Anda di halaman 1dari 27

Identitas Pasien

Nama

: Mustofa Bin Sadeli

Tempat Tanggal Lahir

: Serang, 25 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Buruh

Kewarganegaraan

: Indonesia

Alamat

: Kampung Sadang Desa Cikande Kecamatan Cikande


Kabupaten Serang atau Link. Secang Rt.01 Kelurahan
Cimuncang Kecamatan dan Kota Serang

Kronologis Peristiwa
Berdasarkan surat permintaan penyidik, Nama: Tn. A, NRP 61060123, Jabatan
Kepala Satuan Reserse Kriminal, Surat A.901/ 506/ VIII/ 2015/ Reskrim, tanggal
surat 3 Agustus 2015, maka Tim Kedokteran Forensik pada hari Senin tanggal 3
Agustus 2015 mulai pukul 20.04 WIB sampai pukul 22.30 WIB melakukan
pemeriksaan luar dan hari Selasa tanggal 4 agustus 2015 mulai pukul 09.40 WIB
sampai pukul 11.30 WIB melakukan pemeriksaan dalam di RSUD Serang Drajat
Prawiranegara, terhadap almarhum, Nama Tn.M, Umur 25 tahun, Jenis kelamin
laki-laki, Agama Islam, Pekerjaan Buruh, Kewarganegaraan Indonesia, Alamat
Kampung Sadang Desa Cikande Kecamatan Cikande Kabupaten Serang atau Link.
Secang Rt.01 Kelurahan Cimuncang Kecamatan dan Kota Serang, ditemukan di
Kampung Sandol Desa Barengkok Kecamatan Kibin Kabupaten Serang pada tanggal
3 Agustus 2015 pukul 16.00 WIB dan belum diketahui penyebab kematiannya.

BERITA ACARA PENYERAHAN BARANG BUKTI


Pada hari ini Senin tanggal tiga bulan Agustus tahun dua ribu lima belas jam ?
WIB. Bertempat di Instalasi Kedokteran Forensik Dan Medikolegal Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Serang (IKFM RSUD KAB. SERANG) diserahkan bukti
berupa:
1. Kaos tangan pendek tanpa kerah, tanpa ukuran, dengan merek baju Gaya n Gaul.
Di sisi depan terdapat gambar mirip burung hantu berwarna biru dan ungu
dengan tulisan The King Hunter. Bahan dasar berwarna hitam. Bagian belakang
terdapat tulisan The King Hunter berwarna putih berbahan dasar hitam. Kaos
dalam keadaan basah dan kotor.
2. Celana panjang jeans berwarna hitam, ukuran 32, tanpa merek dan di sisi
samping kanan, kiri, dan depan terdapat kantong tanpa penutup. Di sisi kiri
dalam kantong depan terdapat uang kertas Rp2.000,00 ( 2 lembar), Rp50.000,00
( 1 lembar), Rp1.000,00 ( 1 lembar) dan Rp5.000,00 ( 1 lembar).
Celana dalam keadaan basah dan kotor. Uang yang ditemukan dalam keadaan
basah dan kotor.
3. Celana dalam berwarna cream tanpa merek. Celana dalam dengan keadaan basah
dan kotor.
Yang semuanya berasal dari Jenazah sesuai dengan keterangan pada Berita Acara
Serah Terima Jenazah sebagai berikut:
Nama
Umur
Alamat

: Mustofa Bin Sadeli


: Serang, 25 tahun
: Kampung Sadang Desa Cikande Kecamatan Cikande
Kabupaten Serang atau Link. Secang Rt.01 Kelurahan
Cimuncang Kecamatan dan Kota Serang

Demikian berita acara ini dibuat dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Serang,

Yang Menyerahkan ,

Yang Menerima,

INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG
LAPORAN OBDUKSI:

RegisterForensik

:022/KEDFOR/VIII/2015

RegisterRSUDSRG.CM

Dr. P.L : dr. Budi. S, DFM, Sp.F

TANGGAL : 3/8/2015

Dr. P.D : dr. Baety A, Sp.F

TANGGAL: 4/8/ 2015

Penanggung Jawab

: dr. Budi Suhendar, DFM, Sp.F

PUKUL: 20.04 WIB


PUKUL: 09.30 WIB

Penulis : Desta M

Pemeriksaan Jenazah atas Permintaan Kepolisian : Polres Serang


NOPOL

: -

Tanggal: 3 Agustus 2015

Nama

: MUSTOFA BIN SADELI

Bangsa : WNI

Umur

: 25 tahun

Bulan/Tanggal:

Jenis Kelamin: Laki-laki

Pekerjaan

: Buruh

Pendidikan : -

Status : Menikah

Alamat

: Kampung Sadang Desa Cikande

KIRIMAN

: Polres Serang

TKP

: Cikande Modern

PEMERIKSAAN LUAR :
1. Label terikat pada : -

terbuat dari: -

berwarna: -

dengan / tanpa material, bertuliskan : 2. Tutup / Bungkus Mayat

: Kantong jenazah terbuat dari terpal berwarna kuning


dalam keadaan basah kotor, coklat hitam dan depan
terdapat resleting warna hitam. Pada kedua sisi
terdapat 3 tali pengangkut.

3. Perhiasan Mayat

: tidak ditemukan

4. Pakaian mayat

: (sebutkan dengan lengkap, jenis pakaian, warna

dasar, corak, adanya robekan, bercak, dsb).


a. Kaos tangan pendek tanpa kerah, tanpa ukuran, dengan merek baju Gaya n
Gaul. Di sisi depan terdapat gambar mirip burung hantu berwarna biru dan
ungu dengan tulisan The King Hunter. Bahan dasar berwarna hitam. Bagian
belakang terdapat tulisan The King Hunter berwarna putih berbahan dasar
hitam. Kaos dalam keadaan basah dan kotor.
b. Celana panjang jeans berwarna hitam, ukuran 32, tanpa merek dan di sisi
samping kanan, kiri, dan depan terdapat kantong tanpa penutup.
c. Celana dalam berwarna cream tanpa merek. Celana dalam dengan keadaan
basah dan kotor.
5. Benda di samping mayat

: terdapat beberapa ranting dan batang pohon berwarna

coklat hitam yang menempel di leher, dada, dan kaki.


