OLEH
Nama
: NURHAYATUN
Nim
: 10811 2343
Jurusan
:Pendidikan Bahasa dan Seni
Program studi :Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi atas nama NURHAYATUN telah disetujui oleh:
Mataram,2009
Pembimbing I
Pembimbing II
A. SAHRUL ASRI,S.Pd.
NIP.198405262009011002
Mengetahui
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhamadiyah Mataram
Dekan,
ii
MOTTO
iii
iv
PERSEMBAHAN
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT, karena dengan rahmat Nya
dan hidayah Nya, sehingga skripsi yang berjudul Analisis Roman Tenggelamnya
Kapal van Der Wijck karya Hamka Sebuah Kajian Religius dapat diselesaikan
pada waktunya.
Penyelesaian skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan
pendidikan
Sarjana
Strata
Satu
(S-1)
pada
Universitas
vii
viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul .i
Persetujuan Pembimbing.ii
Pengesahan Penguji............................................................iii
Motto...iv
Persembahan .. v
Kata Pengantar .. vi
Daftar Isi ... viii
Abstrak. . ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..1
1.2 Rumusan Masalah ...4
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Manfaat Penelitian ..4
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar ..6
2.2 Pengertian Roman 7
2.3 Jenis Roman 7
2.4 Teori Struktural .10
2.5 Religiusitas dalam Karya Sastra 21
2.6 Biografi Pengarang 22
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Data dan Sumber Data ..24
3.2 Metode Pengumpulan Data ...24
3.3 Metode Analisis Data 26
ix
ABSTRAK
duduk perkara dsb ) dengan mudah mengetahui tujuan dari sebuah penelitian
Roman merupakan kerangan prosa yang melukiskan perbuatan pelakuny
amenurut watak dan isi jiwa masing-masing.
Berdasarkan pemaparan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
menganalisis roman adalah suatau kegiatan menerangkan bagaimana peranan
masing-masing unsur serta kaitannya antara satu unsur dengan unsur yang lain
agar karya sastra dapat dipahami lebih baik oleh pembacanya.
Kajian adalah hasil mengkaji. Dari proses analisis akan timbul atau lahir
berbagai macam kajian yang harus dianalisis oleh penulis dengan proses analisis
data yang telah disiapkan. Religius adalah bersifat religi, bersifat keagamaan yang
terkait dengan religi.
Metode analisis data pada penelitian ini adalah metode analisis deskriptif
karena menggunakan data kualitatif. Sedangkan data yang disimpulkan adalah
xi
struktur dan nilai religius dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Karya Hamka.
Secara struktural roman terdiri dari tema, alur/plot, setting/latar, sudut pandang,
dan karakter, gaya bahasa, dan amanat. Sedangkan unsur religiusitas dan
keagamaan dalam sastra terdiri dari aqidah, akhlak, syriah, dan muamalah
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menggunakan kata analisis sering ditafsirkan agak negatif. Kesan yang
tidak jarang timbul dari kata tersebut adalah kegiatan mengklasifikasikan karya
sastra, memisahkan bagian-bagian dari keseluruhannya. Dalam pandangan
kelompok tertentu, kerja analisis kesastraan dianggap sebagai tidak ubahnya
kegiatan bedah mayat seperti dilakukan mahasiswa kedokteran. Hal itu
menyebabkan karya yang bersangkutan menjadi tidak bermakna.
Sebuah roman yang hadir ke hadapan pembaca, seperti telah kita ketahui,
adalah sebuah totalitas. Roman dibangun dari sejumlah unsur, dan setiap unsur
akan saling berhubungan secara saling menentukan, yang kesemuanya itu akan
menyebabkan novel tersebut menjadi sebuah karya yang bermakna. Tiap-tiap
unsur pembangun roman jika ada kaitanya dengan keseluruhannya.
Kegiatan analisis kesastraan yang coba memisahkan bagian-bagian dari
keseluruhan tersebut, tak jarang dianggap sebagai kerja yang sis-sia.
Penganalisis hanya sibuk dengan masing-masing unsur yang telah dilepas dari
totalitasnya. Apalagi jika hal tersebut dipakai sebagai dasar analisis yang lebih
lanjut. Usaha pemahaman terhadap karya sastra roman, menurut pandangan
kelompok yang yang tidak setuju dengan kerja analisis, haruslah dilakukan
langsung dalam keadaan totalitas secara apa adanya.
Anggapan di atas tidak semuanya dapat dibenarkan, walau juga tidak
semuanya dapat disalahkan. Kesemuanya itu masih memerlukan penjelasan
13
lebih lanjut. Kelompok akademikus yang sering dituduh sebagai tukang analisis,
tukang bedah karya sastra, tentu saja tampil dengan pembelaannya. Untuk
memahami sebuah roman sering tidak semudah seperti yang diduga orang. Jika
pembaca tidak mampu memahami dengan baik karya sastra tersebut, bukankah
hal itu berarti apa yang disampaikan pengarang tidak sampai ke alamat ?
