Anda di halaman 1dari 36

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN COOPERTIVE

INTEGRATED COMPICITION DI SEKOLAH MENENGAH ATAS


NEGERI KECAMATAN PLAJU KOTA PALEMBANG

NAMA : JUWARSIH
NPM : 051423087

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemberlakuan sistem desentralisasi akibat pemberlakuan UndangUndang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Pemerintahan Daerah,
memberi dampak terhadap pelaksanaan pada manajemen pendidikan yaitu
manajemen yang memberi ruang gerak yang lebih luas kepada pengelolaan
pendidikan untuk menemukan strategi berkompetisi dalam era kompetitif
mencapai output pendidikan yang berkualitas dan mandiri. Kebijakan
desentralisasi akan berpengaruh secara signifikan dengan pembangunan
pendidikan. Setidaknya terdapat dampak positif untuk mendukung kebijakan
desentralisasi pendidikan, diantaranya adalah peningkatan mutu, yaitu dengan
kewenangan yang dimiliki sekolah maka sekolah lebih leluasa mengelola dan
memberdayakan potensi sumber daya yang dimiliki
Salah satu yang harus ditingkatkan adalah kemampuan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), karena IPTEK penting dalam kehidupan
manusia dan diperlukan sebagai alat dalam pengembangan teknologi dan
industri. Salah satu mata pelajaran yang membutuhkan pengembangan ilmu
pengetahuan adalah mata pelajaran Kimia. Mata pelajaran Kimia mempunyai
peranan yang cukup besar dalam memberikan berbagai kemampuan berpikir
dan kemampuan memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan
zat-zat kimia yang sering dimanfaatkan manusia dalam kehidupan sehari-hari.
1

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen


menegaskan bahwa guru wajib memiliki kompetensi untuk mengembangkan
dan menerapkan ilmu pengetahuan yang dimiliki kepada peserta didiknya
dengan menggunakan berbagai metode dan strategi pembelajaran agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Hal ini disebabkan kemampuan belajar setiap
siswa berbeda-beda baik dari pengetahuan kognitif, keterampilan motoris,
kecakapan intelektual, informasi verbal dan sikap. Hal ini mempunyai dampak
terhadap hasil belajar siswa. Dalam kegiatan pembelajaran guru bertanggung
jawab atas hasil belajar yang dicapai oleh siswa baik secara individual maupun
klasikal. Dari kondisi yang demikianlah, kompetensi guru sangat diharapkan
dalam mengembangkan berbagai metode dan strategi pembelajaran agar hasil
belajar siswa dapat melampaui Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
sudah ditetapkan. Salah satu mata pelajaran yang sering dihindari siswa adalah
mata pelajaran Kimia.
Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan pada mata pelajaran
Kimia. Hal ini disebabkan jumlah mata pelajaran yang ada di jenjang
pendidikan Sekolah Menengah Atas adalah 12 (dua belas) mata pelajaran, oleh
karena itu penulis menetapkan satu mata pelajaran saja untuk dilakukan
penelitian dalam penerapan model pembelajaran Cooperative Integrated
Reading and Composation (CIRC).
Dari hasil observasi awal di lapangan diperoleh informasi bahwa SMA
Negeri yang ada di Kecamatan Plaju adalah SMA Negeri 4 Palembang, yang
beralamat di Jalan Ki. Anwar Mangku Plaju. Dari hasil observasi tersebut

terungkap bahwa siswa beranggapan belajar Kimia itu sulit. Siswa cenderung
belajar pasif sehingga ketercapaian rata-rata hasil belajar siswa tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Kenyataan ini mungkin disebabkan sifat abstrak
kimia. Mungkin pula karena selama ini siswa hanya cenderung diajar untuk
menghafal teori dan konsep saja, tanpa disertai pemahaman yang baik.
Kondisi yang memprihatinkan tersebut harus terus diupayakan untuk
diperbaiki dan kondisi itu tidak hanya disebabkan oleh kesulitan yang
bersumber dari diri siswa sendiri, melainkan ada pula yang bersumber dari
luar diri siswa, misalnya cara sajian pelajaran atau suasana pembelajaran yang
dilaksanakan. Dari hasil obsrvasi awal tersebut diperoleh juga informasi
bahwa guru kurang termotivasi untuk mengubah pola mengajarnya disebabkan
masih minimnya pengetahuan guru tentang penerapan model-model
pembelajaran. Guru perlu pendidikan dan pelatihan dalam menerapkan
berbagai model pembelajaran dalam proses belajar mengajar di kelas. Oleh
karena itu, perlu dilakukan suatu pembaharuan atau perbaikan pembelajaran
karena kegiatan pembelajaran merupakan faktor penting yang perlu mendapat
perhatian. Guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama
dalam meningkatkan hasil belajar siswa, misalnya dengan

memilih

pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang
akan diajarkan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
melaksanakan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and
Composation (CIRC). Dalam model pembelajaran CIRC, siswa ditempatkan
dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 4 atau 5

