Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji

syukur

kehadirat

Allah

SWT,

yang

telah

menganugerahkan nikmat iman serta limpahan barakah kepada


kita, sehingga kita berkesempatan untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada
Baginda Nabi Muhammad SAW, Yakni suri tauladan ummat,
hingga menjadi motivasi kami untuk berkarya melalui ilmu
bermanfaat. Tak lupa kita haturkan terima kasih kepada dosen
pembimbing, yang telah memberikan kami pemahaman akan
beberapa disiplin ilmu sehingga kami mempunyai bekal dalam
menyelesaikan makalah kami, karena tanpa bimbingan dosen
maka sulit bagi kami untuk bisa menyelesaikan makalah ini yang
membahas tentang Radiasi (Radiation)
Dalam makalah ini kami membahas tentang radiasi secara
luas, dengan berpatokan pada berbagai referensi yang telah
kami tampung menjadi satu referensi, meliputi referensi cetak,
jejaring social, serta referensi jurnal kesehatan tentang radiasi
dalam format PDF .
Tiada lain tujuan kami menyusun makalah ini, kecuali
hanya untuk menambah pengetahuan kita dalam kesehatan dan
keselamatan kerja(K3) , maka kami sediakan makalah ini yang di
dalamnya telah kami bahas secara spesifik tentang radiasi mulai
dari pengertian serta dampaknya.
kami berharap dengan hadirnya makalah ini maka akan
menambah ilmu pengetahuan kita dan harapan besar kami
semoga makalah ini bisa bermamfaat untuk kami dan pembaca
semuanya.

Yogyakarta, 27 Oktober
2015

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... 1
BAB I...................................................................................................... 3
PENDAHULUAN....................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang.................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................3
1.3 Tujuan............................................................................................... 3
BAB II..................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................4
2.1 Pengertian Radiasi...........................................................................4
2.2 Sumber Radiasi................................................................................4
2.3 Jenis Radiasi..................................................................................... 4
2.4 Sifat Radiasi..................................................................................... 5
2.5 Aplikasi Radiasi Pada Tekhnologi Industri atau Kedokteran..............5
2.6 Dampak Radiasi terhadap Manusia..................................................8
BAB III..................................................................................................... 9
PEMBAHASAN......................................................................................... 9
3.1 Prinsip Dasar Penggunaan Radiasi...................................................9
3.2 Pembagian Daerah Kerja..................................................................9
3.3 Proteksi Radiasi dalam Pekerjaan...................................................11
3.4 Langkah Proteksi Radiasi................................................................11
3.5 Pembatasan Dosis..........................................................................12
3.6 Tindakan Penanggulangan Darurat................................................14
3.7 Pengawasan Kesehatan Serta Tujuannya.......................................15
3.8 Tanggung Jawab atas Pengawasan Kesehatan...............................15
BAB IV.................................................................................................. 18
PENUTUP.............................................................................................. 18
4.1 Kesimpulan..................................................................................... 18

4.2 Saran.............................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................19

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Radiasi adalah proses hantaran energi yang luas
pengertiannya. Berdasarkan penghantarnya ada dua jenis
radiasi, yaitu radiasi gelombang elektromagnektik dan
radiasipartikel. Beda kedua jenis radiasi itu sudah jelas, radiasi
gelombang elektromagnektik adalahpancaran energi dalam
bentuk gelombang elektromagnetik, termasuk didalamnya
radiasienergi matahari yang kita terima sehari-hari di permukaan
bumi. Sedangkan radiasi partikeladalah pancaran energi dalam
bentuk energi kinetik yang dibawa oleh partikel bermassaseperti
elektron yang disebut sebagai sinarX
Sinar-X dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia .SinarX mampu membedakan kerapatan berbagai jaringan dalam
tubuh manusia yang dilewatinya. Sinar-X mampu memberikan
informasi mengenai tubuh manusia tanpa perlumelakukan
operasi bedah. Karena daya tembusnya itu, maka sinar-X
memegang peranan yang sangat besar dalam kegiatan medis.
Data statistik menunjukkan bahwa sekitar 50 %keputusan medis
harus didasarkan pada diagnosa sinar-X, bahkan untuk beberapa
negaramaju angka tersebut bisa lebih besar lagi.

1.2 Rumusan Masalah

Prinsip Dasar Penggunaan Radiasi


Pembagian Daerah Kerja
Proteksi Radiasi dalam Pekerjaan
Langkah Proteksi Radiasi

Pembatasan Dosis
Tindakan Penanggulangan Keadaan Darurat
Pengawasan Kesehatan serta Tujuannya
Tanggung Jawab Atas Pengawasan Kesehatan

