DASAR TEORI
Fluida gas, merupakan fluida dengan partikel yang renggang dimana gaya tarik
antara molekul sejenis relatif lemah dan sangat ringan sehingga dapat melayang
dengan bebas serta volumenya tidak menentu.
Fluida cair, merupakan fluida dengan partikel yang rapat dimana gaya tarik antara
molekul sejenisnya sangat kuat dan mempunyai permukaan bebas serta cenderung
untuk mempertahankan volumenya
Untuk memahami segala hal tentang aliran fluida, maka terlebih dahulu harus
mengetahui beberapa sifat dasar fluida. Sifatsifat dasar fluida tersebut yaitu: berat
jenis, kerapatan, tekanan, temperatur, kekentalan.
W mg g
(1)
2.1.2 Kerapatan
Kerapatan suatu fluida didefinisikan sebagai massa tiap satuan volume pada
suatu temperatur dan tekanan tertentu. Kerapatan dinyatakan dengan (adalah huruf
kecil Yunani yang dibaca rho) dan dirumuskan sebagai berikut :
(kg/m3)
(2)
(3)
(4)
2.1.4 Tekanan
Tekanan didefinisikan sebagai besarnya gaya (F) tiap satuan luas bidang yang
dikenainya (A). Apabila suatu zat (padat, cair, dan gas) menerima gaya yang bekerja
secara tegak lurus terhadap luas permukaan zat tersebut, maka dapat dirumuskan :
F
A
(5)
dimana;
P = tekanan (N/m2)
F = gaya (N)
A = luas penampang (m2)
Satuan SI (Satuan Internasional) untuk tekanan adalah Pa (Pascal) turunan dari
Newton/m2. Dalam teknik memang lebih banyak digunakan satuan tekanan lain seperti
psi (pound per square inch), bar, atm, kgf/m2 atau dalam ketinggian kolom zat cair
seperti cmHg.
Apabila suatu titik (benda) berada pada kedalaman h tertentu di bawah
permukaan cairan seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.1, maka berat benda
membuat cairan tersebut mengeluarkan tekanan. Tekanan yang dipengaruhi oleh
kedalaman zat cair ini disebut dengan tekanan hidrostatis. Tekanan ini terjadi karena
adanya berat air yang membuat cairan tersebut mengeluarkan tekanan.
Ph
Pemahaman
tekanan
m g Ah g
gh
A
A
hidrostatis
dengan
melakukan
(6)
percobaan
yang
menggunakan kaleng bekas tanpa tutup yang diberi lubang berbeda pada ketinggian,
tetapi terletak pada satu garis vertical, maka seluruh lubang akan memancarkan air.
Tetapi, masing-masing lubang memancarkan air dengan jarak yang berbeda. Lubang
paling dasarlah yang memancrakan air paling deras. Jadi, gaya gravitasi menyebabkan
zat cair dalam wadah selalu tertarik kebawah. Semakin tinggi zat cair dalam wadah,
maka akan semakin besar tekanan zat cair itu, sehingga makin besar juga tekanan zat
cair pada dasar wadahnya.
Tekanan Gauge adalah selisih antara tekanan yang tidak diketahui dengan
tekanan atmosfer (tekanan udara luar). Nilai tekanan yang diukur oleh alat pengukur
tekanan adalah tekanan gauge.Adapun tekanan sesungguhnya disebut dengan tekanan
mutlak.
Tekanan mutlak = tekanan gauge + tekanan atmosfer
P
= Pgauge + Patm
(7)
Alat ukur tekanan dan beberapa jenis alat lainnya telah diciptakan untuk
mengukur tekanan, diantaranya yang paling sederhana adalah manometer tabung
terbuka, seperti diperlihatkan pada Gambar 2.2. Manometer tersebut digunakan untuk
mengukur tekanan tera yang terdiri dari sebuah tabung yang berbentuk U yang berisi
cairan, umumnya mercury (air raksa) atau air.