siswa. Dalam kelompok ini tidak dibedakan atas jenis kelamin, suku/bangsa,
atau tingkat kecerdasan siswa. Jadi, dalam kelompok ini sebaiknya ada siswa
yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing siswa merasa cocok satu
sama lain. Dengan pembelajaran kooperatif, diharapkan para siswa dapat
meningkatkan cara berfikir kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang
tinggi..
Berdasarkan hasil observasi awal di lapangan diperoleh informasi
bahwa dasar implementasi model pembelajaran Cooperative Integrated
Reading and Composation (CIRC) ini adalah bertitik tolak pada kesulitan
siswa dalam mengkonstruksi konsep-konsep Kimia, sehingga dalam proses
pembelajaran siswa diajarkan untuk menemukan sendiri konsep-konsep Kimia
melalui membaca dari beberapa referensi yang ada baik di Perpustakaan
maupun Internet, kemudian siswa menuliskan konsep-konsep dasar kimia
yang sudah mereka baca untuk kemudian didiskusikan bersama. Implementasi
Model Pembelajaran CIRC tersebut sudah dilakukan oleh guru-guru Kimia di
SMA Negeri 4 Palembang, namun kualitas hasil belajar siswa belum mencapai
100%. Hal ini tergambar pada tabel di bawah ini.
Tabel 1
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Kimia
Sebelum dan Sesudah Menerapkan Model Pembelajaran CIRC
Tahun Pembelajaran 2013/2014

No

Kelas

1
2
3

X
XI
XII

Sebelum Menggunakan
Metode CIRC
Jumlah Siswa % Rata-rata
(Sampel)
Keberhasilan
38
75,25 %
38
70.87 %
38
79,63 %

Sesudah Menggunakan
Metode CIRC
Jumlah Siswa
% Rata-rata
(Sampel)
Keberhasilan
38
82,53 %
38
75,37 %
38
87,49 %

Sumber : Data Diambil Secara Random Dari Hasil Ulangan Semester Ganjil Tahun 2013/2014

Dari data di atas mengindikasikan bahwa belum 100 % siswa


mengalami peningkatan hasil belajarnya kendatipun sudah menerapkan
model pembelajaran CIRC dalam proses belajar mengajar. Masih terdapat
siswa yang belum berhasil. Di sisi lain guru mata pelajaran Kimia masih
setengah hati dalam mengajar, masih sebatas menjalankan tugas dan
fungsinya, belum menyentuh permasalahan esensial yang ada di dalam diri
siswa. Selain itu belum ada perhatian yang lebih jauh yang mengarah kepada
esensi penggunaan model pembelajaran CIRC itu sendiri. Keterkaitan konsep
yang diajarkan dengan metode yang diterapkan oleh guru, bisa saja menjadi
pemicu ketidakpahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru saat
proses pembelajaran berlangsung, sebagai contoh pada materi Struktur Atom
atau Bentuk-bentuk Molekul sangat berkaitan erat dengan yang sering
diamati

siswa

dalam

kehidupan

sehari-hari,

dan

lain-lain.

Materi

pembelajaran ini jika dicermati memiliki nilai keabstrakan yang tinggi,


sehingga membutuhkan keterampilan dan kreatifitas guru dalam menjelaskan
materi ini, salah satu diantaranya dengan mengembangkan model
pembelajaran CIRC, sehingga memudahkan pemilihan masalah kontekstual
untuk digunakan sebagai langkah awal dalam implementasi model
pembelajaran CIRC yang memungkinkan siswa dapat membangun sendiri
tentang pengertian/konsep/prinsip/prosedur terkait materi pelajaran tersebut.
Dari uraian di atas penulis tertarik untuk menganalisis lebih lanjut
tentang implementasi model pembelajaran Cooperative Integrated Reading
and Composation (CIRC) di Sekolah Menengah Atas Negeri Kecamatan

Plaju Kota Palembang, khususnya di SMA Negeri 4 Palembang sebagai objek


penelitian.

B. Identifikasi Masalah
Dari uraian pada latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalahnya
sebagai berikut :
1. Masih belum optimalnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Kimia di
SMA Negeri 4 Palembang, kendatipun guru sudah mengimplementasikan
model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composation
(CIRC).
2. Guru kurang memahami penerapan model pembelajaran.
3. Guru belum kuat komitmennya dalam menjalankan tugas pokok dan
fungsinya sebagai pendidik.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka rumusan masalahnya
adalah : Bagaimanakah Implementasi Model Pembelajaran Cooperative
Integrated Reading and Composation (CIRC) di Sekolah Menengah Atas
Negeri Kecamatan Plaju Kota Palembang ?

D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi
model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composation
(CIRC) di Sekolah Menengah Atas Negeri Kecamatan Plaju Kota Palembang.

E. Manfaat Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan
manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu:
1. Secara Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat dijadikan :
a. Pengembangan

ilmu

administrasi

publik,

khususnya

dalam

manajemen sumber daya manusia.


b. Bahan

pembuktian

bahwa

implementasi

model

pembelajaran

Cooperative Integrated Reading and Composation (CIRC) merupakan


salah satu hal penting dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Secara Praktis
a. Hasil pembelajaran sebagai umpan balik untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiensi pembelajaran
b. Mendorong untuk meningkatkan profesionalisme dan kreativitas guru
guna meningkatkan kinerja guru, serta menumbuhkan wawasan
berfikir ilmiah di kalangan guru.
c. Meningkatkan kualitas atau mutu sekolah melalui peningkatan
prestasi siswa dan kinerja guru

