BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menjadi tua adalah suatu proses alamiah yang berkesinambungan, terjadi
terus menerus sejak seseorang lahir ke dunia. Proses menua adalah proses alami
yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang
saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi
menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara
khusus pada lanjut usia (lansia). Setelah orang memasuki masa lansia umumnya
mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda,
misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin
rontok, tulang makin rapuh, dan masih banyak lagi. Secara umum kondisi fisik
seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara
berlipat ganda. Jumlah orang lansia di Indonesia pada tahun 2020 diperkirakan
mencapai 28,8 juta atau 11% dari total populasi penduduk. Namun, ada sekitar
74% dari lansia usia 60 tahun ke atas menderita penyakit kronis yang harus
makan obat terus-menerus selama hidup mereka. 1
Proses menua terjadi degenerasi, penipisan mukosa, hiposalivasi,
penurunan aktivitas dan massa otot, serta terjadi kemunduran pada banyak
fungsi tubuh dan salah satu di antaranya adalah fungsi sendi temporomandibular
(TMJ)
beban
berlebihan,
sehingga
terjadi
kelainan
temporomandibular
atau
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lansia
Populasi lansia kini lebih banyak dibandingkan dengan populasinya di
masa lalu. Meningkatnya populasi lansia ini pun terjadi di seluruh dunia. 4
Populasi penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan signifikan.
Berdasarkan data di Komisi Nasional Lanjut Usia (Komnas Lansia) dan
Departemen Sosial, pada tahun 2000 tercatat sekitar 7,18% penduduk Indonesia
berLansia atau setara dengan 14,4 juta orang, hingga Mei 2009 jumlah lansia
mencapai lebih kurang 20 juta orang atau terbesar keempat di dunia setelah
Amerika Serikat, China, dan India, dan diperkirakan pada tahun 2020 jumlahnya
akan mencapai 11,34% dari seluruh penduduk Indonesia atau setara dengan 28,8
juta orang.5
2.1.1. Definisi
Umumnya
seseorang
digolongkan
ke
kelompok
lansia
Elderly
(64-74 tahun)
Older
(75-90 tahun)
sebagai berikut:6
-
kemungkinan
memerlukan
ketaatan
atau
menimbulkan
nutrisi
yang
adekuat
untuk
mendukung
dan
gizi
seperti
berkurangnya
kemampuan
mencerna
Esofagus
Lapisan otot polos esofagus dan sfingter gastro esofageal mulai
melemah yang akan menyebabkan gangguan kontraksi dan refluk
gastrointestinal spontan sehingga terjadi kesulitan menelan dan
makan menjadi tidak nyaman.
Lambung
Pengosongan lambung lebih lambat, sehingga orang akan makan
lebih sedikit karena lambung terasa penuh, terjadilah anoreksia.
Penyerapan zat gizi berkurang dan produksi asam lambung
menjadi lebih sedikit untuk mencerna makanan. Diatas umur 60
Tulang
Kepadatan tulang akan menurun, dengan bertambahnya usia.
Kehilangan massa tulang terjadi secara perlahan pada pria dan
wanita dimulai pada usia 35 tahun yaitu usia dimana massa tulang
puncak tercapai. Dampaknya tulang akan mudah rapuh dan patah,
mengalami
cedera,
dan
trauma
yang
kecil
saja
dapat
menyebabkan fraktur.
-
Otot
Penurunan berat badan sebagai akibat hilangnya jaringan otot dan
jaringan lemak tubuh. Presentasi lemak tubuh meningkat pada
usia 40 tahun dan berkurang setelah usia 70 tahun. Penurunan
massa otot, organ tubuh, tulang, serta metabolisme dalam sel-sel
otot berkurang sesuai dengan usia. Penurunan kekuatan otot
mengakibatkan orang sering merasa letih dan merasa lemah, daya
10
Ginjal
Fungsi ginjal menurun sekitar 55% antara usia 35 80 tahun.
Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju
filtrasi, ekskresi, dan reabsorbsi oleh ginjal. Reaksi asam basa
terhadap perubahan metabolisme melambat. Pembuangan sisasisa metabolisme protein dan elektrolit yang harus dilakukan
ginjal menjadi beban tersendiri.
