Anda di halaman 1dari 10

RISET KELOMPOK

Peer review adalah review yang dilakukan oleh auditor terhadap kepatuhan suatu kantor
akuntan public pada sistem pengendalian kualitasnya. Tujuan dari dilakukannya menurut PSPM
no.3 adalah untuk meningkatkan mutu kinerja anggota IAI dalam perikatan audit, atestasi,
akuntansi dan review, konsultansi. Tujuan program ini dicapai melalui tindakan pendidikan dan
perbaikan, serta tindakan koreksi. Tujuan tersebut digunakan untuk melayani kepentingan
masyarakat umum dan sekaligus untuk meningkatkan arti pentingnya keanggotaan IAI. Lima
elemen pengendalian kualitas yang akan direview ialah:
1.
2.
3.
4.
5.

Independensi, integritas, dan objektivitas


Personnel management
Penerimaan dan kelanjutan dari klien dan penugasan
Kinerja penugasan
Monitoring

peer review penting dilakukan karena dengan dilakukannya peer review didapatkan beberapa
manfaat, antara lain mengurangi resiko litigation, memberikan pengalaman kerja, meningkatkan
moral pekerja, memberikan competitive edge, dan lebih meyakinkan klien atas kualitas jasa yang
diberikan
Tipe pengujian yang dilakukan menggunakan On Site Quality Review, tipe ini dipilih
karena KAP yang akan direview diasumsikan memberikan pelayanan jasa audit atas laporan
keuangan tahunan klien.

Financial Accounting Standard Board (FASB) mendefinisikan materialitas sebagai berikut:

Besarnya suatu penghilang atau salah saji informasi akuntansi yang dipandang dari keadaankeadaan yang melingkupinya, memungkinkan pertimbangan yang dilakukan oleh orang yang
mengandalkan pada informasi menjadi berubah atau dipengaruhi oleh penghilang atau salah saji
tersebut.
Dalam menentukan materialitas, auditor harus mempertimbangkan :
Keadaan yang berhubungan dengan satuan usaha
Informasi yang diperlukan oleh mereka yang mengandalkan pada laporan keuangan
yang telah di audit.
Suatu jumlah yang material bagi suatu perusahaan tertentu, mungkin tidak material bagi
perusahaan lain yang berbeda ukuran maupun sifatnya. Selain itu, tingkat meterialitas suatu
perusahaan dapat berubah dari periode ke periode.

PERTIMBANGAN AWAL TENTANG MATERIALITAS

Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam perencanaan auditnya.
Penentuan materialitas ini, yang seringkali disebut dengan materialitas perencanaan, mungkin
dapat berbeda dengan tingkat materialitas yang digunakan pada saat pengambilan kesimpulan
audit dan dalam mengevaluasi temuan audit karena (1) keadaan yang melingkupi berubah (2)
informasi tambahan tentang klien dapat diperoleh selama berlangsungnya audit.
Berbagai faktor yang mempengaruhi pertimbangan:
1. Materialitas lebih merupakan konsep yang relative bukannya absolute
2. Sejumlah dasar pertimbangan diperlukan untuk mengevaluasi tingkat materialitas
3. Faktor-faktor kualitatif pun mempengaruhi tingkat materialitas. Contoh: nilai-nilai
yang melibatkan kecurangan seringkali dianggap lebh penting daripada sejumlah nilai
yang sama tetapi yang diakibatkan oleh kekeliruan yang tidak disengaja karena
perbuatan kecurangan tersebut merefleksikan kejujuran serta realibilitas manajemen
atau karyawan lain yang terlibat.

MATERIALITAS PADA TINGKAT LAPORAN KEUANGAN

Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas. (1) auditor menggunakan
materialitas dalam perencanaan audit dan (2) pada saat mengevaluasi bukti audit dalam
pelaksanan audit.
Pertimbangan materialitas menyangkut baik pertimbangan kuantitatif maupun pertimbangan
kualitatif.

Pedoman Kuantitatif
Pada saat ini belum ada pedoman resmi yang berasal dari standard akuntansi mapun standard
auditing terkait pengukuran meterialitas secara kuantitatif, berikut merupakan gambaran
mengenai beberapa pedoman yang di gunakan dalam praktik:
5% hingga 10% dari laba bersih sebelum pajak (10% untuk laba yang lebih kecil, 5%

untuk laba yang lebih besar)


% hinga 1% dari total aktiva
1% dari ekuintas
% hingga 1% pendapatan kotor
Suatu persentase variable berdasarkan mana yang lebih besar antara total aktiva atau

total pendapatan
Pedoman Kualitatif
Pendapatan kualitatif berhubungan dengan penyebab dari salah saji. Sala saji yang secara
kuantitatif tidak material mungkin secara kualitatif akan material.misalnya ketika salah sji
diakibatkan oleh sutu ketidakberesan (irregularities) atau tindakan melanggar hokum oleh klien.
Penemuan atas terjadinya tersebut dapat mengakibatkan auditor menyimpulkan bahwa terdapat
resiko yang signifikan akan adanya salah saji tambahan yang serupa.

MATERIALITAS PADA TINGKAT SALDO AKUN

Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam
saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat saldo
akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material.

ALOKASI MATERIALITAS LAPORAN KEUANGAN KE AKUN

Dalam melakukan alokasi, auditor harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya salah


saji dalam akun tertentu dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memverifikasi akun
tersebut.

