PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Ovulasi
2.1.1.
Definisi Ovulasi
Ovulasi merupakan proses pelepasan telur yang telah matang tersebut dari
dalam rahim untuk kemudian berjalan menuju tuba falopi untuk dibuahi. Proses ini
biasanya terjadi 16 hari setelah hari pertama siklus menstruasi atau 14 hari sebelum
haid berikutnya
2.1.2.
Proses Ovulasi
Pada pertumbuhan manusia kita kenal masa neonatus, batita, balita, anak-anak,
remaja, dewasa, dan menopouse. Pada wanita faktor ovarium sangat penting dalam
reproduksi. Begitu sel-sel benih primordial tiba di di ovarium, sel-sel tersebut
berdiferensiasi menjadi oogonia. Sel ini mengalami pembelahan mitosis menjadi oosit
primer dan sebagian besar diantaranya dikelilingi oleh selapis sel epitel gepeng yang
mengelilinginya yang dikenal sebagai folikel primordial. Saat lahir, oosit primer
dalam tahap profase I dan tidak menyelesaikan pembelahan meiosis pertamanya
sebelum mencapai masa pubertas, hal ini disebabkan oleh adanya Penghambat
Pematangan Oosit (PPO). Karena perkembangan terus berlanjut, folikel tumbuh dan
menjadi folikel primer (dilapisi sel granulosa dan sel teca, zona pelusida mulai ada
dan berbatas jelas), tetapi hanya satu yang matang dan yang lain atretik. Setelah
pembelahan pertama selesai dan sebelum oosit sekunder kembali dalam stadium
istirahatnya, sel memasuki pembelahan pematangan kedua tanpa replikasi DNA. Pada
saat oosit sekunder mengalami metafase II terjadilah ovulasi, yaitu oosit yang
dikeluarkan dari folikel karena folikel mengalami lisis yang disebabkan adanya
prostaglandin dan plasmin yang menjadi aktif karena terjadi LH Surge.
Siklus menstruasi dibagi menjadi 5 fase, yaitu fase awal folikuler, fase akhir
folikuler, fase praovulasi dan ovulasi, fase awal luteal dan fase akhir luteal. Kelima
fase ini sudah mencakup fase di ovarium dan di endometrium.
a. Fase awal folikel Pada Setiap kali menstruasi, seluruh lapisan endometrium
terlepas, kecuali suatu lapisan dalam dan tipis yang terdiri dari sel-sel epitel
dan kelenjar yang menjadi bakal regenerasi endometrium. Prostaglandin uterus
juga merangsang kontraksi ritmik ringan endometrium. Prostaglandin uterus
juga merangsang kontraksi ritmik ringan miometrium. Kontraksi-kontraksi itu
membantu mengeluarkan darah dan debris endometrium dari rongga uterus
2
melalui vagina Pada saat seorang anak perempuan lahir, masing-masing ovum
dikelilingi oleh selapis sel granulose dan ovum dengan selubung sel
granulosanya disebut folikel primordial. Sesudah pubertas, hormon FSH dari
kelenjar hipofisis anterior mulai disekresikan, sehingga seluruh ovarium
bersama folikelnya akan mulai berkembang (Guyton,2006). Penanda yang
jelas pada perkembangan folikel adalah meningkatnya ukuran oosit dan sel
granulosa menjadi kuboidal. Pada saat yang sama, taut rekat yang kecil
berkembang antara oosit dan sel granulose. Taut rekat ini berfungsi sebagai
pertukaran nutrisi, ion-ion, dan molekul-molekul, disamping itu taut rekat ini
membentuk saluran protein yang dikenal sebagai connexin yang berguna
untuk pertumbuhan dan multiplikasi dari sel granulose. Multiplikasi sel
granulose ini kira-kira 15 sel yang disebut folikel primer (Speroff dan Friazt,
2005). Perkembangan menjadi folikel primer dapat berlangsung tanpa
keberadaan FSH, tetapi perkembangan melebihi titik ini tidak mungkin terjadi
tanpa kedua hormon ini (Guyton,2006). Fase awal folikuler berlangsung 1
sampai 6 hari. Pada fase ini terjadi dua peristiwa yakni pertama menstruasi dan
permulaan perkembangan folikel. Penurunan estrogen dan progesteron akibat
degenerasi korpus luteum sewaktu tidak terjadi pembuahan terhadap ovum
secara simultan menyebabkan terlepasnya endometrium (menstruasi) dan
perkembangan folikel-folikel baru diovarium dibawah pengaruh FSH (follicle
stimulating hormon)yang kembali meningkat (Sherwood, 1997).