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Implementasi atau Pelaksanaan
Pengertian Implementasi atau pelaksanaan menurut Westa (1985 :
17) merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu badan atau wadah
secara berencana, teratur dan terarah guna mencapai tujuan yang
diharapkan. Pelaksanaan atau Implementasi merupakan aktifitas atau
usaha-usaha yang dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan
kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi
segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan,
dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang harus
dilaksanakan.
Pengertian Pelaksanaan atau Implementasi merupakan aktifitas
atau usaha-usaha yang dilaksanakan yang dikemukakan oleh Abdullah
(1987 : 5) bahwa Pelaksanaan atau Implementasi adalah suatu proses
rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah program atau kebijaksanaan
ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan, langkah yang strategis
maupun operasional atau kebijaksanaan menjadi kenyataan guna mencapai
sasaran dari program yang ditetepkan semula.
Dari pengertian yang dikemukakan di atas dapatlah ditarik suatu
kesimpulan bahwa pada dasarnya pelaksanaan suatu program yang telah
8

10

ditetapkan oleh pemerintah harus sejalan dengan kondisi yang ada, baik itu
di lapangan maupun di luar lapangan. Yang mana dalam kegiatannya
melibatkan beberapa unsur disertai dengan usaha-usaha dan didukung oleh
alat-alat penunjang.
Selain itu perlu adanya batasan waktu dan penentuan tata cara
pelaksanaan. Berhasil tidaknya proses pelaksanaan atau implementasi,
Menurut Edward, yang dikutip oleh Abdullah (1987 : 40), dipengaruhi
oleh faktor-faktor yang merupakan syarat terpenting berhasilnya suatu
proses implementasi. Faktor-faktor tersebut adalah :
a. Komunikasi, merupakan suatu program yang dapat dilaksanakan
dengan baik apabila jelas bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut
proses penyampaian informasi, kejelasan informasi dan konsistensi
informasi yang disampaikan.
b. Resouces (sumber daya), dalam hal ini maliputi empat komponen yaitu
terpenuhinya lumlah staf dan kualitas mutu, informasi yang diperlukan
guna pengambilan keputusan atau kewenangan yang cukup guna
melaksanakan tugas sebagai tanggung jawab dan fasilitas yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan.
c. Disposisi, Sikap dan komitmen daripada pelaksanaan terhadap
program

khususnya dari mereka yang menjadi implemetasi

program khususnya dari mereka yang menjadi implementer program


d. Struktur birokrasi. Yaitu SOP (Standar Operating Procedures).yang
mengatur tata aliran dalam pelaksanaan program. Jika hal ini tidak

11

sulit dalam mencapai hasil yang memuaskan, karena penyelesaian


masalah-masalah akan memerlukan penanganan dan penyelesaian
khusus tanpa pola yang baku.
Keempat faktor di atas, dipandang mempengaruhi keberhasilan
suatu proses implementasi, namun juga adanya keterkaitan dan saling
mempengaruhi antara factor yang satu dengan faktor yang lain. Selain itu
dalam proses implementasi sekurang-kurangnya terdapat tiga unsur yang
penting dan mutlak menurut Abdullah (1987 : 398) yaitu :
a.

Adanya program (kebijaksanaan) yang dilaksanakan.

b.

Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan manfaat dari


program perubahan dan peningkatan,

c.

Unsur

pelaksana

baik

organisasi

maupun

perorangan

yang

bertanggungjawab dalam pengelolaan pelaksana dan pengawasan dari


proses implementasi tersebut.
Dari pendapat di atas dapatlah dikatakan bahwa pelaksana suatu
program senantiasa melibatkan ketiga unsur tersebut.

2. Kebijakan Pemerintah Pada Sektor Pendidikan


Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
menegaskan

bahwa

guru

wajib

memiliki

kualifikasi

akademik,

kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memenuhi


kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tempat bertugas
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.

12

Untuk mewujudkan fungsi peran dan kedudukan tersebut guru


perlu memilki kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik
yang sesuai dengan standar pendidik. Seorang guru mata pelajaran
Sosiologi yang profesional wajib memiliki kemampuan diri dalam bidang
keilmuannya guna membantu siswa dalam kegiatan pembelajaran di
sekolah. Jika guru mata pelajaran Sosiologi memiliki kompetensi sesuai
dengan yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tersebut, maka dapat dipastikan bahwa peranan guru tersebut akan sangat
berarti dan sangat diharapkan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah,
yang pada akhirnya akan menghasilkan proses dan hasil pendidikan yang
bermutu dalam rangka mewujudkan insan Indonesia yang cerdas dan
kompetitif yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Dalam

melaksanakan

tugas

keprofesionalan,

guru

harus

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban


bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, sehingga
berimplikasi pada berkembangnya potensi peserta didik menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis dan bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan fungsi dan tujuan tersebut pemerintah pusat
dan pemerintah daerah berhak mengarahkan, membimbing, membantu,

