Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Kehamilan disebabkan oleh beberapa rangkaian kejadian. Setiap bulan


hormone dari kelenjar dibawah otak merangsang ovarium untuk melepaskan sel telur
(ovulasi). Pada saat sel telur tersebut dikeluarkan dari ovarium, sel telur tersebut akan
bergerak melalui tuba falopii. Apabila sel telur bertemu sperma, akan terjadi
fertilisasi. Lalu sel telur yang dibuahi tersebut akan bergerak menuju rahim dan akan
menempel di dinding rahim, sehingga sel telur yang dibuahi tersebut bisa tumbuh dan
berkembang menjadi embrio.
Ovulasi adalah lepasnya sel ovum dari ovarium atau dari folikel yang
dihasilakn oleh ovarium. Ovulasi (pelepasan sel telur) merupakan bagian dari siklus
menstruasi normal, yang terjadi sekitar 14 hari sebelum menstruasi. Sel telur yang
dilepaskan bergerak ke ujung tuba falopii, yang merupakan tempat terjadinya
pembuahan. Jika tidak terjadi pembuahan, sel telur akan mengalami degenerasi dan
dibuang melalui vagina bersamaan dengan darah menstruasi. Jika terjadi pembuahan,
maka sel telur yang telah dibuahi oleh sperma ini akan mengalami serangkaian proses
dan tumbuh menjadi embrio.
Fertilisasi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sperma dengan ovum. Pada
saat pria dan wanita melakukan coitus, dengan ejakulasi sperma dari saluran
reproduksi pria di dalam vagina wanita, akan dilepaskan cairan yang berisi sel-sel
sperma ke dalam saluran reproduksi wanita. Jika coitus dilakukan pada masa ovulasi,
maka ada kemungkinan sel sperma dalam saluran reproduksi wanita akan bertemu
denan sel ovum.
Implantasi adalah peristiwa masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke
dalam endometrium.
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses
ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau
fertilisasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Ovulasi
2.1.1.
Definisi Ovulasi
Ovulasi merupakan proses pelepasan telur yang telah matang tersebut dari

dalam rahim untuk kemudian berjalan menuju tuba falopi untuk dibuahi. Proses ini
biasanya terjadi 16 hari setelah hari pertama siklus menstruasi atau 14 hari sebelum
haid berikutnya
2.1.2.
Proses Ovulasi
Pada pertumbuhan manusia kita kenal masa neonatus, batita, balita, anak-anak,
remaja, dewasa, dan menopouse. Pada wanita faktor ovarium sangat penting dalam
reproduksi. Begitu sel-sel benih primordial tiba di di ovarium, sel-sel tersebut
berdiferensiasi menjadi oogonia. Sel ini mengalami pembelahan mitosis menjadi oosit
primer dan sebagian besar diantaranya dikelilingi oleh selapis sel epitel gepeng yang
mengelilinginya yang dikenal sebagai folikel primordial. Saat lahir, oosit primer
dalam tahap profase I dan tidak menyelesaikan pembelahan meiosis pertamanya
sebelum mencapai masa pubertas, hal ini disebabkan oleh adanya Penghambat
Pematangan Oosit (PPO). Karena perkembangan terus berlanjut, folikel tumbuh dan
menjadi folikel primer (dilapisi sel granulosa dan sel teca, zona pelusida mulai ada
dan berbatas jelas), tetapi hanya satu yang matang dan yang lain atretik. Setelah
pembelahan pertama selesai dan sebelum oosit sekunder kembali dalam stadium
istirahatnya, sel memasuki pembelahan pematangan kedua tanpa replikasi DNA. Pada
saat oosit sekunder mengalami metafase II terjadilah ovulasi, yaitu oosit yang
dikeluarkan dari folikel karena folikel mengalami lisis yang disebabkan adanya
prostaglandin dan plasmin yang menjadi aktif karena terjadi LH Surge.
Siklus menstruasi dibagi menjadi 5 fase, yaitu fase awal folikuler, fase akhir
folikuler, fase praovulasi dan ovulasi, fase awal luteal dan fase akhir luteal. Kelima
fase ini sudah mencakup fase di ovarium dan di endometrium.
a. Fase awal folikel Pada Setiap kali menstruasi, seluruh lapisan endometrium
terlepas, kecuali suatu lapisan dalam dan tipis yang terdiri dari sel-sel epitel
dan kelenjar yang menjadi bakal regenerasi endometrium. Prostaglandin uterus
juga merangsang kontraksi ritmik ringan endometrium. Prostaglandin uterus
juga merangsang kontraksi ritmik ringan miometrium. Kontraksi-kontraksi itu
membantu mengeluarkan darah dan debris endometrium dari rongga uterus
2

melalui vagina Pada saat seorang anak perempuan lahir, masing-masing ovum
dikelilingi oleh selapis sel granulose dan ovum dengan selubung sel
granulosanya disebut folikel primordial. Sesudah pubertas, hormon FSH dari
kelenjar hipofisis anterior mulai disekresikan, sehingga seluruh ovarium
bersama folikelnya akan mulai berkembang (Guyton,2006). Penanda yang
jelas pada perkembangan folikel adalah meningkatnya ukuran oosit dan sel
granulosa menjadi kuboidal. Pada saat yang sama, taut rekat yang kecil
berkembang antara oosit dan sel granulose. Taut rekat ini berfungsi sebagai
pertukaran nutrisi, ion-ion, dan molekul-molekul, disamping itu taut rekat ini
membentuk saluran protein yang dikenal sebagai connexin yang berguna
untuk pertumbuhan dan multiplikasi dari sel granulose. Multiplikasi sel
granulose ini kira-kira 15 sel yang disebut folikel primer (Speroff dan Friazt,
2005). Perkembangan menjadi folikel primer dapat berlangsung tanpa
keberadaan FSH, tetapi perkembangan melebihi titik ini tidak mungkin terjadi
tanpa kedua hormon ini (Guyton,2006). Fase awal folikuler berlangsung 1
sampai 6 hari. Pada fase ini terjadi dua peristiwa yakni pertama menstruasi dan
permulaan perkembangan folikel. Penurunan estrogen dan progesteron akibat
degenerasi korpus luteum sewaktu tidak terjadi pembuahan terhadap ovum
secara simultan menyebabkan terlepasnya endometrium (menstruasi) dan
perkembangan folikel-folikel baru diovarium dibawah pengaruh FSH (follicle
stimulating hormon)yang kembali meningkat (Sherwood, 1997).
b. Fase Akhir Folikel
Fase akhir folikuler berlangsung 7 sampai 14 hari. Pada fase ini terjadi
pertumbuhan folikel dari folikel primer menjadi tahap antral. Pertumbuhan
awal dari folikel primer menjadi tahap antral dirangsang oleh FSH. Efek
awalnya