P1 Z1 Z 2 g m P2 Z 5 Z 4 g sl Z 4 Z 2 g sl
(8)
P1 P2 Z 4 Z 2 g m sl
(9)
2.1.5 Temperatur
Temperatur berkaitan dengan tingkat energi internal dari suatu fluida. Setiap
atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan
maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun
benda, makin tinggi temperatur benda tersebut.
Temperatur diukur dengan alat termometer. Empat macam termometer yang
paling dikenal adalah Celsius, Reamur, Fahrenheit dan Kelvin. Perbandingan antara satu
jenis termometer dengan termometer lainnya mengikuti [8] :
C : R : ( F-320 ) = 5 : 4 : 9 dan
K = C + 2730
2.1.6 Kekentalan
Kekentalan (viskositas) diartikan sebagai tahanan internal terhadap aliran, dan
beberapa ahli dapat juga mendefiniskan sebagai gesekan dari fluida. Kekentalan adalah
nilai yang diukur dari tahanan fluida yang berubah bentuk karena tegangan geser (shear
stress) maupun tegangan tarik (tensile stess). Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita
jumpai pada fluida seperti air, jelly, madu, susu, dapat pula dikatakan karena tegangan
geser air kecil, sehingga mudah jatuh maka viskositas air lebih kecil dibandingkan
dengan madu, karena madu mempunyai tegangan geser internal yang lebih besar,
sehingga saat diteteskan madu lebih sulit untuk jatuh dibandingkan dengan air.
Pengertian yang paling sederhana adalah bahwa semakin kecil nilai viskositas
maka semakin mudah suatu fluida untuk bergerak. Fluida ideal adalah fluida yang tidak
memiliki tahanan gesekan terhadap tegangan geser, atau biasanya disebut juga dengan
inviscid fluid, sedangkan fluida normal selalu mempunyai tahanan gesekan terhadap
tegangan geser, yang disebut dengan viskos fluid. Rheology adalah ilmu yang
mempelajari aliran suatu benda. Yang didalamnya terdapat juga konsep viskositas,
thermofluid dan hubungan lainnya.
Hubungan antara tegangan geser dan viskositas dan perubahan kecepatan dapat
dipahami pada kasus aliran diantara dua plat datar seperti yang ditunjukkan pada
gambar 2.3. Misalkan jarak antar plat adalah y dan diantara plat tersebut terdapat fluida
dengan isi yang homogen. Asumsikan bahwa plat sangat luas. Dengan luas A yang
besar, pengaruh rusuk dapat dianggap tidak ada. Pada plat bagian bawah diaanggap
tetap lalu diberikan gaya sebesar F pada plat atas. Bila ternyata gaya ini menyebabkan
material diantara dua plat bergerak dengan perubahan kecepatan u, gaya yang diberikan
proposional dengan luas dan perubahan kecepatan.
Gambar 2.3 Perubahan bentuk akibat dari penerapan tegangan geser [13]
Gaya yang diberikan sebanding dengan luas dan gradien kecepatan dalam fluida:
F A
u
y
u
y
(10)
sehingga:
(11)
10
dimana;
Gambar 2.4 Perbandingan laju regangan geser terhadap tegangan geser [15]
Keterangan:
Newtonian: fluida yang memiliki nilai viskositas konstan, misalnya air dan juga
sebagian besar gas.
11
A Bingham plastic adalah material yang mempunyai wujud solid ketika teganan
kecil tetapi mengalir ketika diberi tegangan besar is a material that behaves as a
solid at low stresses but flows as a viscous fluid at high stresses.
Perbandingan antara viskositas dinamik dan kerapatan (density) disebut
12
mudah, seperti madu dan aspal. Sementara itu, fluida tak-viskos adalah fluida yang
mengalir dengan mudah, seperti air.
