Tugas Perekonomian Indonesia
Tugas Perekonomian Indonesia
Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karuniaNyalah, Makalah Dampak Usaha Mikro bagi Perekonomian Indonesia
ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Dengan membuat makalah ini kami diharapkan mampu untuk lebih memahami
tentang berbagai dampak dari usaha mikro bagi perekonomian di Indonesia.
Dalam penyelesaian makalah ini, tentu kami mengalami beberapa kesulitan. Namun,
berkat bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak, dan kerja sama diantara kami, akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna
penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.i
Kata Pengantar................................................................................................ii
Daftar Isi.........................................................................................................iii
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah...................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................1
Bab 2 Pembahasan
2.1 Definisi Usaha Mikro.................................................................................2
2.2 Tujuan Usaha Makro..................................................................................2
2.3 Peran Usaha Makro....................................................................................3
2.4 Dampak Terhadap Pembangunan Ekonomi Nasional................................6
Daftar Pustaka .................................................................................................11
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sejak badai krisis yang menerpa perekonomian Indonesia pada tahun 1997, pelaku
ekonomi dipaksa untuk berusaha lebih keras untuk bertahan , kehancuran mulai terlihat parah
karena sebelumnya pemerintah orde baru terlalu memfokuskan perekonomian pada para
konglomerat, hutang-hutang yang seharusnya dapat memacu roda ekonomi Indonesia
berbalik menjadi suatu jeratan yang mencekik perekonomian Indonesia. UKM, sebagai salah
satu elemen perekonomian Indonesia, boleh jadi akan menjadi harapan yang indah sebagai
benteng pengganti bagi perekonomian Indonesia, UKM yang dulunya sering menjadi korban
dari kebijakan Pemerintah Orde Baru yang mementingkan konglomerat dan pengusaha besar,
nampaknya telah terbiasa dengan kemandirian dan tidak terlalu tergantung dengan
pemerintah. UKM nampaknya harus dipersiapkan sebagai benteng yang kokoh dan tangguh
bagi perekonomian Indonesia.
Usaha Mikro adalah Peluang Usaha Produktif milik orang perorangan atau badan
Usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undangundang ini.
1.2
Perumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
1.3
Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
Bab II
Pembahasan
2.1 Definisi Usaha Mikro
Usaha Mikro adalah Peluang Usaha Produktif milik orang perorangan atau badan
Usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undangundang ini.
Usaha Mikro sebagaimana dimaksud menurut Keputusan Menteri Keuangan
No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003, yaitu usaha produktif milik keluarga atau
perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak
Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per tahun.
Berdasarkan pada Undang-Undang No. 20/2008 Usaha mikro atau usaha produktif
milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kekayaan bersih
paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah)
Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha mikro merupakan suatu segmen pasar yang
cukup potensial untuk dilayani dalam upaya meningkatkan fungsi intermediasi-nya karena
usaha mikro mempunyai karakteristik positif dan unik yang tidak selalu dimiliki oleh usaha
non mikro. Hal ini terjadi berdasarkan pada perputaran usaha (turn over) cukup tinggi,
kemampuannya menyerap dana dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap
berjalan bahkan terus.
2002,2003,2004 dan tahun 2005 yang masing masing sebesar Rp 149,87 triyun, Rp 168,36
trilyun dan Rp 217,66 trilyun dan Rp 275,27 trilyun. Akan tetapi bila dilihat peran terhadap
pembentukan investasi nasional, investasi UKM masih lebih rendah diabndingkan dengan
investasi pada usaha besar.