adalah

proliferasi

yang

berlangsung

cepat

dari

sel

granulose,menyebabkan lebih banyak sel-sel granulose. Selain itu, banyak selsel berbentuk kumparan yang dihasilkan dari interstitium ovarium yang
berkumpul dalam beberapa lapisan diluar sel granulose, membentuk kelompok
sel kedua disebut teka. Teka menjadi dua yaitu teka interna dan teka eksterna
(Guyton, 2006). Sel granulose dan sel teka, keduanya bekerja sama dalam
menghasilkan estrogen. Reseptor LH hanya ada pada sel teka, begitu juga
reseptor FSH hanya ada pada granulose. Pada teka interstisial, yang berlokasi
di teka interna memiliki kira-kira 20.000 reseptor LH di membran selnya yang
3

merangsang jaringan teka untuk menghasilkan androgen yang akan mengalami


aromatisasi sehingga menjadi estrogen melalui FSH disel granulose (speroff
dan Fritz, 2005). Dibawah pengaruh estrogen dan FSH terjadi peningkatan
cairan folikel pada rongga interseluler granulose, cairan folikuler ini
mengandung

estrogen

konsentrasi

tinggi.

Pengumpulan

cairan

ini

menyebabkan munculnya antrum didalam massa sel granulose, sehingga sel


teka dan sel granulose akan berproliferasi lebih cepat dengan laju sekresinya
meningkat, dan masing-masing folikel akan tumbuh menjadi folikel antral. Di
bawah pengaruh ekstrogen yang tinggi, sel-sel stroma dan sel epitel di
endometrium berproliferasi dengan cepat, permukaan endometrium akan
mengalami epitelisasi kembali dalam waktu 4 sampai 7 hari sesudah terjadinya
menstruasi. Sebelum terjadi ovulasi, ketebalan endometrium sangat meningkat
karena jumlah sel stroma bertambah banyak, dan karena pertumbuhan kelenjar
endometrium serta pembuluh darah baru yang progresif ke dalam
endometrium (Guyton, 2006). Ruang di folikel matang. Fase proliferasi ini
berlangsung dari akhir menstruasi sampai ovulasi (Sherwood, 1997).
c. Fase Praovulasi dan ovulasi
Fase praovulasi dan ovulasi berlangsung 13 sampai 14 hari. Pada fase ini
terjadi pertumbuhan folikel yang cepat sebagai persiapan untuk terjadinya
ovulasi. Pertumbuhan yang cepat setelah terbentuk folikel antral meningkatkan
diameter ovum tiga sampai empat kali lipat menghasilkan peningkatan
diameter total sampai menjadi sepuluh kali lipat seratus kali lipat atau
peningkatan massa sebesar seratus kali lipat (guyton, 2006). Salah satu folikel
biasanya tumbuh lebih cepat dari pada folikel-folikel lain, berkembang
menjadi folikel matang (de Graaf)(Sherwood, 1997). Sebagian besar
pertumbuhan ini disebabkan oleh ekspansi antrum yang drastis, disamping itu
juga pertumbuhan sel teka, dan sel granulose. Antrum menempati sebagian
besar difolikel matang. Oosit, yang dikelilingi oleh zona pelusida dan selapis
sel granulose, tergeser secara asimetris kesalah satu sisi folikel yang sedang
tumbuh dalam suatu gundukan kecil yang menonjol ke dalam antrum (guyton,
2006), kemudian menonjol dari permukaan ovarium, membentuk suatu daerah
tipis yang mudah pecah (stigma) untuk mengeluarkan oosit saat ovulasi.
Folikel-folikel yang lain mulai mengalami atresia (apoptosis), dan hanya satu
folikel yang terus mengalami perkembangan. Folikel ini tumbuh lebih cepat
4

menyekresikan lebih banyak estrogen, sehingga menyebabkan suatu efek


umpan balik positif dalam folikel tunggal tersebut karena FSH meningkatkan
proliferasi sel granulose dan sel teka yang menimbulkan produksi estrogen
lebih lanjut dan siklus proliferasi sel yang baru, kombinasi dari FSH dan
estrogen menyebabkan peningkatan lebih banyak dan siklus proliferasi sel
endometrium yang baru (Guyton, 2006). Selama fase akhir folikuler, estrogen
pertama sekali meningkat secara lambat, kemudian secara cepat, mencapai
puncak kira-kira 24-36 jam sebelum ovulasi. Estrogen yang memuncak
menyebabkan terjadinya lonjakan pengeluaran LH, LH dalam jumlah besar
disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior. (Speroff and Fritz, 2005). LH ini
mempunyai efek khusus terhadap sel granulose dan sel teka yang mengubah
kedua jenis sel tersebut menjadi lebih bersifat sel yang menyekresikan
progesteron dan sedikit estrogen. Oleh karena itu , kecepatan sekresi estrogen
mulai menurun kira-kira 1 hari sebelum ovulasi, sementara sejumlah kecil
progesteron mulai disekresikan. Sesaat sebelum ovulasi, oosit menyelesaikan
pembelahan meiosis pertamanya. Dalam waktu beberapa jam akan
berlangsung dua peristiwa yang dibutuhkan untuk ovulasi: (1) teka eksterna
mulai melepaskan enzim proteolitik dari lisozim yang mengakibatkan
pelarutan dinding kapsul dan akibatnya melemahnya dinding, menyebabkan
makin membengkaknya seluruh folikel dan degenerasi dari stigma. (2) secara
bersama, juga akan terjadi pertumbuhan pembuluh darah baru yang
berlangsung cepat kedalam dinding folikel, dan pada saat yang sama,
prostaglandin (hormon setempat yang mengakibatkan vasodilatasi) akan
disekresi dalam jaringan folikuler. Kedua efek ini selanjutnya akan
mengakibatkan