6. Kaku mayat sudah menghilang.
Lebam mayat sudah tidak dapat dinilai.
7. Mayat adalah seorang laki-laki, bangsa / ras : Mongoloid, berumur K.L : 25 tahun,
kulit: tidak diketahui , Gizi: tidak diketahui, panjang tubuh: 172 cm, berat tubuh:
tidak diketahui, Zakar sudah disunat.
8. Identitas Khusus (cacat kelaianan bawaan, cacat tubuh, tato, dan lain-lain)
a. Pada daun telinga kiri bagian bawah 3 cm dibawah liang telinga, terdapat
lubang menyerupai bekas tindikan.
b. Pada tungkai atas kiri sisi dalam 4 cm di atas lipat lutut terdapat bintik
kehitaman berbentuk bulat lonjong (tahi lalat) berdiameter 0,4 cm.
c. Pada tungkai bawah kiri sisi dalam 11 cm di bawah lipat lutut terdapat bintik
kehitaman berbentuk bulat lonjong berdiameter 0,5 cm
d. Pada leher samping atas kanan 14 cm dari Garis Pertengahan Depan (GPD), 9
cm di bawah liang telinga terdapat bekas luka lama yang sudah menyembuh
pada perabaan sedikit kenyal, pada tiap sisinya terapat kulit yang sudah
mengeras dan menyerupai jaringan parut berbentuk lonjong bulat berdiameter
3,5 cm.

9. Rambut
Alis Mata
Bulu Mata
Kumis
Jenggot

berwarna hitam
tumbuhnya lurus
panjang 11 cm.
berwarna hitam sebagian hilang tumbuhnya tipis panjang 0,7 cm.
berwarna hitam
tumbuhnya lurus
panjang 1 cm.
berwarna tumbuhnya
panjang berwarna tumbuhnya
panjang -

10. Mata kanan terbuka 1 cm

Mata kiri terbuka 1 cm.

Selaput bening mata putih keruh.


Teleng mata diameter tidak dapat dinilai.
Warna tirai mata hitam
Selput bola mata merah dan terdapat pelebaran pembuluh darah
Selaput kelopak mata kemerahan.
11. Hidung : pesek.
Telinga : oval.
Mulut terbuka 2,5 cm, lidah terjulur dan tergigit 2 cm dari ujung lidah.
12. Gigi geligi

Ka

Ki

8 7 6 5 4 3 2 1

1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 5 4 3 2 1

1 2 3 4 5 6 7 8

Jumlah gigi : 31 buah


13. Dari lubang mulut keluar
Dari lubang hidung keluar

: cairah kehitaman kental (disertai butiran pasir).


: cairan merah (darah).

Dari lubang telinga kanan keluar : Dari lubang telinga kiri keluar

: -

Dari lubang kemaluan keluar

: -

Dari lubang pelepas keluar

: -

14. Luka luka (sebutkan secara sistematik region, koordinat, jenis bentuk, tepi,
dasar, sekitar, ukuran luka, jembatan jaringan, benda asing, dan lain-lain).

1) Pada kepala sisi kiri 7 cm dari Garis pertengahan depan, 8 cm di bawah


puncak kepala terdapat luka \ memar berwarna merah kebiruan berukuran
7,5 cm x 6 cm dengan tinggi 1 cm.
2) Pada pelipis kanan 11 cm dari garis pertengahan depan, 4 cm diatas dusut
mata luar terdapat beberapa luka terbuka dangkal tepi tidak rata, dasar
jaringan bawah kulit dengan ukuran terbesar 0,8 cm x 0,5 cm dan ukuran
terkecil 0,1 cm x 0,1 cm dan meliputi area seluas 4,5 cm x 2,5 cm. pada tepi
luka terdapat memar berwarna merah kebiruan dengan ukuran 3,5 cm x 3,5
cm.
3) Pada kepala atas sisi kanan, 6 cm dari garis pertengahan depan 7 cm di
bawah puncak kepala terdapat bengkak berukuran 9 cm x 7 cm x 1,5 cm.
4) Kepala bagian belakang sisi kanan atas, 8 cm dari garis pertengahan depan
12 cm di bawah puncak kepala terdapat bengkak berukuran panjang 8 cm x
8 cm x 1,5 cm.
15. Patah tulang
Tidak ditemukan.
16. Lain lain
a. Mayat dalam keadaan basah, busuk dan hampir sebagian tubuh terkelupas
kulit ari.
b. Pada kulit wajah tampak berwarna hijau kehitaman.
c. Pada dada atas, bahu kanan dan kiri sisi depan tampak kulit berwarna
kemerahan yang melebar hingga ke lengan atas kanan dan kiri sisi depan.
d. Pada perut atas hingga bawah, melebar ke tungkai atas dan bawah, kanan
dan kiri serta punggung, kaki dan telapak kaki tampak berwarna kehijauan
dan kemerahan disertai pelebaran pembuluh darah.
e. Pada lengan atas bawah kanan dan kiritampak berwarna kehijauan dan
f.
g.
h.
i.

kemerahan disertai pelebaran pembuluh darah .


Pada ibu jari tangan kanan dan kiri tampak berwarna kebiruan (sianosis).
Pada kuku jari kaki kanan dan kiri tampak berwarna kebiruan (sianosis).
Pada skrotum tampak bengkak.
Pada leher belakang hingga punggung atas dan bawah serta bokong kanan
dan kiri tampak kulit berwarna kehijauan dan kemerahan disertai pelebaran
pembuluh darah (proses pembusukan).

PEMERIKSAAN DALAM

16. Jaringan lemak bawah kulit berwarna kuning kehijauan, daerah dada setebal 0,3
cm dan daerah perut 1,7 cm. Sekat rongga badan kanan setinggi 6, kiri setinggi 6.
Tulang dada utuh. Kandung jantung tampak seluruhnya, jari diantara kedua paru,
berisi cairan encer berwarna merah gelap sebanyak 10cc.
17. Jaringan ikat bawah kulit daerah leher, tidak terdapat resapan darah serta rongga
badan kanan setinggi iga 6, kiri setinggi sela iga 6. Otot leher tidak terdapat
resapan darah.
18. Selaput dinding perut putih kelabu disertai gelembung-gelembung gas dan
pembusukan. Dalam rongga perut berisi cairan berwarna kecoklatan sebanyak 50
cc.
19. Lidah berwarna coklat kehijauan, penampang coklat kemerahan. Tulang lidah
utuh. Rawan gondok utuh. Rawan cincin utuh. Kelenjar gondok berwarna merah
kehitaman, perabaan lunak. Penampang merah kehitaman. Kerongkongan berisi
lumpur berwarna kehitaman, selaput lendir berwarna putih kelabu. Batang
tenggorok berisi terutama pada bagian depan berisi lumpur berwarna hitam, dan
pada bagian ujungnya berisi massa keras kehitaman.
20. Jantung sebesar 1 kali tinju kanan mayat, berwarna cokat kehitaman perabaan
agak lunak, ukuran lingkaran katub serambi kanan 9,5 cm, kiri 8 cm, pembluh
nadi paru 5,5 cm. Tebal otot bilik kanan 3 mm dan kiri 10 mm. Pembuluh nadi
jantung tidak menyempit, sekat jantung berwarna coklat kemerahan homogen,
berat 250 gram.
21. Paru kanan terdiri atas 3 baga, penampang berwarna merah kehitaman, tanpa
pemijatan keluar cairan berwarna kehitaman dan sedikit busa halus, berat 400
gram. Seluruh baganya melekat pada dinding dada dalam rongga dada kanan
berisi cairan berwarna merah gelap sebanyak 200 cc. Paru kiri terdiri atas 2 baga,
berwarna cokat kehijauan, perabaan lunak, penampang berwarna merah
kehitaman, tanpa pemijatan keluar cairan berwarna merah kehitaman dan sedikit