Kegiatan analisis karya fiksi dalam hal ini tampil dengan mencoba menerangkan
apa peranan masing-masing unsur, bagaimana kaitan unsur yang satu dengan
yang lainnya.
Roman merupakan salah satu struktur yang kompleks, unik, dan
mengungkapkan sesuatu secara tidak langsung. Inilah salah satu yang
menyebabkan sulitnya pembaca untuk menafsirkannya. Untuk itu diperlukan
suatu upaya untuk dapat menjelaskannya, dan biasanya hal itu disertai buktibukti hasil kerja analisis. Dengan demikian tujuan utama analisis kesastraan
adalah untuk dapat memahami secara lebih baik karya sastra yang bersangkutan,
disamping untuk membantu menjelaskan pembaca yang kurang mampu
memahami karya sastra.
Manfaat yang terasa dari kerja analisis itu adalah jika membaca ulang
karya-karya kesastraan yang dianalisis itu, baik karya-karya itu dianalisis sendiri
maupun oleh orang lain. Kita akan dapat lebih menikmati dan memahami cerita,
tema, pesan-pesan, penokohan, dan lain-lain yang diungkap dalam karya itu.
Jika kerja analisis kesastraan dimaksudkan untuk memahami secara lebih
baik sebuah karya, menafsirkan makna berdasarkan berbagai kemungkinan
analisis tersebut telah melibatkan kerja hermeneutic. Hermeneutic, menurut
14
Teeuw (1984:123) adalah ilmu atau teknik memahami karya sastra dan
ungkapan bahasa dalam arti yang lebih luas menurut maksudnya.
Ketertarikan seseorang pada roman khususnya pada masyarakat luas lebih
besar jika dibandingkan dengan pantun atau drama. Roman lebih banyak
mendapat perhatian dari banyak orang yang membaca karya sastra.Salah satu
roman yang terkenal adalah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya
Hamka (Haji Abdullah Malik Karim Amrullah). Roman ini dipublikasikan
pertama kali pada tahun 1938 dan sangat terkenal dikalangan masyarakat
Indonesia. Cerita ini sebenarnya diilhami peristiwa nyata kapal Van Der Wijck.
Kapal yang berlayar dari pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, menuju Tanjung
Priok, Jakarta, itu tenggelam di Laut Jawa, timur laut Semarang, pada 21
Oktober 1936. Novel itu berkisah tentang Zainuddin, yang gagal mempersunting
Hayati karena perbedaaan suku dan strata sosial. Zainuddin, yang berdarah
campuran Minang-Bugis, dianggap tak pantas mengawini Hayati, orang Minang
tulen keturunan pemuka suku di Batipuh, Padangpanjang, di negeri
Minangkabau. Zainuddin berusaha mendobrak adat feudal saaat itu. Hamka juga
melukiskan denyut perubahan di perkotaan Minangkabau. Perempuan tak lagi
mengenakan baju adat yang tertutup rapat melainkan berpakaian modern ala
gadis Eropa. Kaum lelaki mulai gemar menghamburkan uang di meja judi,
seperti tokoh Aziz dalam buku itu. Sang penulis begitu fasih dengan kultur
masyarakat Minang dan perubahannya pada zaman itu, karena dia sendiri hidup
dalam kumparan masa tersebut.
15
hasil
penelitian
ini
bisa
memberi
kontribusi
pada
16
2. Secara Praktis
a.Hasil Penelitian ini bisa digunakan oleh pembaca sebagai sarana
pendidikan dan menjadi sebuah model untuk belajar menganalisa karya
sastra.
b. Hasil penelitian ini bisa menumbuhkan kritik moral antara pembaca
dalam pengamatan dan mengerti budaya dan nilai kehidupan manusia
dalam karya sastra, khususnya roman.
17
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bagian ini penulis akan menguraikan tentang konsep dasar, roman,
teori struktural, religiusitas dalam karya sastra dan biografi pengarang.
2.1 Konsep Dasar
Berdasarkan pengertian dari kamus Besar Bahasa Indonesia beberapa
konsep dari penelitian ini sebagai berikut:
Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan,
perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebabmusabab, duduk perkaranya, dsb). Melalui proses analisis seorang penulis
akan bisa dengan mudah mengetahui tujuan dari sebuah penelitian. Dengan
demikian proses analisis merupakan kegiatan nyata yang akan dilakukan
oleh peneliti untuk memperoleh data dari lapangan.
Roman merupakan karangan prosa yang melukiskan perbuatan
pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing. Sebuah roman lebih
menfokuskan ceritanya pada karakter tokoh.
Kajian adalah hasil mengkaji. Dari proses analisis akan timbul atau
lahir berbagai macam kajian yang harus dianalisis oleh penulis dengan
proses analisa data yang telah di siapkan.
Religius adalah bersifat religi; bersifat keagamaan; yang bersangkut
paut dengan religi.