11
Paru-paru
Elastisitas jaringan paru dan dinding dada berkurang, kekuatan
kontraksi otot pernapasan menurun sehingga konsumsi oksigen
akan menurun pada lansia. Perubahan ini berujung pada
penurunan fungsi paru.
Kelenjar endokrin
Terjadi perubahan dalam kecepatan dan jumlah sekresi, respon
terhadap stimulasi serta struktur kelenjar endokrin, dan pada usia
diatas 60 tahun terjadi penurunan sekresi testosteron,estrogen,dan
progesteron.
Fungsi imunologik
Penurunan fungsi imunologik sesuai dengan umur yang berakibat
tingginya kemungkinan terjadinya infeksi dan keganasan.
Kemungkinan jika terjadi peningkatan pemasukan vitamin dan
mineral termasuk zinc, dapat meniadakan reaksi ini.
12
Sindrom Parkinson
Tremor
Sinkop
Vertigo
Demensia
Stroke
Depresi
13
Nyeri pinggang
Bertambahnya usia, secara statistik, hernia discus menjadi lebih
jarang, sedang osteoporosis, osteoarthritis dan penyakit metastasi menjadi
lebih sering.
Osteoporosis
Sepanjang hidup, tulang secara tetap dibentuk dan diserap.
Umumnya, usia sekitar 35 tahun pada wanita dan 45 tahun pada pria,
massa tulang mencapai maksimum. Setelah titik itu, tulang lebih banyak
yang hilang daripada yang dibentuk. Wanita pada umumnya memilki
tulang yang lebih kecil dan kurang padat dibandingkan dengan pria, maka
wanita cenderung mengalami osteoporosis.10
Wanita saat menjelang senja merupakan ancaman yang serius
dalam bidang seksualitas. Menopause atau terhentinya haid, bagi banyak
wanita dapat menimbulkan gejala-gejala kejiwaan tertentu, didahului oleh
prasangka yang salah tentang seksualitasnya, sehingga mereka akhirnya
depresi.6
14
b. Keadaan Psikologis
Setelah seseorang memasuki lansia maka akan mengalami
penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi
proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lainlain, sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin
lambat. Fungsi psikomotorik meliputi hal-hal yang berhubungan
dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang
berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.1
Adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami
perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan
kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan
berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut:1
15
sangat
dipengaruhi
kehidupan
keluarga,
apabila
Tipe kepribadian kritik diri (self hate personality), pada lansia tipe
ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit
dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.
16
17
Perkembangan
lansia
makin
jelas
terlihat
tumbuhnya
kebutuhan untuk mendekatkan diri pada agama dan pada Tuhan Yang
Maha Kuasa. Nampaknya kebutuhan biologik dan self survival
digantikan oleh kebutuhan lain yang tadinya menduduki peringkat
bawah, yakni kebutuhan religius. Para lansia sangat mendambakan
kasih sayang dan penerimaan sosial. Sementara itu, bagi kebanyakan
para lansia dirasakan pula adanya kebutuhan ketenangan untuk dapat
beribadah, beramal dan berbuat baik.6
Teori tentang proses menua dari Erickson (1963) mengatakan
bahwa keberhasilan seseorang pada masa tuanya amat tergantung dari
cara lansia menyelesaikan konflik yang dihadapi pada periode
perkembangan sebelumnya. Menjadi lansia macam bagaimana,
sebagian ditentukan oleh pengalaman seeorang sewaktu menjalani
masa anak, remaja dan dewasa. Teori bidirectional dari Erickson
mengatakan bahwa dari kecil manusia sudah mulai menghadapi
berbagai macam pilihan dan alternatif yang tersedia dalam hidupnya,
baik lingkungan, fisik maupun non-fisik. Kemungkinan itu terpecah
menjadi dua arah, membentuk dikotomi baik dan buruk. Apabila saat
menghadapi konflik, lansia mengambil pilihan yang buruk atau salah,
maka
akan
terhalang
menyelesaikan
tugas
perkembangannya.