busa halus, berat 350 gram. Seluruh baganya melekat di dinding dada dalam
rongga dada kiri berisi cairan berwarna merah gelap sebanyak 10 cc.
22. Limpa berwarna hitam kehijauan, permukaan rata, perabaan lunak, penampang
berwarna hitam keunguan, gambaran limpa jelas dan pada pengikisan jaringan
terikut, berat 100 gram.
23. Hati berwarna hijau kehitaman, permukaan licin, tepi baga kanan tumpul, tepi
baga kiri tajam, perabaan lunak, penampang berwarna coklat kemerahan,
gambaran hati tidak jelas, berat 700 gram.
24. Kelenjar empedu berisi cairan berwarna cokat kehijauan, selaput lendir seperti
beludru, saluran empedu tidak tersumbat.
25. Kelenjar liur perut berwarna kuning keabuan, permukaan masih berbaga-baga,
perabaan kenyal, penampang berwarna kelabu, gambaran kelenjar tidak jelas,
berat 50 gram.
26. Lambung berisi banyak lumpur berwarna hitam, selaput lendir lambung berwarna
kelabu kehijauan disertai gelembung-gelembung gas pembusukan. Usus dua beas
jari berisi lendir, lendir berwarna kuning, lumpur kehitaman. Usus halus lendir
berwarna putih keabuan. Usus besar massa lunak berwarna kuning kehijauan.
27. Kelenjar anak ginjal kanan berbentuk tidak beraturan, warna kuning kemerahan,
penampang tidak bagus. Kelenjar anak ginjal kiri berbentuk tidak beraturan,
warna kuning kemerahan, penampang tidak bagus.
28. Ginjal kanan simpai lemak cukup tebal, simpai ginjal mudah terlepas, permukaan
ginjal rata, warna merah kecoklatan, penampang berwarna merah kecoklatan,
gambaran ginjal tidak jelas, piala ginjal kosong, saluran kemih tidak tersumbat,
berat 150 gram. Ginjal kiri simpai lemak cukup tebal, simpai ginjal mudah
terlepas, permukaan ginjal rata, warna merah kecoklatan pucat, penampang
berwarna merah kecoklatan, gambaran ginjal tidak jelas, piala ginjal kosong,
saluran kemih tidak tersumbat, berat 150 gram.
9

29. Kandung kemih berisi sedikit cairan kuning keruh, selaput lendir kelabu.
30. Kulit kepala bagian dalam : pada kepala isi bagian atas kiri terdapat resapan darah
7,5 cm x 6 cm. Tulang tengkorak utuh. Selaput keras otak utuh. Selaput lunak
otak sisi kiri terdapat perdarahan. Otak besar sudah membubur. Otak kecil sudah
membubur. Batang otak sudah membubur. Bilik otak sudah membubur. Berat
1.100 gram.
31. Pemeriksaan laboratorium :
Toksikologi :
COC (-)

MOP (-)

AMP (+)

BZO (-)

MET (+)

THC (+)

Histologi Forensik :
1. Otak besar
2. Otak kecil
3. Batang otak
4. Paru kanan
5. Massa pada paru kiri atas
6. Kulit kepala bagian dalam kiri atas
7. Jantung
8. Ginjal kanan
9. Ginjal kiri
10. Pankreas
11. Limpa
12. Hepar
13. Iga
Lain-lain :
Penilaian dari penutupan sutura
1.
2.
3.
4.
5.

Korona score 1
Dreg score 1
Pterion score 1
Spenel frontal score 1
Spenel temporal score 1

10

Demikian telah saya uraikan dengan sejujur-jujurnya dan menggunakan pengetahuan


saya yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah jabatan, sesuai dengan Kitab Undangundang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

11

Analisis Kasus
1. Tanda Kematian Pasti
a. Lebam Mayat (Livor Mortis)
Pada korban ini, lebam mayat sudah tidak dapat dinilai. karena seluruh tubuh
korban berwarna kehijauan. Dari teori, lebam mayat mulai tampak 20 30
menit pasca mati, makin lama intensitasnya semakin bertambah dan menjadi
lengkap dan menetap setelah 8 12 jam. Fungsi dari penilaian lebam mayat
adalah untuk memperkirakan waktu kematian, mengetahui perubahan posisi
mayat yang dilakukan setelah terjadinya lebam mayat yang menetap, dan
mengetahui sebab kematian misalnya lebam berwarna merah terang pada
keracunan CO atau CN; berwarna kecoklatan pada keracunan Anilin, Nitrit,
Nitrat, Sulfonat.
b. Kaku Mayat (Rigor Mortis)
Pada korban ini, kaku mayat sudah tidak dapat dinilai. Menurut kami, pasien
meninggal sudah lebih dari 24 jam sehingga kaku mayat sudah menghilang.
Tetapi pada korban ini terdapat. Dari teori, kaku mayat dibuktikan dengan
memeriksa persendian, mulai tampak kira-kira 2 jam setelah mati klinis,
dimulai dari bagian luar tubuh (otot-otot kecil kearah dalam). Setelah mati
klinis 12 jam, kaku mayat menjadi lengkap, dipertahankan selama 12 jam dan
kemudian menghilang dari urutan yang sama.
c. Pembusukan ( Decomposition)
Pembusukan adalah proses degradasi jaringan yang terjadi akibat autolysis dan
kerja bakteri. Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam setelah kematian
berupa berwarna kehijauan pada perut kanan bawah yaitu daerah caecum yang
isinya lebih cair dan penuh dengan bakteri serta terletak pada dinding perut.
Secara bertahap, warna kehijauan ini akan menyebar pada seluruh perut dan
dada, dan bau busukpun mulai tercium. Pembuluh darah di bawah kulit akan
tampak seperti melebar dan berwarna kehitaman. Selanjutnya kulit ari akan
terlupas atau membentuk gelumbung berisi cairan kemerahan berbau busuk.
Pembenrukan gas dalam tubuh, dimulai dalam lambung dan usus
mengakibatkan tegangnya perut dan keluarnya cairan kemerahan dari mulut
12