18
19
Contoh :
Percobaan Setia oleh Sunan Hs
Dian yang tak Kunjung padam oleh Sutan. Takdir Alisahbana
2. Roman bertendens ialah roman yang berisi tujuan atau cita-cita
pengarangnya. Tujuan cita-cita pengarang diucapkan melalui pelakupelaku utamanya.
Contoh :
Darah Muda oleh Adi Negoro
Layar Terkembang oleh Sutan. Takdir Alisahbana
Pertemuan jodoh oleh Abdul Muis
Siti Nurbaya oleh Marah Rusli
3. Roman detektif adalah roman yang menguraikan persoalan rahasia
polisi. Bahan ceritanya diambil dari soal kejahatan yang menjadi urusan
polisi.
Contoh :
Cincin Setempel oleh Ardi Soma
Mencari Pencuri anak Perawan oleh Suman Hasibuan
4. Roman simbolik ialah roman yang berisi kiasan bagi kehidupan
manusia. Umpama tentang kehidupan hewan tetapi berisi kiasan bagi
kehidupan manusia, mungkin kehidupan manusia itu dilambangkan
dengan hal atau barang lain.
Contoh :
Tinjaulah Dunia oleh Maria Amin
20
dasar
kehidupan
jiwa
manusia
atau
hal-hal
yang
21
Contoh :
Gajah Mada oleh Mr. Muhammad Yamin
Hulubalang oleh Nur Sutan Iskandar
Pahlawan Minahasa oleh M.R. Dajoh
Surapati oleh Abdul Muis
Mutiara oleh Nur Sutan Iskandar
2.4 Teori Struktural
Teori struktural merupakan teori yang secara teoritis mendukung
sebuah penelitian. Dengan adanya teori struktural maka penulis akan dengan
mudah melakukan proses identifikasi dan mengkaji teori yang diangkat oleh
penulis.
Analisis struktural karya sastra, yang dalam hal ini fiksi, dapat
dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi
dan hubungan antar unsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Mula-mula
diidentifikasi dan dideskripsikan, minsalnya bagaimana keadaan peristiwaperistiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain. Setelah
dicobajelaskan bagaimana fungsi masing-masing unsur itu dalam menunjang
makna keseluruhannya, dan bagaimana hubungan antar unsure itu sehingga
secara bersamaan membentuk totalitas kemaknaan yang padu. Misalnya
bagaimana hubungan antara peristiwa yang satu dengan yang lain, kaitannya
dengan pembelotan yang tak selalu kronologis, kaitanya dengan tokoh dan
penokohan, dengan latar dan sebagainya.
22
23
atau
perbedaan-perbedaan
(Hartoko
dan
24
maka ia pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu. Tema mempunyai
generalisasi yang umum, lebih luas, dan abstrak.
Tema dapat digolongkan kedalam beberapa kategori yang berbeda
tergantung dari segi mana penggolongan itu dilakukan . pengkategorian
tema yang akan dikemukakan berikut dilakukan berdasarkan tiga sudut
pandang, yaitu penggolongan dikhotomie yang bersifat tradisional atau
nontradisional. Penggolongan dilihat dari tingkat pengalaman jiwa
menurut Shipley, dan penggolongan dari tingkat keutamaannya.
a.Tema Tradisional dan Nontradisional
Tema tradisional dimaksudkan sebagai tema yang menunjuk pada
tema yang hanya itu-itu saja, dalam arti ia telah lama dipergunakan
dan dapat ditemukan dalam berbagai cerita, termasuk cerita lama.
Pernyataan-pernyataan tema yang dapat dipandang sebagai bersifat
tradisional itu minsalnya, berbunyi: (1) kebenaran dan keadilan
mengalahkan kejahatan, (2) tindak kejahatan walau ditutup-tutupi akan
terbongkar juga, (3) tindak kejahatan dan kebenaran masing akan
memetik hasilnya, (4) cinta yang sejati menurut pengorbanan, (5) kawan
sejati adalah kawan di masa duka, (6) setelah menderita, orang baru
teringat Tuhan, (7) atau (seperti pepatah-pantun) berakit-rakit ke hulu,
berenang-renang ketepian, atau sebagainya.
Tema-tema tradisional, walau banyak variasinya, boleh dikatan
selalu ada kaitanya dengan masalah kebenaran dan kejahatan (Meredith
dan Fitzgerald, 1972:66)
25
b.
seperti
dikemukakan
sebelumnya
pada
hakekatnya
26
27
3. Setting/Latar
Setting adalah tempat di mana cerita itu terjadi. Pengertian dasarnya
adalah
waktu
dan
tempat
meskipun
membutuhkan
beberapa
perkembangan.
Tylor (1981: 69) berpendapat bahwa setting adalah sebuah susunan
dasar dari masalah dan langsung berdampak pada penetapan ekspresi dan
tema. Sumardjo dan Saini (1986: 75) berpendapat bahwa setting adalah
tempat dan waktu cerita itu terjadi.
