Puji syukur pertama-tama dan sudah sepatutnya kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan rahmat dan ridho-Nya lah. Tugas review yang berjudul Pengembangan Batik
Pacitan Melalui Perencanaan Wilayah Berbasis Konsep One Village One Product (OVOP). ini dapat
kami selesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada dosen pengajar mata kuliah Perencanaan Wilayah, yaitu :
1. Ibu Ema Umilia, ST., MT.
2. Ibu Ketut Dewi Martha Erli Handayeni, ST., MT.
Tak lupa juga kami sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
kontribusi dalam terselesaikannya makalah ini yang tidah dapat kami sebutkan satu persatu. Penyusun
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya. Demikian beberapa kata
yang penyusun tulis untuk mengantar para pembaca menjelajahi makalah ini. Kami sebagai penyusun
hanyalah manusia biasa yang tentu tak luput dari kesalahan. Kritik dan saran sangat kami butuhkan demi
tercipta yang lebih baik. Jika terdapat banyak kesalahan dalam makalah ini, kami sebagai penyusun
memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... 1
DAFTAR ISI.................................................................................................................. 2
DAFTAR TABEL............................................................................................................ 3
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................ 3
BAB I........................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN........................................................................................................... 4
1.1
LATAR BELAKANG........................................................................................... 4
1.2
RUMUSAN MASALAH...................................................................................... 4
1.3
1.4
SASARAN PENULISAN..................................................................................... 4
1.5
SISTEMATIKA PENULISAN............................................................................... 5
BAB II.......................................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................... 5
2.1
BAB III......................................................................................................................... 5
GAMBARAN UMUM...................................................................................................... 5
3.1
3.2
3.3
ISU STRATEGIS............................................................................................... 5
BAB IV......................................................................................................................... 6
ANALISA & KONSEP PERENCANAAN WILAYAH.............................................................6
4.1
4.2
4.3
PRODUCT (OVOP).................................................................................................... 6
BAB V......................................................................................................................... 6
KESIMPULAN............................................................................................................... 6
5.1
KESIMPULAN.................................................................................................. 6
5.2
LESSON LEARNED.......................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 6
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
OVOP adalah suatu gerakan masyarakat yang secara integratif berupaya meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap potensi dan kekayaan daerah, meningkatkan pendapatan para pelaku usaha dan
masyarakat sekaligus meningkatkan rasa percaya diri dan kebanggaan terhadap kemampuan yang
dimiliki masyarakat dan daerahnya. Sumber daya alam ataupun produk budaya lokal serta produk
khas lokal yang telah dilakukan secara turun temurun dapat digali dan dikembangkan untuk
menghasilkan produk bernilai tambah tinggi sesuai tuntutan dan permintaan pasar.
BAB I
PENDAHULUAN
Bab I berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, serta sistematika
pelaporan dalam pengembangan konsep perencanaan wilayah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ditandai oleh penggunaan sumber daya dan manfaatnya, yang menurun di sektor primer, meningkat
di sektor tertier, dan meningkat hingga pada suatu tingkat tertentu di sektor sekunder.
Sedangkan teori tahapan perkembangan dikemukakan oleh para pakar seperti Rostow, Fisher,
Hoover, Thompson dan lain-lain. Teori ini dianggap lebih mengadopsi unsur spasial dan sekaligus
menjembatani kelemahanan dari teori sektor. Pertumbuhan dan perkembangan wilayah dapat
digambarkan melalui lima tahapan.
1. Wilayah dicirikan oleh adanya industri yang dominan.
Pertumbuhan wilayah sangat bergantung pada produk yang dihasilkan oleh industri tersebut,
antara lain minyak, hasil perkebunan dan pertanian, dan produk-produk primer lainnya.
Industri demikian dimiliki oleh banyak negara dalam awal pertumbuhannya.
2. Tahapan ekspor kompleks.
Tahapan ini menggambarkan bahwa wilayah telah mampu mengekpsor selain komoditas
dominan juga komoditas kaitannya. Misalnya, komoditas dominan yang diekspor sebelumnya
adalah minyak bumi mentah, maka dalam tahapan kedua wilayah juga mengekspor industri
(metode) teknologi penambangan (kaitan ke belakang) dan produk-produk turunan dari
minyak bumi (kaitan ke depan) misalnya premium, solar dan bahan baku plastik.