1.3 Tujuan
Tujuan utama dari makalah ini adalah :
Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami kesehatan
keselamatan kerja(K3) terkait radiasi serta impact/dampak dari
penggunaan radiasi bagi pekerja, pencegahan dan penanganan
yang efektif apabila terjadi kecelakaan kerja pada pekerja
dengan tingkat paparan radiasi pekerjaan yang tinggi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Radiasi
Radiasi dapat diartikan sebagai energi yang dipancarkan dalam
bentuk partikel atau gelombang. Radiasi dalam istilah fisika ,
pada dasarnya adalah suatu cara perambatan energy dari
sumber energy ke lingkungan tanpa membutuhkan medium.
Radiasi mendeskripsikan setiap proses di mana energi bergerak
melalui media atau melalui ruang, dan akhirnya diserap oleh
benda lain. Orang awam sering menghubungkan kata radiasi
ionisasi (misalnya, sebagaimana terjadi pada senjata nuklir,
reaktor nuklir, dan zat radioaktif), tetapi juga dapat merujuk
kepada radiasi elektromagnetik (yaitu, gelombang radio, cahaya
inframerah, cahaya tampak, sinar ultra violet, dan X-ray), radiasi
akustik, atau untuk proses lain yang lebih jelas. bahwa energy
pemancaran radiasi bergerak ke luar dalam garis lurus ke
segala arah. Beberapa jenis radiasi memiliki energi yang cukup
untuk mengionisasi partikel. Secara umum, hal ini melibatkan
sebuah elektron yang 'terlempar' dari cangkang atom elektron,
yang akan memberikan muatan (positif). Hal ini sering
mengganggu dalam sistem biologi, dan dapat menyebabkan
mutasi dan kanker. Jenis radiasi umumnya terjadi di limbah
radioaktif peluruhan radioaktif dan sampah radioaktif.
2.2 Sumber Radiasi

Radiasi alam
sumber radiasi kosmik(meteor), sumber radiasi
(primordial), sumber radiasi dari dalam tubuh manusia

terestrial

Radiasi buatan
radionuklida buatan, pesawat sinar-X, reaktor nuklir, akselerator
2.3 Jenis Radiasi
Ditinjau dari massanya, radiasi dapat dibagi menjadi:
a.
Radiasi Elektromagnetik :
adalah radiasi yang tidak
memiliki massa. Radiasi ini terdiri dari gelombang radio,
gelombang mikro, inframerah, cahaya tampak, sinar-X, sinar
gamma dan sinar kosmik.
b.
Radiasi partikel adalah radiasi berupa partikel yang
memiliki massa, misalnya partikel beta, alfa dan neutron.
2.

Dikenal dua jenis radiasi, yaitu:

a.

Radiasi pengion (ionizing radiation)

Radiasi pengion adalah radiasi yang apabila menumbuk atau


menabrak sesuatu, akan muncul partikel bermuatan listrik yang
disebut ion. Peristiwa terjadinya ion ini disebut ionisasi. Ion ini
kemudian akan menimbulkan efek atau pengaruh pada bahan,
termasuk benda hidup. Radiasi pengion disebut juga radiasi atom
atau radiasi nuklir. Termasuk ke dalam radiasi pengion adalah
sinar-X, sinar gamma, sinar kosmik, serta partikel beta, alfa dan
neutron. Partikel beta, alfa dan neutron dapat menimbulkan
ionisasi secara langsung. Meskipun tidak memiliki massa dan
muatan listrik, sinar-X, sinar gamma dan sinar kosmik juga
termasuk ke dalam radiasi pengion karena dapat menimbulkan
ionisasi secara tidak langsung.
b.

Radiasi nonpengion (non-ionizing radiation)

Radiasi non-pengion adalah radiasi yang tidak dapat


menimbulkan ionisasi. Termasuk ke dalam radiasi non-pengion
adalah gelombang radio, gelombang mikro, inframerah, cahaya
tampak dan ultraviolet

2.4 Sifat Radiasi


Radiasi tidak dapat dideteksi oleh indra manusia sehingga untuk
mengenalinya diperlukan suatu alat bantu pendeteksi. Radiasi
dapat berinteraksi dengan materi yang dilaluinya melalui proses
ionisasi, eksitasi dan lain-lain.

2.5 Aplikasi
Kedokteran

Radiasi

Pada

Tekhnologi

Industri

atau

Bidang Kedokteran
Di bidang kedokteran, radioisotop banyak digunakan sebagai alat
diagnosis dan alat terapi berbagai macam penyakit.
Diagnosa
Radioisotop merupakan bagian yang sangat penting pada proses
diagnosis suatu penyakit. Dengan bantuan peralatan pembentuk
citra (imaging devices), dapat dilakukan penelitian proses
biologis
yang
terjadi
dalam
tubuh
manusia.
Dalam
penggunaannya untuk diagnosis, suatu dosis kecil radioisotop
yang dicampurkan dalam larutan yang larut dalam cairan tubuh
dimasukkan ke dalam tubuh, kemudian aktivitasnya dalam tubuh
dapat dipelajari menggunakan gambar 2 dimensi atau 3 dimensi
yang disebut tomografi. Salah satu radioisotop yang sering
digunakan adalah technisium-99m, yang dapat digunakan untuk
mempelajari metabolisme jantung, hati, paru-paru, ginjal,
sirkulasi darah dan struktur tulang.
Terapi
Penggunaan radioisotop di bidang pengobatan yang paling
banyak adalah untuk pengobatan kanker, karena sel kanker
sangat sensitif terhadap radiasi. Sumber radiasi yang digunakan
dapat berupa sumber eksternal, berupa sumber gamma seperti
Co-60, atau sumber internal, yaitu berupa sumber gamma atau
beta yang kecil seperti Iodine-131 yang biasa digunakan untuk
penyembuhan kanker kelenjar tiroid.
Sterilisasi Peralatan Kedokteran