b. Fase Akhir Folikel
Fase akhir folikuler berlangsung 7 sampai 14 hari. Pada fase ini terjadi
pertumbuhan folikel dari folikel primer menjadi tahap antral. Pertumbuhan
awal dari folikel primer menjadi tahap antral dirangsang oleh FSH. Efek
awalnya
adalah
proliferasi
yang
berlangsung
cepat
dari
sel
granulose,menyebabkan lebih banyak sel-sel granulose. Selain itu, banyak selsel berbentuk kumparan yang dihasilkan dari interstitium ovarium yang
berkumpul dalam beberapa lapisan diluar sel granulose, membentuk kelompok
sel kedua disebut teka. Teka menjadi dua yaitu teka interna dan teka eksterna
(Guyton, 2006). Sel granulose dan sel teka, keduanya bekerja sama dalam
menghasilkan estrogen. Reseptor LH hanya ada pada sel teka, begitu juga
reseptor FSH hanya ada pada granulose. Pada teka interstisial, yang berlokasi
di teka interna memiliki kira-kira 20.000 reseptor LH di membran selnya yang
3
estrogen
konsentrasi
tinggi.
Pengumpulan
cairan
ini
pecahnya
folikel
disertai
dengan
pengeluaran
ovum
dalam
korpus
luteum
mengembangkan
sebuah
retikulum
endoplasma halus yang luas, yang akan membentuk sejumlah besar hormone
seks wanita progesteron dan estrogen tetapi lebih banyak progesteron (guyton,
2006). Progesteron bekerja pada endometrium tebal yang sudah dipersiapkan
oleh estrogen untuk mengubahnya menjadi jaringan yang kaya akan pembuluh
darah dan glikogen. Fase ini disebut sekretorik, karena kelenjar-kelenjar
endometrium secara aktif mengeluarkan glikogen, dalam kaitannya dengan
pembentukan
lapisan
endometrium
subur
yang
mampu
menunjang
perkembangan mudigah
e.
c. Efek psikologis
Pada beberapa perempuan ada perubahan mood selama siklus haid,
pada fase luteal akhir ada peningkatan labilitas emosi. Perubahan ini langsung
karena penurunan progesterone. Meskipun demikian, perubahaan modd tidak
sinkron dengan fluktuasi hormone.
2.2.
Fertilisasi
2.2.1.
Definisi Fertilisasi
Fertilisasi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel mani/sperma dengan sel
telur di tuba falopii. Pada saat kopulasi antara pria dan wanita (sanggama/coitus),
dengan ejakulasi sperma dari saluran reproduksi pria di dalam vagina wanita, akan
dilepaskan cairan mani yang berisi selsel sperma ke dalam saluran reproduksi
wanita. Jika sanggama terjadi dalam sekitar masa ovulasi (disebut masa subur
wanita), maka ada kemungkinan sel sperma dalam saluran reproduksi wanita akan
bertemu dengan sel telur wanita yang baru dikeluarkan pada saat ovulasi.
Untuk menentukan masa subur, dipakai 3 patokan, yaitu :
a. Ovulasi terjadi 14 2 hari sebelum haid yang akan datang.
b. Sperma dapat hidup & membuahi dalam 2-3 hari setelah ejakulasi.
c. Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi
Pertemuan / penyatuan sel sperma dengan sel telur inilah yang disebut sebagai
pembuahan atau fertilisasi. Dalam keadaan normal in vivo, pembuahan terjadi di
daerah tuba falopii umumnya di daerah ampula / infundibulum.
2.2.2.
Ovum
Pertumbuhan embryonal oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi di genital
ridge janin, dan di dalam janin jumlah oogonium bertambah terus sampai pada usia
kehamilan enam bulan. Pada waktu dilahirkan, bayi memiliki sekurang-kurangnya
750.000 oogonium. Jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan dan degenrasi folikelfolikel. Pada anak berumur 6-15 tahun ditemukan 439.000 oogonium dan pada umur
16-25 tahun hanya 34.000 oogonium. Pada masa menopause semua oogonium
menghilang.
Sebelum bayi dilahirkan, sebagian besar oogonium mengalami perubahanperubahan pada nukleusnya. Terjadi migrasi dari oogonium kearah korteks ovarium
sehingga pada waktu dilahirkan korteks ovarium terisi dengan folikel ovarium
primordial. Padanya dapat dilihat bahwa kromosomnya telah berpasangan, DNA-nya
berduplikasi, yang berarti bahwa sel menjadi tetraploid. Pertumbuhan selanjutnya
terhenti sampai folikel itu terangsang dan berkembang lagi kearah kematangan. Sel
yang terhenti dalam profase meiosis dinamakan oosit primer. Oleh rangsangan FSH
8
meiosis berlangsung terus. Benda kutub pertama disisihkan dengan hanya sedikit
sitoplasma, sedangkan oosit sekunder ini berada di dalam sitoplasma yang cukup
banyak. Proses pembelahan ini terjadi sebelum ovulasi. Proses ini disebut pematangan
pertama ovum, pematangan kedua ovum terjadi pada waktu spermatozoa membuahi
ovum.
