Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim,
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah swt yang mana
berkat rahmat dan hidayahnya penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini
yang diajukan pada mata kuliah SISTEM NEUROBEHAVIOR II. Shalawat
beserta salam marilah kita curahkan selalu kepada baginda alam yakni nabi
Muhammad saw.
Makalah ini adalah sebuah karya yang kami susun berkat kerja sama dan
bantuan dari pihak-pihak yang terkait. Maka dari itu kami mengucapkan banyak
terimakasih pada semua pihak yang ikut berperan aktif dalam terwujudnya
makalah ini.
Makalah yang kami susun ini bukanlah sesuatu yang sempurna, akan
tetapi makalah ini terlahir dari kerja keras kami. Dalam penyusunan makalah ini
tentunya masih banyak kekurangan-kekurangan yang harus di perbaharui maka
dari itu, kami mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan
saran supaya dalam pembuatan makalah yang selanjutnya bisa menjadi lebih baik
lagi. Terimakasih.
Billahitaufiq wal hidayah
Wassalammualaikum Wr.Wb.
Kubu Raya, 14 September 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................1
DAFTAR ISI.......................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................3
1
2
3

Latar Belakang........................................................................................3
Tujuan......................................................................................................3
Rumusan Masalah ..................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................5
1
2

Pengertian ...............................................................................................5
Etiologi ...................................................................................................5

2.3 Pathways .................................................................................................5


2.4 Tanda dan Gejala .....................................................................................6
2.5 Maifestasi Klinis......................................................................................8
2.6 Mekanisme Koping..................................................................................9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN................................................................10
3.1 Masalah Keperawatan ............................................................................10
3.2 Intervensi Keperawatan ..........................................................................10
BAB IV PENUTUP............................................................................................16
4.1 Kesimpulan ............................................................................................16
4.2 Saran ....................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan
dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan
terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri
( Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting)
(Nurjannah, 2004).
Tanda dan Gejala :

Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit

berdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor


Ketidakmampuan berhias/berpakaian, ditandai dengan rambut acakacakan, pakain kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-

laki bercukur, pada pasien perempuan tidak berdandan.


Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai oleh ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makana tidak pada

tempatnya
Ketidakmampuan eliminasi sevara mandiri, ditandai dengan buang air
besar atau buang air kecil tidak pada tempatnya, dan tidak membersihakan
diri dengan baik setelah BAB/BAK.

1.2 Tujuan
Agar mahasiswa ammpu mengetahui dan memahami pengertian,
etiologi, dan manifestasi klinis serta intervensi yang dapat di terapkan pada
pasien dengan ganguan Defisit Perawatan Diri Dan dapat menjadikan materi
Defisit Perawatan Diri sebagai bahan ajar untuk menambah pengetahuan
tentang Defisit Perawatan Diri.
1.3 Rumusan masalah
1.3.1 Apakah Pengertian Defisit Perawatan Diri ?
1.3.2 Apa Sajakah Etologi dari Defisit Perawatan Diri ?
1.3.3 Apa Tanda dan Gejala pasien dengan Defisit Perawatan Diri ?
1.3.4 Bagaimana Manifestasi Klinik pasien dengan Defisit Perawatan Diri ?
3

1.3.5 Bagaimana Mekanisme Koping pasien dengan Defisit Perawatan Diri


1.3.5 Seperti apakah Asuhan Keperawatan pasien dengan Defisit Perawatan
Diri ?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri menurun, kurang perawatan diri ketidakmampuan

merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri,
dan toileting (Buang Air Besar atau Buang Air Kecil) (Mukhripah, 2008).
Defisit Perawatan Diri gangguan kemampuan melakukan aktivitas
yang terdiri dari mandi, berpakaian, berhias, makan, toileting atau
kebersihan diri secara mandiri (Nanda, 2006). Keadaan individu mengalami
kerusakan fungsi motorik atau fungsi kognitif, yang menyebabkan
penurunan kemampuan untuk melakukan masing-masing dari kelima
aktivitas perawatan diri

(makan,

mandi

atau

higiene,

berpakaian

atau berhias, toileting, instrumental) (Carpenito, 2007).


2.2 Etiologi
Menurut Depkes (2000) penyebab kurang perawatan diri adalah:
1. Faktor Predisposisi
a. Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis: Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun: Klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian
dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial : Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Menurut Wartonah (2006) ada beberapa faktor persipitasi yang
dapat menyebabkan seseorang kurang perawatan diri. Faktor-faktor
tersebut dapat berasal dari berbagai stressor antara lain:
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli terhadap kebersihannya.
b. Praktik sosial

Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka


kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status sosioekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang
untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes mellitus dia harus menjaga kebersihan kakinya.
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual,
hambatan lingkungan, cemas, lelah atau lemah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan
diri (Nanda, 2006).