Gambar 2.5 Aliran laminar (atas) dan aliran turbulen (bawah) [16]
13
dipaparkan oleh Osborne Reynolds pada tahun 1883. Eksperimen itu dijalankan
dengan menyuntikkan cairan berwarna ke dalam aliran air yang mengalir di dalam
tabung kaca. Jika fluida bergerak dengan kecepatan cukup rendah, cairan berwarna akan
mengalir di dalam sistem membentuk garis lurus tidak bercampur dengan aliaran air,
seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.6 (a).
Pada kondisi seperti ini, fluida masih mengalir secara laminar. Jadi pada
prinsipnya, jika fluida mengalir cukup rendah seperti kondisi eksperimen ini, maka
terdapat garis alir. Bila kecepatan fluida ditingkatkan, maka akan dicapai suatu
kecepatan kritis. Fluida mencapai kecepatan kritis dapat ditandai dengan terbentuknya
gelombang cairan warna. Artinya garis alir tidak lagi lurus, tetapi mulai bergelombang
dan kemudian garis alir menghilang, karena cairan berwarna mulai menyebar secara
seragam ke seluruh arah fluida air, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2.6 (b).
Perilaku ketika fluida mulai bergerak secara acak (tak menentu) dalam bentuk
arus-silang dan pusaran, menunjukkan bahwa aliran air tidak lagi laminar. Pada kondisi
seperti ini garis alir fluida tidak lagi lurus dan sejajar, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.6 (b).
Gambar 2.6 Percobaan Reynold tentang Aliran laminar (a) dan aliran turbulen (b) [17]
Menurut Reynold, untuk membedakan apakah aliran itu turbulen atau laminar
dapat menggunakan bilangan tak berdimensi yang disebut dengan Bilangan Reynold.
14
= /
Gambar 2.7 Gerakan sebuah elemen fluida dalam sebuah pipa silindris [9]
15
Jika gaya gravitasi diabaikan, tekanan hanya berbeda dalam arah x. Jika tekanan
berkurang dalam arah x, maka
P2 = P1 P
(p > 0)
(14)
Menerapkan hukum kedua Newton (F = ma) tentang gerak untuk elemen fluida
silinder
P1 r 2 (P1 P) r2= 2 rl
P 2
l
r
(15)
Gambar 2.8 Diagram benda bebas dari sebuah silinder fluida [9]
(16)
Tegangan geser bervariasi dari garis tengah pipa (pada r = 0) hingga dinding
pipa (pada r = D/2), maka
(17)
Dimana w adalah tegangan geser maksimum (the wall shear stress).
Tegangan geser juga menyebabkan terjadinya penurunan tekanan di sepanjang
pipa. Penurunan tekanan dan tegangan geser dinding dihubungkan oleh persamaan :
16
(18)
Berdasarkan teori aliran laminer fluida Newton, tegangan geser hanya sebanding
dengan gradien kecepatan ( = du/dr). Dan dalam notasi yang terkait dengan aliran
pipa, persamaan menjadi :
(19)
Tanda negatif diindikasikan untuk memberikan > 0 dengan du/dr < 0 (kecepatan
menurun dari garis tengah pipa hingga dinding pipa)
Gambar 2.9 Distribusi tegangan geser dalam fluida dalam pipa (aliran laminar atau turbulen)
dan profil kecepatan khusus [9]
(20)
Dimana Vc adalah kecepatan garis tengah. Profil kecepatan yang diplot seperti dalam
Gambar 2.8 adalah parabola dalam koordinat radial r, memiliki kecepatan maksimal Vc
di tengah pipa, dan kecepatan minimum (nol) di dinding pipa tersebut.
17
(21)
Laju aliran volume :
(22)
Persamaan [19] biasa disebut Hukum Poiseuille. Dan aliran laminer dalam pipa disebut
aliran Hagen-Poiseuille.
Kecepatan rata-rata :
(23)
Gambar 2.10 Time-averaged, , dan fluctuating, u, deskripsi parameter untuk aliran turbulen
[9]
18
Kecepatan fluida dalam aliran pada suatu titik dapat dianggap sebagai waktu
rata-rata dari kecepatan fluida. Jadi jika u = u (x,y,z,t) adalah komponan kecepatan
fluida sesaat di beberapa titik, maka nilai waktu rata-rata, , adalah
(24)
dimana interval waktu T harus lebih besar dari waktu untuk fluktuasi terpanjang.