3. Tahapan kematangan ekonomi.
Tahapan ketiga ini menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi wilayah telah terdiversifikasi
dengan munculnya industri substitusi impor, yakni industri yang memproduksi barang dan jasa
yang sebelumnya harus diimpor dari luar wilayah. Tahapan ketiga ini juga memberikan tanda
kemandirian wilayah dibandingkan wilayah lainnya.
4. Tahapan pembentukan metropolis (regional metropolis).
Tahapan ini memperlihatkan bahwa wilayah telah menjadi pusat kegiatan ekonomi untuk
mempengaruhi dan melayani kebutuhan barang dan jasa wilayah pinggiran. Dalam tahapan ini
pengertian wilayah fungsional dapat diartikan bahwa aktivitas ekonomi wilayah lokal
berfungsi sebagai pengikat dan pengendali kota-kota lain. Selain itu, volume aktivitas ekonomi
ekspor sangat besar yang diiringi dengan kenaikan impor yang sangat signifikan.
5. Tahapan kemajuan teknis dan profesional (technical professional virtuosity).
Tahapan ini memperlihatkan bahwa wilayah telah memberikan peran yang sangat nyata
terhadap perekonomian nasional. Dalam wilayah berkembang Universitas Sumatera Utara
produk dan proses-proses produksi yang relatif canggih, baru, efisien dan terspesialisasi.
Aktivitas ekonomi telah mengandalkan inovasi, modifikasi, dan imitasi yang mengarah kepada
pemenuhan kepuasan individual dibanding kepentingan masyarakat. Sistem ekonomi wilayah
menjadi kompleks (economic reciproating system), mengaitkan satu aktivitas dengan aktivitas
ekonomi lainnya (Nugroho dan Dahuri, 2004).
pelaku usaha dan masyarakat sekaligus meningkatkan rasa percaya diri dan kebanggaan terhadap
kemampuan yang dimiliki masyarakat dan daerahnya. Sumber daya alam ataupun produk budaya
lokal serta produk khas lokal yang telah dilakukan secara turun temurun dapat digali dan
dikembangkan untuk menghasilkan produk bernilai tambah tinggi sesuai tuntutan dan permintaan
pasar
Menurut Sugiharto dan Syamsul Rizal (2008), gerakan OVOP adalah suatu gerakan
revitalisasi daerah di Propinsi Oita, Pulau Kyushu di Jepang, untuk mencari atau menciptakan apa
yang menjadi keuntungan daerah atau apa yang dirasakan dan menjadi kebanggaan daerah, untuk
kemudian dilakukan pdilakukan eningkatan keunggulan produk atau jasa yang dihasilkan serta
kualitas dan pemasarannya, sehingga akhirnya dapat diterima dan diakui nilainya oleh masyarakat
secara nasional, regional maupun secara internasional.
Menurut Prayudi (2008), latar belakang munculnya OVOP ada tiga alasan, yaitu: adanya
konsentrasi dan kepadatan populasi di perkotaan sebagai akibat pola urbanisasi dan menimbulkan
menurunnya populasi penduduk di pedesaan. Kedua, untuk dapat menghidupkan kembali gerakan
dan pertumbuhan ekonomi di pedesaan, maka perlu dibangkitkan suatu roda kegiatan ekonomi
yang sesuai dengan skala dan ukuran pedesaan dengan cara memanfaatkan potensi dan
kemampuan yang ada didesa tersebut serta melibatkan para tokoh masyarakat setempat. Ketiga,
mengurangi ketergantungan masyarakat desa yang terlalu tinggi terhadap pemerintah daerah
maupun pemerintah pusat.
Menurut Meirina (2012), aspek-aspek penentu keterlaksanaan OVOP adalah sebagai berikut:
tujuan pelaksanaan, inisiator OVOP, sumber pendanaan, tahap-tahap pelaksanaan, bentuk
partisipasi dalam menentukan produk unggulan, desain dan desainer, bentuk pendampingan dan
jalur pemasaran. Sedangkan, menurut Patrisina (2011), OVOP dalam sepuluh tahun terakhir
berkembang hampir di seluruh dunia, dan produk-produknya mendapat respon cukup besar dari
buyers di setiap negara. Konsep OVOP mengutamakan produk unik yang ada disetiap daerah dan
keunikan tersebut menyangkut kultur budaya, lingkungan, bahan baku, pengerjaan, dan proses
produksinya.