Dewasa ini banyak peralatan kedokteran yang disterilkan


menggunakan radiasi gamma dari Co-60. Metode sterilisasi ini
lebih ekonomis dan lebih efektif dibandingkan sterilisasi
menggunakan uap panas, karena proses yang digunakan
merupakan proses dingin, sehingga dapat digunakan untuk
benda-benda yang sensitif terhadap panas seperti bubuk, obat
salep, dan larutan kimia.
Keuntungan lain dari sterilisasi dengan menggunakan radiasi
adalah proses sterilisasi dapat dilakukan setelah benda tersebut
dikemas dan masa penyimpanan benda tersebut tidak terbatas
sepanjang kemasannya tidak rusak.
Industri dan Lingkungan
Bidang Hidrologi
Dalam bidang hidrologi, sumber radiasi yang umum digunakan
adalah sumber radiasi gamma. Teknik hidrologi yang
menggunakan radioisotop mampu secara akurat melacak dan
mengukur ketersediaan air dari suatu sumber air di bawah tanah.
Pemanfaatan lainnya adalah sebagai perunut untuk mencari
kebocoran pada bendungan dan saluran irigasi, mempelajari
pergerakan air dan lumpur pada daerah pelabuhan dan
bendungan, laju alir, serta laju pengendapan. Selain radiasi
gamma, radiasi neutron banyak juga digunakan untuk mengukur
kelembaban permukaan tanah.
Detektor Asap
Detektor yang menggunakan radioaktif biasanya menggunakan
ameresium-241 yang merupakan pemancar alfa. Pada saat tidak
ada asap maka partikel alfa akan mengionisasi udara dan
menyebabkan terjadinya aliran ion antara 2 elektroda. Jika asap
di dalam ruangan masuk ke dalam detektor, maka asap tersebut
dapat menyerap radiasi alfa sehingga akan menghentikan arus
yang selanjutnya akan menghidupkan alarm.
Perunut Lingkungan
Radioisotop
dapat
digunakan
sebagai
perunut
untuk
menganalisis pencemar, baik pencemar udara maupun air. Teknik

ini dapat digunakan untuk menganalisis kontaminasi sulfur


dioksida di atmosfir yang dihasilkan dari gas buang hasil
pembakaran bahan bakar fosil, endapan lumpur laut dari limbah
industri dan tumpahan minyak.
Perunut Industri
Kemampuan untuk mengukur radioaktvitas dalam jumlah yang
sangat kecil telah memungkinkan pemakaian radioisotop sebagai
perunut dengan menambahkan sejumlah kecil radioisotop pada
bahan yang digunakan dalam berbagai proses. Teknik ini
memungkinkan untuk mempelajari pencampuran dan laju alir
dari berbagai macam bahan, termasuk cairan, bubuk dan gas.
Teknik perunut juga dapat digunakan untuk mendeteksi tempat
terjadinya kebocoran.
Alat Pengukur dan Kendali
Peralatan pengukur yang berisi sumber radioaktif secara luas
telah digunakan dalam industri yang memerlukan pengaturan
permukaan gas, cairan atau padatan secara akurat. Alat
pengukur ini sangat bermanfaat dalam situasi dimana panas dan
tekanan yang ekstrim atau kondisi lingkungan yang korosif
mempersulit pelaksanaan pengukuran.
Penggunaan radioisotop pada alat pengukur mempunyai
beberapa kelebihan yaitu pengukuran dapat dilakukan tanpa
kontak fisik antara alat pengukur dan bahan yang akan diukur,
perawatan yang dibutuhkan relatif mudah, serta lebih ekonomis
dibandingkan metode lainnya.
Radiograf
Radioisotop yang memancarkan radiasi gamma dan pesawat
sinar-X dapat digunakan untuk melihat bagian dalam dari hasil
fabrikasi, seperti hasil pengelasan atau hasil pengecoran, untuk
melihat apakah produk tersebut mempunyai cacat atau tidak,
dan memeriksa isi dari suatu kemasan/bungkusan tertutup,
misalnya pemeriksaan bagasi di pelabuhan.
Penentuan Umur Suatu Benda

Teknik penentuan umur suatu benda yang menggunakan


radioisotop disebut Carbon Dating. Prinsip kerja teknik ini adalah
membandingkan konsentrasi unsur karbon yang tidak stabil pada
suatu benda dengan benda lainnya.
2.6 Dampak Radiasi terhadap Manusia
1.

Efek Somatik NonStokastik:

sekarang biasa disebut sebagai efek Deterministik adalah akibat


dimana tingkat keparahan akibat dari radiasi tergantung pada
dosis radiasi yang diterima dan oleh karena itu diperlukan
suatu nilai ambang, dimana di bawah nilai ini tidak terlihat
adanya akibat yang merugikan. Secara singkat pengertian dari
efek Somatik Non Stokastik ialah :
a.

Mempunyai dosis ambang radiasi

b.
Umumnya
radiasi

timbul

tidak

begitu

lama setelah kena

c.
Ada penyembuhan spontan, ter-gantung kepada tingkat
keparahan
d.

Besarnya dosis radiasi mem- pengaruhi tingkat keparahan

2.

Efek Somatik Stokastik: akibat dimana

kemungkinan terjadinya efek tersebut merupakan fungsi dari


dosis radiasi yang diterima oleh seseorang dan tanpa suatu
nilai ambang, sehingga bagaimanapun kecilnya dosis radiasi
yang diteri oleh seseorang, resiko terhadap radiasi selalu ada.
Secara singkat pengertian dari efek Somatik Stokastik ialah :
a.