13

dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan


perundang-undangan yang berlaku sesuai dengan prinsip-prinsip dalam
penyelenggaraan pendidikan nasional. Pembangunan pendidikan nasional
ke depan didasarkan pada paradigma membangun manusia Indonesia
seutuhnya yang berfungsi sebagai subjek yang memiliki kapasitas untuk
mengaktualisasikan potensi dan dimensi kemanusiaan secara optimal.
Inu Kencana (2005:145), mengemukakan bahwa kebijakan (policy)
berbeda dengan kebijaksanaan (wisdom) karena kebijakan adalah apa yang
diputuskan oleh pemerintah pusat, sedangkan kebijaksanaan adalah
bagaimana penyelenggaraan oleh berbagai pejabat di daerah.
Anderson (dalam Islamy, 1997:17) mengemukakan bahwa
kebijakan adalah a purposive course of action followed by an actor or set
actors in dealing with a problem or matter of concern. Menurut Budiarjo
(1992:12) kebijaksanaan adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil
oleh seorang pelaku dan atau oleh kelompok politik dalam usaha memilih
tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan-tujuan ini.
Hoogerwerf (dalam Islamy, 1997:3-4) melukiskan kebijaksanaan
sebagai usaha mencapai tujuan tertentu dengan sarana tertentu dan dalam
urutan waktu tertentu. Sedangkan Isworo (1996:229-230) menyebutkan
bahwa kebijakan merupakan hasil dari suatu keputusan setelah melalui
pemilihan alternatif yang tersedia dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif.
Kebijakan

publik

ini

selain

berkaitan

dengan

peranan

institusi

administratif, juga dengan masyarakat sebagai pihak yang menjadi sasaran

14

kebijakan. Karena itu menurut Isworo (1996:229-230), kebijakan publik


akan menjawab pertanyaan tentang apa yang harus dilakukan oleh
administrator. Hal ini menyangkut bukan hanya substansi akan tetapi juga
proses pelaksanaan dinamis serta akibat terhadap masyarakat. Selanjutnya
menurut Isworo (1996:229-230), bahwa proses kebijakan publik terdiri
dari langkah-langkah sebagai berikut :
a. Identifikasi masalah yang akan mengarah pada permintaan untuk
mengatasi masalah tersebut
b. Formulasi kebijakan berupa langkah yang dilakukan setelah pemilihan
alternatif
c. Legitimasi dari kebijakan dan implementasinya
d. Evaluasi melalui berbagai sumber untuk melihat sejauh mana usaha
pencapaian tujuan
Menurut Islamy (1997:20-21) kebijakan negara adalah serangkaian
tindakan yang ditetapkan akan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh
pemerintah yang mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu
demi kepentingan seluruh masyarakat. Kebijakan publik menurut Islamy
(1996:230) berkaitan secara spesifik dengan tujuan yang telah ditetapkan
melalui proses politik yang dilakukan oleh seluruh atau sebagian
masyarakat dalam yuridiksi pemerintahan tertentu. Kebijaksanaan
pemerintah, menurut Hoogerwerf (1983:9) merupakan kebijaksanaan para
aktor dari golongan tertentu yaitu pejabat-pejabat pemerintah dan instansiinstansi pemerintah.
Santoso (2008:5) menyatakan bahwa kebijaksanaan publik terdiri
dari serangkaian keputusan yang dibuat oleh pemerintah untuk mencapai

15

tujuan tertentu, dan petunjuk-petunjuk yang diperlukan terutama dalam


bentuk

peraturan-peraturan

kebijakan

publik

selalu

atau

dekrit-dekrit

dihubungkan

pemerintah.

dengan

Karena

kegiatan-kegiatan

pemerintah, maka menurut Thoha (2002:64), kebijakan publik tidak bisa


dipisahkan dengan birokrasi.
3. Kajian Manajemen Dalam Pelaksanaan Model Pembelajaran
Handoko (1995:25) menjelaskan bahwa dalam Manajemen
terdapat fungsi-fungsi manajemen yang terkait erat dalam penerapan
model pembelajaran. Pada umumnya ada empat (4) fungsi manajemen
yang banyak dikenal masyarakat yaitu fungsi perencanaan (planning),
fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi pelaksanaan (actuating) dan
fungsi pengendalian (controlling).
Di bawah ini akan dijelaskan arti definisi atau pengertian masingmasing fungsi manajemen seperti yang dimaksudkan di atas dalam
kaitannya dengan pelaksanaan model pembelajaran.
a. Fungsi Perencanaan / Planning
Fungsi perencanaan adalah suatu kegiatan membuat tujuan
pembelajaran dan diikuti dengan membuat berbagai rencana untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan tersebut. Fungsi perencanaan
dalam pemanfaatan model pembelajaran sangat berperanan penting
dalam suatu fungsi manajemen. Jika suatu pekerjaan tanpa memiliki
perencanaan yang baik, maka akan berakibat fatal di kemudian hari.

16

Dalam perencanaan, dapat juga dibahas tentang karakteristik siswa,


tata guna, sistem pengelolaannya, dan lain sebagainya.
Analisis

fungsi

perencanaan

pemanfaatan

moswl

pembelajaran perlu dilakukan, antara lain: menentukan materi


pelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam model pembelajaran, dan
persyaratan lainnya yang harus dipenuhi dalam penerapan model
pembelajaran. Dari hasil perencanaan ini akan diperoleh model
pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Fungsi Pengorganisasian / Organizing


Fungsi pengorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan
pada sumber daya manusia dan sumber daya fisik lain yang dimiliki
organisasi untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta
menggapai tujuan organisasi. Fungsi pengorganisasian ini perlu
dilakukan untuk menentukan pegawai yang akan menerapkan model
pembelajaran tersebut, karena melalui seleksi sumber daya manusia
yang baik maka akan diperoleh pegawai yang baik pula dalam
menerapkan model pembelajaran, agar tidak terindikasi hal-hal yang
akan merusak tatanan pembelajaran di kelas.

c. Fungsi Pelaksanaan / Actuating


Fungsi pelaksanaan adalah suatu fungsi penerapan model
pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar siswa secara efektif dan

17

efisien, dan lain sebagainya. Melalui fungsi ini diharapkan adanya


suatu penerapan model pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas.

d. Fungsi Pengawasan / Controlling


Fungsi pengawasan adalah suatu aktivitas menilai kinerja
berdasarkan standar yang telah dibuat untuk kemudian dibuat
perubahan

atau

perbaikan

jika

diperlukan.