pecahnya

folikel

disertai

dengan

pengeluaran

ovum

(Guyton,2006) sehingga terjadilah ovulasi. Pada saat ovulasi, endometrium


mempunyai ketebalan sekitar 3 sampai 4 mm. kelenjar endometrium,
khususnya daerah serviks akan menyekresikan mucus yang encer mirip
benang. Benang mucus akan tersusun disepanjang kanalis servikalis mengisi
saluran yang membantu mengarahkan sperma kearah yang tepat menuju ke
dalam uterus (Ganong, 2001).
d. Fase Awal Luteal
Fase awal luteal berlangsung 14 sampai 21 hari ruptur folikel pada ovulasi
merupakan tanda berakhirnya fase folikel dan mulainya fase luteal. Folikel
5

yang ruptur dan tertinggal di ovarium mengalami perubahan cepat (Sherwood,


1997), segera terisi darah (wknjosastro, 1994). Pendarahan ringan dari folikel
kedalam rongga abdomen dapat menimbulkan iritasi peritoneum dan nyeri
abdomen bawah singkat. Sel-sel granulose dan teka yang melapisi folikel
mulai berproliferasi dan bekuan darah cepat diganti oleh sel luteal yang kaya
lemak dan berwarna kekuningan,membentuk korpus luteum. Lemak pada sel
luteal ini berfungsi sebagai molekul precursor steroid (Ganong, 2001). Sel
granulose

dalam

korpus

luteum

mengembangkan

sebuah

retikulum

endoplasma halus yang luas, yang akan membentuk sejumlah besar hormone
seks wanita progesteron dan estrogen tetapi lebih banyak progesteron (guyton,
2006). Progesteron bekerja pada endometrium tebal yang sudah dipersiapkan
oleh estrogen untuk mengubahnya menjadi jaringan yang kaya akan pembuluh
darah dan glikogen. Fase ini disebut sekretorik, karena kelenjar-kelenjar
endometrium secara aktif mengeluarkan glikogen, dalam kaitannya dengan
pembentukan

lapisan

endometrium

subur

yang

mampu

menunjang

perkembangan mudigah

e.

Fase Akhir luteal

Fase akhir luteal berlangsung 21 sampai 28 hari, estrogen dan progesteron


yang disekresi oleh korpus luteum mempunyai efek umpan balik yang kuat
terhadap hipofisis anterior dalam mempertahankan kecepatan sekresi FSH dan
LH yang rendah. Selain dari itu sel luteain juga menyekresi sejumlah kecil
hormon inhibin yang juga menghambat sekresi hipofisis anterior, khususnya
sekresi FSH, mengakibatkan konsentrasi FSH dan LH dalam darah menjadi
rendah dan hilangnya hormon ini menyebabkan korpus luteum berdegenerasi
secara menyeluruh, terjadi hampir tepat 12 hari setelah korpus luteum
terbentuk, yaitu 2 hari sebelum dimulainya menstruasi (Guyton, 2006;
Ganong, 2001). Proses tersebut menyebabkan penurunan progesteron dan
estrogen secara tajam sehingga menghilangkan rangsangan terhadap
endometrium sehingga endometrium mengalami involusi yakni kira-kira 65 %
dari ketebalan semula. Kemudian 24 jam sebelum menstruasi terjadi,
pembuluh darah yang berkelokkelok yang mengarah ke lapisan mukosa
endometrium akan menjadi vasoplastik, mungkin disebabkan oleh efek
degenerasi, seperti pelepasan vasokonstriktor seperti prostaglandin yang
terdapat dalam jumlah banyak saat ini, vasospasme dan hilangnya rangsangan
hormonal menyebabkan dimulainya proses nekrosis pada endometrium,
khususnya dari pembuluh darah (Guyton 2006; Sherwood 1997).
2.1.3.
Perubahan-Perubahan Siklik Lain
Meskipun tujuan perubahan siklik pada hormone ovarium berpengaruh pada
alat genital, hormone tersebut ikut sirkulasi ke seluruh tubuh dan berpengaruh
pada organ-organ lain.
a. Suhu badan basal
Kenaikan suhu badan basal sekitar 1 derajat F atau 0,5 derajat C terjadi
pada saat ovulasi dan terus bertahan sampai terjadi haid. Hal ini disebabkan
oleh efek termogenik progesterone pada tingkat hipotalamus. Bila terjadi
konsepsi kenaikan suhu badan basal akan dipertahankan selama kehamilan.
b. Perubahan pada mama
Kelenjar mama manusia sangat sensitive terhadap pengaruh estrogen
dan progesterone. Pembesaran mama merupakan tanda pertama pubertas,
merupakan respons peningkatan estrogen ovarium. Estrogen dan progesterone
berefek sinergis pada mama selama siklus pembesaran mama pada fase luteal
sebagai respons kenaikan progesterone. Pembesaran mama disebabkan oleh
perubahan vaskular, bukan karena perubahan kelenjar.
7

c. Efek psikologis
Pada beberapa perempuan ada perubahan mood selama siklus haid,
pada fase luteal akhir ada peningkatan labilitas emosi. Perubahan ini langsung
karena penurunan progesterone. Meskipun demikian, perubahaan modd tidak
sinkron dengan fluktuasi hormone.
2.2.