Tidak ada dosis ambang radiasi.

b.

Timbulnya setelah melalui masa tenang yang lama.

c.
d.

Tidak ada penyembuhan spontan.


Tingkat keparahan tidak dipengaruhi oleh dosis radiasi.

e.
Peluang atau kemungkinan terjadinya tergantung pada
besarnya dosis radiasi.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Prinsip Dasar Penggunaan Radiasi
Prinsip proteksi radiasi berdasarkan
Standard (BSS) terdiri atas 3 unsur yaitu:

Basic

Safety

Justifikasi
Justifikasi adalah semua kegiatan yang melibatkan paparan
radiasi hanya dilakukan jika menghasilkan nilai lebih atau
memberikan manfaat yang nyata (azas manfaat). Justifikasi dari
suatu rencana kegiatan atau operasi yang melibatkan paparan
radiasi dapat ditentukan dengan mempertimbang- kan
keuntungan dan kerugian dengan menggunakan analisa untungrugi untuk meyakinkan bahwa akan terdapat keun- tungan lebih
dari dilakukannya kegiatan tersebut.
Optimasi
Pada optimasi semua paparan harus diusahakan serendah yang
layak dicapai (As Low As Reasonably Achievabl-ALARA)
dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial. Syarat
ini menyatakan bahwa kerugian/kerusakan dari suatu kegiatan
yang melibatkan radiasi harus ditekan serendah mungkin dengan
menerapkan peraturan proteksi. Dalam pelaksanaannya, syarat
ini dapat dipenuhi misalnya dengan pemilihan kriteria desain
atau penentuan nilai batas/tingkat acuan bagi tindakan yang
akan dilakukan.
Pembatasan
Pada pembatasan semua dosis ekivalen yang diterima oleh
seseorang tidak boleh melampaui Nilai Batas Dosis (NBD) yang
telah ditetapkan. Pembatasan dosis ini dimaksud untuk
menjamin bahwa tidak ada seorang pun terkena risiko
radiasi baik efek sotakastik maupun efek deterministik akibat
dari penggunaan radiasi maupun zat radioaktif dalam keadaan
normal.
3.2 Pembagian Daerah Kerja

Daerah pengawasan
Daerah yang memungkinkan seseorang menerima dosis radiasi
kurang dari 15 mSv (1.500 mrem) dalam satu tahun dan bebas
kontaminasi.
Daerah pengawasan dapat dibagi lagi menjadi:
Daerah radiasi sangat rendah
Yaitu daerah yang memungkinkan seseorang menerima dosis 1
mSv atau lebih dan kurang dari 5 mSv dalam satu tahun. Daerah
radiasi rendah yaitu daerah yang memungkinkan seseorang
menerima dosis 5 mSv atau lebih dan kurang dari 15 mSv dalam
satu tahun.
Daerah pengendalian
Daerah yang memungkinkan seseorang menerima dosis radiasi
15 mSv atau lebih dalam setahun. Daerah pengendalian, dibagi
lagi menjadi:
1) Daerah radiasi:
Daerah radiasi sedang, yaitu daerah yang memungkinkan
seseorang menerima dosis 15 mSv atau lebih dan kurang dari
50mSv dalam satu tahun untuk seluruh tubuh atau nilai yang
sesuai untuk organ tertentu.
Daerah radiasi tinggi, yaitu daerah yang memungkinkan
seseorang menerima dosis 50 mSv atau lebih dalam satu tahun
atau nilai yang sesuai terhadap organ tertentu.
2) Daerah Kontaminasi
Kontaminasi radioaktif dapat didefinisikan sebagai adanya zat
radioaktif yang tidak terwadahi dan yang tidak dikehendaki
berada di suatu lokasi atau tempat tertentu. Daerah kontaminasi
dibagi menjadi:
Daerah kontaminasi rendah
yaitu daerah kerja dengan tingkat kontaminasi yang besarnya
lebih kecil dari 0,37 Bq/cm2 (10-5mCi/cm2) untuk pemancar alfa

dan lebih kecil dari 3,7 Bq/cm2 (10-4 mCi/cm2) untuk pemancar
beta.
Daerah kontaminasi sedang
yaitu daerah yang tingkat kontaminasi radioaktifnya 0,37 Bq/cm2
(10-5 mCi/cm2) atau lebih, dan kurang dari 3,7 Bq/cm2 (10-4
mCi/cm2) untuk alfa dan 3,7 Bq/cm2 (10-4mCi/cm2) atau lebih,
dan kurang dari 37 Bq/cm2 (10-3 mCi/cm2) untuk beta, sedang
kontaminasi udara tidak melebihi sepersepuluh.
Batas Turunan Kadar Zat Radioaktif di udara.
Daerah kontaminasi tinggi, yaitu daerah dengan tingkat
kontaminasi 3,7 Bq/cm2 atau lebih untuk alfa dan 37 Bq/cm2
atau lebih untuk beta, sedang kontaminasi udara kadang-kadang
lebih besar dari sepersepuluh batas turunan udara.
Pekerja yang bekerja di daerah radiasi sebagaimana pembagian
daerah kerja di atas perlu diklasifikasikan sebagaimana berikut
ini:
Kategori A
Pekerja radiasi yang mungkin menerima dosis sama dengan atau
lebih besar dari 15 mSv (1.500 mrem) per tahun.
Kategori B
Pekerja radiasi yang mungkin menerima dosis kurang dari 15
mSv (1.500 mrem) per tahun.
3.3 Proteksi Radiasi dalam Pekerjaan