Setelah

memiliki

perencanaan yang baik, pengorganisasian yang mantap, serta


pelaksanaan yang baik, maka dibutuhkan suatu kontrol terhadap
kinerja SDM, agar semua yang telah dilakukan dapat tetap terpantau,
dan tercipta iklim belajar yang kondusif.

4. Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composation


(CIRC)
Cooperatif

Integrated

Reading

and

Composition

(CIRC)

Kooperatif CIRC merupakan model pembelajaran kooperatif terpadu


membaca dan menulis Steven dan Slavin (Wijaya Jati, 2004 : 35).
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe CIRC adalah
sebagai berikut.
a. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen
b. Guru memberikan wacana/ kliping sesuai dengan topik

18

c. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok


dan memberi tanggapan terhadap wacana / kliping dan ditulis pada
lembar kertas.
d. Mempresentasikan hasil kerja kelompok.
e. Guru membuat kesimpulan bersama.
f. Penutup
CIRC singkatan dari Cooperative Integrated Reading and
Compotition, termasuk salah satu model pembelajaran cooperative
learning yang pada mulanya merupakan pengajaran kooperatif terpadu
membaca dan menulis (Steven dan Slavin dalam Nur, 2000:8) yaitu
sebuah program komprehensif atau luas dan lengkap untuk pengajaran
membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Namun,
CIRC telah berkembang bukan hanya dipakai pada pelajaran bahasa tetapi
juga pelajaran IPA.
Dalam model pembelajaran CIRC, siswa ditempatkan dalam
kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 4 atau 5 siswa.
Dalam kelompok ini tidak dibedakan atas jenis kelamin, suku/bangsa, atau
tingkat kecerdasan siswa. Jadi, dalam kelompok ini sebaiknya ada siswa
yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing siswa merasa cocok
satu sama lain. Dengan pembelajaran kooperatif, diharapkan para siswa
dapat meningkatkan cara berfikir kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa
sosial yang tinggi.
a. Komponen-komponen dalam pembelajaran CIRC

19

Model pembelajaran CIRC menurut Slavin dalam Suyitno


(2005: 3-4) memiliki delapan komponen. Kedelapan komponen
tersebut antara lain: (1). Teams, yaitu pembentukan kelompok
heterogen yang terdiri atas 4 atau 5 siswa; (2). Placement test,
misalnya diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian sebelumnya atau
berdasarkan nilai rapor agar guru mengetahui kelebihan dan
kelemahan siswa pada bidang tertentu; (3). Student creative,
melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan
situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh
keberhasilan kelompoknya; (4). Team study, yaitu tahapan tindakan
belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberika
bantuan kepada kelompok yang membutuhkannya; (5). Team scorer
and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja
kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok
yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang
berhasil dalam menyelesaikan tugas; (6). Teaching group, yakni
memberikan materi secara singkat dari guru menjelang pemberian
tugas kelompok; (7). Facts test, yaitu pelaksanaan test atau ulangan
berdasarkan fakta yang diperoleh siswa; (8). Whole-class units, yaitu
pemberian rangkuman materi oleh guru di akhir waktu pembelajaran
dengan strategi pemecahan masalah.

b. Kegiatan pokok pembelajaran CIRC

20

Kegiatan pokok dalam CIRC untuk menyelesaikan soal


pemecahan masalah meliputi rangkaian kegiatan bersama yang
spesifik, yaitu: (1). Salah satu anggota atau beberapa kelompok
membaca soal, (2). Membuat prediksi atau menafsirkan isi soal
pemecahan masalah, termasuk menuliskan apa yang diketahui, apa
yang ditanyakan dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu
variabel, (3). Saling membuat ikhtisar/rencana penyelesaian soal
pemecahan masalah, (4). Menuliskan penyelesaian soal pemecahan
masalah secara urut, dan (5). Saling merevisi dan mengedit
pekerjaan/penyelesaian (Suyitno, 2005:4).
Penerapan model pembelajaran CIRC untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dapat ditempuh dengan:
1). Guru menerangkan suatu pokok bahasan kimia kepada siswa, pada
penelitian ini digunakan LKS yang berisi materi yang akan
diajarkan pada setiap pertemuan.
2). Guru memberikan latihan soal.
3). Guru siap melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan siswanya dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah melalui
penerapan model CIRC
4). Guru membentuk kelompok-kelompok belajar siswa yang heterogen
5). Guru mempersiapkan soal pemecahan masalah dalam bentuk kartu
masalah dan membagikannya kepada setiap kelompok