dan hidung. Gas ini menyebabkan pembengkakan tubuh yang menyeluruh tapi
ketegangan terbesar terdapat didaerah dengan jaringan longgar, seperti
skrotum dan payudara. Tubuh berada dalam sikap seperti petinju (pugilistic
attitude), yaitu kedua lengan dan tungkai dalam sikap setengah fleksi akibat
terkumpulnya gas pembusukan didalam rongga sendi. Rambut menjadi mudah
tercabut. Wajah menggembung dan berwarna ungu kehijauan. Kelopak mata
membengkak, pipi tembem, bibir tebal, lidah membengkak dan lidah terjulur
diantara gigi. Pada pemeriksaan dalam tubuh, didapatkan otak yang melunak
(seperti bubur), dan limpa melunak.
2. Sebab Kematian
a. Pada pemeriksaan luar, pakaian pasien dalam keadaan basah dan kotor akibat
lumpur. Terdapat beberapa ranting dan batang pohon berwarna coklat
kehitaman yang menempel pada leher, dada, dan kaki korban. Mata korban
setengah terbuka 1 cm pada mata kanan dan kiri. Pada kepala sisi kiri korban
terdapat memar berwarna kebiruan; pada pelipis kanan terdapat beberapa luka
terbuka dangkal tepi tidak rata, jaringan bawah kulit; pada kepala atas sisi
kanan dan kepala bagian belakang sisi kanan terdapat bengkak.
b. Pada pemeriksaan dalam, kerongkongan, batang tenggorok berisi lumpur
berwarna kehitaman. Paru kanan, penampang berwarna merah kehitaman,
tanpa pemijatan keluar cairan berwarna kehitaman dan sedikit busa halus,
berat 400 gram. Seluruh baganya melekat pada dinding dada dalam rongga
dada kanan berisi cairan berwarna merah gelap sebanyak 200 cc. Paru kiri
berwarna cokat kehijauan, perabaan lunak, penampang berwarna merah
kehitaman, tanpa pemijatan keluar cairan berwarna merah kehitaman dan
sedikit busa halus, berat 350 gram. Seluruh baganya melekat di dinding dada
dalam rongga dada kiri berisi cairan berwarna merah gelap sebanyak 10 cc.
Lambung berisi banyak lumpur berwarna hitam, selaput lendir lambung
berwarna kelabu kehijauan disertai gelembung-gelembung gas pembusukan.
Usus dua belas jari berisi lendir, lendir berwarna kuning, lumpur kehitaman.
Pada pemeriksaan luar korban, sesuai dengan teori yang didapatkan pada
pemeriksaan luar jenazah akibat tenggalam. Sedangkan pada pemeriksaan
dalam korban, terdapat lumpur berwarna kehitaman di kerongkongan, batang
tenggorok, paru, lambung dan usus duabelas jari. Hal ini menandakan bahwa
13

pasien sempat hidup didalam air dan terminum lumpur. Berat paru-paru
normal adalah sekitar 250 300 gram. Pada korban ini, paru kanan 400 gram
dan paru kiri 350 gram, menandakan terdapatnya pembesaran pada paru-paru.
Pada paru-paru korban, tidak membesar seperti balon yang menutupi kandung
jantung, pada pengirisan tidak banyak keluar cairan dan busa sedikit tanpa
pemijatan. Hal ini menunjukan bahwa korban tenggelam pada air tawar.
3. Identifikasi Forensik
Pada korban ini, ditemukan 3 identifikasi sekunder, sehingga dapat ditegakan
identitas korban ini.
a. Pada daun telinga kiri bagian bawah 3 cm dibawah liang telinga, terdapat
lubang menyerupai bekas tindikan.
b. Pada leher samping atas kanan 14 cm dari Garis Pertengahan Depan (GPD), 9
cm di bawah liang telinga terdapat bekas luka lama yang sudah menyembuh
pada perabaan sedikit kenyal, pada tiap sisinya terapat kulit yang sudah
mengeras dan menyerupai jaringan parut berbentuk lonjong bulat berdiameter
3,5 cm.
c. Pakaian pasien, yang diakui oleh keluarganya merupakan pakaian adik pasien.

TINJAUAN PUSTAKA
14

1. IDENTIFIKASI FORENSIK
A. Identifikasi Primer
1. Sidik Jari
a. Definisi
Sidik jari adalah suatu impresi dari alur-alur lekukan yang menonjol
dari epidermis pada telapak tangan dan jari-jari tangan atau telapak kaki
dan jari-jari kaki, yang juga dikenal sebagai dermal ridges atau dermal
papillae, yang terbentuk dari satu atau lebih alur-alur yang saling
berhubungan. Dari bayi pun, kita semua sudah mempunyai sidik jari yang
sangat identik dan tidak dimiliki orang lain. Alur-alur kulit di ujung jari
dan telapak tangan dan kaki mulai tumbuh di ujung jari sejak janin berusia
empat minggu hingga sempurna saat enam bulan di dalam kandungan.1
Daktiloskopi adalah suatu sarana dan upaya pengenalan identitas diri
seseorang melalui suatu proses pengamatan dan penelitian sidik jari, yang
dipergunakan untuk berbagai keperluan/kebutuhan, tanda bukti, tanda
pengenal ataupun sebagai pengganti tanda tangan (cap Jempol).1
Metode ini membandingkan sidik jari jenazah dengan data sidik jari
antemortem. Sampai saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan
pemeriksaan yang diakui paling tinggi ketepatannya untuk menentukan
identitas seseorang. Dengan demikian harus dilakukan penanganan yang
sebaik-baiknya terhadap jari tangan jenazah untuk pemeriksaan sidik jari,
misalnya dengan melakukan pembungkusan kedua tangan jenazah dengan
kantong plastik.1
Ada tiga alasan mengapa sidik jari merupakan indikator identitas yang
dapat diandalkan: 1

Sidik jari unik: Tidak ada kecocokan mutlak antara papiler ridges pada
jari dari dua individu yang berbeda atau pada jari yang berbeda dari
orang yang sama.

Sidik jari tidak berubah: papiler ridges terbentuk pada bulan keempat
kehamilan dan tetap tidak berubah bahkan setelah mati. Sidik jari
tumbuh kembali dalam pola yang sama setelah luka ringan. Luka yang
lebih parah mengakibatkan jaringan parut permanen.