Setting atau latar yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran
pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan social tempat
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams,198:75). Stanton
(1965) mengelompokkan latar bersama dengan tokoh dan plot, ke dalam
fakta (cerita) sebab ketiga hal inilah yang akan dihadapi dan dapat
diimajinasi oleh pembaca secara factual jika membaca cerita secara
konkrit dan langsung membentuk cerita: tokoh cerita adalah pelaku dan
penderita kejadian-kejadian yang bersebab akibat, dan itu perlu pijakan,
dimana dan kapan.
Membaca sebuah roman kita akan bertemu dengan lokasi tertentu
seperti nama kota, desa, jalan, hotel, penginapan, kamar, dan lain-lain
tempat terjadinya peristiwa. Disamping itu, kita juga akan berurusan
dengan hubungan waktu seperti tahun, tanggal, pagi, siang, malam, saat
hujan gerimis dan awal bulan, atau kejadian yang menyaran pada waktu
tipikal tertentu, dan sebagainya. Latar tempat, berhubung secara jelas
28
menyaran pada lokasi tertentu, dapat disebut sebagai latar fisik (physical
setting).
Latar dalam karya fiksi tidak terbatas pada penempatan lokasi
lokasi tertentu, atau sesuatu yang bersifat fisik saja, melainkan juga yang
berwujud tata cara, adat istiadat, kepercayaan, dan nilai-nilai yang berlaku
ditempat yang bersangkutan. Hal-hal yang disebut terakhir inilah yang
disebut sebagai latar spiritual (spiritual setting). Jadi, latar spiritual adalah
nilai yang melengkapi dan dimiliki oleh latar fisik (Kenny, 1996:39). Latar
spiritual dalam fiksi, khususnya karya-karya fiksi Indonesia yang ditulis
belakangan, pada umumnya hadir dan dihadirkan bersama latar fisik. Hal
ini akan memperkuat kehadiran,kejelasan dan kekhususan latar fisik yang
bersangkutan.
Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu
tempat, waktu dan sosial. Ketiga unsur itu walau masing-masing
menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara
sendiri, pada kenyataanya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu
dengan yang lainnya.
a) Latar Tempat
Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan
mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu,
mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Tempat-tempat yang
bernama adalah tempat yang dijumpai dalam dunia nyata, misalnya,
29
30
c) Latar Sosial
Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan
prilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan
dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup
berbagai maslah dalam lingkup yang cukup kompleks. Latar sosial
dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan,
pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap dan yang lain-lain yang
tergolong latar spiritual seperti dikemukakan sebelumnya. Disamping
itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang
bersangkutan, minsalnya rendah, menengah atau atas.
Latar sosial merupakan bagian latar secara keseluruhan. Jadi,
latar sosial berada pada unsur kepadanannya dengan unsur yang lain,
yaitu unsur tempat dan waktu. Ketiga unsur tersebut dalam satu
kepaduan jelas akan menyaran pada makna yang lebih khas dan
meyakinkan daripada sendiri-sendiri. Ketepatan latar sebagai salah
satu unsur fiksi pun tak dilihat secara terpisah dan koherensinya
dengan keseluruhannya.
4. Sudut Pandang
Menurut Tylor (1981: 72) sudut pandang adalah cara penulis
memperlihatkan waktu ceritanya. Sumardjo dan Saini (986: 83)
berpendapat bahwa sudut pandang merupakan pendapat penulis untuk
memperlihatkan cerita atau jalan penulis mendeskripsikan ceritanya.
31
32
33
manusiawi, tidak religius. Kehendak yang dipaksakan itu yang jelas dipaksa,
menghilangkan kebebasan pribadi, menurunkan harkat kemanusiaan. Hal
semacam itu sudah tampak dalam roman-roman Indonesia pada awal
pertumbuhannya dalam pemilihan judul. Gejala itu, walau oleh pengarang
mungkin lebih ditekankan sebagai pesan kritik sosial terkadang perjuangan
menegakkan kebebasan manusiawi, pesan moral religius.
Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karangan Hamka,
tampaknya merupakan karya fiksi Indonesia modern mula yang mulai
memasukkan unsur keagamaan (Islam) dalam sastra. Namun, agama disana
adalah agama sebagai keyakinan penuh para tokoh cerita, bukan keyakinan
(syariat) agama yang dipermasalahkan. Dengan kata lain, unsur agama itu
sendiri tidak begitu berpengaruh pada konflik cerita. Konflik ceritanya
sendiri masih berkisah pada adanya ketidak bebasan memilih jodoh, ada
pihak yang memaksakan kehendak kepada pihak lain yang menyebabkan
pihak itu menderita. Para penganut agama Islam pun ternyata masih
terkecoh atau lebih melihat sesuatu yang bersifat lahiriah.
2.6 Biografi Pengarang
HAMKA adalah singkatan dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Beliau
lahir di Molek, Meninjau, Sumatra Barat, Indonesia pada tanggal 17
Februari 1908. Ayah beliau bernama Syeh Abdul Karim bin Amrullah (Haji
Rasul).