21

6). Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi serangkaian kegiatan bersama yang spesifik
7). Setiap kelompok bekerja berdasarkan kegiatan pokok CIRC. Guru
mengawasi kerja kelompok
8). Ketua kelompok melaporkan keberhasilan atau hambatan kelompoknya
9). Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota
telah memahami, dan dapat mengerjakan soal pemecahan masalah
yang diberikan
10). Guru meminta kepada perwakilan kelompok untuk menyajikan
temuannya
11). Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator
12). Guru memberikan tugas/PR secara individual
13). Guru membubarkan kelompok dan siswa kembali ke tempat
duduknya
14). Guru mengulang secara klasikal tentang strategi penyelesaian soal
pemecahan masalah
15). Guru memberikan kuis

d. Kekuatan model pembelajaran CIRC


Secara khusus, Slavin dalam Suyitno (2005:6) menyebutkan
kelebihan model pembelajaran CIRC sebagai berikut :

22

1) CIRC amat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam


menyelesaikan soal pemecahan masalah.
2) Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang.
3) Siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja dalam
kelompok.
4) Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek
pekerjaannya.
5) Membantu siswa yang lemah.
6) Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal
yang berbentuk pemecahan masalah.

5. Hasil Belajar
Untuk mengetahui berhasil tidaknya seorang belajar sudah tentu
memerlukan ukuran. Dengan mengukur hasil belajar maka seseorang akan
dapat diketahui tingkat penguasaan tentang materi pelajaran yang
dipelajari. Hasil dari pembelajaran itu disebut hasil belajar. Hasil belajar
dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu
hasil dan belajar. Pengertian hasil (product) menunjuk kepada suatu
perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang
mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah
perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw
materials) menjadi barang jadi (finished goods). Hal yang sama berlaku
untuk memberikan batasan bagi istilah hasil panen, hasil penjualan, hasil

23

pembangunan, termasuk hasil belajar. Dalam siklus input-proses-output,


hasil dapat dengan jelas dibedakan dengan input akibat perubahan oleh
proses. Begitu pula dalam kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami
belajar siswa berubah perilakunya dibanding sebelumnya.
Menurut Winkel (dalam Purwanto, 2007), belajar dilakukan untuk
mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar.
Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar.
Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia
berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengacu
kepada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom,
Simpson dan Harrow mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan
karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan
dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas tujuan
pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu dapat berupa perubahan dalam
aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan


Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah penelitian dari Puspitasari (2012), dengan judul : Efektivitas
Penerapan

Model

Pembelajaran

Kooperatif

Tipe

CIRC

dalam

24

Meningkatkan Kemampuan Memahami Bacaan Siswa Kelas X SMA Negeri


6 Bandung Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Semester II Tahun
Pelajaran 2011/2012, yang narasinya sebagai berikut :
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan
model CIRC dalam meningkatkan kemampuan memahami bacaan pada siswa
kelas X SMA pada mata pelajaran Bahasa Inggris, karena dalam pelajaran
bahasa Inggris terdapat empat kompetensi yang harus dikuasai siswa, yaitu
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam membaca, siswa
dituntut untuk memiliki kemampuan dalam memahami bacaan. Memahami
bacaan pada mata pelajaran bahasa Inggris bukanlah hal yang mudah,
mengingat bahasa Inggris bukanlah bahasa pertama di Sekolah Menengah.
Salah satu model pembelajaran yang membantu siswa untuk meningkatkan
kemampuan memahami bacaan adalah pembelajaran kooperatif tipe
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa efektif
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dalam meningkatkan
kemampuan memahami bacaan siswa kelas X SMA Negeri 6 Bandung pada
mata pelajaran Bahasa Inggris semester II tahun ajaran 2011/2012. Jenis
Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi-Experimental
Research (Penelitian Eksperimen Semu).
Dari hasil penelitian dan pengolahan data dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe CIRC terbukti efektif dalam meningkatkan
kemampuan siswa dalam memahami bacaan siswa kelas X SMA Negeri 6

25

Bandung pada mata pelajaran Bahasa Inggris semester II tahun ajaran


2011/2012. Hal itu dengan dibuktikan dari hasil penelitian yaitu dari hasil uji t
menunjukkan signifikansi 0,002<0,05 yang artinya penggunaaan model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC efektif dalam meningkatkan kemampuan
memahami bacaan siswa kelas X SMA Negeri 6 Bandung. Guru hendaknya
dapat menyajikan pembelajaran yang menarik bagi siswa, sehingga siswa
dapat lebih mudah memahami materi yang disampaikan guru. Guru dapat
menggunakan pembelajaran kooperatif, dimana pembelajaran kooperatif dapat
membangun pengetahuan siswa.

C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir penelitian merupakan suatu model konseptual yang
digambarkan berupa suatu diagram maupun ditulis dalam bentuk persamaan
matematis tentang bagaimana teori-teori dikaitkan dengan berbagai faktor
yang telah teridentifikasikan sebagai masalah peneliti. Jadi, kerangka berpikir
penelitian akan memberikan manfaat berupa persepsi yang sama antara
peneliti dan pembaca terhadap alur pikiran peneliti dalam rangka membentuk
resume penelitiannya. Berdasarkan kajian tentang implementasi model
pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composation (CIRC), di
bawah ini akan dicantumkan tentang kerangka berpikir yang berkaitan dengan
masalah yang akan diteliti.