Dalam konsep tegangan geser untuk aliran turbulen, ini tidak sebanding dengan
gradien kecepatan waktu rata-rata ( d /dy). Aliran ini juga berisi kontribusi yang
disebabkan oleh fluktuasi acak dari komponen kecepatan. Tegangan geser turbulen
dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :
(25)
Dimana lm panjang pencampuran antar partikel fluida secara acak, dari daerah yang
kecepatannya sama ke daerah yang kecepatannya berbeda.
Profil kecepatan untuk aliran turbulen pada pipa halus dapat dinyatakan dalam
bentuk profil kecepatan hukum pangkat (power-law velocity profile) yaitu :
(26)
Dalam pernyataan ini, nilai n adalah fungsi dari bilangan Reynolds, dengan nilai-nilai
tertentu antara n = 6 dan n = 10. Karakteristik profil kecepatan turbulen yang didasarkan
pada pernyataan power-law ditunjukkan pada Gambar 2.11.
19
Gambar 2.11 Karakteristik profil kecepatan aliran laminar dan aliran turbulen [9]
(AV)1
untuk fluida inkompresibel :
(AV)2
(27)
(AV)1
(AV)2
(28)
Q1
Q2
1 = 2
sehingga,
dimana;
20
Ep Ek P1
dimana;
Energi keluar
Ep Ek P2
(29)
mV 2
mgh
P
2
(30)
mV 2
mgh
P
2
21
V 2 P
gh
2
m 1
V2 P
gh
2 1
V 2 P
gh
2
m 2
(31)
V 2 P dengan
gh
2 2 1
(32)
V2 P
h
2 g 1
V2 P
h
2 g 2
(33)
Pada persamaan Bernoulli diatas sering dalam bentuk persamaan energi "Head".
Head pada persamaan diatas terdiri dari head ketinggian "h", head kecepatan "v2/2g",
dan head tekanan "p/g". Head ketinggian menyatakan energi potensial yang
dibutuhkan untuk mengangkat air setinggi "m" kolom air. Head kecepatan menyatakan
energi kinetik yang dibutuhkan untuk mengalirkan air setinggi "m" kolom air. Yang
terakhir, head tekanan adalah energi aliran dari "m" kolom air yang mempunyai berat
sama dengan tekanan dari kolom "m" air tersebut.
22
V2 P
h
2 g 1
V2 P
h
hl
2 g 2
(34)
V2 P
h
H
2 g 1
V2 P
h
hl
2
g
2
(35)
dimana; H = Hpompa
23
pipa yang dihubungkan pada sebuah tangki atau bagian awal dari saluran duct udara
panas yang berasal dari sebuah tangki seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.15.
Gambar 2.15 Daerah masuk, aliran berkembang, dan aliran berkembang penuh dalam sistem
pipa [9]
Fluida biasanya memasuki pipa dengan profil kecepatan yang hampir seragam
pada bagian (1). Selagi fluida bergerak melewati pipa, efek viskos menyebabkannya
tetap menempel pada dinding pipa (kondisi lapisan batas tanpa-slip). Hal ini berlaku
baik jika fluidanya adalah udara yang relatif invicial maupun minyak yang kental. Jadi,
sebuah lapisan batas (boundary layer) dimana efek viskos menjadi penting dihasilkan di
sepanjang dinding pipa. Sehingga profil kecepatan awal berubah menurut jarak x
sepanjang pipa, sampai fluidanya mencapai ujung akhir dari panjang daerah masuk,
bagian (2), dimana setelah di luar itu profil kecepatan tidak berubah lagi menurut x.
Lapisan batas telah bekembang ketebalannya sehingga mengisi pipa sepenuhnya. Efek
viskos sangat penting di dalam lapisan batas. Sedangkan efek viskos fluida di luar
lapisan batas (dalam inti inviscid) dapat diabaikan.