Sidik

jari

dapat

diklasifikasikan:

Karena

sidik

jari

dapat

diklasifikasikan, maka dapat diidentifikasi dan didata secara sistematis

15

dan dengan demikian dapat diperiksa dengan mudah untuk tujuan


perbandingan.
b. Cara Pengambilan Dan Pemeriksaan Sidik Jari
Dari beberapa metode identifikasi yang dikenal hanya metode penetuan
jati diri dengan sidik jari (daktiloskopi), yang tidak lazim dikerjakan oleh
dokter, melainkan dilakukan oleh pihak kepolisian. Walaupun pemeriksaan
sidik jari tidak dilakukan oleh dokter, dokter masih mempunyai kewajiban
yaitu untuk mengambilkan atau mencetak sidik jari, khususnya sidik jari
pada korban yang tewas dan keadaan mayatnya yang telah membusuk.
Teknik pengembangan sidik jari pada jari yang keriput, serta mencopot
kulit ujung jari yang telah mengelupas dan memasangnya pada jari yang
sesuai pada jari pemeriksa, baru kemudian dilakukan pengambilan sidik
jari, merupakan prosedur standar yang harus diketahui dokter. 1
Cara pengangkatan sidik jari yang paling sederhana adalah dengan
metode dusting (penaburan bubuk). Biasanya metode ini digunakan pada
sidik jari paten / yang tampak dengan mata telanjang. Sidik jari laten
biasanya menempel pada lempeng aluminium, kertas, atau permukaan
kayu. Agar dapat tampak, para ahli dapat menggunakan zat kimia, seperti
lem (sianoakrilat), iodin, perak klorida, dan ninhidrin. Lem sianoakrilat
digunakan untuk mengidentifikasi sidik jari dengan cara mengoleskannya
pada permukaan benda aluminium yang disimpan di dalam wadah tertutup,
misalnya stoples. Dalam stoples tersebut, ditaruh juga permukaan benda
yang diduga mengandung sidik jari yang telah diolesi minyak. Tutup rapat
stoples. Sianoakrilat bersifat mudah menguap sehingga uapnya akan
menempel pada permukaan benda berminyak yang diduga mengandung
sidik jari. Semakin banyak sianoakrilat yang menempel pada permukaan
berminyak, semakin tampaklah sidik jari sehingga dapat diidentifikasi
secara mudah.1
Cara lainnya dengan menggunakan iodin. Iodin dikenal sebagai zat
pengoksidasi. Jika dipanaskan, iodin akan menyublim, yaitu berubah
wujud dari padat menjadi gas. Kemudian, gas iodin ini akan bereaksi
dengan keringat atau minyak pada sidik jari. Reaksi kimia ini
menghasilkan warna cokelat kekuning-kuningan.. Metode paling mutakhir
yang digunakan untuk mengidentifikasi sidik jari adalah teknik micro-Xray fluorescence (MXRF). Teknik ini dikembangkan oleh Christopher
16

Worley, ilmuwan asal University of California yang bekerja di Los Alamos


National Laboratory. Dibandingkan dengan metode lainnya yang biasa
digunakan, teknik MXRF mempunyai beberapa kelebihan. MXRF dapat
mengidentifikasi sidik jari yang tidak dapat diidentifikasi metode lain.1
2. Identifikasi gigi
Forensik Odontologi dapat merupakan suatu penerapan ilmu gigi dalam
system hukum. Ilmu kedokteran gigi forensik memiliki nama lain yaitu forensic
dentistry dan odontology forensic. Forensik odontologi adalah suatu cabang ilmu
kedokteran gigi yang mempelajari cara penanganan dan pemeriksaan benda bukti
gigi serta cara evaluasi dan presentasi temuan gigi tersebut untuk kepentingan
peradilan.2
Ruang lingkup forensik odontologi meliputi :
a. Identifikasi terhadap jenasah korban yang tidak diketahui melalui gigi, rahang
dan tulang-tulang kraniofasial
b. Analisa jejak bekas gigitan
c. Analisa trauma orofasial yang berhubungan dengan kekerasan
d. Dental jurisprudence, termasuk menjadi saksi ahli
Pelayanan dental forensic meliputi baik penyelidikan kematian maupun
kedokteran forensik klinis untuk mengevaluasi korban kekerasan hidup seperti
kekerasan seksual, kekerasan anak, dll. 2
A. Identifikasi Forensik Odontologi
Ketika tidak ada yang dapat diidentifikasi, gigi dapat membantu untuk
membedakan usia seseorang, jenis kelamin,dan ras. Hal ini dapat membantu
untuk

membatasi

korban

yang

sedang

dicari

atau

untuk

membenarkan/memperkuat identitas korban.


a. Penentuan Usia
Perkembangan gigi secara regular terjadi sampai usia 15 tahun. Identifikasi
melalui pertumbuhan gigi ini memberikan hasil yang yang lebih baik
daripada pemeriksaan antropologi lainnya pada masa pertumbuhan.
Pertumbuhan gigi desidua diawali pada minggu ke 6 intra uteri.
Mineralisasi gigi dimulai saat 12 16 minggu dan berlanjut setelah bayi
lahir. Trauma pada bayi dapat merangsang stress metabolik yang
mempengaruhi pembentukan sel gigi. Kelainan sel ini akan mengakibatkan
garis tipis yang memisahkan enamel dan dentin di sebut sebagai neonatal
line. Neonatal line ini akan tetap ada walaupun seluruh enamel dan dentin

17

telah dibentuk. Ketika ditemukan mayat bayi, dan ditemukan garis ini
menunjukkan bahwa mayat sudah pernah dilahirkan sebelumnya.
Pembentukan enamel dan dentin ini umumnya secara kasar berdasarkan
teori dapat digunakan dengan melihat ketebalan dari struktur di atas
neonatal line. Pertumbuhan gigi permanen diikuti dengan penyerapan
kalsium, dimulai dari gigi molar pertama dan dilanjutkan sampai akar dan
gigi molar kedua yang menjadi lengkap pada usia 14 16 tahun. Ini bukan
referensi standar yang dapat digunakan untuk menentukan umur,
penentuan secara klinis dan radiografi juga dapat digunakan untuk
penentuan perkembangan gigi.3
Penentuan usia antara 15 dan 22 tahun tergantung dari perkembangan gigi
molar tiga yang pertumbuhannya bervariasi. Setelah melebihi usia 22
tahun, terjadi degenerasi dan perubahan pada gigi melalui terjadinya
proses patologis yang lambat dan hal seperti ini dapat digunakan untuk
aplikasi forensik.3
b. Penentuan Jenis Kelamin
Ukuran dan bentuk gigi juga digunakan untuk penentuan jenis kelamin.
Gigi