2.2.3.
Spermatozoa
Dalam pertumbuhan embryonal spermatogonium berasal dari sel-sel
primitive tubulus-tubulus testis/ setelah janin dilahirkan, jumlah spermatogonium
yang ada tidak mengalami perubahan sampai masa pubertas tiba. Pada masa pubertas
sel-sel spermatogonium tersebut dalam pengaruh sel-sel interstisial Leydig mulai aktif
mengadakan mitosis, dan terjadilah proses spermatogenesis yang sangat kompleks.
Setiap spermatogonium membelah dua dan menghasilkan spermatosit primer.
Spermatosit primer ini membelah dua dan menjadi dua spermatosit sekunder,
kemudian spermatosit sekunder membelah dua lagi dengan hasil dua spermatid yang
masing-masing memiliki jumlah kromosom setengah dari jumlah yang khas untuk
jenis itu. Dari spermatid ini kemudian tumbuh spermatozoa.
2.2.4.
Fase Fertilisasi
Untuk terjadi kehamilan harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum, dan
implantasi hasil konsepsi. Setiap spermatozoa terdiri atas tiga bagian yaitu kaput atau
kepala yang berbentuk lonjong agak gepeng dan mengandung bahan nucleus, ekor,
dan bagian yang silindrik, menghubungkan kepala dengan ekor. Dengan getaran
ekornya spermatozoa dapat bergerak cepat.
Ovum yang dilepas oleh ovarium disapu oleh mikrofilamen-mikrofilamen
fimbira infundibulum tuba kea rah ostium tuba abdominalis dan disalurkan terus kea
rah medial. Ditengah- tengahnya dijumpai nucleus yang berada dalam metaphase
pada pembelahan pematangan kedua. Terapung-apung dalam sitoplasma yang
kekuning-kuningan yakni vitellus. Vitellus ini mengandung banyak zat karbohidrat
dan asam amino.
Ovum dilingkari oleh zona pelusida. Diluar zona pelusida ini ditemukan selsel korona radiate, dan di dalamnya terdapat ruang perivitelina, tempat benda-benda
kutub. Bahan-bahan dari sel-sel korona radiate dapat disalurkan ke ovum melalui
saluran-saluran halus di zona pelusida. Jumlah sel-sel korona radiate di dalam
perjalanan ovum di ampula tuba makin berkurang, sehingga ovum hanya dilingkari
oleh zona pelusida pada waktu berada dekat pada perbatasan ampula dan ismus tuba,
tempat pembuahan umumnya terjadi.
Jutaan spermatozoa ditumpahkan di forniks vagina dan disekitar porsio pada
waktu koitus. Hanya beberapa ratus ribu spermatozoa dapat terus ke kavum uteri dan
tuba, dan hanya beberapa ratus yang dapat sampai ke bagian ampula tuba di mana
spermatozoa dapat memasuki ovum yang telah siapn untuk dibuahi. Hanya satu
spermatozoa yang mempunyai kemampuan untuk membuahi. Pada spermatozoa
ditemukan peningkatan konsentrasi DNA di nukleusnya, dan kaputnya lebih mudah
menembus dinding ovum oleh karena diduga dapat melepaskan hyaluronidase.
Fertilisasi adalah penyatuan ovum dan spermatozoa yang biasanya
berlangsung di ampula tuba. Fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam
ovum, fisu spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan fusi materi genetic. Hanya satu
spermatozoa yang telah mengalami proses kapasitasi mampu melakukan penetrasi
membrane sel ovum. Untuk mencapai ovum, spermatozoa harus melewati korona
radiate, dan zona pelusida, yaitu dua lapisan yang menutupi dan mencegah ovum
mengalami fertilisasi lebih dari satu spermatozoa. Suatu molekul komplemen khusus
di permukaan kepala spermatozoa kemudian mengikat ZP3 glikoprotein di zona
pelusida. Pengikatan ini memicu akrosom melepaskan enzim yang membantu
spermatozoa menembus zona pelusida.
Pada saat spermatozoa menembus zona pelusida terjadi reaksi korteks ovum.
Granula korteks di dalam ovum berfusi dengan membrane plasma sel, sehingga enzim
di dalam granula-granula dikeluarkan secara eksositosis ke zona pelusida. Hal ini
menyebabkan glikoprotein di zona pelusida berkaitan satu sama lain membentuk
suatu materi keras yang tidak dapat ditembus oleh spermatozoa. Proses ini mencegah
ovum dibuahi lebih dari satu sperma.