24
Panjang pipa antara awal dan titik di mana aliran mulai berkembang penuh
disebut Entrance Length. Dilambangkan oleh Le, Entrance Length merupakan fungsi
bilangan Reynolds dari aliran tersebut. Secara umum,
untuk aliran laminer :
(36)
(37)
Aliran antara (2) dan (3) disebut aliran berkembang penuh (fully develoved
flow). Selanjutnya aliran tersebut terganggu oleh belokan, katup dll. Di luar gangguan
tersebut aliran secara bertahap mulai kembali ke karakternya berkembang penuhnya. Di
daerah inilah gradien tekanan dan gaya geser menyeimbangkan satu sama lain dan
aliran terus dengan profil kecepatan konstan. Gradien tekanan tersebut tetap konstan.
Di daerah masuk (Entrance Region) fluida melambat. Dengan demikian, daerah
tersebut ada keseimbangan antara gaya inersia, gaya tekan dan gaya geser. Dan gradien
tekanannya tidak konstan.
25
2.3 Aliran Fluida Air-Minyak yang Mengalir Melalui Pipa Sudden Contraction
m Co o C w w
(38)
dan
Viscositas campuran
m Co o C w w
(39)
(40)
(41)
dengan
Co
dan
Cw
26
dimana;
Qm
A
Sehingga Bilangan Reynold campuran didefinisikan sebagai
Vm
Re m
m Vm D
m
(42)
(43)
penentuan pola aliran bersifat subjektif dan bahkan memiliki kelemahan jika
aliran terkena refraksi cahaya.
Penggunaan konduktivitas probe seperti yang dilakukan Trallero dkk. (1997)
serta Nadler dan Mewes (1995) dan juga penggunaan probe impedansi frekuensi
tinggi seperti pada Vigneaux dkk. (1988) dan Angeli dan Hewitt (2000).
Kelebihan metode ini adalah hasil yang lebih akurat dan obyektif.
Densitometri sinar Gamma seperti yang digunakan oleh Soleimani (1999),
Elseth dkk. (2000) merupakan metode lain yang akurat.
Temperatur Aliran
42 oC
Viskositas Air
0.894 mPas
Viskositas Minyak
18 mPas
Densitas Minyak
834 kg/m3
Diameter Pipa
24.5 mm
8.6 m
28
Gambar 2.16 Pola aliran mixed (M), stratified (S) dan bubble (B) untuk laju aliran tertentu [4]
Ketiga rezim aliran tersebut dapat teridentifikasi baik dalam keadaan aliran
laminar maupun aliran turbulen. Pada rasio input terendah, fase minyak tampak sebagai
bubble yang terbentang cukup luas . Seiring dengan meningkatnya rasio input, aliran
berubah menjadi stratified. Dengan peningkatan lebih lanjut dari rasio input aliran
menjadi mixed.
Charles dkk. (1961) melakukan penelitian yang sama pada tiga jenis minyak
yang berbeda yang masing-masing dicampur dengan air pada pipa horisontal. Rasio
input minyak-air berkisar 0,1-10,0. Tabel 2.2 menunjukkan data eksperimen.
Temperatur Aliran
Viskositas Minyak
6.29 1, 16.8 2, 65 3
Densitas Minyak
998 kg/m3
Diameter Pipa
26.4 mm
7.3 m
Fluida
Charles dkk. (1961) mengamati serangkaian pola aliran untuk penurunan laju
aliran minyak pada kecepatan aliran air konstan. Gambar 2.17, Gambar 2.18 dan
Gambar 2.19 berisi gambar-gambar dari fotografi rezim aliran yang berbeda.