18
19
penuh.
Persiapan
tersebut
dilakukan
secara
berencana,
20
21
22
23
24
25
26
engsel. Selain itu juga terdapat kapsul dan ligamen sendi yang membatasi
pergerakan sendi ke depan dan ke bawah. Permukaan sendi ini dilapisi
oleh jaringan ikat fibrosa padat dan avaskuler. Hal ini menyebabkan sendi
tidak dapat memikul beban karena tidak dilapisi oleh kartilago hialin.2
respon
stres
biomekanis.
Adaptasi
morfologi
akan
terus
mengalami
remodeling.
Remodeling
dianggap
27
menjadi
fibrokartilago. Akibatnya
terjadi penipisan
28
2. Angulus
Pada Kelahiran
Ada. Kedua belahan
di satukan oleh
jaringan ikat,
Sinostosis terjadi
pada tahun ke 2
dewasa
Tumpul
3. Foramen
mentale
Di dekat pinggir
bawah.
4. Kanalis
mandibulais
5. Prosesus
Berjalan dekat
pinggir bawah.
Prosesus koronoideus
besar dan posisi lebih
tinggi dari pada
prosesus
kondiloideus.
Berkembang,
menyelubungi
lubang-lubang gigi
yang belum tumbuh
6. Pinggir
alveolaris
Dewasa
Tidak ada.
Sebuah gigi
median pada
setengah bagian
atas melukiskan
simpisis.
Sudut kanan
mendekati angulus
dekstra.
Di tengah di
antara pinggir atas
dan bawah
Berjalan sejajar
linea milohyoidea.
Prosesus
kondiloideus
tinggi di atas
prosesus
koronoideus.
Baik bagian
alveolaris maupun
sub alveolaris
tidak berkembang.
Usia Tua
tidak ada.
Rigi median
diabsorpsi.
Tumpul 140
Di dekat pinggir
atas.
Berjalan dekat
pinggir atas,
Prosesus
kondiloideus
sangat di belakang
pada Lansia.
Bagian alveolaris
diabsorpsi akibat
rontoknya gigigigi dan berubah
menjadi rugi.
b. Gejala TMD
TMD umumnya terjadi karena aktivitas yang tidak berimbang
dari otot-otot rahang atau spasme otot rahang dan pemakaian
29
Sakit kepala
30
Tanpa bedah
Beberapa kasus TMD akan berhasil dengan perawatan biasa
yang bahkan memungkinkan untuk tidak melibatkan kehadiran dokter
gigi. Di antaranya:16
31
Biteplate
TMJ mengalami kelainan pada posisi mengunyah, sebuah
biteplate akan diberikan. Biteplate dipasang di gigi untuk
menyesuaikan maksila dengan mandibula. Posisi mengunyah yang
benar tentunya akan membantu mengurangi tekanan di struktur
TMJ.
Terapi kognitif
TMJ mengalami gangguan karena stres atau kecemasan,
dokter
gigi
akan
menyarankan
menemui
psikiatri
untuk
mengatasinya.
Adapun perawatan lanjutan jika perawatan non bedah tidak
berhasil mengurangi gejala TMD, sebagai berikut :
Perawatan gigi
Dokter
gigi
akan
memperbaiki
gigitan
dengan
32
Obat kortikosteroid
Untuk sakit dan peradangan pada sendi, obat kortikosteroid
akan diinjeksikan ke dalam TMJ.
33
Arthrocentesis
Prosedur ini dilakukan dengan jalan menyuntikan cairan ke
dalam TMJ untuk membuang kotoran atau sisa peradangan yang
mengganggu TMJ.
Pembedahan
Apabila semua perawatan tidak berhasil juga, dokter gigi
akan merujuk ke dokter gigi spesialis bedah mulut.
Adapun beberapa teknik untuk mengurangi gangguan TMJ,
sebagai berikut:
Bernafas dalam
Orang dewasa kebanyakan bernafas dengan dada. Sementara itu
anak-anak kebanyakan bernafas dengan diafragma. Diafragma
adalah lapisan tipis yang memisahkan dada dengan perut anda.