3. Dampak

yang

sering

timbul

pada

masalah

personal

hygiene

menurut Wartonah (2006) yaitu :


a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik
yang sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan
membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan
fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene
adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan
interaksi sosial.
2.3 Pathway

Gangguan pemeliharaan
kesehatan

Defisit perawatan diri : mandi, berhias, makan, eliminasi

Isolasi sosial :
menarik diri

Skema 1 : Pohon masalah defisit perawatan diri


(Sumber : Keliat, 2006)

2.4 Tanda Dan Gejala


Menurut Mukhripah (2008) kurang perawatan diri sering ditemukan
adanya tanda dan gejala sebagai berikut :
a. gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor,
kulit berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor.
b. ketidakmampuan berhias atau berdandan, ditandai dengan rambut
acak- acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai,
pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien wanita tidak
berdandan.
c. ketidakmampuan

makan

secara

mandiri,

ditandai

dengan

ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan


makan tidak pada tempatnya.
d. ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri, ditandai dengan
BAB atau BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan
baik setelah BAB atau BAK.
2.5 Manifestasi Klinik
Adapun jenis dan karakteristik kurang perawatan diri tanda dan gejala
menurut Nanda (2006) meliputi :
1. Kurang perawatan diri mandi atau hygiene.
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas mandi atau
kebersihan

diri

secara

mandiri,

dengan

batasan

karakteristik

ketidakmampuan klien dalam memperoleh atau mendapatkan sumber air,


mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi,
mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.
2. Kurang perawatan diri berpakaian atau berhias
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas berpakaian dan
berhias

untuk

ketidakmampuan

diri
klien

sendiri,

dengan

batasan

karakteristik

dalam mengenakan pakaian dalam, memilih

pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik,


melepaskan

pakaian,

menggunakan

kaos

kaki,

mempertahankan

penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian dan


mengenakan sepatu.

3. Kurang perawatan diri makan


Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas makan, dengan
batasan karakteristik ketidakmampuan klien dalam mempersiapkan
makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat
tambahan,

mendapatkan

makanan,

membuka

container,

memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah


lalu memasukkannya k
e mulut, melengkapi makan, mencerna makanan menurut cara
yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna
cukup makanan dengan aman.
4. Kurang perawatan diri toileting
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas toileting, dengan
batasan karakteristik ketidakmampuan klien dalam pergi ke toilet
atau menggunakan pispot, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi
pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB atau BAK
dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.
2.6 Mekanisme Koping
Mekanisme koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor meliputi status sosial ekonomi, keluarga, jaringan interpersonal,
organisasi

yang

dinaungi

oleh

luas, juga

menggunakan kreativitas

lingkungan
untuk

sosial

yang

lebih

mengekspresikan stress

interpersonal seperti kesenian, musik, atau tulisan (Stuart and Sundeen,


1998).

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Masalah Keperawatan
Menurut Keliat (2006) Diagnosa keperawatan yang muncul untuk
kasus ini adalah :
1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
2. Isolasi Sosial
3. Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK
3.2

Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa 1
: Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
Tujuan Umum : Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk
memperhatikan kebersihan diri
Tujuan Khusus :
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Intervensi
a. Berikan salam setiap berinteraksi.
b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
c.
d.
e.
f.
g.
h.

berkenalan.
Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
Buat kontrak interaksi yang jelas.
Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
Penuhi kebutuhan dasar klien.

TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri.


Intervensi
a.
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
b.

komunikasi terapeutik.
Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara

menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.


c. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.
d. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien
terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.
e. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan
memelihara kebersihan diri.
f. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti
kebersihan diri.

10

g. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali


pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan
sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika
panjang.
TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat.
Intervensi
a. Motivasi klien untuk mandi.
b. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk
mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar.
c. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.
d. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.
e. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas
perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.
f. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan
diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.
TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri.
Intervensi
a. Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan
untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.
TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.
Intervensi
a. Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.
TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan
diri.
Intervensi
a. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga
kebersihan diri.
b. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien
selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah
dialami di RS.
c. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap
kemajuan yang telah dialami di RS.
d. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam
menjaga kebersihan diri klien.
e. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan
diri.

11

f. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga


kebersihan diri.
g. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya:
mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lainlain.
2. Diagnosa 2
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
TUK I

: Isolasi sosial
: klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi
:
: Klien dapat membina hubungan saling percaya

Intervensi
a.

Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri,


jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kesepakatan dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu.

b.

Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab.

c.

Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru,


tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
TUK II

: Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri

Intervensi
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri atau mau bergaul
b. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul
c. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
TUK III : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang
lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Intervensi
A. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan
dengan orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan prang lain

12

b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang


lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
B. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan
orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan
orang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
TUK IV : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Intervensi
a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi
waktu
f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
TUK IV : Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan
dengan orang lain
Intervensi
a.

Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan


orang lain

b.

Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan


orang lain

13

c.

Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan


manfaat berhubungan dengan oranglain
3. Diagnosa 3

: Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri,

berdandan, makan, BAB/BAK


Tujuan Umum :
a. Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri
Tujuan Khusus :
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
Intervensi
1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
2) Melatih pasien berdandan/berhias
Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Bercukur
Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Berhias
3) Melatih pasien makan secara mandiri
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b) Menjelaskan cara makan yang tertib
c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

14

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan
untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias,
makan, toileting). Rentang respon defisit perawatan diri : pola
perawatan diri seimbang, kadang perawatan diri kadang
tidak, tidak melakukan perawatan diri. Jenis-jenis perawatan
diri
:
kurang
perawatan
diri
:
mandi/kebersihan,
pakaian/berhias, makan, toileting.
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), Penyebab
kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :
Kelelahan fisik
Penurunan kesadaran
Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi
menjadi 2 (Stuart & Sundeen, 2000) yaitu :

Mekanisme koping adaptif


Mekanisme koping maladaptif

4.2 Saran
Untuk pembuatan makalah ini kami menyadari masih
banyak kekurangan, kami berharap bagi pembaca untuk
mengkritik guna untuk menyempurnakan makalah ini.Terima
kasih

DAFTAR PUSTAKA

15

Batiticaca F.B. 2008. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem


Persyarafan. Salemba Medika, Jakarta
https://tessaprymanandaputri.wordpress.com/2015/03/16/askep-pada-pasiendefisit-perawatan-diri-dpd/
Muttaqin, A. 2002. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Salemba Medika, Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai