Anda di halaman 1dari 2

RABIES

Definisi
Rabies atau penyakit anjing gila merupakan penyakit menular akut yang
menyerang susunan saraf pusat mamalia, disebabkan oleh virus rabies,
ditularkan melalui ggitan hewan pembawa virus.
Etiologi
Virus rabies merupakan genus Lyssa-virus dari famili Rhabdoviridae. Virus ini
inaktif pada pemanasan dan akan mati dengan detergent, sabun, etanol 45%
dan larutan natrium.
Patogenesis dan patologi
Penularan rabies dari hewan ke manusia sebagian besar melalui gigitan dan
sebagian kecil melalui kontak. Virus masuk melalui kontak gigitan dalam
beberapa minggu tinggal di tempat tersebut sebelum akhirnya menuju ke saraf
perifer. Dari saraf perifer penyebaran terjadi secara sentripetal melalui
aksoplasma dan sel schwan menuju ganglion dorsalis. Selanjutnya penyebaran
terjadi ke saraf pusat melalui cairan serebrospinal. Saat virus mencapai otak
terjadi proses memperbanyak diri dan menyebar luas ke semua bagian neuron
terutama sistem limbik, hipotalamus, dan batang otak. Virus kemudian menuju
ke arah perifer dan menyerang saraf otonom, otot lurik, otot jantung, kelenjar
adrenal, ginjal, mata, pankreas, serta akhirnya kelenjar ludah, lakrimalis, dan
sistem respirasi.
Manifestasi Klinis
Gejala klinis rabies terdiri dari beberapa stadium
1. Stadium prodromal nonspesifik
Gejala awal berlangsung 1-4 hari berupa demam, menggigil, malaise, mual,
muntah, diare, nyeri tenggorokan, nyeri perut, sakit kepala, dan mialgia.
2. Stadium sensoris
Rasa panas, nyeri, kesemutan dirasakan pada bekas luka. Kemudian disusul
dengan gejala cemas dan reaksi berlebihan terhadap rangsangan sensorik.
3. Stadium neurologik akut
Stadium ini bersifat eksitasi dan paralitik dan berkisar antara 2-7 hari.
- Eksitasi
Tonus otot dan aktivitas simpatik meninggi dengan tampilan hiperhidrosis,
hiperlakrimasi, hipersalivasi, dan dilatasi pupil. Penderita menjadi sangat
peka terhadap rangsangan suara, cahaya, air, angin yang menimbulkan
berbagai fobia terutama hidrofobia akibat spasme faring setelah minum air
- Paralitik
Setelah fase eksitasi pasien akan mengalami stadium paralitik dengan gejala
demam, skit kepala, paralisis ekstremitas yang digigit, dapat difus atau
menyebar asenden, dan kaku kuduk, serta pasien juga dapat mengalami
gangguan kesadaran.
4. Stadium koma (disfungsi batang otak)

Diagnosis
- Anamnesis
Adanya riwayat kontak maupun gigitan hewan yang dicurigai
Terdapat maniestasi klinis yang sesuai
- Pemeriksaan fisik
Identifikasi luka tanpa komplikasi
- Pemeriksaan penunjang
Darah perifer lengkap : leukositosis
Urinalisis : albuminuria
Pemeriksaan serologis
Fluorescent antibodies test (FAT)
Pemeriksaan mikroskopis (Seller)
RT-PCR
Tata laksana
Tidak ada terapi khusus untuk penderita. Tata laksana diberikan untuk
menangani komplikasi, dan perawatan luka. Perawatan luka dilakukakan mencuci
secepatnya luka dengan air mengalir dan sabun selama 10-15 menit. Luka diberi
antiseptik/alkohol 70% atau tinktura yodium, atau larutan ephiran 0,1%. Luka
sebaiknya tidak dijahit dan dapat diberikan profilaksis tetanus dan antibiotik bila
ada tanda infeksi.
Vaksin
Vaksin rabies terdiri dari 2 jenis yaitu dalam bentuk imunisasi pasif dengan
pemberian vaksin anti rabies (VAR) dan imunisasi aktif dengan serum anti rabies
(SAR). Setelah paparan, pada luka risiko rendah (jilatan pada kulit luka, garukan
atau lecet, luka kecil disekitar tangan, badan dan kaki) diberikan VAR, sedangkan
luka risiko tinggi diberikan VAR dan SAR. Untuk orang dengan risiko tinggi
terpapar virus rabies dapat mendapat VAR dengan dosis 1 ml.

Anda mungkin juga menyukai