Teknik pernafasan ini akan membantu anda lebih tenang.
Meditas
34
Usia
Edentulous
Tekanan fungsional
Faktor psikologis
Faktor fisikolofis
Lingkungan
35
BAB III
KERANGKA KONSEP
LANSIA YANG
BERUSIA DIATAS
60TAHUN
Joint
Joint clicking
clicking
Sering
Sering sakit
sakit kepala
kepala
Nyeri
Nyeri di
di sekitar
sekitar
Telinga
Telinga
Tooth
Tooth grinding
grinding
Sering
Sering Gugup
Gugup
Sulit
Sulit membuka
membuka
mulut
mulut
Nyeri
Nyeri pada
pada leher
leher
belakang
belakang
Sulit
Sulit menelan
menelan
Nyeri
Nyeri pada
pada rahang
rahang
Artikulasi
Artikulasi buruk
buruk
Usia
Usia
Edentulous
Edentulous
Tekanan
Tekanan fungsional
fungsional
Faktor
Faktor fisikologis
fisikologis
Faktor
Faktor Psikologis
Psikologis
Lingkungan
Lingkungan
KELAINAN PADA
TEMPOROMANDIBULAR
JOINT
KETERANGAN :
= Variabel bebas
= Variabel akibat
= Variabel antara
= Variabel sebab
34
36
BAB IV
METODE PENELITIAN
LEMBAR KUISIONER
(FONSECAS QUESTIONNAIRE)
ANALISA DATA
HASIL
4.2.
Jenis Penelitian
Peneliti menggunakan jenis penelitian survey deskriptif yang dimana
penelitian ini berguna untuk mengetahui seberapa besar TMD yang terjadi
pada lansia yang tidak menggunakan gigitiruan.
4.3.
35
37
38
Prevalensi
Bagian dari keseluruhan.
TMD
TMD dalam penelitian ini adalah kelainan yang terjadi pada TMJ yang
berasal dari ketegangan otot dan kelainan anatomis pada sendi, keadaan ini
39
didukung oleh faktor usia, yang pada proses menua, terjadi kemunduran pada
banyak fungsi tubuh. 2,3
-
Lansia
Lansia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seseorang yang
telah mencapai usia diatas 60 tahun (Depsos, 1999) seperti yang tercantum
dalam undang-undang No.12 tahun 1998 tentang kesejahteraan Lansia.7
40
Tidak
:0
Kadang-kadang
:5
Sering
: 10
: 0 15
TMD ringan
: 20 40
TMD sedang
: 45 65
TMD berat
: 70 100
41
BAB V
HASIL PENELITIAN
menggunakan
gigitiruan
serta
bersikap
kooperatif.
Penelitian
ini
Jumlah (Orang)
Persen%
60 70
21
42
71 80
19
38
81 90
18
91 100
TOTAL
50
100
Umur (tahun)
40
42
Terlihat pada tabel V.1 terlihat data mengenai penggolongan sampel menurut
umur, terbagi dalam 4 interval umur antara lain, umur 60-70 tahun, 71-80 tahun, 8190 tahun, dan 91-100 tahun. Sampel lansia yang tidak menggunakan gigitiruan serta
menunjukkan sikap kooperatif dengan umur 60-70 tahun terdapat 21 orang (42%),
umur 71-80 tahun terdapat 19 orang (38%), umur 81-90 tahun terdapat 9 orang
(18%), dan umur 91-100 tahun terdapat 1 orang (2%).
Tabel 5.2. Penggolongan Lansia Menurut Jenis Kelamin
Identitas
Jumlah (Orang)
Persen%
21
42
Perempuan
29
58
TOTAL
50
100
Jenis Kelamin
Laki - laki
43
Umur
(tahun)
Tidak ada
TMD
TMD Ringan
TMD
Sedang
TMD Berat
Total
60 70
18
10
21
42
71 80
10
20
10
19
38
81 90
18
91 100
TOTAL
15
30
19
38
12
24
50
100
44
tidak terdapat sampel yang tidak mengalami TMD. Demikian juga dengan yang
mengalami TMD ringan dan sedang, sedangkan yang mengalami TMD berat dengan
interval usia ini sebanyak 1 orang (2%).