3.4 Langkah Proteksi Radiasi


Langkah proteksi radiasi dapat dibedakan terhadap radiasi
eksternal danradiasi internal. Radiasi eksternal adalah
pemaparan radiasi dari luar tubuhatau sumber radiasi berada
berada di luar tubuh. Radiasi internal adalah pemaparan radiasi
dari dalam tubuh, atau sumber radiasi berada di dalam tubuh.
Radiasi Eksternal

Jenis radiasi yang sangat berbahaya sebagai radiasi eksterna


adalah radiasi gamma, sinar-X dan neutron. Radiasi alpha dengan
massa dan muatannya yang besar sangat mudah diserap oleh
medium. Radiasi beta mempunyai daya tembus yang sedikit
lebih besar daripada alpha.
Sedangkan radiasi gamma, sinar-X dan neutron mempunyai daya
tembus yang sangat besar. Sebagai gambaran, radiasi alpha
akan terserap sepenuhnya oleh beberapa cm. udara, radiasi beta
akan terserap oleh beberapa puluh cm. udara atau beberapa
mm. kertas. Sedangkan radiasi gamma, sinar-X, dan neutron
dapat menembus lapisan logam besi. Tiga langkah yang harus
selalu diperhatikan dalam proteksi radiasi eksterna adalah
sebagai berikut.
Jarak: jagalah jarak sejauh mungkin dari sumber radiasi.
Intensitas radiasi akan berkurang dengan pertambahan jarak
mengikuti hukum kuadrat terbalik (inverse square law).
Waktu: apabila harus berada di dekat sumber radiasi maka
usahakan hanya dalam selang waktu yang sesingkat-singkatnya.
Jumlah dosis yang terserap tubuh manusia akan berbanding lurus
dengan selang waktu terpapari radiasi.
Penahan
radiasi:
penggunaan
bahan
penahan
radiasi
dapatmengurangi paparan radiasi secara eksponensial. Jenis
bahan harus disesuaikan dengan jenis radiasinya khususnya
perbedaan antara radiasi foton dan radiasi neutron.Peralatan
yang harus disediakan di tempat kerja dan digunakan oleh setiap
pekerja radiasi adalah survaimeter untuk mengukur laju dosis
radiasi secara langsung dan dosimeter perorangan untuk
mencatat dosis radiasi yang telah mengenai seseorang secara
akumulasi. Survai radiasi(pengukuran laju dosis radiasi) harus
dilakukan sebelum, pada saat, dan setelah selesai bekerja
dengan radiasi.
Radiasi Internal
Karena sumber radiasinya berada di dalam tubuh maka
jenis radiasi yang sangat berbahaya sebagai radiasi interna
adalah radiasi alpha dan beta karena mempunyai daya ionisasi
yang besar.

Langkah penting untuk radiasi interna adalah dengan cara


mencegah terjadinya kontaminasi dan masuknya sumber radiasi
ke dalam tubuh melalui:
sistem pencernaan: janganlah makan dan minum di lokasi kerja
yangmempunyai potensi kontaminasi zat radioaktif, misalnya
dilaboratorium yang menggunakan zat radioaktif terbuka.
sistem pernafasan: gunakan masker yang sesuai bila bekerja di
daerah berpotensi kontaminasi debu atau gas radioaktif.
serapan kulit: gunakan sarung tangan dan sepatu lab. Bila
bekerja di daerah kontaminasi.
Alat ukur yang perlu disediakan dan digunakan adalah monitor
kontaminasi baik untuk pengukuran secara langsung seperti
whole body monitor maupun pengukuran tidak langsung
seperti air sampler berikut sistem pencacahnya untuk
mengukur kontaminasi debu di udara.
3.5 Pembatasan Dosis
Batas dosis didefinisikan suatu nilai dalam besaran dosis
efektif atau ekivalen bagi setiap orang dalam kegiatan
praktisterkendali yang tidak boleh dilampau. Paparan kerja bagi
setiap pekerja harus dikendalikan dan batasan berikut tidak
boleh dilampaui sebagai berikut:
(a) dosis efektif sebesar 20 mSv rata-rata setiap tahun selama
lima tahun
berturut-turut
(b) dosis efektif sebesar 50 mSv dalam satu tahun tertentu;
(c) dosis ekivalen sebesar 150 mSv dalam satu tahun untuk lensa
mata;
(d) dosis ekivalen sebesar 500 mSv dalam satu tahun untuk
tangan dan kaki
atau kulit
Awal dari periode rata-rata bersamaan dengan hari pertama
periode tahunan