menembus pasar global. Pendekatan OVOP akan mendorong perbaikan kualitas dan kuantitas
produk unggulan daerah dan mengantarkannya ke pasar global. Adapun proses operasional dari
konsep OVOP ini adalah:
1) Seleksi Sentra OVOP
Sentra OVOP merupakan wilayah desa atau kecamatan dimana produk IKM sebagai produk
OVOP diproduksi. Adapun kriteria-kriteria yang dipakai sebagai patokan dalam melakukan
seleksi sentra OVOP adalah potensi sumber daya wilayah, keberadaan industri utama dan
industri pendukung penghasil produk OVOP, nilai keunikan dan kearifan lokal pada hasil
produk, komitmen pemerintah daerah, optimalisasi kelembagaan, kesesuaian dengan Perda
RUTR, ketersediaan bahan baku di daerah setempat, serta kemudahan akses lokasi dengan
memakai transportasi umum
2) Seleksi Produk OVOP
Setiap daerah memiliki produk ataupun komoditi yang potensial untuk menjadi produk
OVOP. Walaupun demikian, tidak semua komoditi tersebut dapat dikategorikan sebagai
produk OVOP. Untuk dapat disebut sebagai produk OVOP, suatu produk harus memenuhi
kriteria sebagai produk OVOP, yaitu dari kriteria batasan produk, produsen, jenis produk,
dan jumlah produk. Seleksi dimaksudkan untuk menjaring produk-produk IKM di Sentra
yang akan dikembangkan menjadi produk OVOP.
3) Penilaian Sentra Ovop dan Produk Ovop serta Penetapan Klasifikasi Produk Ovop
Untuk menentukan klasifikasi suatu produk OVOP, maka dilakukanlah penilaian terlebih
dahulu terhadap calon produk OVOP. Kriteria penilaian dan prosedur penetapannya terbagi
dalam beberapa proses, yaitu:
Proses penilaian sentra OVOP, dengan syarat-syaratnya yaitu: produk yang diproduksi
tersebut memiliki keunikan dan kearifan lokal, adanya komitmen program atau fasilitasi
Pemerintah Daerah, memiliki pengurus sentra OVOP, ketersediaan bahan baku di
daerah setempat, serta akses ke lokasi sentra yang dapat dicapai transportasi umum
Proses penilaian produk OVOP, dimana aspek yang dinilai adalah aspek produksi dan
dalam pengembangan IKM melalui pendekatan OVOP. FKO tingkat Pusat dibentuk dan
dikoordinasikan oleh Direktur Jenderal IKM. FKO tingkat Provinsi dibentuk dan
dikoordinasikan oleh Kepala Dinas Provinsi yang menyelenggarakan urusan bidang
perindustrian. FKO beranggotakan wakil-wakil dari instansi maupun lembaga profesional
yang memiliki kompetensi di bidang masing-masing.
5) Pembinaan Sentra OVOP dan Produsen Produk OVOP
Pembinaan dan pengembangan IKM dengan pendekatan OVOP di sentra, dilakukan dalam 2
bagian, yaitu pembinaan sentra OVOP dan pembinaan produsen produk OVOP. Pelaksanaan
pembinaan dilakukan dalam berbagai bentuk yang kemudian akan disesuaikan dengan
kebutuhannya.
Pembinaan sentra OVOP
Tujuan pembinaan sentra OVOP adalah untuk mengembangkan produk unggulan dan
unik hingga mencapai kualitas yang semakin baik, meningkatkan jumlah pengusaha dan
perajin dalam sentra, serta menyiapkan perusahaan untuk memiliki ijin usaha.
Sedangkan untuk fasilitasi pembinaan sentra OVOP dapat meliputi: pemberian
pendidikan dan pelatihan, pemberian bantuan sarana produksi, serta keikutsertaan dalam
6) Penghargaan OVOP
Penghargaan OVOP (OVOP Award) adalah bentuk pengakuan pemerintah yang tertinggi
terhadap produk OVOP yang diproduksi oleh suatu perusahaan dan bermakna insentif yang
membanggakan. Penghargaan ini diberikan kepada perusahaan/produsen produk OVOP
dengan sertifikat bintang tiga, empat dan lima yang mengikuti seleksi penghargaan OVOP
dan terpilih untuk menerima penghargaan.