geligi

menunjukkan

jenis

kelamin

berdasarkan

kaninus

mandibulanya. Anderson mencatat bahwa pada 75% kasus, mesio distal


pada wanita berdiameter kurang dari 6,7 mm, sedangkan pada pria lebih
dari 7 mm. Saat ini sering dilakukan pemeriksaan DNA dari gigi untuk
membedakan jenis kelamin.3
c. Penentuan Ras
Gambaran gigi untuk Ras Mongoloid adalah sebagai berikut:3
1. Shovel-shaped insisivus. Insisivus pada maksila secara nyata
menunjukkan bentuk sekop pada 85-99% ras mongoloid. 2 sampai 9
% ras kaukasoid dan 12 % ras negroid memperlihatkan adanya bentuk
seperti sekop walaupun tidak terlalu jelas.
2. Dens evaginatus. Tuberkel asecoris pada permukaan oklusal premolar
bawah pada 1-4% ras mongoloid.
3. Akar distal tambahan pada molar pertama mandibula ditemukan pada
20% mongoloid dan hanya 1% pada kaukasoid..
4. Lengkungan palatum berbentuk elips dengan dasar yang lebih datar.
5. Batas bagian bawah mandibula berbentuk lurus.
18

3. DNA
Bukti DNA merupakan jenis bukti fisik, bukti ilmiah yang digunakan dalam
menyelidiki, pemecahan, dan penuntutan kasus-kasus kriminal, termasuk kasuskasus

pemerkosaan.

Ketika

lembaga

penegak

hukum

dan

pengacara

memanfaatkan bukti DNA, hal itu seperti "silent witness" yang membantu untuk
mengidentifikasi atau menghilangkan tersangka tertentu. Asam deoksiribonukleat
(DNA) adalah rantai kode informasi genetik yang terdapat di dalam inti sel, yang
menentukan karakteristik keturunan individu. Hal ini seperti blueprint genetik dan
identik di setiap sel individu. Penggunaan bukti DNA dalam investigasi kriminal
dan penuntutan berpusat pada teori bahwa tidak ada dua manusia, kecuali untuk
kembar identik, memiliki DNA yang sama persis, meskipun teori ini belum benarbenar terbukti. 4
1. Definisi
Asam deoksi-ribonukleat (Deoxyribonucleic Acid = DNA), yang biasanya
dimaksud the blueprint of life membawa informasi geneetik yang
dibutuhkan oleh suatu organisme untuk berfungsi. Struktur DNA adalah
untaian ganda (double helix), yaitu dua untai bahan genetik yang
membentuk spiral satu sama lain. Setiap untaian terdiri dari satu deretan basa
(juga disebut nukleotida), yang terdiri dari 3 grup bahan kimia yang berbeda:
basa, gula (deoxyribose), dan fosfat. Basa dimaksud adalah salah satu dari
keempat senyawa kimiawi berikut: Adenin, Guanin, Cytosine dan Thymine. 4
2. Pengambilan Sampel
a) Ante Mortem Sampel
Diperhitungkan risiko untuk informasi palsu pilihan sampel maka
referensi DNA Ante Mortem harus:
- Kerabat dekat pertama, jika mungkin lebih dari satu. DNA profil dari
tingkat pertama kerabat akan selalu memberikan informasi yang
memadai untuk pencocokan. Dalam kebanyakan kasus itu juga akan
mungkin untuk menemukan dan mengambil sampel dari lebih dari satu
relatif. Donor yang cocok tercantum dalam urutan preferensi di bawah
ini:
1.
2.
3.

Monozigot / kembar identik.


Ibu dan ayah biologis dari korban.
Ibu biologis atau ayah biologis dari korban dan jika

mungkin saudara kandung.


4.
Anak-anak biologis dan pasangan korban.
5.
Saudara kandung dari korban (beberapa)
19

Sampel yang biasa dipilih adalah apusan mukosa bukal dan tetes darah
yang diambil dari ujung jari.
-

Darah atau biopsi sampel dari korban potensial.


Lain situasi yang ideal, DNA sampel referensi diperoleh dari sampel
yang diambil untuk pemeriksaan medis atau analisis yang sama
sebelum kematian almarhum dan disimpan dalam bio-bank atau
lainnya bio-medis sumber DNA (seperti rumah sakit, unit patologi,

dan ayah dan darah laboratorium transfusi).


Pribadi benda-benda yang telah digunakan oleh almarhum.
Hal ini juga mungkin untuk mendapatkan sampel referensi dari
benda-benda yang telah digunakan oleh almarhum. Penting untuk
membangun sejak awal apakah obyek diproses milik dan digunakan
secara eksklusif oleh individu yang bersangkutan. Jika suatu benda
(misalnya sikat rambut) tidak digunakan hanya oleh orang yang
bersangkutan, identitas orang kedua harus ditentukan, dan sampel
DNA harus diambil dari orang untuk tujuan perbandingan. Sebagai
obyek sebanyak mungkin harus diperoleh untuk tujuan pengumpulan
DNA AM, karena mungkin bahwa item individu dari bukti tidak akan
menghasilkan hasil analisis yang diinginkan. Contoh barang-barang
yang dimungkinkan untuk mengekstrak DNA: pisau cukur, gelas,
sikat gigi, sisir, lipstik, deodoran rol, cangkir dan gellas yang
digunakan, puntung rokok, helm dan topi, headphone, kacamata,
perhiasan, dan jam tangan.

b) Post Mortem Sampel


Tingkat keberhasilan untuk sidik DNA tergantung pada seberapa cepat
sampel diperoleh dan dipelihara. Selama pengumpulan sampel, ahli
genetika forensik atau patologi dengan pengetahuan dasar tentang genetika
forensik harus hadir untuk memberikan bimbingan untuk koleksi DNA
sampel. Tergantung pada kondisi korps, berbagai jenis jaringan
dikumpulkan:
Keadaan Tubuh
Lengkap, mayat belum
membusuk
Termutilasi, mayat belum
memusuk

20

Rekomendasi Sampel
Darah (pada kertas FTA atau apusan) dan apusan
mukosa ukal
Jika memungkinkan: darah dan jaringan otot dalam.

