep-konsepnya dalam kelompok pengajaran
sebelum mereka mengerjakan soal-soal tersebut dalam unit-unit individual.
Sementara guru bekerja bersama kelompok pengajaran, siswa-siswa lainnya
melanjutkan mengerjakan unit-unit individual mereka dalam timnya masingmasing. Pengajaran langsung untuk mengajari kelompok ini dapat diterapkan
dalam program invidual oleh fakta bahwa para siswa bertanggung jawab
untuk hampir semua pemeriksan, penangan materi, dan pengerahan.
Tes Fakta. Seminggu dua kali, para siswa diminta mengerjakan testes fakta selama tiga menit (biasanya fakta-fakta perkalian atau pembagian).
14
kelompok
melaporkan
keberhasilan
kelompoknya
dengan
memberikan
post-test
untuk
dikerjakan
secara
individu.
15
pembelajaran
TAI
membantu
meningkatkan
kemampuan
16
peserta
didik
untuk
bekerja
secara
kelompok,
melatih
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan metode pembelajaran
dengan kelompok heterogen yang memberikan informasi untuk memahami
suatu konsep matematika. TAI dirancang khusus untuk mengajarkan
matematika.
Matematika TAI diprakarsai sebagai usaha merancang sebuah bentuk
pengajaran individual yang bisa menyelesaikan masalah-masalah yang
membuat metode pengajaran menjadi tidak efektif dengan membuat para siswa
bekerja dengan tim-tim pembelajaran kooperatif dan mengemban tanggung
jawab mengelolah dan memeriksa secara rutin, saling membantu satu sama lain
dalam menghadapi masalah, dan saling memberi dorongan untuk maju, maka
guru dapat membebaskan diri mereka dari memberikan pengajaran langsung
kepada sekelompok kecil siswa yang homogen yang berasal dari tim-tim yang
heterogen.
Unsur-unsur program dari TAI adalah Teams, Tes Penempatan, Materimateri Kurikulum, Belajar Kelompok, Skor Tim dan Rekognisi Tim,
Kelompok Pengajaran, Tes Fakta, dan Unit Seluruh Kelas.
Adapun tahap-tahap dalam model pembelajaran TAI adalah sebagai
berikut.
1. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan diselesaikan oleh
kelompok siswa.
2. Guru memberikan pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai
harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang
tertentu. (Mengadopsi komponen Placement Test).
3. Guru memberikan materi secara singkat. (Mengadopsi komponen
Teaching Group).
18
kelompok
melaporkan
keberhasilan
kelompoknya
dengan
memberikan
post-test
untuk
dikerjakan
secara
individu.
19
pembelajaran
TAI
membantu
meningkatkan
kemampuan
peserta
didik
untuk
bekerja
secara
kelompok,
melatih
20
B. Saran
Dalam melaksanakan suatu pembelajaran, seorang guru haruslah jeli
dalam menggunakan metode pembelajaran agar dapat menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan bagi siswa. Model pembelajaran tipe TAI sendiri
dapat memeberikan rasa senang kepada siswa karena dilibatkan dalam proses
belajar dan semakin tertantang dengan persoalan-persoalan matematika baru
yang belum pernah mereka temui sebelumnya.
21