yang berlaku setelah tanggal diterapkannya standar, dan tidak


berlaku surut.
Batas dosis ekivalen untuk kulit mencakup dosis rata-rata luasan
1 cm2 pada daerah yang teradiasi paling tinggi. Dosis pada kulit
juga memberi kontribusi
pada dosis efektif, yaitu rata-rata dosis seluruh permukaan kulit
dikalikan
dengan faktor bobot jaringan kulit.Batas khusus ditetapkan bagi
pekerja magang berusia 16 18 yang sedang berlatih di dalam
paparan radiasi, dan bagi pelajar berusia 16 18 yangperlu
menggunakan sumber untuk pelajarannya
Kasus dimana kelonggaran dapat diberikan dengan menerapkan
dosis
rata-rata selama lima
pelaksanaan perawatan

tahun

mungkin

diperlukan

pada

terencana di pembangkit listrik tenaga nuklir. Meskipun begitu


dalam banyak situasi, prinsip optimasi proteksi radiasi telah
diterapkan dengan baik, sehingga
sangat jarang pekerja radiasi melampaui dosis efektif sebesar 20
mSv selama
satu tahun. Bila kelonggaran dosis rata-rata selama 5 tahun tidak
diperlukan
maka regulasi sebaiknya tetap menggunakan batas tahunan,
makabatas dosis adalah 20 mSv selama satu tahun.Pendekatan
umum untuk menerapkan kelonggaran batas dosis (seperti
menggunakan dosis rata-rata lima tahun).

3.6 Tindakan Penanggulangan Darurat


Rencana keadaan darurat yang disiapkan sebelumnya harus
mencakup definisi peran dan tangung jawab semua pekerja yang
terlibat dalam tindakan keadaan darurat. Rincian langkah
protektif yang harus dilakukan, baju protektif dan alat pengukur

yang
digunakan,
dan
pengaturan
dosimetri
juga
harusdinyatakan. Perhatian perlu diberikan pada langkah isolasi
pada daerahinstalasi yang terkena akibat dan menjamin bahwa
tidak ada orang yang tidakberkepentingan dapat memasuki
daerah tersebut.

Selanjutnya, dosis bagi pekerja yang terlibat dalam tindakan


intervensi harus, bila memungkinkan, dijaga agar dibawah nilai
maksimum batas dosis tahun tunggal dari paparan kerja, dalam
kasus dosis efektif adalah 50 mSv. tiga situasi yang
dianggapboleh untuk melampaui batas dosis, sebagai berikut:
usaha untuk menyelamatkan hidup atau mencegah luka yang
parah;
melakukan tindakan yang dibutuhkan untuk menghindari dosis
besar
melakukan tindakan
bencana besar

yang

dibutuhkan

untuk

menghindari

Dalam kondisi tersebut di atas, secara umum dosis harus


dibatasi
dibawah dua kali dosis maksimum tahun tunggal (dosis efektif di
bawah 100mSv atau dosis ekivalen 1 Sv pada kulit dan 300 mSv
pada lensa mata).
Berikut adalah kategorinya:
Kategori 1: pekerja dalam kategori ini yang melakukan langkah
pentingdi tempat kecelakaan berperan untuk menyelamatkan
hidup, ataumencegah luka yang parah, atau mencegah
peningkatan dosis potensialkepada anggota masyarakat. Mereka
kemungkinan besar adalahpersonil pabrik/perusahaan, tetapi
mungkin juga pekerja jasakedaruratan seperti petugas pemadam
kebakaran.

Kategori 2: pekerja dalam kategori ini, seperti polisi, personil


medis, sopirdan petugas kendaraan yang digunakan untuk

evakuasi, berperan untukmemproteksi masyarakat pada tahap


awal kecelakaan dan akanmenerima dosis tambahan karena
melakukan pencegahan dosis kepadamasyarakat. Mereka
biasanya terkena paparan radiasi dalam pekerjaan,tetapi dalam
kejadian tindakan darurat , mereka harus dimasukkandalam
seluruh sistem dari langkah-langkah proteksi.
Kategori 3: pekerja dalam kategori ini melakukan operasi
pemulihansetelah intervensi keadaan darurat selesai. Operasi
tersebut meliputiperbaikan pabrik/perusahaan dan lokasi,
pengelolaan limbah, sertadekontaminasi lokasi dan lingkungan.
3.7 Pengawasan Kesehatan Serta Tujuannya
Program pengawasan kesehatan harus:

berdasarkan pada prinsip umum kesehatan kerja;


didisain
untuk
mengawasi
kebugaran
awal
dan
kesinambungan kebugaran para pekerja untuk tugas yang
dibebankan.

Tujuan selanjutnya dari pengawasan kesehatan adalah untuk


menyediakan informasi awal yang dapat digunakan dalam kasus
secara taksengaja terkena paparan bahan beracun atau penyakit
kerja yang memungkinkan mengenainya,dan untuk mendukung
pengelolaan pekerja yang terkena dosis berlebih.