Lengkap, mayat sudah


membusuk atau termutilasi

Sampel dari tulang kompak panjang (bagian 4-6


cm, bagian jendela, tanpa pemisahan shaft)
Atau.
Gigi sehat (sebaiknya molar)
Atau.
Setiap tulang lain yang tersedia jika mungkin;
sebaiknya tulang kortikal dengan jaringan padat)
Mayat yang terbakar hebat
Semua sampel yang tercantum di atas dan gigi yang
impaksi atau akar gigi jika ada
atau
Apusan dari kandung kemih
Tabel 2. Pemilihan sampel berdasarkan keadaan mayat.
B. Identifikasi Sekunder
Identifikasi meliputi deskripsi pribadi, temuan medis serta bukti dan
pakaian yang ditemukan pada tubuh. Ini berarti identifikasi berfungsi untuk
mendukung identifikasi dengan cara lain dan biasanya tidak cukup sebagai
satu-satunya alat identifikasi.
1. Deskripsi pribadi/temuan medis
Metode ini menggunakan data tinggi badan, berat badan, warna
rambut, warna mata, cacat atau kelainan khusus. Metode ini mempunyai
nilai tinggi karena selain dilakukan oleh seorang ahli dengan
menggunakan berbagai cara/modifikasi (termasuk pemeriksaan dengan
sinar-X)

sehingga

ketepatannya

cukup

tinggi.

Bahkan

pada

tengkorak/kerangka pun masih dapat dilakukan metode identifikasi ini.


Melalui metode ini diperoleh data tentang jenis kelamin, ras, perkiraan
umur dan tingi badan, kelainan pada tulang dan sebagainya.5
Deskripsi pribadi terdiri dari data dasar (usia, jenis kelamin, tinggi
badan, etnis) dan kekhasan tertentu. Temuan medis, seperti bekas luka
dan operasi pengangkatan organ dapat pro-vide informasi penting
tentang

riwayat

kesehatan

korban.

Jenis-jenis

operasi

yang

memperlihatkan beberapa karakteristik individu (misalnya usus buntu)


harus diperhitungkan dalam konteks ini. Nomor unik yang ditemukan
pada jantung kecepatan pembuat dan perangkat palsu adalah fitur
mengidentifikasi handal. Tato, tahi lalat dan pengrusakan juga dapat
berfungsi sebagai indikator identitas.5
2. Properti

21

Kategori ini mencakup semua efek yang ditemukan pada tubuh


korban (misalnya perhiasan, barang dari pakaian, dokumen identifikasi
pribadi, dll). Item yang terukir pada perhiasan dapat memberikan
petunjuk penting mengenai identitas korban. Penting

untuk

dipertimbangkan, bagaimanapun, bahwa item tertentu mungkin tidak


benar-benar bukti milik tubuh tertentu (misalnya surat-surat identitas
dapat dilakukan oleh orang yang berbeda, barang perhiasan atau
pakaian mungkin telah dipinjamkan sengaja untuk individu lain,
selama pengambilan, item mungkin tidak sengaja telah ditempatkan
dalam satu kantong mayat). Produk perhiasan memiliki nilai
identifikasi yang lebih tinggi jika mereka terpasang kuat ke tubuh
korban (misalnya tindikan).5

2. TENGGELAM
A. Definisi Tenggelam
Tenggelam biasanya didefinisikan sebagai kematian akibat lemas (asfiksia)
disebabkan masuknya cairan kedalam saluran pernafasan.7
Beberapa istilah drowning:7
1. Wet drowning. Pada keadaan ini cairan masuk ke dalam saluran pernapasan
setelah korban tenggelam.
2. Dry downing. Pada keadaan ini cairan tidak masuk ke dalam saluran
pernapasan akibat spasme laring.
3. Secondary drowning. Terjadi gejala setalah beberapa hari korban
tenggelam (dan diangkat dari dalam air) dan korban meninggal akibat
komplikasi.
4. Immersion syndrome.korban meninggal tiba-tiba setelah tenggelam dalam
air akibat reflex vagal. Alkohol dan makan terlalu banyak merupakan
factor pencetus.
B. Fisiologi Tenggelam
Ketika seseorang berada dibawah permukaan air, reaksi utama yang
terjadi adalah berhenti napas sementara. Hal ini berlanjut sampai pada suatu
titik istirahat dicapai, saat dimana seseorang kembali bernapas. Titik istirahat
ditentukan oleh suatu kombinasi dari kadar karbondioksida yang tinggi dan
konsentrasi oksigen yang rendah. Persetujuan pearn, titik istirahat terjadi pada

22

PaCO2 55 mmHg ketika dihubungkan dengan keadaan hipoksia, dan kadar


PaO2 100 mmHg ketika PaCO2 tinggi.6
Saat sedang mencapai titik istirahat, seseorang secara tidak sengaja
menarik napas, menghirup air dalam jumlah besar. Beberapa air juga diteguk
dan akan ditemukan dalam lambung. Selama interval pernapasan saat
menyelam ini, pasien mungkin juga akan muntah dan aspirasi beberapa isi
lambung. Pengeluaran napas tanpa sengaja selama berada di bawah air akan
berlanjut beberapa menit, sampai pernapasan berhenti. Hipoksia cerebral yang
berkembang akan berlanjut sampai bersifat irreversible dan terjadi kematian.6
Rangkaian Kejadian adalah1:
a.
b.
c.
d.

Pernapasan berhenti sementara


Inspirasi tanpa sengaja dan hembusan napas pada titik istirahat
Hilangnya kesadaran
Kematian
Rangkaian dapat berubah apabila terjadi hiperventilasi dibawah air.

Hiperventilasi dapat menyebabkan penurunan kadar CO 2 yang nyata. Jadi,


hipoksia cerebral karena PO2 sarah yang rendah, dengan penurunan kesadaran,
mungkin terjadi sebelum titik istirahat dicapai. Pada kasus ini, rangkaian
kejadian menjadi6:
a. Pernapasan berhenti secara volunteer
b. Tidak sadar
c. Aspirasi air
C. Perbedaan Tenggelam dalam air tawar dan air asin
1. Tenggelam dalam air tawar
Pada keadaan ini terjadi absorpsi cairan yang masif. Karena konsentrasi
elektrolit dalam air tawar lebih rendah daripada konsentrasi dalam darah,
maka akan terjadi hemodilusi darah, air masuk ke dalam aliran darah sekitar
alveoli dan mengakibatkan pecahnya sel darah merah (hemolysis).7
Akibat pengenceran darah yang terjadi, tubuh mencoba mengatasi
keadaan ini dengan melepaskan ion kalium dari serabut otot jantung sehingga
kadar ion kalium dalam plasma meningkat, terjadi perubahan keseimbangan
ion kalium dan kalsium dalam serabut otot jantung dapat mendorong
terjadinya fibrilasi ventrikel dan penurunan tekanan darah, yang kemudian
menyebabkan timbulnya kematian akibat anoksia otak. Kematian terjadi
dalam waktu 5 menit.7
23

2. Tenggelan dalam air asin


Konsentrasi elektrolit cairan air asin lebih tinggi daripada dalam darah,
sehingga air akan ditarik dari sirkulasi pulmonal ke dalam jaringan interstisial
paru yang akan menimbulkan edema pulmoner, hemokonsentrasi, hipovolemi
dan kenaikan kadar magnesium dalam darah. Hemokonsentrasi akan
mengakibatkan sirkulasi menjadi lambat dan menyebabkan terjadinya payah
jantung. Kematian terjadi kira-kira dalam waktu 8-9 menit setelah tenggelam.7
D.