PERENCANAAN

SILABUS
RPP
BAHAN AJAR

26

PENERAPAN
PEMBELAJARAN
PMR

PENGORGANISASIAN

PELAKSANAAN

PENGAWASAN
Sumber : Handoko (2005)

Gambar 1
Kerangka Berpikir Penelitian

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Perspektif Pendekatan Penelitian

SDM PELAKSANA
STRUKTUR ORGANISASI

MEMBENTUK KELOMPOK.
GURU MEMBERIKAN WACANA
SISWA MENDISKUSIKAN
SISWA MEMPRESENTASIKAN HASIL
DISKUSI
GURU MENYIMPULKAN BERSAMA SISWA

MONITORING
PELAPORAN

27

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan didukung


data kuantitatif. Dalam penelitian ini peneliti bermaksud untuk memperoleh
gambaran secara mendalam dan menyeluruh mengenai efektivitas penerapan
pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composation (CIRC) di
SMA Negeri Kecamatan Plaju Kota Palembang.
Metode kualitatif dikembangkan untuk mengkaji kehidupan manusia
dalam kasus kasus terbatas kasuistik sifatnya namun mendalam (in depth) dan
total atau menyeluruh (holistik), dalam arti tidak mengenal pemilihan
pemilihan gejala secara konseptional kedalam aspek aspek yang eksklusif yang
kita kenal dengan variabel (Sudjana, 1989:65)
Dikatakan memakai pendekatan kualitatif, karena sifat data atau jenis
informasi yang dikumpulkan bersifat kualitatif yang bertujuan menggambarkan
mengenai keadaan tertentu, yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat
terpisah-pisah untuk memperoleh kesimpulan.

B. Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup penelitian ini adalah pengkajian masalah implementasi
model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composation
(CIRC) di SMA Negeri Kecamatan Plaju Kota Palembang.

C. Variabel Penelitian
1.

Klasifikasi Variabel

26

28

Variabel dalam penelitian ini adalah yang menjadi objek


pengamatan penelitian atau merupakan faktor-faktor yang berperan dalam
peristiwa atau gejala yang diteliti, dalam hal ini adalah pelaksanaan
program belajar tambahan. Berdasarkan teori-teori yang membahas
masalah tersebut maka dalam penelitian ini penulis menetapkan satu
variable sebagai variable mandiri.

2. Definisi Konseptual
Definisi konsep dalam penelitian ini meliputi :
a. Implementasi adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu badan atau
wadah secara berencana, teratur dan terarah guna mencapai tujuan
yang diharapkan.
b. Model Pembelajaran CIRC adalah model pembelajaran kooperatif
terpadu membaca dan menulis.
c. Implementasi Model Pembelajaran CIRC adalah penerapan model
pembelajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis.

3. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini yang menjadi indikator pengukurannya adalah
implementasi model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and
Composation (CIRC) di SMA Negeri Kecamatan Plaju Kota Palembang,
yang mengadopsi fungsi-fungsi manajemen pendapat Handoko (2005),
seperti pada tabel di bawah ini.

29

Tabel 2
Definisi Operasional
Variabel
Implementasi
Model
Pembelajaran
Cooperative
Integrated
Reading and
Composation
(CIRC)

Dimensi
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
3. Pelaksanaan

Indikator

4. Pengawasan

Silabus
RPP
SDM pelaksana
Struktur organisasi
Membentuk kelompok
Guru memberikan wacana /
kliping sesuai dengan topik
Siswa bekerja sama saling
membacakan dan menemukan
ide pokok dan memberi
tanggapan terhadap wacana /
kliping dan ditulis pada lembar
kertas
Mempresentasikan hasil kerja
kelompok
Guru membuat kesimpulan
bersama
Monitoring
Pelaporan

Sumber: Handoko (2005)

D. Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah organisasi yaitu : SMA Negeri
4 Palembang.

E. Informant
Informan adalah orang yang dinilai paling mengetahui tentang objek
permasalahan yang sedang diteliti yaitu : Pengawas Mata Pelajaran Kimia,
Kepala SMA Negeri 4 Palembang, Wakil Bidang Kurikulum, Guru Kimia, dan
Siswa.

30

F. Jenis dan Sumber Data


1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua
jenis data yaitu:
a. Data kuantitatif, adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif
yang diangkakan.
b. Data kualitatif, adalah data dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar.

2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini menggunakan dua jenis, yaitu :
a. Data Primer
Data Primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh
secara langsung di SMA Negeri 4 Palembang sebagai sumber data.
Sumber data primer dalam penelitian ini didapat dari sumber data
utama yaitu informan kunci (key informant), dokumentasi, hasil
wawancara dan observasi langsung ke SMA Negeri 4 Palembang.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain atau
data yang telah diolah pihak lain seperti buku, dokumen, peraturan,
jurnal dan literatur lainnya dan dianggap relevan dengan penelitian ini.