Fertilisasi
2.2.1.
Definisi Fertilisasi
Fertilisasi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel mani/sperma dengan sel

telur di tuba falopii. Pada saat kopulasi antara pria dan wanita (sanggama/coitus),
dengan ejakulasi sperma dari saluran reproduksi pria di dalam vagina wanita, akan
dilepaskan cairan mani yang berisi selsel sperma ke dalam saluran reproduksi
wanita. Jika sanggama terjadi dalam sekitar masa ovulasi (disebut masa subur
wanita), maka ada kemungkinan sel sperma dalam saluran reproduksi wanita akan
bertemu dengan sel telur wanita yang baru dikeluarkan pada saat ovulasi.
Untuk menentukan masa subur, dipakai 3 patokan, yaitu :
a. Ovulasi terjadi 14 2 hari sebelum haid yang akan datang.
b. Sperma dapat hidup & membuahi dalam 2-3 hari setelah ejakulasi.
c. Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi
Pertemuan / penyatuan sel sperma dengan sel telur inilah yang disebut sebagai
pembuahan atau fertilisasi. Dalam keadaan normal in vivo, pembuahan terjadi di
daerah tuba falopii umumnya di daerah ampula / infundibulum.
2.2.2.
Ovum
Pertumbuhan embryonal oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi di genital
ridge janin, dan di dalam janin jumlah oogonium bertambah terus sampai pada usia
kehamilan enam bulan. Pada waktu dilahirkan, bayi memiliki sekurang-kurangnya
750.000 oogonium. Jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan dan degenrasi folikelfolikel. Pada anak berumur 6-15 tahun ditemukan 439.000 oogonium dan pada umur
16-25 tahun hanya 34.000 oogonium. Pada masa menopause semua oogonium
menghilang.
Sebelum bayi dilahirkan, sebagian besar oogonium mengalami perubahanperubahan pada nukleusnya. Terjadi migrasi dari oogonium kearah korteks ovarium
sehingga pada waktu dilahirkan korteks ovarium terisi dengan folikel ovarium
primordial. Padanya dapat dilihat bahwa kromosomnya telah berpasangan, DNA-nya
berduplikasi, yang berarti bahwa sel menjadi tetraploid. Pertumbuhan selanjutnya
terhenti sampai folikel itu terangsang dan berkembang lagi kearah kematangan. Sel
yang terhenti dalam profase meiosis dinamakan oosit primer. Oleh rangsangan FSH
8

meiosis berlangsung terus. Benda kutub pertama disisihkan dengan hanya sedikit
sitoplasma, sedangkan oosit sekunder ini berada di dalam sitoplasma yang cukup
banyak. Proses pembelahan ini terjadi sebelum ovulasi. Proses ini disebut pematangan
pertama ovum, pematangan kedua ovum terjadi pada waktu spermatozoa membuahi
ovum.
2.2.3.
Spermatozoa
Dalam pertumbuhan embryonal spermatogonium berasal dari sel-sel
primitive tubulus-tubulus testis/ setelah janin dilahirkan, jumlah spermatogonium
yang ada tidak mengalami perubahan sampai masa pubertas tiba. Pada masa pubertas
sel-sel spermatogonium tersebut dalam pengaruh sel-sel interstisial Leydig mulai aktif
mengadakan mitosis, dan terjadilah proses spermatogenesis yang sangat kompleks.
Setiap spermatogonium membelah dua dan menghasilkan spermatosit primer.
Spermatosit primer ini membelah dua dan menjadi dua spermatosit sekunder,
kemudian spermatosit sekunder membelah dua lagi dengan hasil dua spermatid yang
masing-masing memiliki jumlah kromosom setengah dari jumlah yang khas untuk
jenis itu. Dari spermatid ini kemudian tumbuh spermatozoa.
2.2.4.

Fase Fertilisasi
Untuk terjadi kehamilan harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum, dan

implantasi hasil konsepsi. Setiap spermatozoa terdiri atas tiga bagian yaitu kaput atau
kepala yang berbentuk lonjong agak gepeng dan mengandung bahan nucleus, ekor,
dan bagian yang silindrik, menghubungkan kepala dengan ekor. Dengan getaran
ekornya spermatozoa dapat bergerak cepat.
Ovum yang dilepas oleh ovarium disapu oleh mikrofilamen-mikrofilamen
fimbira infundibulum tuba kea rah ostium tuba abdominalis dan disalurkan terus kea
rah medial. Ditengah- tengahnya dijumpai nucleus yang berada dalam metaphase
pada pembelahan pematangan kedua. Terapung-apung dalam sitoplasma yang
kekuning-kuningan yakni vitellus. Vitellus ini mengandung banyak zat karbohidrat
dan asam amino.
Ovum dilingkari oleh zona pelusida. Diluar zona pelusida ini ditemukan selsel korona radiate, dan di dalamnya terdapat ruang perivitelina, tempat benda-benda
kutub. Bahan-bahan dari sel-sel korona radiate dapat disalurkan ke ovum melalui
saluran-saluran halus di zona pelusida. Jumlah sel-sel korona radiate di dalam
perjalanan ovum di ampula tuba makin berkurang, sehingga ovum hanya dilingkari