Tabel 5.4. Penggolongan Jenis Kelamin Terhadap TMD
Jenis Kelamin
Tidak ada
TMD
TMD
Ringan
TMD
Sedang
TMD
Berat
Total
Laki-Laki
14
14
21
42
Perempuan
11
22
12
24
10
29
58
15
30
19
38
12
24
50
100
TOTAL
BAB VI
45
PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian ini, banyak hal yang dapat memicu terjadinya kelainan
pada TMJ seperti usia, edentulous, adanya gangguan fisiologis, gangguan psikologis,
tekanan fungsional, serta lingkungan yang kurang mendukung.
Responden dari hasil pengambilan data dalam penelitian ini sebanyak 50
orang, dan diperoleh data bahwa prevalensi jenis kelamin perempuan lebih banyak
dari pada laki-laki. Yaitu pada perempuan sebanyak 29 orang (58%) dan laki-laki
sebanyak 21 orang (42%).
Hal tersebut terjadi dikarenakan umumnya perempuan lebih rentan terhadap
penurunan kondisi fisik. Seperti yang kita ketahui, disaat menjelang senja merupakan
ancaman yang serius bagi para lansia khususnya perempuan dalam bidang
seksualitas. Menopause atau terhentinya haid, bagi banyak perempuan dapat
menimbulkan gejala-gejala kejiwaan tertentu, didahului oleh prasangka yang salah
tentang seksualitasnya, hingga mereka depresi.6 Dari kebanyakan kasus yang terjadi,
pada akhirnya mereka di tempatkan di panti werdha hal ini disebabkan para anggota
keluarga seperti anak, cucu, dan saudara tidak mampu lagi untuk merawat dan
memelihara dengan penuh kesabaran.1
Penggolongan sampel dalam penelitian ini, menurut interval umur 60-70
tahun sebanyak 21 orang (42%), umur 71-80 tahun sebanyak 19 orang (38%), umur
81-90 tahun sebanyak 9 orang (18%), dan umur 90-100 tahun sebanyak 1 orang (2%).
44
46
Dilihat dari hasil diatas, bahwa sampel yang terbanyak adalah pada umur 6070 tahun dan sampel yang terkecil pada umur 91-100 tahun. Hakikatnya, setelah
manusia memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang
bersifat patologis berganda, misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin
keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik
seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat
ganda. Hal ini dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik
maupun sosial.1 Secara tidak langsung peluang harapan hidup akan menjadi semakin
menurun. Faktor-faktor penyebab diatas membuat peneliti cenderung mengalami
kesulitan untuk melakukan pendekatan serta berinteraksi dengan baik.
Hasil penelitian mengenai TMD yang terdapat pada lansia dengan
penggolongan jenis kelamin, diperoleh hasil sebanyak 3 orang (6%) pada responden
laki-laki dan 4 orang (8%) pada perempuan yang tidak mengalami TMD. 4 orang
(8%) pada laki-laki dan 11 orang (22%) pada perempuan yang mengalami kelainan
ringan. 7 orang (14%) pada laki-laki dan 12 orang (22%) pada perempuan yang
mengalami kelainan sedang, dan sebanyak 7 orang (14%) pada laki-laki, dan 5 orang
(10%) pada perempuan yang mengalami TMD berat.
Responden perempuan lebih banyak yang mengalami TMD, seperti yang telah
dijelaskan diatas bahwa perempuan lebih rentan terhadap penurunan kondisi fisik
diawali dengan adanya perubahan hormon yang terjadi pada perempuan dan pada
akhirnya mengalami menopause yang selanjutnya akan berdampak pada keadaan
47
psikologis. Akan tetapi, dari hasil diatas juga terlihat bahwa responden laki-laki lebih
banyak mengalami TMD yang berat. Seperti pada penjelasan sebelumnya, salah satu
faktor yang dapat memicu terjadinya kelainan adalah adanya gangguan psikologis.