Bila dilihat secara spesifik UMKM mencakup industry kecil menengah (IKM) dan
Dagang Kecil Menengah (DKM) (Deperindag, 2002). IKM memiliki empat kharakteristik,
yaitu bersifat padat tenaga kerja dengan tingkat ketrampilan sedang , berbasis sumberdaya
local (hemat devisa), mengunakan tekhnologi tepat guna dan bersifat fleksible , hasil studi
menunjukkan bahwa IKM mempunyai peran besar dalam mewujudkan pertumbuhan
ekonomi yang tinggi industry kecil memiliki kontribusi terhadap pertambahan output bruto
lebih besar daripada industry menengah dan besar.
c. Peranan UMKM dalam Penciptaan Devisa Negara
UKM juga berkontribusi terhadap penerimaan ekspor, walaupun kontribusi UKM
jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan kontribusi usaha besar. Pada tahun 2005 nilai
ekspor usaha kecil mencapai 27.700 milyar dan menciptakan peranan sebesar 4,86 persen
terhadap total ekspor. Padahal pada tahun 2002 nilai ekspor skala usaha yang sama sebesar
20.496 milyar dan menciptakan peranan sebesar 5,13% terhadap total ekspor. Artinya terjadi
peningkatan pada nilai walaupun peranan ekspor pada UK sedikit mengalami penurun. Untuk
UM, nilai ekspor UM juga meningkat dari 66,821 milyar di tahu 2002 (16,74%) naik menjadi
81.429 milyar dengan peranan yang mengalami penurunan yang mengalami penurunan yaitu
sebesar 14,30% ditahun 2005.
Berdasarkan distribusi pendapatan ekspor menurut skala usaha (table 5.2), maka
periode 2003 2005 sektor pengerak ekspor terbesar secara total adalah industry pengolahan,
dan penyumbang ekspor terkecil adalah sector pertanian, peternakan, kehutanan dan
perikanan. Khusus pada UK, penymbang terbesar ekspor ekspor nonmigas adalah sector
industry pengolahan yang diikuti oleh sector pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan
dan terakhir adalah sector pertambangan dan penggalian. Sedangkan untuk UM sumbangan
terbesar terhadap ekspor adalah sector industry pengolahan.
2003
UK
UM
1.pertanian,peternakan, 37.97 1.59
UB
0.18
JML
2.35
2004
UK
UM
31.08 1.59
UB
0.24
1.50
10.53 8.53
JML
2.04
2005
UK
UM
35.30 1.68
UB
0.23
2.16
13.43 11.04
JML
2.14
kehutanan dan
perikanan
2.pertambangan dan
1.75
penggalian
3. industry pengolahan
ekspor non migas
60.28 98.00 89.45 89.21 67.42 98.03 89.23 89.43 62.54 97.80 86.34 86.82
100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
0.41
10.38 8.44
0.38
0.52
Kontribusi UMKM terhadap penerimaan ekspor yang meningkat tersebut paling tidak
dapat dilakukan, disamping mengerahkan bantuan(hibah) luar negeri untuk memperkuat dan
meningkatkan peran UKM
Upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pinjaman modal berupa
kredit berbunga rendah. Untuk pelaksanaanya melibatkan pihak perbankan, khususnya
perbankan milik pemerintah. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan aksesbilitas para
pelaku UKM terhadap modal yang selam ini relative terbatas. Diperlukan pula ketegasaan
dari pemerintah dalam bentuk peraturan perundangan ataupun peraturan pemerintah(PP)
untuk mendorong pihak perbankan melakukan tugasnya dengan sungguh sungguh dan penuh
tanggung jawab.
akhir tahun 2003. Secara umum peran usaha mikro dan kecil dalam PDB mengalami
kenaikan dibanding sebelum krisis, bersamaan dengan merosotnya usaha menengah dan
besar terutama pada puncak krisis ekonomi tahun 1998 dan 1999, namun kemudian tergeser
kembali oleh usaha besar. Usaha kecil telah pulih dari krisis pada tahun 2001, dan usaha
besar baru pulih dari krisis pada tahun 2003, sedang untuk usaha menengah diperkirakan
akan pulih pada tahun 2004 ini. Krisis ekonomi mengakibatkan Indonesia tertinggal 7 tahun
dibandingkan negara lain dalam membangun daya saing perekonomian nasionalnya.
Tabel 1
Perbandingan Komposisi PDB Menurut Skala Usaha
Pada Tahun 1997 dan 2003
Atas Dasar Harga Konstan 1993 (Milyar Rupiah)
No. Skala Usaha
1997
2003
Pertumbuhan
1.
Usaha mikro dan kecil 171.048 183.125 + 7,06%
2.
3.