29
Gambar 2.17 Pola aliran air dan minyak dengan viskositas 16,8 mPa pada berbagai kecepatan
minyak, untuk kecepatan aliran air konstan rendah 0,03 m/s [4]
Gambar 2.18 Pola aliran air dan minyak dengan viskositas 16,8 mPa pada berbagai kecepatan
minyak, untuk kecepatan aliran air konstan 0,21 m/s [4]
Gambar 2.19 Pola aliran air dan minyak dengan viskositas 16,8 mPa pada berbagai kecepatan
minyak, untuk kecepatan aliran air konstan tinggi 0,03 m/s [4]
30
pipa sudden contraction pada bagian pipa besar (upstream) dan pipa kecil
(downstream).
(a)
(b)
31
Gambar 2.20 Gambar fotografi aliran air-minyak akibat pipa sudden contraction (a) dan
sudden expansion (b) pada bagian upstream dan downstream [2]
32
kontinyuitas dispersi minyak dibanding dengan pelarutan oleh air untuk mendukung
dispersi air yang kontinyu.
33
(44)
Dimana hl adalah head loss antara bagian (1) dan (2). Dengan asumsi aliran
berkembang penuh, luas penampang konstan dan pipa horisontal, maka D1 = D2
(sehingga V1 = V2) dan z1 = z2. Persamaan energi menjadi :
(45)
Jadi head kerugian mayor dapat dinyatakan sebagai kerugian tekanan aliran fluida
berkembang penuh melalui pipa penampang konstan.
Untuk aliran laminer, berkembang penuh, pada pipa horisontal, penurunan
tekanan dapat dihitung secara analitis, diperoleh :
(46)
Dengan mensubtitusikannya ke dalam persamaan (43) maka diperoleh :
(47)
Untuk aliran turbulen, berkembang penuh, penurunan tekanan dan head loss
dievaluasi dengan menggunakan hasil eksperimen dan analisa dimensi. Penurunan
tekanan aliran turbulen disebabkan oleh gesekan pipa daerah-konstan horizontal dan
dapat ditulis dalam bentuk fungsional sebagai :
p = F (V, D, l, , , )
dimana V adalah kecepatan rata-rata, l adalah panjang pipa, adalah ukuran kekasaran
dinding pipa, adalah viskositas fluida, dan adalah densitas fluida.
Dalam bentuk tanpa dimensi :
34
(48)
dimana /D kekasaran relatif pipa. Dengan asumsi bahwa penurunan tekanan
berbanding lurus dengan panjang pipa, sehingga :
(49)
dimana
(51)
Head loss mayor untuk aliran turbulen diperoleh dengan menggabungkan
persamaan (43) dan persamaan (52), sehingga :
(52)
Persamaan ini disebut persamaan Darcy-Weisbach, berlaku untuk setiap aliran,
berkembang penuh, steady, inkompresibel baik pada pipa horizontal maupun di atas
bukit. Sedangkan faktor gesekan f, disebut sebagai faktor gesekan Darcy.
Faktor gesekan f untuk aliran laminer adalah f = 64/Re dan tidak bergantung
dengan kekasaran relatif pipa /D. Sedangkan untuk aliran turbulen, ketergantungan
fungsional f = (Re, /D) adalah kompleks. Hasil tersebut dapat diperoleh dengan
menggunakan rumus Colebrook berikut :
/ D
2.51
2.0 log
f
3.7 Re f
(53)
35
Rumus tersebut diplot pada tahun 1944 oleh Moody ke dalam apa yang disebut
Diagram Moody (Gambar 2.20). Diagram Moody adalah diagram faktor gesekan fungsi
bilangan Reynold dan kekasaran relatif pipa. Nilai-nilai kekasaran yang khas untuk
berbagai permukaan pipa ditampilkan pada Tabel 2.5.