Ketika Hamka berumur 10 tahun ayahnya membangun Thawalib
Sumatra di Padang Panjang. Disana Hamka belajar tentang ilmu agama dan
34
bahasa Arab. Di samping belajar ilmu agama pada ayahnya, Hamka juga
belajar pada beberapa ahli Islam yang terkenal seperti; Syeh Ibrahim Musa,
Syeh Ahmad Rasyid, Sutan Mansyur dan Ki Bagus Hadikusumo.
Pada tahun 1927 Hamka menjadi guru agama di Perkebunan Tinggi
Medan dan Padang Panjang tahun 1929. tahun 1957-1958 Hamka sebagai
dosen di Universitas Islam Jakarta dan Universitas Muhamadiyah Padang
Panjang.
Hamka tertarik pada beberapa ilmu pengetahuan seperti: sastra,
sejarah, sosiologi, dan politik. Pada tahun 1928 Hamka menjadi ketua
Muhammadiyah di Padang Panjang. Tahun 1929 beliau membangun Pusat
Latihan Pendakwah Muhammadiyah dua tahun kemudian menjadi ketua
Muhammadiyah di Sumatra Barat dan Pada 26 juli 1957 beliau menjadi
ketua Majelis Ulama Indonesia.
Hamka sudah menulis beberapa buku seperti: Tafsir Al-Azhar (5 jilid)
dan novel seperti; Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Dibawah Lindungan
Kabah, Merantau Ke Deli, Di dalam Lembah Kehidupan dan sebagainya.
Hamka memperoleh Doctor Honoris Causa dari Universitas Al-Azhar
(1958), Doctor Causa dari Universitas Kebangsaan Malaysia (1974) dan
pada 24 juli 1981 Hamka meninggal dunia.
BAB III
METODE PENELITIAN
35
Pada bagian ini penulis menguraikan tentang data dan sumber data,
metode pengumpulan data dan metode analisis data.
3.1 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang akan dikumpulkan adalah struktur dan
nilai religius dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya
Hamka.
Sumber data dalam penelitian ini adalah :
Judul
Penerbit
: PT Bulan Bintang
Tahun
: 1986
Pengarang
: Hamka
Jumlah halaman
: 224
Sampul
1. Metode Dokumentasi
36
telaah
isi
tersebut
Berelson
pada
Moleong
(2000:163)
komunikasi.
Definisi
berikutnya
dikemukakan
oleh
37
mengelompokkan,
memberikan
kode,
dan
38
Identifikasi
Dalam kamus sastra yang dimaksud dengan identifikasi adalah proses
penghayatan terhadap diri tokoh rekaan dalam teks sastra dengan
pemahaman dan pengenalan atas pikiran dan perasaan tokoh.
Proses
identifikasi
dalam
penelitian
ini
merupakan
proses
Klasifikasi
Klasifikasi artinya mengelompokan sesuatu berdasarkan jenis, bentuk,
dan sifat yang dimiliki oleh suatu benda. Tujuan klasifikasi adalah untuk
memudahkan penandaaan terhadap suatu benda.
Proses klasifikasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menyusun
secara berkelompok sesuai jenis data itu sendiri dan sesuai dengan kaidah
atau standar yang berlaku.
39
3.
Interpretasi
Menurut kamus istilah sastra yang dimaksud dengan interpretasi
adalah pemahaman dan penjelasan teks secara sistematis dengan
mengusahakan keterangan lengkap dan memadai tentang teks. Hal ini
berarti menginterpretasi karya sastra harus bertolak dari rekonsruksi teks
dan deskripsi pandangan kesusastraan pada zaman teks itu dibuat.
Oleh karena itu setelah peneliti melakukan proses identifikasi dan
klasifikasi maka proses terakhir yang akan dilakukan oleh peneliti adalah
proses interpretasi. Yang dimaksud dedngan proses interpretasi adalah
memberikan kesan atau pendapat akhir sang penulis terhadap apa hasil
penelitiannya atau dengan kata lain memberikan kesimpulan.
Metode analisis data pada penelitian ini adalah metode analisis
deskriptif karena menggunakan data kualitatif. Sedangkan hal-hal yang
dianalisis dalam penelitian ini adalah mengenai alur cerita, tema,
penokohan, dan setting atau alur yang merupakan unsur intrinsik,
kemudian menentukan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
40
BAB IV
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
41
42
Yang suka berjudi, main permpuan, dan suka mengganggu anak bini
orang.
Sesungguhnya Hayati pun merasakan getiran yang amat dalam. Ia
harus menikah dengan lelaki yang tidak dicintainya namun, keputusan
ninik-mamak ibarat tangan besi yang berkuasa menentukan nasibnya.
Pada akhirnya. Hayati hanya pasrah menerima derita yang menimpanya.