Berdasarkan hal tesebut kasus yang terjadi pada laki-laki diawali pada perubahan
ketika memasuki masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para
lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya
sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan
penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri.6
Hasil penelitian kelainan TMD berdasarkan penggolongan umur, diperoleh
hasil yang tidak mengalami TMD terdapat pada interval umur 60-70 tahun,
sedangkan yang mengalami kelainan ringan yang terbanyak juga terdapat pada
interval umur 60-70 tahun. Kelainan sedang yang terbanyak pada umur 71-80 tahun,
dan kelaian berat yang terbanyak juga pada interval umur 71-80 tahun. Hal ini sesuai
dengan jumlah responden yang ada pada penelitian ini, yaitu responden terbanyak
pada interval umur 60-70 tahun, dan 71-80 tahun. Peneliti banyak mengambil sampel
dengan interval umur demikian dikarenakan sampel dalam hal ini para lansia masih
dapat berkomunikasi dengan baik, serta menunjukkan sikap yang kooperatif untuk
mengikuti penelitian ini. Namun demikian, kelompok umur 91 100 tahun memiliki
prevalensi TMD yang paling berat, dilihat dari banyak sampel yang terdapat pada
kelompok umur tersebut keseluruhannya menempati tingkat TMD berat.
48
dengan
pertimbangan bahwa lansia memerlukan nutrisi yang adekuat untuk mendukung dan
mempertahankan kesehatan.2,3
Individu Lansia umumnya akan mengalami pengurangan jumlah gigi.
Degenerasi sendi TMJ berhubungan dengan hilangnya gigi. 2 Perubahan pada gigi
geligi pada proses penuaan berkaitan dengan proses fisiologis normal, dan proses
patologis akibat tekanan fungsional dan lingkungan.11
49
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1. Simpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan :
1. Prevalensi TMD yang cukup besar terjadi pada lansia, dimana kelompok umur
91-100 tahun memiliki prevalensi kelainan TMD yang paling berat sebesar
2%, sedangkan kelompok umur 60-70 tahun memiliki prevalensi kelainan
TMD yang paling ringan sebesar 18%.
2. Prevalensi TMD pada lansia menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan
lebih banyak yang mengalami TMD sebesar 58% dibanding jenis kelamin
laki-laki sebesar 42%.
7.2. Saran
1. Para lansia selayaknya diberi perhatian, diberi waktu dan lebih dimengerti,
sehingga mereka tidak merasa terbebani oleh lingkungan yang dapat
berdampak negatif pada faktor psikologisnya.
2. Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya
makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.
3. Perawatan TMD dapat mencapai keberhasilan bila faktor-faktor penyebabnya
dapat dikenali dan dikendalikan, dan untuk itulah seorang dokter gigi harus
melakukan anamnesa yang seksama untuk mencari penyebab utama terjadinya
TMD, sebelum melakukan perawatan.
48
50
DAFTAR PUSTAKA
1. Kuntjoro ZS. Masalah Kesehatan Jiwa Lansia. [Internet]. Available from: URL:
http://www.e-psikologi.com/epsi/lanjutusia_detail.asp?id=182. Accesed October
28, 2009
2. Jubhari EH. Proses Menua Sendi Temporomandibula pada Pemakai Gigitiruan
Lengkap. Cermin Dunia Kedokteran. No. 137. 2002. Hal: 142,143,144. Available
from:
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/15_ProsesMenuaSendiTemporomandibula.p
df/15_ProsesMenuaSendiTemporomandibula.html Accesed October 28, 2009
3. Akhmadi. Permasalahan Lanjut Usia. [Internet]. Available from: URL:
http://www.rajawana.com/artikel/kesehatan/326-permasalahan-lanjut-usialansia.html Accesed October 28, 2009
4. Spackman SS, Janet GB. Periodontal Treatment for Older Adults, in Carranzas
Clinical Periodontology. 10th ed. St.louis: WB Saunders Company; 2006. p.93
5.