Kekasaran Ekivalen,
Ft
Mm
Paku baja
0.0030.03
0.99.0
Beton
0.0010.01
0.33.0
Kayu diamplas
0.00060.003
0.180.9
Besi tuang
0.00085
0.26
Besi galvanisir
0.0005
0.15
0.00015
0.045
Pipa saluran
0.000005
0.0015
Plastik, gelas
0,0 (halus)
0,0 (halus)
36
(54)
Sehingga, head loss:
(55)
Cara menentukan nilai koefisien kerugian, K untuk berbagai bentuk transmisi
pipa dan berbagai jenis komponen sistem pipa akan diperinci seperti di bawah ini:
a. Ujung masuk (inlet) dan ujung keluar (exit) pipa
Fluida mungkin mengalir dari reservoir ke dalam pipa dengan bentuk ujung
masuk tertentu. Jika V menyatakan kecepatan aliran setelah masuk pipa, maka nilai
koefisien kerugian, K dari persamaan 56 untuk berbagai bentuk ujung masuk pipa yang
terhubung dengan reservoir diperlihatkan pada Gambar 2.21.
K = 0,8
K = 0,5
K = 0,2
K = 0,04
37
Gambar 2.22 Koefisien kerugian berbagai bentuk ujung masuk pipa (inlet) : (a) reentrant,
K = 0,8, (b) sharp edged, K = 0,5, (c) slightly rounded, K = 0,2, dan (d) well rounded, K = 0,04
[9]
Untuk menghitung kerugian pada ujung pipa keluar, menurut Sularso (1987)
digunakan rumus seperti persamaan:
hl minor K
V2
2g
(56)
38
Gambar 2.23 Karakter aliran di belokan dan koefisien kerugian yang terkait [9]
c. Komponen-komponen pipa
Beberapa komponen pipa yang tersedia secara komersial (seperti katup, siku,
tee, dsb), nilai koefisien kerugian K sangat bergantung pada bentuk komponen dan
sangat lemah pada bilangan Reynolds yang besar. Nilai-nilai khas K untuk untuk
komponen tersebut diberikan dalam Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Nilai koefisien kerugian minor K berbagai komponen sistem perpipaan [9]
39
(a)
Gambar 2.24 Koefisien kerugian pada perubahan pipa sudden expansion [9]
d2
K 1 1 2
d2
(57)
40
Gambar 2.25 Koefisien kerugian pada perubahan pipa sudden contraction [9]
Untuk penghitungan nilai k pada pipa sudden contraction, rumus (57) dapat
digunakan jika nilai d1/ d2 0,76. Untuk nilai d1/ d2 0,76, dapat digunakan hubungan
empiris
d1 2
K 0,421 2
d2
(58)
Terdapat tiga teknik lainnya yang dapat digunakan untuk memprediksi nilai k
pada pipa pengecilan mendadak, yaitu: pendekatan terhadap profil gradien tekanan,
penghitungan dengan mempertimbangkan momentum impuls serta analisa terhadap
daerah efektif aliran.
1) Pendekatan terhadap profil gradient tekanan
Dari prinsip Bernoulli untuk perubahan diameter pada seksi uji, didapatkan:
P
1 V2
hf
2
2
(59)
dimana p adalah beda tekanan pada seksi uji akibat perubahan diameter penampang
yang didapatkan dengan mengekstrapolasi profil penurunan tekanan berkembang penuh
pada upstream and downstream ke titik pengecilan (contraction). Data didapat secara
eksperimental menggunakan data bagian B pada Gambar 2.26.
Gradient tekanan dihitung dengan
f V 2
p
D 2
(60)
41
Dimana
f 0.3164(Re) 0.25
(61)
hf adalah rugi energi gesek tiap satuan massa. V2 adalah kecepatan rata-rata campuran
pada pipa yang lebih kecil. Sedangkan adalah is rasio antara diameter pipa yang lebih
kecil dan pipa yang lebih besar.
k hf
2
V2
(62)
42
hL
V2 2 1
1
2 cc
(63)
k
1
Cc
(64)
cc
Ac V2
A2 V c
(65)
uc umax =
2
2 p1 u1 p2
2
(66)
Dari prinsip kontinuitas antara daerah 3 dan 2 untuk aliran inkompresibel, kecepatan
pada daerah 2 u2 adalah:
u2 A2 uc Ac
(67)
A 2
k c 1
A2
(68)
44
45