7) Program dan Kegiatan OVOP
Program Pengembangan IKM dengan pendekatan OVOP di sentra disusun sebagai acuan di
tingkat pusat maupun di tingkat daerah dalam pelaksanaan seleksi dan pembinaan untuk
meningkatkan kualitas dan produktifitas produk unggulan dan unik IKM dengan pendekatan
OVOP. Adapun program pengembangan IKM dengan pendekatan OVOP di sentra meliputi:
Koordinasi dan sosialisasi program OVOP di provinsi
Identifikasi, seleksi sentra dan produk OVOP di provinsi/ kabupaten/ kota serta
Tahun
2010
No.
1
2
3
pendekatan OVOP
Rapat koordinasi dan evaluasi penetapan lokasi pengembangan
Penyusunan rencana tindak pengembangan OVOP di masing-masing lokasi
5
6
yang ditetapkan
Sosialisasi konsep pengembangan OVOP di lokasi terpilih
Tindak lanjut rencana aksi yang sudah ditetapkan yang mungkin dilakukan
3
4
study banding.
Tahap Ketiga (Kelanjutan) Tahun 2012
Peningkatan nilai tambah produk unggulan melalui industri pengolahan atau
2011
2012
Peran
Tahun Pertama (Koordinasi) Tahun 2010
Identifikasi potensi yang diusulkan daerah untuk dikembangkan dengan
2013
2014
3
4
study banding.
Tahap Keempat (Peningkatan Berkelanjutan) Tahun 2013
Peningkatan dan perluasan pendampingan komunitas masyarakat local sesuai
packaging
Peningkatan promosi ekonomi masyarakat secara menyeluruh(budaya, produk
packaging
Peningkatan promosi ekonomi masyarakat secara menyeluruh(budaya, produk
OVOP secara
OVOP secara
nasional
nasional
dan
dan
2. Kelemahan (Weakness)
Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan, dan
kapabilitas yang secara efektif menghambat kinerja perusahaan. Keterbatasan tersebut
dapat berupa fasilitas, sumber daya keuangan,kemampuan manajemen dan keterampilan
pemasaran dapat merupakan sumber dari kelemahan perusahaan.
3. Peluang (Opportunities)
Peluang adalah situasi penting yang mengguntungkan dalam lingkungan perusahaan.
Kecendrungan kecendrungan penting merupakan salah satu sumber peluang, seperti
perubahaan teknologi dan meningkatnya hubungan antara perusahaan dengan pembeli
atau pemasokk merupakan gambaran peluang bagi perusahaan.
4. Ancaman (Threats)
Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungan dalam lingkungan perusahaan.
Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang atau yang diinginkan
perusahaan. Adanya peraturan-peraturan pemerintah yang baru atau yang direvisi dapat
merupakan ancaman bagi kesuksesan perusahaan.
Menurut Ferrel dan Harline (2005), fungsi dari Analisis SWOT adalah untuk mendapatkan
informasi dari analisis situasi dan memisahkannya dalam pokok persoalan internal (kekuatan dan
kelemahan) dan pokok persoalan eksternal (peluang dan ancaman). Analisis SWOT dapat
digunakan dengan berbagai cara untuk meningkatkan analisis dalam usaha penetapan strategi.
Umumnya yang sering digunakan adalah sebagai kerangka atau panduan sistematis dalam diskusi
untuk membahas kondisi altenatif dasar yang mungkin menjadi pertimbangan penetapan strategi.
Menurut Rangkuti (2006), Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana
peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan
dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan
altenatif strategis.