oleh zona pelusida pada waktu berada dekat pada perbatasan ampula dan ismus tuba,
tempat pembuahan umumnya terjadi.
Jutaan spermatozoa ditumpahkan di forniks vagina dan disekitar porsio pada
waktu koitus. Hanya beberapa ratus ribu spermatozoa dapat terus ke kavum uteri dan
tuba, dan hanya beberapa ratus yang dapat sampai ke bagian ampula tuba di mana
spermatozoa dapat memasuki ovum yang telah siapn untuk dibuahi. Hanya satu
spermatozoa yang mempunyai kemampuan untuk membuahi. Pada spermatozoa
ditemukan peningkatan konsentrasi DNA di nukleusnya, dan kaputnya lebih mudah
menembus dinding ovum oleh karena diduga dapat melepaskan hyaluronidase.
Fertilisasi adalah penyatuan ovum dan spermatozoa yang biasanya
berlangsung di ampula tuba. Fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam
ovum, fisu spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan fusi materi genetic. Hanya satu
spermatozoa yang telah mengalami proses kapasitasi mampu melakukan penetrasi
membrane sel ovum. Untuk mencapai ovum, spermatozoa harus melewati korona
radiate, dan zona pelusida, yaitu dua lapisan yang menutupi dan mencegah ovum
mengalami fertilisasi lebih dari satu spermatozoa. Suatu molekul komplemen khusus
di permukaan kepala spermatozoa kemudian mengikat ZP3 glikoprotein di zona
pelusida. Pengikatan ini memicu akrosom melepaskan enzim yang membantu
spermatozoa menembus zona pelusida.
Pada saat spermatozoa menembus zona pelusida terjadi reaksi korteks ovum.
Granula korteks di dalam ovum berfusi dengan membrane plasma sel, sehingga enzim
di dalam granula-granula dikeluarkan secara eksositosis ke zona pelusida. Hal ini
menyebabkan glikoprotein di zona pelusida berkaitan satu sama lain membentuk
suatu materi keras yang tidak dapat ditembus oleh spermatozoa. Proses ini mencegah
ovum dibuahi lebih dari satu sperma.

10

Spermatozoa yang telah masuk ke vitellus kehilangan membrane nukleusnya ,


yang hanya tinggal pronukleusnya, sedangkan ekor spermatozoa dan mitokondrianya
berdegenerasi. Itulah sebabnya seluruh mitokonria pada manusia berasal dari ibu
(maternal). Masuknya spermatozoa ke dalam vitellus membangkitkan nucleus ovum
yang masih dalam metaphase untuk proses pembelahan selanjutnya. Sesudah anfase
kemudian timbul telophase dan benda kutub kedua menuju ke ruang perivitelina.
Ovum sekarang hanya mempunyai pronukleus yang haploid. Pronukleus spermatozoa
juga telah mengandung jumlah kromosom yang hapoid.
Kedua pronukleus dekat mendekati dan bersatu membentuk zigot yang terdiri
atas bahan genetic dari perempuan dan laki-laki. Pada manusia terdapat 46
kromosom, ialah 44 kromosom otosom dan 2 kromosom kelamin. Pada seorang lakilaki satu X dan satu Y. sesudah pembelahan kematangan, maka ovum matang
mempunyai 22 kromosom serta 1 kromosom X atau 22 kromosom otosom serta 1
kromosom Y. zigot sebagai hasil pembnuahan yang memiliki 44 kromosom otosom
serta 2 kromosom X akan tumbuh sebagai janin perempuan, sedangkan yang memiliki
44 kromosom otosom serta 1 kromosom X dan 1 kromosom Y akan tub uh sebagai
janin laki-laki.
Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot.
Hal ini dapat berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam
amino dan enzim, segera setelah pembelahan ini terjadi, pembelahan-pembelahhan
selanjutnya berjalan dengan lancer, dan dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel
11

yang sama besarnya. Hasil konsepsi berada dalam stadium morula. Energy untuk
pembelahan ini diperoleh dari vitellus, hingga volume vitellus makin berkurang dan
terisi seluruhnya oleh morula. Dengan demikian, zona pelusida tetap utuh, atau
besarnya hasil konsepsi tetal sama. Dalam ukuran yang sama ini hasil konsepsi
disalurkan terus ke pars ismika dan pars interstisialis tuba dan terus disalurkan kea rah
kavum uteri oleh arus serta getaran silia pada permukaan sel-sel tubah dan kontraksi
tuba.
2.3.

Implantasi
2.3.1.
Definisi Implantasi
Nidasi/implantasi merupakan peristiwa masuknya atau tertanamnya hasil

konsepsi ke dalam endometrium. Blastula dilindungi oleh simpai yang disebut


trofoblas, yang mampu menghancurkan dan mencairkan jaringan. Ketika blastula
mencapai rongga rahim, jaringan endometrium dalam keadaan sekresi. Jaringan
endometrium ini banyak mengandung sel-sel desidua
2.3.2.
Proses Implantasi
Blastula dengan bagian yang berisi massa sel dalam (inner-cell mass) akan
masuk ke dalam desidua, menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh dan
menutup lagi. Pada saat nidasi terkadang terjadi sedikit perdarahan akibat luka
desidua. Nidasi terjadi pada dinding depan atau belakang rahim (korpus) dekat fundus
uteri.
Apabila nidasi telah terjadi, maka dimulailah diferensiasi sel-sel blastula. Selsel yang lebih kecil, terletak dekat ruang exocoeloma membentuk entederm dan yolk
salc. Sedangkan sel-sel yang lebih besar menjadi entoderm dan membentuk ruang
amnion. Sehingga terbentuk lempeng embrional (embryonal-plate) diantara ruang
amnion dengan yolk salc.
Sel-sel trofoblas mesodermal yang tumbuh sekitar mudigoh (embrio) akan
melapisi bagian dalam trofoblas, sehingga terbentuk sekat korionik (chorionic
membrane) yang nantinya menjadi korion. Sel-sel trofoblas terbagi menjadi 2 lapisan
yaitu: sitotrofoblas (bagian dalam) dan sinsitiotrofoblas (bagian luar)
Villi koriales yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh bercabang
disebut chorion frondosum, sedangkan yang berhubungan dengan desidua kapsularis
kurang mendapat makanan sehingga menghilang disebut chorion leave. Dalam
peringkat nidasi trofoblas dihasilkan hormon human chorionic gonadotropin (HCG).
Enam hari setelah fertilisasi, trofoblas menempel pada dinding uterus
(melakukan implantasi) dan melepaskan hormon korionik gonadotropin. Hormon ini
12

melindungi

kehamilan

dengan

hormon estrogen dan progesteron sehingga

cara
mencegah

menstrimulasi

produksi

terjadinya

menstruasi.