3.8 Tanggung Jawab atas Pengawasan Kesehatan


Perusahaan harus mengelola kegiatan pengawasan kesehatan
terhadap kesehatan pekerjanya untuk intervensi dosis radiasi
secara baik dalam rangka pemenuhan ketentuan yang
ditetapkan oleh otoritas peraturan Jasa internal atau konsultan
eksternal mungkin dapat dimanfaatkan.
Pemeriksaan Kesehatan Kerja
Pemeriksaan awal
kebugarannya

harus

meneliti

kesehatan

pekerja

dan

untuk melakukan suatu tugas, dan juga mengidentifikasi para


pekerja yang membutuhkan tindakan pencegahan khusus selama

bekerja. Sangatlah jarang bahwa komponen radiasi dalam


lingkungan kerja sangat mempengaruhi penilaian terhadap
kebugaran pekerja dalam melaksanakan tugasnya dengan
radiasi, atau mempengaruhi kondisi umum pelayanan.
Berikut adalah komponenya:
Kebugaran pekerja untuk menggunakan peralatan proteksi
pernafasan(bila pekerja tersebut terlibat dalam pekerjaan yang
menggunakanperalatan itu);
Kesehatan pekerja terhadap penyakit kulit, seperti eksema atau
penyakit kulit kronis (bila pekerjaannya memerlukan penanganan
sumber terbuka);
Kesehatan pekerja yang diketahui mempunyai
psikologi untuk bekerja dengan sumber radiasi.

gangguan

Pemeriksaan ulang berkala harus difokuskan pada konfirmasi


tidak adanya kondisi klinis yang dapat menimbulkan prasangka
buruk tentang kesehatan pekerja ketika bekerja dengan radiasi.
Item pemeriksaan ulang harus disesuaikan dengan jenis
pekerjaan
yang
dilakukannya,
pada
usia
dan
status
kesehatannya, dan kemungkinan kebiasaan buruk pekerja
(seperti kebiasaan merokok). Pemeriksaan secara normal
dilakukan dengan frekuensi sebagaimana program pengawasan
kesehatan kerja yang lain. Frekuesi harus tergantung pada status
kesehatan dan jenis pekerjaan, tetapi biasanya setiap satu atau
dua tahun. Bila karakteristik pekerjaan dapat menyebabkan
potensi kerusakan kulit setempat akibat iradiasi, khususnya pada
tangan, kulit harus diperiksa secara berkala.

Dalam penentuan kebugaran dalam pemakaian peralatan


proteksi pernafasan, pemeriksaan harus mencakup integritas
fungsi paru-paru. Dalam kasus pekerja mempunyai penyakit
kulit, keputusan kesehatannya harus berdasarkan pada jenis,
tingkat keparahan dan evolusi penyakitnya dan jenis
pekerjaannya. Pekerja yag mempunyai penyakit sejeis itu tidak
harus dihentikan dari pekerjaan yang menggunakan bahan
radioaktif terbuka bila tingkat aktivitasnya rendah dan

melakukan langkah pencegahan yang sepadan, seperti


membalut bagian tubuh yang terserang penyakit. Dalam kasus
pekerja yang mempunyai gangguan psikologi, keputusan
kesehatannya harus memperhatikan implikasi keselamatan dari
gejala penyakit tersebut.
Informasi dan Pelatihan bagi Dokter
Dokter yang bertugas dalam program pengawasan kesehatan
pekerja harus mempunyai jalur informasi yang berkaitan dengan
kondisi kerja yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja, dan
pada catatan dosis individu setiap pekerja. Dokter juga harus
memahami jenis dan kondisi kerja, pekerjaan dan tugas khusus,
yang paling mempengaruhi dalam keputusan kesehatan
seseorang pada suatu pekerjaan.
Agar mampu
memperhatikan

untuk

mendiskusikan

keselamatan

kerja,

dan perlakuan yang berkaitan dengan radiasi, dokter kerja harus


sudah menerima pelatihan secukupnya di bidang proteksi radiasi,
dan pengetahuan ini harus secara berkala disegarkan. Pelatihan
tersebut harus memberikan pengertian tentang efek biologi
karena radiasi (stokasik dan deterministik) dan risiko yang dapat
ditimbulkan oleh paparan, yang berasal dari operasi rutin dan
sebagai konsekuensi suatu kecelakaan.
Penyuluhan
Penyuluhan khusus oleh dokter kerja, kadang-kadang didukung
oleh spesialis, harus ada untuk pekerja dengan kategori sebagai
berikut:

Wanita yang sedang atau mungkin sedang hamil, atau


sedang menyusui;
Pekerja yang telah atau mungkin telah terkena paparan
yang melebihi batas dosis;
Pekerja yang mencemaskan paparan radiasi yang telah
mengenainya;
Pekerja yang meminta penyuluhan.

Dokter kerja harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang


efek biologi akibat paparan radiasi agar mampu memberi

informasi kepada pekerja risiko radiasi yang terkait dengan


situasi di atas. Dokter kerja juga harus mampu memberi nasihat
kepada manajemen atas kebutuhan tindakan pencegahan atau
prosedur khusus yang berkaitan dengan wanita hamil, dan
memberi nasihat para pekerja wanita yang sedang hamil tentang
langkah pencegahan yang harus mereka lakukan. Dalam kasus
paparan tak terduga atau paparan berlebih, dokter kerja bekerja
sama dengan manajemen perusahaan
untuk menjamin
dilaksanakannya semua pengaturan yang diperlukan untuk
melakukan evaluasi tingkat keparahan
akibat paparan.
Pengelolaan Pekerja yang Terkena Paparan Berlebih
Bila paparan berlebih yang substansial terjadi, maka manajemen
harus segera melaksankan investigasi untuk mengukur dosis
yang diterima para pekerja, Investigasi harus mencakup
pembacaan dosimeter perorangan dan instrument pengukur lain.
Langkah untuk menurunkan dosis mungkin diperlukan dalam
kejadian seorang pekerja menderita akibat masukan bahan
radioaktif cukup banyak. Pekerja tersebut harus diberi peringatan
sebelumnya kemungkinan tindakan intervensi untuk mengurangi
pemasukan dosis pada situasi tertentu. Tindakan yang harus
dilakukan tergantung pada pada jenis radionuklidanya, tingkat
dosis
ekivalen terikat pada organ yang relevan, dan efisiensi dan risiko
yang berkaitan dengan langkah proteksi. Tindakan tersebut
hanya dilakukan bila pengurangan dosisnya sebanding dengan
efek sampingnya. Contoh terapi seperti ini adalah meningkatkan
pengeluaran aktinida dari tubuh dengan cara pengobatan DTPA
(diethylenatriamine pentaacetic acid), yang memaksa diuresis
setelah pemasukan tritium, dan operasi pemotongan tulang yang
terkontaminasi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Pemanfaatan teknologi radiasi untuk kesejahteraan manusia