Usaha Menengah
(40,45)
78.524
Usaha Besar
(17,41
(15,61)
183.673 185.352 + 0,91%
Jumlah PDB
(41,11)
75.975
- 3,25%
(42,17) (43,28)
433.245 444.453 + 2,59%
(100)
(100)
Sumber: BPS dan Kementerian Koperasi dan UKM (beberapa tahun)
Tabel 2.
Rata-rata Struktur PDB Menurut Skala Usaha Tahun 2000 2003
Lapangan Usaha
Rata-rata 2000-2003
UK
UM
UB
85,74 9,09
5,17
Struktur
6,73
15,14
0,52
43,88
75,60
16,80
16,80
2,96
12,98
6,80
22,57
20.81
26,64
46,47
90,30
71,89
92,68
33,55
3,59
36,67
36,73
12,20
25,10
1,73
5,93
16,15
5,50
6,64
35,59
7,16
57,25
9,86
40,55
15,22
44,24
100,00
36,60
87,74
1. Pertanian,Peternakan,Kehutanan dan
Perikanan
2. Pertambangan dan Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
5. Bangunan
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
7. Pengangkutan dan Komunikasi
8. Keuangan, Persewaan dan
Jasa perusahaan
9. Jasa-jasa
PDB
16,89
Krisis ekonomi telah mengakibatkan jumlah unit usaha menyusut secara drastic
(7,42%), dari 39,77 juta unit usaha pada tahun 1997 menjadi 36,82 juta unit usaha pada tahun
1998, dan bahkan usaha menengah dan besar mengalami penurunan jumlah unit usaha lebih
dari 10%. Usaha menengah relatif yang paling lamban untuk pulih dari krisis ekonomi,
padahal usaha menengah memiliki peran strategis untuk menjaga dinamika dan
keseimbangan struktur perekonomian nasional dan penumbuhan kehidupan yang lebih
demokratis.
Tabel 3.
Perkembangan Jumlah Unit Usaha Tahun 1997, 2000 dan 2003
No. Skala Usaha
Tahun 1997 Tahun 2000 Tahun 2003
1.
Usaha kecil
39.704.661 38.669.335 42.326.519
2.
Usaha Menengah 60.449
54.632
61.986
3.
Usaha Besar
2.097
1.973
2.243
Jumlah
39.767.207 38.725.940 42.390.749
Sumber: BPS dan Kementerian Koperasi dan UKM (diolah)
Pertumbuhan 1997-2003
6,60%
2,54%
6,96%
6,59%
Usaha mikro, kecil dan menengah memberikan lapangan kerja bagi 99,45% tenaga
kerja di Indonesia, dan masih akan menjadi tumpuan utama penyerapan tenaga kerja pada
masa mendatang. Selama periode 2000 2003, usaha mikro dan kecil telah mampu
memberikan lapangan kerja baru bagi 7,4 juta orang dan usaha menengah mampu
memberikan lapangan kerja baru sebanyak 1,2 juta orang. Pada sisi lain, usaha besar hanya
mampu memberikan lapangan kerja baru sebanyak 55.760 orang selama periode 2000
2003. Hal ini merupakan bukti bahwa UMKM merupakan katup pengaman, dinamisator dan
stabilisator perekonomian Indonesia.
Tabel 4
Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Skala Usaha
Pada Tahun 2000 dan 2003 (orang)
No. Skala usaha
2000
2003
1.
Usaha Mikro dan Kecil 62.856.765 70.282.178
(88,79)
(88,43)
2.
Usaha Menengah
7.550.674 8.754.615
(10,67)
(11,02)
3.
Usaha Besar
382.438
438.198
(0.54)
(0,55)
Jumlah Tenaga Kerja
70.789.877 79.474.991
(100)
(100)
Sumber: BPS dan Kementerian Koperasi dan UKM (diolah)
Pertumbuhan
7.425.413
(11,81%)
1.203.941
(15,94%)
55.760
(14,58%)
8.685.114
(12,27%)
Kontribusi UMKM pada ekspor non migas terus mengalami peningkatan secara
perlahan, dari Rp 75.448 milyar pada tahun 2000 menjadi Rp 75.859 milyar pada tahun 2003,
sedang usaha besar mengalami penurunan dari Rp 314.518 milyar menjadi Rp 305.397
milyar pada periode yang sama. Pada sisi lain, usaha mikro dan kecil relatif rendah
penggunaan bahan baku impornya (5,8%) jika dibandingkan dengan usaha menengah (9,3%)
dan usaha besar (14,7%). Hal ini membuktikan usaha mikro, kecil dan menengah
memberikan kontribusi yang positif untuk neraca pembayaran Indonesia.
