DISUSUN OLEH :
WINDI AGLE LIZA
(G1F014025)
(G1F014029)
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2015
1. PENGANTAR OBAT
a)
Sejarah
Fenitoin (5-5-diphenylhydantoin) pertama kali disintesis tahun 1908 oleh Heinrich
Efek samping
Tempat Penyuntik = Kira - kira dari 10 orang mengalami iritasi lokal, nekrosis, dan
terkelupasnya kulit.
bentuk
morbili
(seperti
cacar air). Bentuk serius lainnya yang dapat berakibat fatal yakni bula, dermatitis
ekskoriasi atau purpura, lupus eritematosus, Sindroma Stevens Johnson, dan
nekrolisis epidermal toksik.
Efek Samping Kronik (pemakaian jangka panjang)
Sejumlah
laporan
memperlihatkan
hubungan
antara
fenitoin
limfonodi,
dan
terjadinya
pseudolimfoma,
limfoma, dan penyakit Hodgkin. Fenitoin dapat menyebabkan reduksi kadar asam folat,
dan menyebabkan pasien menderita anemia megaloblastik. Asam folat tersedia dalam
makanan dengan bentuk poliglutamat, yang kemudian diubah menjadi monoglutamat oleh
konjugat intestinum. Fenitoin beraksi sebagai penghambat enzim ini karenanya dapat
menyebabkan defisiensi folat ( Karsten, 1997).
Sistem Kardiovaskuler
Depresi konduksi atrium dan ventrikel juga fibrilasi ventrikel. Komplikasi berat paling
sering terjadi pada usia lanjut atau pasien dengan penyakit grave.
(Utama,
1999).
2. MEKANISME KERJA GOLONGAN OBAT
Cara kerja utama fenitoin pada epilepsi adalah memblokade pergerakan ion melalui
kanal natrium dengan menurunkan aliran ion Na+ yang tersisa maupun aliran ion Na+ yang
mengalir selama penyebaran potensial aksi, selain itu fenitoin memblokade dan mencegah
potensiasi pos tetanik, membatasi perkembangan aktivitas serangan yang maksimal dan
mengurangi penyebaran serangan. Fenitoin berefek sebagai stabilisasi pada semua
membran neuronal, termasuk saraf perifer dan mungkin bekerja pada membran yang
eksitabel (mudah terpacu) maupun yang tidak eksitabel (Wibowo, 2006). Fenitoin juga
dapat menghambat kanal kalsium (Ca+) dan menunda aktifasi aliran ion K keluar selama
potensial aksi, sehingga menyebabkan kenaikan periode refractory dan menurunnya
cetusan ulangan (Wibowo, 2006).
Na+
Depola
Ca2+
rization
C
a2+ Na+
Cell
distension
Ca2+
Na+
channel
blockers:
Topiramat
Enzyme
induction
e
Fenitoin
Carbamaz
Free radicals
epine
Valproic
acid
Lamotrigi
Membrane
ne
degradation
Na
Na+
Ca2+
Depolarization
Ca
2+
Na+
Ca
2+
Cell
distension
Ca2+
Enzyme
induction
Free radicals
Membrane
channel
blockers:
Topiramate
Lamotrigine
Felbamate
Valproic acid
3. DISKUSI
1. Dina Sami Arum Lestari (G1F014015)
Pertanyaan : Ion apa yang masuk ke dalam inti sel sehingga terjadi epilepsi?
Jawaban : Ion Na, karena menyebabkan depolarisasi yang menyebabkan kanal ion
selanjutnya juga megalami depolarisasi yang terus menerus
2. Alifah Itmi Mushofa (G1F011073)
Pertanyaan : Jelaskan kenapa fenitoin memiliki efek samping gusi bengkak?
Jawaban : Beberapa laporan menunjukkan bahwa fibroblas dari ginggiva yang
tumbuh berlebihan pada pasien yang diterapi dengan fenitoin mempunyai ciri
peningkatan tingkat sintesis protein, yang sebagian besar adalah kolagen.
Kerentanan atau resistensi terhadap pembesaran ginggiva karena pemberian
fenitoin dapat disebabkan oleh adanya proporsi yang berbeda dari jenis fibroblas
pada tiap individu yang menunjukkan. respon fibrogenik (Robert J. 2004). Fenitoin
telah terbukti dapat menginduksi hiperplasia ginggiva melalui interaksinya dengan
subpopulasi fibroblas yang sensitif. Fenitoin juga diketahui mampu menginduksi
pertumbuhan fibroblas ginggiva bersamaan dengan komponen inflamasi.
4. DAFTAR PUSTAKA
Karsten J, Hellsing E. 1997.Effect of phenytoin on periodontal tissues exposed to
orthodontic force: an experimental study in rats. BJ Orthod. ; 24: 209-15.
Utama H, Vincent HS. 1999.Farmakologi dan Therapi Edisi 4. Jakarta: EGC.
Wibowo S, Gofir A. 2006. Obat Anti Epilepsi. Yogyakarta: Penerbit pustaka cendekia
press.
Dirnagl. 2003. Neuronal Injury Cascade.Trends Neurosci. 22:391-397.
Robert J. 2004. Drug associated ginggival enlargement. Jurnal Periodontol. 75: 14241431.