Trofoblas kemudian menebal beberapa lapis, permukaannya berjonjot dengan tujuan


memperluas daerah penyerapan makanan. Embrio telah kuat menempel setelah hari
ke-12 dari fertilisasi.
Setelah terjadi implantasi, blastosit akan mengalami tahap perkembangan
selanjutnya

yaitu

menjadi gastrula dan neurula.

Selanjutnya zigot ini

akan

berkembang menjadi embrio.


Pembuatan Lapisan Lembaga. Setelah hari ke-12, tampak dua lapisan jaringan
di sebelah luar disebut ektoderm, di sebelah dalam endoderm. Endoderm tumbuh ke
dalam blastosoel membentuk bulatan penuh. Dengan demikian terbentuklah usus
primitif dan kemudian terbentuk Pula kantung kuning telur (Yolk Sac) yang
membungkus kuning telur. Pada manusia, kantung ini tidak berguna, maka tidak
berkembang, tetapi kantung ini sangat berguna pada hewan ovipar (bertelur), karena
kantung ini berisi persediaan makanan bagi embrio.
Di antara lapisan ektoderm dan endoderm terbentuk lapisan mesoderm. Ketiga
lapisan tersebut merupakan lapisan lembaga (Germ Layer). Semua bagian tubuh
manusia akan dibentuk oleh ketiga lapisan tersebut. Ektoderm akan membentuk
epidermis kulit dan sistem saraf, endoderm membentuk saluran pencernaan dan
kelenjar pencernaan, mesoderm membentuk antara lain rangka, otot, sistem peredaran
darah, sistem ekskresi dan sistem reproduksi.
2.4.

Embriogenesis
2.4.1.
Definisi Embriogenesis
Embryogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses
ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau
fertilisasi. Embryogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat
sel
2.4.2.

Periode Embriogenesis

a. Fase Morula

Morula adalah suatu bentukan sel seperti bola (bulat) akibat pembelahan sel
terus menerus. Keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat.
Morulasi yaitu proses terbentuknya morula. Dalam fase ini zigot membelah
secara mitosis berturut-turut sehingga menjadi 2, 4, 8, 16 dan akhirnya 32
buah sel.

13

Pembentukan morula bukanlah proses pertumbuhan yang sebenarnya,


melainkan murni perbanyakan sel untuk melipatgandakan material genetika
untuk pembentukan kembali hubungan inti-plasma dan pembentukan elemen
sel yang sesuai dan lebih kecil untuk proses pertumbuhan dan diferensiasikan.
Yang juga terjadi dalam jumlah ganjil pada blastomer (2,3,5,9,dst.) selama
berlangsung morulasi pada mamalia.
Alur pembelahan pertama terjadi pada pengembaraan sel benih di tuba. Benih
tersebut masih selalu terdapat di dalam zona pelusida yang membentuk
semacam korset pelindung untuk benih 8 sel selama lebih kurang 72 jam.
b. Fase Blastula
Blastula adalah bentukan lanjutan dari morula yang terus mengalami
pembelahan. Bentuk blastula ditandai dengan mulai adanya perubahan sel
dengan mengadakan pelekukan yang tidak beraturan. Pada awal pembelahan
sel yang terjadi segera setelah pembuhaan, sel yang berukuran besar ini
membagi dirinya memalui pembelahan mitosis yang berulang kali. Sel-sel
hasil pembelahan ini dinamakan balstomer. Pada fase blastulla ditandainya
dengan terjadinya pembentukan rongga tubuh dan jaringannya disebut
balstokista. Di dalam blastula terdapat cairan sel yang disebut dengan
Blastosoel tetapi salah satu kutupnya lebih tebal tersusun oleh lebih banyak sel
yang paling luar disebut trofektoderm, sedangkan kumpulan sel pada salah
satu kutup disebelah dalam trofektoderm disebut kumpulan sel-sel dalan (inner
cell mass).
Zona pelusida, yang sampai waktu tertentu melindungi sel benih sebelum
terjadinya implantasi di selaput lender tuba, sekarang terlepas bagian
perbagian sehingga blastokista yang perlahan-lahan menjadi besar memalui
penumpukan cairan.

14

Kira-kira pada hari ke 6 setelah konsepsi (yaitu pada hari ke 20 setelah


mentruasi terakhir setelah siklus 28 hari) balstokista mulai bersarang dilaput
lender uterus (implantasi). Hal tersebut terjadi melalui peluruhan epitel uterus,
antara lain memalui enzim proteolitik sel trofobal dan penetrasi membrane
basal epitel uterus. Implantasi terjadi selalu disisi blastokista tempat
embrioblas berada.

15

Pada perkembangan hari ke-8, blastokista sebagian terbenam di dalam stroma


endometrium.Pada daerah di atas embrioblast, trofoblast berdiferensiasi
menjadi 2 lapisan: (a) sitotrofoblast ,(b) sinsitiotrofoblast. Trofoblast
mempunyai kemampuan untuk menghancurkan dan mencairkan jaringan
permukaan endometrium dalam masa sekresi, yaitu sel-sel deciduas
Sel-sel dari embrioblast juga berdiferensiasi menjadi dua lapisan, yaitu lapisan
hipoblast dan epiblast. Sel-sel dari masing-masing lapisan mudigah
membentuk sebuah cakram datar dan keduanya dikenal sebagai cakram
mudigah bilaminer. Pada saat yang sama terdapat rongga kecil muncul di
dalam epiblast, dan rongga ini membesar menjadi rongga amnion
Pada hari ke-9, blastokista semakin terbenam di dalam endometrium, dan luka
berkas penembusan pada permukaan epitel ditutup dengan fibrin, pada masa
ini terlihat proses lakunaris, dimana vakuola-vakuola apa sinsitium trofoblast
menyatu membentuk lakuna-lakuna yang besar. Sementara pada kutub
anembrional, sel-sel gepeng bersama dengan hipoblast membentuk lapisan
eksoselom (kantung kuning telur primitif).
Pada hari ke-11 dan 12, blastokista telah tertanam sepenuhnya di dalam stroma
endometrium. Trofoblast yang ditandai dengan lacuna dan sinsitium akan
membentuk sebuah jalinan yang saling berhubungan, Sel-sel sinsitiotrofoblast
menembus lebih dalam ke stroma dan merusak lapisan endotel pembuluhpembuluh kapiler ibu.Pembuluh-pembuluh rambut ini tersumbat dan melebar
dan dikenal sebagai sinusoid. Lakuna sinsitium kemudian berhubungan
dengan sinusoid, dan darah ibu mulai mengalir melalui system trofoblast,
sehingga terjadilah sirkulasi utero-plasenta. Semetara itu, sekelompok sel baru
muncul di antara permukaan dalam sitotrofoblast dan permukaan luar rongga
eksoselom. Sel-sel ini berasal dari kantong kuning telur dan akan membentuk
suatu jaringan penyambung yang disebut mesoderm ekstraembrional; di mana
pada akhirnya akan mengisi semua ruang antara trofoblastt di sebelah luar dan
amnion beserta selaput eksoselom di sebelah dalam ( langman, 1994).
Segera