4. Program pelatihan teknis dan fasilitasi industri batik Kabupaten Pacitan, dalam rangka
meningkatkan ketrampilan teknis membatik bagi industri kecil batik serta memenuhi sarana
prasarana bagi industri kerajinan Batik Pacitan
5. Program fasilitasi promosi produk industri kreatif, dengan cara pelaksanaan kegiatan pameran
promosi industri kerajinan Kabupaten Pacitan didalam daerah dan luar daerah
6. Program pengembangan sentra-sentra industri potensial, dengan cara penambahan ataupun
perluasan sentra-sentra industri produk unggulan serta melakukan pembinaan terhadap
kelompok pengrajin produk unggulan tersebut
7. Program peningkatan daya saing daerah, dengan cara menggali dan mengembangkan
serta mempromosikan produk-produk unggulan yang inovatif, kreatif, serta
mengandung unsur kearifan local
BAB III
GAMBARAN UMUM
3.1 Gambaran Umum Wilayah Pengembangan Wilayah
Kabupaten Pacitan merupakan kabupaten yang terletak di pantai selatan pulau Jawa dan memiliki
wilayah karakteristik berupa wilayah perbukitan (85% dari luas wilayah), daratan rendah, dan daerah
pantai, serta termasuk dalam kawasan ekokarst. Terdapat pengembangan wilayah administrasi di
Kabupaten Pacitan setelah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah yang kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun
2005 tentang Desa, sehingga di Kabupaten Pacitan terjadi pengembangan wilayah terutama di desa,
yang mana terjadi pemekaran desa berjumlah 7 (tujuh) desa. Hal ini berakibat pada perubahan
wilayah administrasi Kabupaten Pacitan dari yang sebelumnya 12 kecamatan, 5 kelurahan dan 159
desa menjadi 12 kecamatan, 5 kelurahan dan 166 desa (total 181 desa, kecamatan, kelurahan)
Selain itu Kabupaten Pacitan memiliki letak geografis yang berada antara 110 55- 111 25
Bujur Timur dan 7 55 - 8 17 Lintang Selatan. Adapun batas-batas administrasi dari Kabupaten
Pacitan adalah:
Sebelah Timur
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
Sebelah Utara
: Kabupaten Trenggalek
: Samudera Indonesia
: Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah)
: Kabupaten Ponorogo
yang dari customer servis sehingga pengiriman barang sesuai dengan pesanan serta tepat
waktu.
3) Mata pencaharian masyarakat yang didominasi pengrajin batik
Dari kawasan pengembangan batik di Kecamatan Ngadirojo Lorok Pacitan Indonesia
merupakan suatu kawedanan daerah Pacitan bagian timur yang terdiri dari 3 kecamatan yaitu
kec Tulakan, kec Ngadirojo dan kec Sudimoro. Daerah ini merupakan daerah pesisir laut
selatan, dengan wilayahnya yang tersedia sedikit areal sawah, sehingga banyak warga yang
mata pencahariannya bukan petani.
4) Dukungan pemerintah pusat dan daerah dalam pengembangan sentra OVOP
Produksi batik merupakan salah satu bagian dari sektor potensial yang ada di Kabupaten
Pacitan, sehingga diperlukannya dukungan dari pemerintah untuk mengembangkan sektor ini.
Dalam hal ini pemerintah kemudian mendukung kegiatan produksi batik dengan cara
menetapkan Kabupaten Pacitan sebagai salah satu wilayah yang memakai sistem
pengembangan OVOP dengan sektor unggulan berupa batik tulis. Selain itu, pemerintah juga
memfasilitasi keberlangsungan kegiatan produksi dengan cara penyelenggaraan kegiatan
pameran promosi industri kerajinan Kabupaten Pacitan didalam daerah dan luar daerah untuk
memperluas pangsa pasar, memberikan pembinaan dan pelatihan bagi para pelaku industri
batik sehingga dapat meningkatkan ketrampilan teknis membatik serta meningkatkan kualitas
dari produksi batik tersebut, dan memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana pendukung
industri kerajinan Batik Pacitan
3.2.2 Permasalahan Batik Pacitan
Sedangkan permasalahan-permasalahan dalam produksi batik Pacitan adalah:
1) Lokasi sentra produksi batik yang jauh dari pusat kota
Salah satu potensi unggulan yang diyakini kedepan akan menjadi komoditas Batik Puri
Cokrokembang utama Pacitan dari sektor ekonomi adalah potensi batik Pacitan. Dan salah
satu tempat penghasil batik Khas Pacitan adalah di Kecamatan Ngadirojo atau Lorok. Produk
batik dari Kecamatan ini adalah batik puri. Tempat pembuatan batik Puri ini tepatnya di desa
cokro kembang kecamatan ngadirojo pacitan, yang jaraknya sekitar 45 Km dari pusat kota
Pacitan.
2) Keterbatasan modal para pelaku industri
Pada dasarnya, pelaku-pelaku industri kecil batik di Kabupaten Pacitan menggunakan
sebagian besar modal individu untuk mempertahankan keberlangsungan produksi batik.