Setelah Muluk mengabarkan perkawinan antara Hayati dan Aziz
Zainuddin jatuh sakit. Makin lama makin parah bahkan pemuda itu sudah
tak punya semangat untuk hidup lagi. Beruntung, ia masih mempunyai
seorang sahabat sejati, yakni Muluk, yang mau menerima Zainuddin
dengan setia. Kemudian, untuk melupakan masa lalunya yang pahit,
Zainuddin bersama Muluk pergi ke Jakarta. Dikota inilah bakat
menulisnya mulai tersalaurkan. Lambat laun karyanya mulai dikenal
dikalangan masyarakat, karena bahasanya halus dan megandung kasih
sayang yang langsung dialaminya. Dengan bekal itu, Zainuddin dengfan
ditemani Muluk, hijrah ke Surabaya, karena ia merasa Surabaya lebih
besar peluang dan lebih dekat dengan Makasar. Dikota Buaya itu,
Zainuddin dikenal sebagai pengarang, dan namanya diganti menjadi Tuan
Shabir, selain itu ia dikenal sebagai hartawan yang dermawan.
Perjalanan waktu telah membawa suami-istri Aziz dan Hayati ke
Surabaya, suatu hal yang kebetulan karena pekerjaan Aziz pindah ke
Surabaya. Namun, hubungan suami isteri itu sangat memperihatinkan.
sejak berapa lama, hubungan kedua suami isteri itu, hajya perhubungan
akad nikah, bukan perhubungan akad hati lagi. Hati yang perempuan
terbang membumbung kelangit hijau, mencari kepuasan didalam hayal,
dan hati yang laki-laki hinggap diwajah dan pangkuan perempuanperempuan cantik, yang Surabaya memang pasarnya.
Akibat kebiasaan buruk yang tak bisa ditinggalkan Aziz, ia dipecat
dari pekerjaannya, diburu karena hutang-hutangnya, dan kemudian dri
rumah kontrakaknya. Mereka terpaksa menumpang dirumah Zainuddin
yang sebelumnya pernah dikunjungi suami istri itu. Aziz yang kini atas
segala kebaikan hati Zainuddin. Ia meninggalkan isterinya dan pergi ke
Banyuangi.
Selang beberapa hari datang dua pucuk surat Hayati dari Aziz; yang
pertama surat cerai untuk Hayati, dan surat yang kedua ditujukan untuk
Zainiddin yang berisi permintaan maaf dan permintaan agar Zainuddin
mau menerima Hayati kembali; Saya kembalikan Hayati ketangan
saudara, karena memang saudaralah yang lebih berhak atas dirinya.
Rupanya itu pesan Aziz yang terakhir, sebab kemudian Aziz memutuskan
hidupnya dengan membunuh dirinya sendiri.
Bagi Zainuddin, surat Aziz dan berita kematian ibarat membawa
Hayati kedalam genggamannya. Lebih jelas lagi dengan pernyataan
Hayati sendiri yang meminta maaf dan bersedia mengabdi kepada
Zainuddin. Namun lelaki yang sudah sekian lama menanggung rindu dan
derita cinta itu, justru menyuruh pujaan hatinya kembali ke kampong
halamanya. Zainuddin menolak Hayati ! suatu keputusan yang lebih
43
44
4.2 Analisis Struktur Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya
Hamka
Analisis struktural karya sastra, yang dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan
dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendiskripsikan fungsi dan hubungan
antar unsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Mula-mula diidentifikasi
deskripsikan, misalnya, bagaimana keadaan peristiwa-peristiwa, plot, tokoh
dan penokohan, latar dan sudut pandang, dan lain-lain. Pada dasarnya analisis
struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan
antar berbagai unsure karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah
kemenyeluruhan.
Secara struktural data yang telah dikumpulkan oleh penulis adalah sebagai
berikut :
1. Tema
Tema merupakan ide cerita dan perwujudan dari pikiran manusia,
dan menjadi bagian penting dalam dasar pembuatan fiksi.
Dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka
ini tentang kasih tak sampai. Sangat kental dengan budaya Minang yang
sangat patuh akan peraturan adat. Mengisahkan tentang sepasang pemuda
yang bernama Zainuddin merupakan pemuda tampan yang dulu ayahnya
seorang bangsawan tetapi telah dibuang oleh keluarganya. Hayati sendiri
anak seorang bangsawan yang patuh akan aturan-aturan. Keduanya harus
menghadapi rintangan dan batas yang tak bisa dilewati, yang pada
akhirnya harus merasakan kekecewaan. Kisah cinta antara keduanya tidak
bisa bersatu karena perbedaan dari segi ekonomi dan latar belakang sosial,
45
karena Hayati terlahir dari keluarga yang berada dan memiliki kasta yang
tinggi sedangkan Zainuddin walaupun ayahnya adalah seorang yang
terkenal dulunya tapi sudah tidak bisa diandalkan karna sudah tiada,
sehingga Zainuddin hidup sebatang kara dan tidak dihargai oleh keluarga
Hayati. Hal ini bisa terlihat dari penggalan cerita berikut ini:
.mengalir keringat dingin dikeningnya sehabis surat itu dibacanya.