setelah

terbentuk

rongga-ronga

besar

di

dalam

mesoderm

ekstraembrional, dan ketika rongga-rongga ini menyatu, terbentuklah sebuah


rongga baru, yang dikenal dengan nama rongga khorion. Rongga khorion ini
terbentuk dari sel-sel fibroblast mesodermal yang tumbuh disekitar embrio dan
16

yang melapisi trofoblast sebelah dalam (Prawiroharjo, 1976). Rongga ini


mengelilingi kantung kuning telur primitive dan rongga amnion kecuali pada
tempat cakram mudigah berhubungan dengan trofoblast melalui tangkai
peghubung
c. Fase Gastrulasi
Gastrulasi adalah proses yang terjadi pada embrio setelah cleavage. Pada
proses ini terjadi pengaturan daerah daerah bakal pembentuk organ pada
blastula sesuai dengan bentuk dan susuan tubuh spesies hewan bersangkutan
selama proses gastrulasi, terjadi perubahan bentuk dari lempeng sederhana
menjadi suatu konfigurasi yang kompleks yang terdiri atas tiga lapis bening.
Ketiga lapis benih tersebut adalah ektoderm, meoderm, endoderm. Meskipun
lapis benih ini terbentuk secara universal, mekanisme seluler yang terjadi
berbeda antara satu grup hewan dengan hewan lainnya.
Setelah berakhirnya proses gastrulasi, embrio akan memasuki tahap
perkembangan utama. Pada saaat akhir gastrulasi, ketiga lapis benih akan
menyususn diri pada posisi peruntukannya unutk membentuk organ dasar.
Bagian epidermis lapis benih ektoderm berfungsi sebagai pembungkus embrio.
Bagian dorsal dari lapisan benih ektoderm akan menumbuhkan neural plate.
Pada kebanyakan vertebrata, neural plate ini berhubungan dengan neural tube
dan spinal chord. Lapis benih mesoderm akan tetap berhubungan dengan
notochord

dan

membentuk

mantel

chordamesodermal.

Pada

tahap

perkembangan ini embrio disebut neurula.


a) Kejadian utama pada gastrulasi
Gastrulasi ditandai oleh dimulainya morfogenesis atau pengaturan kembali
blastomer. Pada saat ini epitel dan blastomer secara dramatis bergarak
membentuk organ dasar embrio. Bersamaan dengan ini, irama pembelahan
seluler berjalan lambat. Pertumbuhan sel mungkin tidak terjadi, dan kelaupun
terjadi sangat tidak nyata. Pada saat gastrulasi, terjadi perubahan metabolisme
secara internsif serta inti sel semakin aktif berperan dalam mengontrol
aktivitas sel embrio. Selama gastrulasi, terjadi diferensiasi kimia dangan
dimulainya sintesis molekul protein baru.

17

b) Gerakan gastrulasi
Gastrulasi merupakan gerakan yang terintegrasi dan suatu proses dinamis yang
dikontrol oleh kekuata fisiko kimia yang terbentuk pada akhir balstula dan
awal gastrula. Gerakan ini mulai terjadi kuranglebih 5,5 jam setelah fertilisasi
ketika blastula terdiri atas 500 sel. Invaginasi sel- sel vegetal diikuti oleh
involusi sel bagian tepi sehingga endoderm semakin terdesak dan membentuk
rongga gastrosul atau archenteron yang akan berkembang menjadi usus
primitif. Setelah archenteron besarnya maksimal maka blastosol akan
menyilang dan terbentuk tiga lapisan yaitu ektoderm, mesoderm, dan
endoderm. Struktur yang terdiri dari tiga lapisan tersebut dan gastrosul disebut
gastrula.
d.

Fase Tubulasi

Tubulasi adalah pertumbuhan yang mengiringi pembentukan gastrula atau


disebut juga dengan pembumbungan. Daerah-daerah bakal pembentuk alat
atau ketiga lapis benih ectoderm, mesoderm dan endoderm, menyusun diri
sehingga berupa bumbung, berongga. Yang tidak mengalami pembumbungan
yaitu notochord, tetapi masif. Mengiringi proses tubulasi terjadi proses
differensiasi setempat pada tiap bumbung ketiga lapis benih, yang pada
pertumbuhan berikutnya akan menumbuhkan alat (organ) bentuk definitif.
Ketika tubulasi ectoderm saraf berlangsung, terjadi pula differensiasi awal
pada daerah-daerah bumbung itu, bagian depan tubuh menjadi encephalon
(otak) dan bagian belakang menjadi medulla spinalis bagi bumbung neural
(saraf). Pada bumbung endoderm terjadi differensiasi awal saluran atas bagian
depan, tengah dan belakang. Pada bumbung mesoderm terjadi differensiasi
awal untuk menumbuhkan otot rangka, bagian dermis kulit dan jaringan
pengikat lain, otot visera, rangka dan alat urogenitalia.
Pada periode pertumbuhan antara atau transisi terjadi transformasi dan
differensiasi bagian-bagian tubuh embryo dari bentuk primitive sehingga
menjadi bentuk definitif. Pada periode ini embryo akan memiliki bentuk yang
khusus bagi suatu spesies. Pada periode pertumbuhan akhir, penyelesaian
secara halus bentuk definitive sehingga menjadi ciri suatu individu. Pada
periode ini embryo mengalami penyelesaian pertumbuhan jenis kelamin,
watak (karakter fisik dan psikis) serta wajah yang khusus bagi setiap individu.
Organogenesis pada bumbung-bumbung:
18