telah merambah ke berbagai bidang kehidupan seperti
kesehatan, industri, riset kebumian, energi pangan dan
pertanian.Seiring perkembangan teknologi radiasi tersebut, maka
sangan dibutuhkan metode, tekhnikdan atau uji yang handal
guna menentukan besarnya dosis radiasi yang diterima
seseorangsehingga menjamin keselamatan para pekerja dan
masyarakat pemakai lainnya
Radiasi dalam jumlah tertentu dapat menyebabkan ionisasi pada
selsel tubuh manusia. Sifat dan tingkat kegawatan pengaruh
radiasi ini tergantung pada dosis yang diterima sel
jaringantersebut. Ukuran satuan dosis untuk manusia disebut
Rem (1 Rem = 1000 mRem/msv). Efekbiologi dari radiasi dapat
digolongkan menjadi 2 macam yaitu efek deterministik dan efek
genetik .
Menurut beberapa efek merugikan yang muncul pada
tubuh manusia karena terpapar oleh sinar-X segera teramati
tidak berselang lama dari penemuan sinar-X. Efek merugikan itu
berupa kerontokan rambut dan kerusakan kulit. Berdasarkan data
pada tahun1897 di Amerika Serikat dilaporkan adanya 69 kasus
kerusakan kulit yang disebutkan oleh sinar-X, pada tahun 1902
angka yang dilaporkan meningkat menjadi 170 kasus. Pada
tahun1911 di jerman juga dilaporkan adanya 94 kasus tumor
yang disebabkan oleh sinar-X.
Meskipun beberapa efek dari sinar-X telah teramati, namun
upaya perlindungan terhadap bahaya penyinaran sinar-X
tersebut belum terpikirkan.Mengingat potensi bahaya radiasi
yang besar dalam pemanfaatan sinar-X dan belajar dariperistiwa
kecelakaan radiasi diberbagai belahan dunia ternyata kesalahan
tidak hanya padaoperator tetapi juga melibatkan semua tingkat
manajemen sehingga faktor keselamatan tetapdiutamakan, oleh
karena itu budaya keselamatan merupakan suatu hal yang
penting sehinggaharus menjadi sasaran yang ingin diwujudkan
dalam pemanfaatan tenaga nuklir dan radiasi peng-ion yaitu
sikap mental yang mempunyai rasa tanggung jawab dan
komitmen seluruh jajaran manajemen hingga pekerja paling
rendah. Ketentuan diatur dalam PP No 63 tahun 2000 tentang
Keselamatan dan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Radiasi

Pengion yangmengacu pada ketentuan IAEA (International


Atomic Energy Agency) dan rekomendasi dari ICRP (International
Commission on Radiological Protection) .
4.2 Saran
Agar proteksi radiasi pada instansi atau industry berjalan dengan
efektif. Maka Perusahaan atau manajemen yang menaungi wajib
melakukan upaya pencegahan terjadinya kecelakaan radiasi atau
pekerja yang terkena paparan radiasi berlebih , jika terjadi
kecelakaan harus melakukan penanggulangan, diutamakan pada
keselamatan manusia. Lokasi tempat kejadian harus diisolasi
harus diberi tanda khusus seperti pagar atau barang, bahan yang
terkena
pancaran
radiasi
segera
diisolasi
kemudian
didekontaminasi. Jika terjadi kecelakaan radiasi, perusahaan
harus melaporkan terjadinya kecelakaan radiasi kecelakaan
radiasi dan upaya penanggulangannya kepada badan pengawas
pelaksana.

DAFTAR PUSTAKA
jtptunimus-gdl-yulihendra-5638-3-babII.PDF
RS-G-1.2 Occupational Radiation Protection.PDF
Jurnal Kesehatan:Dampak Radiasi Terhadap KesehatanPekerja Radiasi
Di Rsud Arifin Achmad Rs. Santa Maria Dan Rs. Awal Bros
Pekanbaru.PDF
Pusat Pendidikan dan Pelatihan(Pusdiklat) BATAN: Proteksi Radiasi,
chapter 23-5.PDF
http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/proteksiradiasi/pengenalan_
radiasi/2-3.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Radiasi.html
Anies.2009.Cepat
Komputindo.

Tua

Akibat

Radiasi.Jakarta:Elex

Media

Wardhana , Winu Arya. 2007.Teknologi Nuklir : Proteksi Radiasi


dan Aplikasi.Andi Publisher

Anda mungkin juga menyukai