Menyesal dia, padahal dari dahulu sudah disangkanya juga bahwa
permintaannya tidak akan terkabul, sebab negeri Minangkabau beradat,
(1986:117)
Adapula penggalan cerita yang lain :
.apa yang dikerjakannya,padahal cinta adalah sebagai kemudi dari
bahtera kehidupan. Sekarang kemudi itu dicabut, kemana dia hendak
berlabuh, teroleng terhempas kian kemari, daratan tak nampak, pulau
kelihatan. Demikianlah nasib anak muda yang maksudnya tiada sampai.
(1986:123)
2. Alur/plot
Alur merupakan bagian dari kejadian yang berlanjut. Dalam roman
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka menggunakan alur
maju mundur, karena menceritakan hal-hal yang sudah lampau atau masa
lalu dan kembali lagi membahas hal yang nyata atau kembali kecerita baru
dan berlanjut. Ata lima tingkatan alur yakni :
1.
Penyituasian
Tahap penyituasian, tahap yang terutama berisi pelukisan dan
pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupakan
tahap pembukaan cerita, memberikan informasi awal dan lain-lain yang
46
Konflik
Tahap pemunculan konflik, masalah-masalah dan peristiwaperistiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Jadi
tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu
sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi konflik, dan
konflik itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi
konflik-konflik pada tahap berikutnya.
Kejadian dan konflik yang dialami tokoh Hayati dan Zainuddin
dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka bisa
dilihat dari penggalan cerita berikut ini:
47
benturan-benturan
antar
kepentingan,
48
lamaran Zainudin ditolak karena orang tua Hayati tidak ingin anaknya
bersuamikan orang miskin. Hal ini bisa terlihat dari penggalan cerita
berikut ini:
Kalam dia tertolak lantaran dia tidak ber uang maka ada tersedia uang
Rp.3000,- yang dapat dipergunakan untuk menghadapi gelombang
kehidupan sebagai seorang mahluk yang tawakkal. (1986:118)
4.
Klimaks
Konflik dan atau pertentangan-pertentangan yang terjadi, yang
dilakukan dan atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik
intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh (tokoh
utama) yang berperan sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik
utama. Sebuah fiksi yang panjang mungkin saja memiliki lebih dari satu
klimaks.Dalam Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya
Hamka, tahap klimaks terjadi ketika Aziz meminta supaya Zainuddin
menikahi Hayati. Sekalipun dalam hati Zainuddin masih mencintai
Hayati, Zainuddin menolak permintaan Aziz. Bahkan Zainuddin
memulamgkan Hayati ke kampung halamannya dengan menggunakan
Kapal Van Der Wijck. Hal ini bisa dilihat pada pernyataan berikut:
Bila terjadi akan itu, terus dia berkata: Tidak Hayati ! kau mesti
pulang kembali ke Padang! Biarkan saya dalam keadaan begini.
Pulanglah ke Minangkabau! Janganlah hendak ditumpang hidup saya ,
orang tak tentu asal .Negeri Minangkabau beradat !.....Besok hari
senin, ada Kapal berangkat dari Surabaya ke Tanjung Periuk, akan
terus ke Padang! Kau boleh menumpang dengan kapal itu, ke
kampungmu. (1986:198)
49
5.
Penyelesaian
Tahap penyelesian, konflik yang telah mencapai klimaks diberi
penyelasaian. Konflik-konflik yang lain, sub-sub konflik atau konflikkonflik tambahan jika ada, juga diberi jalan keluar, cerita diakhiri.
Tahap penyelasaian dalam Roman Tenggelamya Kapal Van Der
Wijck karya Hamka ketika Zainuddin mendapat kabar bahwa Kapal
yang ditumpangi Hayati tenggelam, sedangkan Hayati dirawat di Rumah
Sakit Tuban. Dengan diterimanya Muluk sahabatnya Zainuddin
menengok wanita yang sangat dicintainya itu. Rupanya pertemuan
mereka
itu
adalah
pertemuan
yang
terakhir
karena
Hayati
50
tertentu, baik yang menyangkut unsur tempat, waktu maupun sosial. Unsur
latar yang ditekankan perannya dalam sebuah fiksi, langsung ataupun tak
langsung, akan berpengaruh terhadap elemen fiksi yang lain, khususnya
alut dan tokoh. Jika elemen tempat mendapat penekanan dalam sebuah
fiksi, ia akan dilengkapi dengan sifat khas keadaan geografis setempat
yang mencirikannya, yang sedikit banyak berbeda dengan tempat-tempat
yang lain. Penekanan latar tempat banyak dijumpai pada karya yang
berlatar daerah. Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya
Hamka adalah salah satu fiksi yang berlatar daerah yakni di daerah
Minangkabau dan Makasar sangat jelas penggambaran keadaan daerah
tersebut.
Setting pada roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya
Hamka terbagi dalam beberapa latar diantaranya:
a) Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah fiksi. Pada roman Tenggelamnya Kapal Van
Der Wijck karya Hamka menggunakan beberapa lokasi seperti daerah
Padang Panjang, Makasar, dan Surabaya.