1. Bumbung epidermis
Menumbuhkan:
a) Lapisan epidermis kulit, dengan derivatnya yang bertekstur (susunan
kimia) tanduk: sisik, bulu, kuku, tanduk, cula, taji.
b) Kelenjar-kelenjar kulit: kelenjar minyak bulu, kelenjar peluh, kelenjar
ludah, kelenjar lender, kelenjar air mata.
c) Lensa mata, alat telinga dalam, indra bau dan indra peraba.
d) Stomodeum menumbuhkan mulut, dengan derivatnya seperti lapisan
email gigi, kelenjar ludah dan indra pengecap.
e)

Proctodeum

menumbuhkan

dubur

bersama

kelenjarnya

yang

menghasilkan bau tajam.


f) Lapisan enamel gigi.
2. Bumbung endoderm
a) Lapisan epitel seluruh saluran pencernaan mulai faring sampai rectum
Kelenjar-kelenjar pencernaan misalnya hepar, pancreas, serta kelenjar
lender yang mengandung enzim dlam esophagus, gaster dan intestium.
c) Lapisan epitel paru atau insang.
d) Kloaka yang menjadi muara ketiga saluran: pembuangan (ureter),
makanan (rectum), dan kelamin (ductus genitalis).
e) Lapisan epitel vagina, uretra, vesika urinaria dan kelenjar-kelenjarnya.
3. Bumbung neural (saraf)
a) Otak dan sumsum tulang belakang.
b) Saraf tepi otak dan punggung.
c) Bagian persyarafan indra, seperti mata, hidung dan kulit.
19

d) Chromatophore kulit dan alat-alat tubuh yang berpigment.


4. Bumbung mesoderm
a) Otot:lurik, polos dan jantung.
b) Mesenkim yang dapat berdifferensiasi menjadi berbagai macam sel dan
jaringan.
c) Gonad, saluran serta kelenjar-kelenjarnya.
d) Ginjal dan ureter.
e) Lapisan otot dan jaringan pengikat (tunica muscularis, tunica adventitia,
tunica musclarismucosa dan serosa) berbagai saluran dalam tubh, seperti
pencernaan, kelamin, trakea, bronchi, dan pembuluh darah.
f) Lapisan rongga tubuh dan selaput-selaput berbagai alat: plera,
pericardium, peritoneum dan mesenterium.
g) Jaringan ikat dalam alat-alat seperti hati, pancreas, kelenjar buntu.
h) Lapisan dentin, cementum dan periodontum gigi, bersama pulpanya.
Pada minggu ke 5 embryo berukuran 8 mm. Pada saat ini otak berkembang
sangat cepat sehingga kepala terlihat sangat besar. Pada minggu ke 6 embrio
berukuran 13 mm. Kepala masih lebih besar daripada badan yang sudah mulai
lurus, jari-jari mulai dibentuk. Pada minggu ke 7 embryo berukuran 18 mm,
jari tangan dan kaki mulai dibentuk, badan mulai memanjang dan lurus,
genetalia eksterna belum dapat dibedakan. Setelah tahap organogenesis selesai
yaitu pada akhir minggu ke 8 maka embrio akan disebut janin atau fetus
dengan ukuran 30 mm.
Proses tubulasi pada organ utama terjadi secara serampak dan meliputi proses
neurogenesis, notogenesis, mesogenesis.
Neurogenesis adalah proses pembentukan otak, spinal chord beserta organ
sesnsoris lainnya seperti hidung, mata, dan telinga.

20

Notogenesis adalah proses perembangan notochord. Perkembangan ini


diawalioleh chordamesoderm yang berada di antara atap bakal alat pencernaan
(gut) dengan ektoderm.
Mesogenesis adalah proses perkembangan mesoderm. Perkembangan ini
dimulai dari berlanjutnya perkembangan bagian samping mesoderm yang
menyebar ke sebelah sampai bertemu dengan bagian vetral mid line.

21

BAB III
KESIMPULAN
3.1.

Kesimpulan
Ovulasi adalah lepasnya sel ovum dari ovarium atau dari folikel yang
dihasilakn oleh ovarium. Ovulasi (pelepasan sel telur) merupakan bagian dari
siklus menstruasi normal, yang terjadi sekitar 14 hari sebelum menstruasi. Sel
telur yang dilepaskan bergerak ke ujung tuba falopii, yang merupakan tempat
terjadinya pembuahan
Fertilisasi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sperma dengan ovum.
Pada saat pria dan wanita melakukan coitus, dengan ejakulasi sperma dari saluran
reproduksi pria di dalam vagina wanita, akan dilepaskan cairan yang berisi sel-sel
sperma ke dalam saluran reproduksi wanita.
Implantasi adalah peristiwa masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke
dalam endometrium.
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio.
Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan
atau fertilisasi.

3.2.

Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan referat ini,
sehingga diharapkan pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun demi menyempurnakan referat ini.

22

DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin, A.B. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. PT
Bina Pustaka
Cunningham, F Gary. et all. 2010. Obstetri Williams 23rd ed. USA : The
McGrawHill Companies, Inc.
Sadler T.W. Langman : Embriologi kedokteran. Ed.10. Jakarta
Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta: EGC

23

Anda mungkin juga menyukai