Fakultas
Kedokteran
Universitas
10. Moore MC. Terapi Diet dan Nutrisi. Edisi II. Alih bahasa: Oswari LD. Jakarta:
Hipokrates;1997. Hal : 76-84
51
11. Oral Manifestation of Geriatric Dental Patient. [Internet]. Available from: URL:
http://yukiicettea.blogspot.com/2009/08/oral-manifestation-of-geriatricdental.html Accesed November 11, 2009
12. Damayanti S. Respon Jaringan Terhadap Gigitiruan Lengkap Pada Pasien Lansia.
Universitas Padjadjaran [serial online] 2009. [Internet]. Available from: URL:
http://docs.google.com/viewer?
a=v&q=cache:RSIpZ4S6asJ:pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/11/resp
on_jaringan_terhadap_gigi_tiruan_lengkap.pdf
Accesed October 19, 2009
13. Kelainan
Sendi
TMJ.
[Internet].
Available
from:
URL:
http://medicastore.com/penyakit/123/Kelainan_Sendi_Temporomandibuler.html
Accesed November 11, 2009
14. Bajpai. Osteologi Tubuh Manusia. Alih bahasa: Harrianto R. Jakarta: Binarupa
Aksara; 1991. Hal: 142
15. Kesehatan Tim. Gangguan Sendi Rahang (TMJ). [Internet]. Available from: URL:
http://assep.wordpress.com/2008/07/05/gangguan-sendi-rahang-tmj/
Accesed November 11, 2009
16. TMJ
Disorders
Prevention
and
Treatment.
Available
http://www.wellness.com/reference/conditions/TMJ-joint-tmjdisorders/prevention-and-treatment accesed November 11, 2009
from:
17. Nomura K, Vitti M, Hallak JEC. Use of Fonsecas Questionnaire to Assess the
Prevalence and Severity of TMJ Disorders in Brazilian Dental Undergraduates.
Brazil Dental Journal. Vol.18/No.2/2007.p.163-167
52
Lampiran 1.
Lembar Kuesioner (Fonsecas Questionnaire)
Name
Age
Address :
Sex
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
:/
Questions
Apakah sulit bagi anda untuk membuka mulut ?
Apakah sulit bagi anda untuk menggerakkan
mandibula anda ke dari satu sisi ke sisi yang lain
Apakah terasa lelah jika anda sedang mengunyah ?
Apakah anda sering sakit kepala ?
Apakah anda memiliki rasa sakit atau nyeri pada
leher ?
Apakah ada rasa nyeri yang anda rasakan dari sendi
craniomandibular ?
Apakah anda merasakan bunyi pada saat membuka
mulut pada sendir temporomandibular ?
Apakah anda sering menggerutu ?
Apakah anda merasa tidak memiliki aktikulasi yang
baik ?
Apakah anda sering gugup/tegang ?
No
Sometimes
Yes
53
Lampiran 2
Identitas responden pada penelitian Prevalensi Kelainan Sendi Temporomandibular
Pada Lanjut Usia Di Panti Jompo Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa.
Sampel : Penghuni Panti Tresna Werdha, Kabupaten Gowa Sulsel
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Nama
Maipa
Awing
Baso
Bakri
Hayong
Warabang
Abdul Hamid
Lukman
Dg. Bunda
Ateng
Deka
Abdul Majid
Minggus Manuhutu
Maludin
Ismail
Azis
Sutejo
Bacco Dg. Sarro
Nassa
William
Abdul Rasyid
Ani
Muna
Dg. Ballo
Taku
Khadijah
Qamaria
Baisah
Siti Amaliah
Cora
Paja
Mariama
Cici
Lasmini
Jenis Kelamin
Umur (Tahun)
65
80
64
98
77
62
73
72
84
80
79
60
62
71
64
68
79
75
68
62
89
68
70
76
85
70
80
82
68
80
81
65
68
60
54
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
Jido
Lintang
Dg. Bolong
Mate
Salifah
Wenang
Sannang
Sabaria
Cara
Pujiati
Melda
Ria
Barcelina Bamba
Satturang Dg. Pajang
Muadji
Berlian
80
65
76
78
83
82
65
80
86
69
76
70
75
82
70
74