G. Teknik Pengumpulan Data

31

Teknik Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis


dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2012:253) pengumpulan data dapat
dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara.
Ditinjau dari settingnya, pengumpulan data dapat dilakukan pada
setting alamiah (natural setting), pada suatu seminar, di rumah dan dapat juga
pada waktu diskusi. Berdasarkan sumber data, pengumpulan data dapat
menggunakan sumber primer dan sumber sekunder.
Peranan data dalam suatu penelitian merupakan sumber pelengkap
utama yang mutlak diperlukan, terutama untuk menjelaskan dan mendukung
terhadap pertanyaan yang telah dirumuskan dan diidentifikasi pada bab satu di
muka. Teknik pengumpulan data dari penelitian ini meliputi :
1. Observasi
Teknik observasi merupakan teknik ketika peneliti mengamati
fenomena yang terjadi di lapangan pada saat proses penelitian sedang
berjalan. Pengamatan dilakukan dengan cara mengkaitkan dua hal, yaitu :
Informasi (apa yang terjadi) dengan konteks (hal-hal yang berkaitan di
sekitarnya) sebagai proses pencarian makna.
2. Wawancara
Teknik wawancara merupakan usaha mengumpulkan data dan
informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan dan
untuk dijawab secara lisan pula melalui tanya jawab yang terarah. Peneliti
berpedoman kepada pertanyaan-pertanyaan wawancara (interview guide)
yang telah disiapkan serta tidak menutup kemungkinan mengembangkan

32

pertanyaan-pertanyaan baru. Validitas penelitian terletak pada kedalaman


menggali informasi yang mencakup beberapa hal, yaitu: pertanyaan
deskriptif, pertanyaan komparatif, dan pertanyaan analisis.
Peneliti melakukan wawancara langsung dengan para informan
dan unit terkait yang mengetahui serta mengenal dengan baik mengenai
berbagai hal yang berkaitan dengan masalah penelitian. Dalam penelitian
ini peneliti melakukan wawancara langsung dengan informan, karena data
diperoleh dengan mendengarkan jawaban informan atas pertanyaan dari
peneliti.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan kegiatan penelitian dengan cara studi
kepustakaan, meneliti berbagai dokumen, catatan-catatan, arsip-arsip, serta
laporan penelitian yang sudah ada sehingga dapat menunjang pelaksanaan
penelitian ini dari sumber-sumber resmi yang dapat dipertanggungjawabkan serta berkaitan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.
Selain dari itu, dokumen yang terkait dengan penelitian ini antara lain
adalah : Daftar Hadir Siswa dan Daftar Nilai.

H. Teknik Analisis Data


Miles and Huberman yang dikutip oleh Sugiyono (2012:334)
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga
datanya sudah jenuh.

33

Aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data (data reduction),


penyajian data (data display), dan verifikasi data / kesimpulan (verification /
conclusion), sebagai berikut :
1. Reduksi data. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data
kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.
2. Sajian data. Sajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan.
3. Kesimpulan/verifikasi data. Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari
satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga
diverifikasi selama penelitian berlangsung. Dalam penarikan kesimpulan
ini didasarkan pada reduksi data dan sajian data yang merupakan jawaban
atas masalah yang diangkat dalam penelitian.

I. Rencana Sistematika Laporan


Untuk memperoleh suatu gambaran yang jelas mengenai penulisan
laporan penelitian ini, maka dijabarkan sedemikian rupa dalam bentuk
sistematika pembahasan terdiri dari 6 (enam) bab, sebagai berikut :
BAB I :

Pendahuluan, yang terdiri dari : latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan
manfaat penelitian.

BAB II :

Tinjauan pustaka, yang berisi landasan teori yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini.

34

BAB III : Metodologi penelitian, yang berisi perspektif pendekatan penelitian, ruang lingkup penelitian, variabel penelitian, unit analisis,
informan, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data,
teknik analisis data, dan rencana sistematika laporan.
BAB IV : Deskripsi wilayah penelitian, yaitu gambaran umum dari lokasi
penelitian.
BAB V : Hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian, merupakan inti
dari penulisan laporan penelitian ini.
BAB VI

: Kesimpulan dan saran, yang merupakan bagian akhir dari penulisan laporan ini.

DAFTAR PUSTAKA
Abudinata. 2009. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta:
Kencana

35

Budiarjo, 1992. Menelaah Berbagai Kebijakan Pemerintah. Jakarta : Grafindo

Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rinneka


Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Handayaningrat, 2006. Manajemen Organisasi. Yogyakarta : Penerbit Andi
Handoko, 1995. Manajemen. Bandung : Alfabeta
Hoogerwerf, 1993. Policy of Piblic. Seri Terjemahan, Jakarta: Rinneka Cipta.
Islamy, 1997.Analisis Kebijakan Publik. Semarang : Rasail Media Group.
Isworo, 1996. Kebijakan Pemerintah Sektor Publik. Bandung : Remadja Rosda
Johar, Rahma. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran. Bandng : Alfabeta
Kencana, Inu. 2005 Pengantar Ilmu Penemerintahan. Jakarta: Bumi Aksara.
Nasution, 1997. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Ndara, 2005. Pengantar Ilmu Pemerintahan. Jakarta : Gramedia
Prastowo, 2002. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Purwanto, 2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Gramedia.
Ravianto, 2009. Etika dan Prilaku Organisasi. Jakarta : PT. Erlangga
Sofa, 2008. Metode Pembelajaran. Jakarta : Dian Ilmu
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung : Alfabeta
Suyitno, Amin. 2005. Mengadopsi Pembelajaran CIRC dalam Meningkatkan
Keterampilan Siswa Menyelesaikan Soal Cerita. Seminar Nasional
F.MIPA UNNES.
Syahrul. 2000. Anailsis Rencana Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Thoha, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia Sektor Publik. Bandung :
Alfabeta
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

36

Winardi, 2002. Efektivitas dan Efisiensi Perencanaan Organisasi Sektor Publik.


Jakarta : Balai Pustaka

Anda mungkin juga menyukai