Namun, dengan naiknya tarif harga dasar yang berakibat pada kenaikan harga barang,
ditambah dengan kondisi hasil produksi yang tetap, tentunya hal tersebut kemudian dapat
memicu kebangkrutan perlahan-lahan dari industri kecil tersebut. Hal ini dikarenakan adanya
keterbatasan modal yang dimiliki oleh para pelaku usaha batik dalam mempertahankan
produksi batik
3) Persaingan terhadap daerah lain akibat adanya globalisasi
Dengan adanya tren globalisasi akhir-akhir ini, maka peluang persaingan pasar bebas antar
negara makin besar sehingga mengakibatkan mudahnya barang impor yang masuk ke
Indonesia. Selain di Kabupaten Pacitan, sentra-sentra produksi batik juga banyak tersebar di
berbagai penjuru Indonesia sehingga produk batik Pacitan harus mampu bersaing dengan
wilayah-wilayah lain dalam memperebutkan permintaan pasar. Dengan adanya persaingan
gobal serta persaingan dari daerah penghasil produk batik lainnya, diharapkan batik Pacitan
dapat mempertahankan keberlangsungan produksinya dengan cara mempertahankan ciri khas
dan kearifan lokal di tiap-tiap produknya.
Kabupaten Pacitan tahun 2012-2032 serta Rencana Kerja Dinas Koperasi Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Pacitan Tahun 2014 adalah sebagai berikut :
1. Diarahkan sebagai kecamatan dengan hirarki K-2, dengan fungsi PKL dan kegiatan sebagai
sentra kegiatan sektor perikanan dan kelautan (budidaya keramba), pertambangan dan sektor
industri produksi batik tulis dan sale pisang.
2. Target Jumlah penduduk untuk Kecamatan Ngadirojo sebagai PKL mecapai jumlah 50.000100.000 jiwa
3. Kurangnya kualitas dan kuantitas produksi bagi pelaku industri batik sehingga
masih kalah bersaing dengan IKM dari luar daerah
BAB IV
ANALISA KONSEP PERENCANAAN WILAYAH
Faktor
Implementasi
OVOP
Dimensi
Program Komunikasi
Penjelasan
Dalam
aspek
kejelasan
informasi telah baik, dimana
komunikasi antar stakeholder
terkait telah terjalin dengan
lancer
Konsistensi dalam pemberian
informasi
juga
telah
dilakukan secara berkala dan
berkelanjutan
sehingga
produk
yang
dihasilkan
menjadi maksimal
Informasi
yang
disampaikan belum dapat di
terapkan dengan maksimal
karena program OVOP ini
bersifat top-down
B. Sumberdaya
Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia merupakan faktor aktif yang bertugas menglola dan
memberdayakan faktor-faktor lainnya. Keberadaan anggaran yang mencukupi tidak
akan membuat program berjalan cukup baik jika tidak di dukung dengan sumber
daya manusia yang professional. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan program
pengembangan koperasi OVOP di Kabupaten Pacitan sudah didukung oleh SDM
yang memadai, baik dari sisi pendidikan formal maupun pendidikan keterampilan.
Sumber Daya Finansial
Aspek finansial merupakan aspek yang juga berperan aktif dalam
implementasi suatu program. Aspek finansial berfungsi untuk mendukung kegiatan
operasional sehari-hari seperti untuk biaya pelayanan publik, penyelenggaraan
sarana dan prasarana, biaya transportasi, penyelenggaraan pelatihan dan lain-lain.
Dalam kaitannya dengan aspek keuangan, dapat dikatakan belum memadai. Hal
tersebut terlihat dari minimnya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Koperasi
Asosiasi Pengerajin Batik di Kabupaten Pacitan.
Tabel Analisis Implementasi Program OVOP
Faktor
Implementasi
OVOP
Dimensi
Program Sumber Daya
Penjelasan
Staff yang cukup (jumlah &
mutu) yang dimiliki oleh
Kabupaten Pacitan khususnya
Kecamatan Ngadirojo dalam
pengembangan batik terhadap
program OVOP telah baik, ini
terlihat
dari
pendidikan
keterampilan yang diberikan
terkait pembuatan batik
Sarana yang dibutuhkan
masih belum terpenuhi, ini
dikarenakan prasarana dan
sarana dalam pengembangan
batik di Kabupaten Pacitan
khususnya
Kecamatan
Ngadirojo masih minim
A. Disposisi
seperti
komitmen,
kejujuran
dan
sifat
demokratis.
Jika
implementator memiliki disposisi yang baik, maka akan dapat menjalankan program
yang baik seperti yang diinginkan oleh pembuat program. Disposisi juga terkait
dengan respon impementator terhadap program, pemahaman terhadap program dan
preferensi nilai yang dimiliki implementator.