10
yang sama besarnya. Hasil konsepsi berada dalam stadium morula. Energy untuk
pembelahan ini diperoleh dari vitellus, hingga volume vitellus makin berkurang dan
terisi seluruhnya oleh morula. Dengan demikian, zona pelusida tetap utuh, atau
besarnya hasil konsepsi tetal sama. Dalam ukuran yang sama ini hasil konsepsi
disalurkan terus ke pars ismika dan pars interstisialis tuba dan terus disalurkan kea rah
kavum uteri oleh arus serta getaran silia pada permukaan sel-sel tubah dan kontraksi
tuba.
2.3.
Implantasi
2.3.1.
Definisi Implantasi
Nidasi/implantasi merupakan peristiwa masuknya atau tertanamnya hasil
melindungi
kehamilan
dengan
cara
mencegah
menstrimulasi
produksi
terjadinya
menstruasi.
yaitu
akan
Embriogenesis
2.4.1.
Definisi Embriogenesis
Embryogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses
ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau
fertilisasi. Embryogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat
sel
2.4.2.
Periode Embriogenesis
a. Fase Morula
Morula adalah suatu bentukan sel seperti bola (bulat) akibat pembelahan sel
terus menerus. Keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat.
Morulasi yaitu proses terbentuknya morula. Dalam fase ini zigot membelah
secara mitosis berturut-turut sehingga menjadi 2, 4, 8, 16 dan akhirnya 32
buah sel.
13
14
15
setelah
terbentuk
rongga-ronga
besar
di
dalam
mesoderm
dan
membentuk
mantel
chordamesodermal.
Pada
tahap
17
b) Gerakan gastrulasi
Gastrulasi merupakan gerakan yang terintegrasi dan suatu proses dinamis yang
dikontrol oleh kekuata fisiko kimia yang terbentuk pada akhir balstula dan
awal gastrula. Gerakan ini mulai terjadi kuranglebih 5,5 jam setelah fertilisasi
ketika blastula terdiri atas 500 sel. Invaginasi sel- sel vegetal diikuti oleh
involusi sel bagian tepi sehingga endoderm semakin terdesak dan membentuk
rongga gastrosul atau archenteron yang akan berkembang menjadi usus
primitif. Setelah archenteron besarnya maksimal maka blastosol akan
menyilang dan terbentuk tiga lapisan yaitu ektoderm, mesoderm, dan
endoderm. Struktur yang terdiri dari tiga lapisan tersebut dan gastrosul disebut
gastrula.
d.
Fase Tubulasi
1. Bumbung epidermis
Menumbuhkan:
a) Lapisan epidermis kulit, dengan derivatnya yang bertekstur (susunan
kimia) tanduk: sisik, bulu, kuku, tanduk, cula, taji.
b) Kelenjar-kelenjar kulit: kelenjar minyak bulu, kelenjar peluh, kelenjar
ludah, kelenjar lender, kelenjar air mata.
c) Lensa mata, alat telinga dalam, indra bau dan indra peraba.
d) Stomodeum menumbuhkan mulut, dengan derivatnya seperti lapisan
email gigi, kelenjar ludah dan indra pengecap.
e)
Proctodeum
menumbuhkan
dubur
bersama
kelenjarnya
yang
20
21
BAB III
KESIMPULAN
3.1.
Kesimpulan
Ovulasi adalah lepasnya sel ovum dari ovarium atau dari folikel yang
dihasilakn oleh ovarium. Ovulasi (pelepasan sel telur) merupakan bagian dari
siklus menstruasi normal, yang terjadi sekitar 14 hari sebelum menstruasi. Sel
telur yang dilepaskan bergerak ke ujung tuba falopii, yang merupakan tempat
terjadinya pembuahan
Fertilisasi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sperma dengan ovum.
Pada saat pria dan wanita melakukan coitus, dengan ejakulasi sperma dari saluran
reproduksi pria di dalam vagina wanita, akan dilepaskan cairan yang berisi sel-sel
sperma ke dalam saluran reproduksi wanita.
Implantasi adalah peristiwa masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke
dalam endometrium.
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio.
Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan
atau fertilisasi.
3.2.
Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan referat ini,
sehingga diharapkan pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun demi menyempurnakan referat ini.
22
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin, A.B. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. PT
Bina Pustaka
Cunningham, F Gary. et all. 2010. Obstetri Williams 23rd ed. USA : The
McGrawHill Companies, Inc.
Sadler T.W. Langman : Embriologi kedokteran. Ed.10. Jakarta
Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta: EGC
23