Penggalan cerita yang menunjukkan latar tempat di Makasar adalah
sebagai berikut :
Sebelah timur adalah tanah Karibosi yang luas dan dipandang suci
oleh penduduk Makasar. Menurut takhayul orang tua-tua, bilamana
hari akan kiamat, Kara Eng Data akan pulang kembali ditanah lapang
Karibosi akan tumbuh 7 batang beringin..(1986:9)
.gadis-gadis seisi rumah itu, yang selama ini turun sekali
sejumat diiringkan dayang-dayang banyak, sekarang telah mengepit
kitab, melilitkan selendang pula, pergi menuntut ilmu. Ada yang ke
51
52
4. Sudut Pandang
Sudut
pandang
merupakan
gambaran
bagaimana
penulis
53
Sedangkan
yang
menjadi
karakter
pelengkap
dalam
roman
54
seorang
pengarang
mengucapkan
sesuatu
yang
akan
55
7. Amanat
Secara umum menyaran pada pengertian (ajaran tentang) baik
buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan
sebainya ; akhlak, budi pekerti, susila. Istilah bermoral, misalnya: tokoh
bermoral tinggi, berarti mempunyai pertimbangan baik dan buruk. Namun,
tidak jarang pengertian baik buruk itu dalam hal-hal tertentu bersifat
relative.
Dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka
mengandung nilai moral yang tinggi ini terlihat dari para tokoh yang ada
seperti Zainuddin. Hal tersebut bisa kita lihat dari panggilan cerita berikut
ini :
Demikian penghabisan kehidupan orang besar itu. Seorang di
antara Pembina yang menegakkan batu pertama dari kemuliaan
bangsanya; yang hidup didesak dan dilamun oleh cinta. Dan sampai
matipun dalam penuh cinta. Tetapi sugguhpun dia meninggal namun
riwayat tanah air tidaklah akan dapat melupakan namanya dan tidaklah
akan sanggup menghilangkan jasanya. Karena demikian nasib tiap-tiap
orang yang bercita-cita tinggi kesenangannya buat orang lain. Buat
dirinya sendiri tidak. (1986:223)
4.3 Aspek Religiusitas Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya
Hamka
Unsur religiusitas dan keagamaan dalam sastra adalah suatu keberadaan
sastra itu sendiri. Bahkan, sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat religius
(mangunwijaya,1982:11) istilah religius membawa konotasi pada makna
agama. Religius dan agama memang erat berkaitan, berdampingan bahkan
dapat melebur dalam satu kesatuan, namun sebenarnya keduanya menyaran
56
57
58
mental dan laku perbuatan yang luhur. Mempunyai hubungan dengan Zat
yang Maha Kuasa, Allah s.w.t. Akhlak Islam adalah produk dari keyakinan
atas kekuasaan dan keesaaan Tuhan, yaitu produk dari jiwa tauhid.
Dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya
Hamka, penulis menemukan berbagai akhlak yang sangat mulia terutama
dari sang pemeran utama yakni tokoh Zainuddin. Kebaikan moral
Zainuddin bisa kita lihat pada penggalan cerita berikut ini :
Zainuddin seorang yang terdidik lemah lembut, didikan ahli seni,
ahli syair, yang lebih suka mengalah untuk kepentingan orang lain.
(1986 :27)
4. Muamalah
Muamalah merupakan ilmu jual beli atau transaksi yang biasanya
terjadi dalam dunia bisnis dan perdagangan.
Berdasarkan hasil analisis penulis tentang nilai religiusitas yang terdapat
dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka, penulis
memperoleh data bahwa besarnya pengaruh religiusitas yang mempengaruhi
roman tersebut dan dapat kita lihat dari alur cerita yang sangat
mengedepankan adat istiadat dan dari situlah telihat dengan jelas bahwa nilai
keagamaan /religius juga punya peranan penting.
BAB V
PENUTUP
59
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data tentang roman Tenggelamnya Kapal Van
Der Wijck karya Hamka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Struktur roman terdiri dari tema, alur/plot, setting/latar, sudut pandang,
karakter, gaya bahasa, dan amanat, dimana hubungan antar unsur dalam
roman ini menunjukkan hubungan yang begitu padu sehinggga
menghasilkan jalinan cerita yang sangat menarik.
2. Unsur religiusitas roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya
Hamka mengandung aspek aqidah, syariah, akhlak, dan muamalah yang
tergambar dalam setiap perilaku tokoh yang dimainkan, di samping itu
pengarang sendiri sebagai seorang agamawan yang begitu kental
memasukkan unsur unsur agama ke dalam roman ini.
5.2 Saran
1. Penulis berharap hasil penelitian ini bisa bermanfaat bagi dunia
pendidikan.
2. Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi penggugah
minat pada para pembaca untuk lebih mencintai karya sastra khususnya
roman.
DAFTAR PUSTAKA
60
Kamus
Pusat
61