Hasil observasi menunjukkan bahwa pelaksanaan implementasi program
OVOP di Kabupaten Pacitan belum mempunyai pemahaman yang memadai terkait
koordinasi dengan seksi bidang yang lain sehingga antara bidang berjalan sendirisendiri.
Tabel Analisis Implementasi Program OVOP
Faktor
Implementasi
OVOP
Dimensi
Program Disposisi
Penjelasan
Komitmen masih belum
berjalan dengan baik karena
pemahaman
terkait
koordinasi dengan seksi
bidang
masih
berjalan
sendiri-sendiri
Pemberian Insentif dalam
pengembangan
program
OVOP belum dituangkan
dalam regulasi yang jelas
sehingga
dalam
pengembangan OVOP masih
belum maksimal
A. Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi juga merupakan instrument yang penting dalam
pelaksanaan suatu program. Struktur birokrasi menggambarkan arah hubungan,
garis komando, dan pola koordinasi antar unit kerja dalam koordinasi. Aspek-aspek
yang terkait dengan struktur birokrasi antara lain Standar Operasional Prosedur, Pola
hubungan kerja dan ketersediaan antara wewenang dn tanggungjawab dari masingmasing pelaksana kebijakan pengembangan koperasi. Berkenaan dengan aspek
tersebut berdasarkan hasil wawancara, menyatakan bahwa didalam organisasi tidak
tersedia SOP akan tetapi sudah ada tugas fungsi pokok seksi dan urutan jabatan yang
jelas.
Mengenai pola hubungan antar bagian dalam organisasi harus jelas sehingga
tidak terjadi miskoordinasi. Berdasarkan survei media diketahui sudah ada pola
hubungan yang jelas dalam organisasi.
Tabel Analisis Implementasi Program OVOP
Faktor
Implementasi
OVOP
Dimensi
Program Struktur Birokrasi
Penjelasan
Standar
Operasional
Prosedur belum tersedia
namun sudah ada tugas fungsi
dan pokok yang jelas di
Pemerintah
Daerah
Kabupaten Pacitan
Pengembangan dan tahapan-tahapan OVOP di Kabupaten Pacitan dapat dilihat pada table.
TAHAPAN
TUJUAN
Sosialisasi OVOP
Pencarian OVOP
Memperkenalkan OVOP
Menemukan produk-produk yang berpotensi
Produk Pemenang
OVOP
Kampanye Standar
OVOP
Mendorong peningkatan standar mutu pada produk-
Promosi Pasar
OVOP
Pencarian OVOP
Unggulan
OVOP menuju
ekspor
Mengembangkan kompetensi inti pada OVOP
Kompetensi Inti
unggulan
mendasar OVOP. Ketidaksesuaian ini dapat dikurangi apabila seluruh langkah program
OVOP yang sudah disusun oleh pemerintah sepenuhnya dilakukan dengan tanggung jawab.
Bagaimanapun program yang bersifat top-down pasti memerlukan proses pengawasan dan
evaluasi terus menerus agar tujuan utama di lapangan tercapai.
Prinsip ini sebenarnya sudah terlihat dengan adanya pembinaan yang dilakukan oleh para
pengerajin dan juga pemerintah daerah setempat, namun masih belum berkelanjutan.
Sehingga hasil yang ingin dicapai belum maksimal.
4.3 Perumusan Perencanaan Wilayah Berbasis Konsep One Village One Product (OVOP)
Kekuatan (Strenght)
S1
INTERNAL
Adanya
kreatifitas
masyarakat
Kelemahan (Weakness)
dalam
batik
terhadap
terorganisirnya pemasaran
batik
Peluang (Opportunity)
masyarakat
Peningkatan pemasaran dan branding terhadap
Product
EKSTERN
AL
pusat
kota
sehingga
luar daerah
O2 : Pemasaran melalui media masa cetak maupun
media elektronik
O3 : Adanya dukungan pemerintah pusat dan
daerah dalam pengembangan sentra OVOP
O4 : Respon positif masyarakat dalam mendukung
kebijakan
pemerintah
terkait
pengembangan
OVOP
belum
Ancaman (Threat)
T1 : Adanya persaingan terhadap daerah lain yang
Program
pelatihan
berkelanjutan
dalam
BAB V
KESIMPULAN
5.1
KESIMPULAN
5.2
LESSON LEARNED
DAFTAR PUSTAKA