Pemeriksaan Jenazah5
Konsentrai elektrolit air asin lebih tinggi daripada dalam darah, sehingga air
akan ditarik dari sirkulasi pulmonal dalam jaringan interstitial paru yang akan
menimbulkan edema pulmoner, hemokom sentrasi, hipovolemi dan kenaikan
kadar magnesium dalam darah. Hemokonsentrasi akan mengakibatkan
sirkulasi menjadi lambat dan menyebabkan terjadinya payah jantung.
Kematian terjadi kira-kira dalam waktu 8-9 menit setelah tenggelam
Hal penting yang perlu ditentukan pada pemeriksaan adalah:
1. Menemukan identitas korban
Identitas korban ditentukan dengan memeriksa antara lain :
a. Pakaisan dan benda-benda milik korban
b. Warna dan distribusi rambut dan identitas lain
c. Kelainan atau deformitas dan jaringan parut
d. Sidik jari
e. Pemeriksaan gigi
f. Teknik identifikasi lain
2. Apakah korban masih hidup sebelum tenggelam
Pada mayat yang masih segar, untuk menemukan apakah korban masih
hidup atau sudah meninggal pada saat tenggelam, dapat diketahui dari
hasil pemeriksaan.
a. Pemeriksaan diatom
b. Membandingkan kadar elektrolit magnesium darah dari bilik jantung
kanan dan kiri.
c. Benda asing dalam paru dan saluran pernapasan.

24

d. Pada mayat yang segar, adanya air dalam lambung dan alveoli yang
secara fisik dan kimia sifatnya sama dengan air tempat korban
tenggelam.
3. Penyebab kematian yang sebenarnya dan jenis drowning
Pada mayat yang segar, gambaran pasca-mati dapat menunjukan tipe
drowning dan penyebab kematian lain seperti penyakit, keracunan atau
kekerasan lain.
4. Factor-faktor yang berperan pada proses kematian
Factor factor yang berperan pada proses kematian, misalnya kekerasan,
alcohol atau obat-obatan dapat ditemukan pada pemeriksaan luar atau
melalui bedah jenazah.
5. Tempat korban pertama kali tenggelam
Bila kematian korban berhubungan dengan masuknya cairan ke dalam
saluran perapasan, maka pemeriksaan diatom dari air tempat korban
tenggelam dapat membantu menenukan apakah korban tenggelam di
tempat itu atau di tempat lain.
6. Apakah ada penyulit alamaiah lain yang mempercepat kematian
a. Bila sudah ditemukan bahwa korban masih hidup saat masuk ke
dalam air, maka perlu dittentukan apakah kematian disebabkan air
masuk ke dalam saluran pernapasan.
b. Bila tidak ditemukan air pada paru-paru dan lambung, berarti
kematian terjadi akibat spasme glottis yang menyebabkan cairan
tidak dapat masuk.
Waktu yang diperlukan untuk terbenam dapat bervariasi tergantung keadaan
sekeliling korban, keadaan masing-masing korban, reaksi perorang yang
bersangkutan, keadaan kesehatan dan jumlah serta sifat cairan yang dihisap
masuk kedalam saluran pernapsan.
1. Pemeriksaan luar jenazah
a. Mayat dalam keadaan basah, mungkin berlumuran pasir, lumpur dan
benda-benda asing lain yang terdapat dalam air, kalau seluruh tubuh
terbenam dalam air
b. Busa halus pada hidung dan mulut, kadang-kadang berdarah.
c. Mata setengah terbuka atau tertutup, jarang terdapat perdarahan atau
perbendungan
25

d. Kutis anserina pada kulit permukaan anterior tubuh terutama pada


ekstrimitas akbibat kontraksi otot erector pili yang terjadi karena
rangsang dinginnya air.
e. Washer womans hand, telapak tangan dan kaki tampak keputihan dan
keriput disebabkan karena imbibisi cairan ke dalam kutis yang
biasanya membutuhkan waktu lama.
f. Cadaveric spasme merupakan tanda intravital yang terjadi pada waktu
korban menyelamatkan diri dengan memegang apa saja seperti rumput
atau benda-benda lain dalam air.
g. Luka-luka lecet pada siku, jari tangan, lutut dan kaki akibat gesekan
pada benda dalam air.
2. Pemeriksaan bedah jenazah
a. Busa halus dan benda asing dalam saluran pernapasan.
b. Paru-paru membesar seperti balon, lebih berat, sampai menutupi
kandung jantung. Pada pengirisan banyak mengeluarkan cairan.
c. Petekie sedikit sekali karena kapiler terjepit di antara septum inter
alveolar. Mungkin terdapat bercak-bercak perdarahan.
d. Dapat ditemukan paru-paru yang biasa karena cairan tidak masuk ke
dalam alaveoli atau cairan sudah masuk ke dalam aliran darah.
e. Otak , ginjal, hati dan limpa mengalami perbendungan
f. Lambung dapat membesar, berisi air, lumpur dan sebagainya, yang
mungkin pula terdapat dalam usus halus.

DAFTAR PUSTAKA

26

1. Ashabaugh, David R. Ridgeology. Journal of forensic Identification Vol. 41; 1991


2. H.C. Lee, R.E. Gaenssken. Advances in Fingerprint Technology. Elsevier, 1991.
3. Hendarko, Gunar. Identifikasi Citra Sidik Jari Menggunakan alihragam Wavelet
dan jarak Euclidean.Universitas Dipenogoro ;2005
4. Linehan, Mary. Encyclopedia of Rape : DNA Collection and Evidence. New York :
Oxford University. P 57-60 ;2001. (ebook)
5. Interpol. Disaster Victim Identification Guide : Methods of identification. P 15-8;
2009.
6. DiMaio, Vincent. 2001. Forensic Pathology, Second Edition. New York: CRC Press
(hal 483-484)
7. Bagian kedokteran forensik. 2000. Ilmu Kedokteran Forensik, Edisi kedua. Jakarta:
Fakultas kedokteran Universitas Indonesia (hal 64-65)

27

Anda mungkin juga menyukai