Tabel 5.
Perkembangan Nilai Ekspor Non Migas Menurut Skala Usaha
Pada Tahun 2000 dan 2003 (Milyar Rupiah)
No. Skala Usaha
2000
2003
1.
Usaha Mikro dan Kecil 21.136.510 20.464.869
(5,42)
(5,37)
2.
Usaha Menengah
54.312.096 55.394.449
(13,93)
(14,53)
3.
Usaha Besar
314.518.682 305.397.028
(81,63)
(80,10)
Jumlah Nilai Ekspor
389.957.289 381.256.346
(100)
(100)
Sumber: BPS dan Kementerian Koperasi dan UKM (diolah)
Pertumbuhan
- 671.641
(3,18)
+ 1.082.353
(1,99)
- 9.121.654
(2,90)
- 8.700.943
(2,23)
Pada tahun 2003, pertumbuhan ekonomi Usaha mikro dan kecil sebesar 4,1%, usaha
menengah tumbuh sebesar 5,1%, sedang usaha besar hanya tumbuh 3,5%. Pertumbuhan
usaha mikro, kecil dan menengah telah meningkatkan kontribusi UMKM untuk pertumbuhan
ekonomi nasional sebesar 2,37% dari total pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,1%.
UMKM memiliki keunggulan pertumbuhan PDB dalam sektor sekunder yang tumbuh
masing-masing sebesar 5,60%, 4,65% dan 5,36% pada periode 2001 2003, sedang usaha
besar hanya tumbuh sebesar 3,36%,,_ 3,60% dan 4,04% pada periode yang sama. UMKM di
sektor sekunder dan tersier relatif potensial dikembangkan pada mendatang mengingat
memiliki pertumbuhan yang tinggi. Usaha mikro dan kecil umumnya memiliki keunggulan
dalam bidang yang memanfaatkan sumberdaya alam dan padat karya, seperti: pertanian
tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, perdagangan dan restoran. Usaha
menengah memiliki keunggulan dalam penciptaan nilai tambah di sektor hotel, keuangan,
persewaan, jasa perusahaan dan kehutanan. Usaha besar memiliki keunggulan dalam industri
pengolahan, listrik dan gas, komunikasi dan pertambangan. Hal ini membuktikan usaha
mikro, kecil, menengah dan usaha besar di dalam praktiknya saling melengkapi.
Perekonomian Indonesia dalam masa pemulihan ekonomi terus tumbuh, namun
mengkhawatirkan, karena pertumbuhannya lebih ditarik oleh sector konsumsi dan bukan
sector produksi. Rendahnya tingkat investasi dan produktivitas, serta rendahnya pertumbuhan
usaha baru di Indonesia perlu memperoleh perhatian yang serius pada masa mendatang dalam
rangka
mengembangkan
UMKM
menuju
usaha
yang
berdaya
saing
tinggi.
Mempertimbangkan UMKM umumnya berbasis pada sumberdaya ekonomi lokal dan tidak
bergantung pada impor, serta hasilnya mampu diekspor karena keunikannya, maka
pembangunan UMKM diyakini akan memperkuat fondasi perekonomian nasional.
Perekonomian Indonesia akan memiliki fundamental yang kuat jika UMKM telah menjadi
pelaku utama yang produktif dan berdaya saing dalam perekonomian nasional. Untuk itu,
pembangunan koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah perlu menjadi prioritas utama
pembangunan ekonomi nasional dalam jangka panjang.
10
Daftar Pustaka
www.bps.go.id
www.datastatistik-indonesia.com
www.psp3.ipb.ac.id
www.repository.usu.co.id
www.id.wikipedia.org
www.depkop.go.id
11