Auditor secara umum sama dengan profesi lainnya merupakan subjek hukum dan peraturan
lainnya. Auditor akan terkena sanksi atas kelalaiannya, seperti kegagalan untuk mematuhi
standar profesional di dalam kinerjanya. Profesi ini sangat rentan terhadap penuntutan perkara
(lawsuits) atas kelalaiannya yang digambarkan sebagai sebuah krisis (Huakanala dan
Shinneke,2003,h.69). Lebih lanjut Palmrose dalam Huanakala dan Shinneka menjelaskan bahwa
litigasi terhadap kantor akuntan publik dapat merusak citra atau reputasi bagi kualitas dari jasajasa yang disediakan kantor akuntan publik tersebut.
Kewajiban hukum dapat terjadi ketika seorang auditor memberikan jasa professional dalam
bentuk apapun. Dalam hal ini beberapa kewajiban hukum auditor antara lain:
a. KEWAJIBAN MENURUT COMMON LAW
Common law seringkali diartikan sebagai hokum yang tidak tertulis. Hokum ini
berdasarkan atas keputusan pengadilan dan bukan atas hokum yang dibuat dan disahkan oleh
pihak legistatif. Prinsip-prinsip common law ditentukan oleh kebutuhan social masyarakat.
a. KEWAJIBAN KEPADA KLIEN
Jasa-jasa spesifik yang akan diberikan sebaiknya disebutkan dalam surat perikatan.
Istilah hubungan pribadi dalam kontrak (privity of contract) menunjuk pada hubungan
kontraktual yang ada antara dua atau lebih pihak yang terlibat dalam kontrak. Sesuai
dengan SPAP tentang standar umum.

Hukum Kontrak (Contract Law)


Syarat-syaratnya adalah:
1. menerbitkan laporan audit standar tanpa melakukan audit sesuai dengan
GAAS. Tidak sesaui dengan SPAP standar pelaporan.
2. tidak mengirimkan laporan audit sesaui dengan batas waktu yang telah
disepakati.
3. melanggar hubungan kerahasian klien. Tidak sesuai dengan kode etik

peraturan 301.
Hukum Kerugian (Tort Law)

Tindakan yang merugikan:


1. kelalaian yang biasa, yaitu kelalaian untuk menerapkan tngkat kecermatan
yang biasa dilakukan secara wajar oleh orang lain dalam kondisi yang sama.
2. kelalaian kotor, kelalaian untuk menerapkan tingkat kecermatan yang paling
ringan pada suatu kondisi tertentu.

3. kecurangan, yaitu penipuan yang direncanakan. Tidak sesuai dengan SPAP


standar pelaporan.

b. KEWAJIBAN KEPADA PIHAK KETIGA


Kewajiban auditor kepada pihak ketiga menurut common law merupakan hal yang
penting dalam setiap pembahasan tentang kewajiban hukum auditor. Pihak ketiga disini
dapat didefinisikan sebagai seseorang yang tidak mengetahui tetang pihak-pihak yang ada
dalam kontrak.
Pihak ketiga yang terdiri dari pemegang saham, calon pemegang saham, pemasok, bankir
dan kreditor lain, karyawan, dan pelanggan. Konsep kewajiban tersebut antara lain
sebagai berikut :

Doktrin ultramares, Kewajiban dapat timbul jika pihak ketiga primary beneficiary
atau orang yang harus diberikan informasi audit

Pemakai yang dapat diketahui sebelumnya, orang yang mengandalkan keputusannya


pada laporan keuangan .

Foreseeable users, pemakai yang dapat diketahui lebih dahulu mempunyai hak yang
sama dengan pemakai laporan keuangan yang mepunyai hubungan kontrak .

GOLONGAN YANG TELAH DIKETAHUI SEBELUMNYA


Konsep golongan yang telah diketahui sbelumnya tidak meliputi semua
investor, pemegang saham, kreditor yang ada sekarang maupun yang akan datang.
Putusan pengadilan tidak meminta pihak-pihak dirugikan harus diidentifikaasikan
secara spesifik, namun kelompok orang-orang yang akan menjadi bagian para

pihak yang harus dibatasi dan diketahui pada saat auditor memberikan informasi.
PIHAK YANG DAPAT DIKETAHUI SEBELUMNYA
Perorangan atau entitas yang diketahui ataupun yang akan diketahui
auditor akan mengandalkan laporan audit dalam membuat keputusan bisnis dan
investasi digolongkan sebagai pihak-pihak yang dapat diketahui sebelumnya.
Sehingga auditor harus sesuai dengan SPAP standar umum dan standar pelaporan

selain itu juga dengan kode etik peraturan 102, 201, 202, dan 203.
c. KEWAJIBAN MENURUT UNDANG-UNDANG SEKURITAS
SECURITIES ACT TAHUN 1933

Undang-undang ini dirancang untuk mengukur penawaran sekuritas kepada public


melalui pos atau melalui interstate commerce. Mengajukan Gugatan Menurut Undangundang Tahun 1933
Penggugat:
1. setiap orang yang membeli atau mengakuisisi sekuritas seperti yang diuraikan
dalam laporan pendaftaran, tanpa memandang apakah ia merupakan klien auditor
atau tidak.
2. harus mendasarkan gugatannya pada dugaan pemalsuan yang material atau
laporan keuangan yang menyesatkan yang ada dalam laporan pendaftaran.
3. apabila pembelian sekuritas dilakukan sebelum penerbitan laporan laba-rugi yang
meliputi periode setidaknya 12 bulan setelah tanggal efektif laporan pendaftaran,
penggugat tidak harus membuktikan adanya ketergantungan pada keandalan
laporan yang diderita diperkirakan sebagai akibat laporan keuangan tersebut.
4. tidak harus membuktikan bahwa auditor telah melakuakn kelalaian atau
kecurangan dalam emngesahkan laporan keuangan terkait.
Tergugat:
1. memiliki beban untuk menegakkan kebebasan dari kelalaian dengan cara
membuktikan bahwa ia telah melakukan investigasi yang memadai dan sesuai
dengan itu memiliki dasar yang memadai untuk percaya, dan memang percaya
bahwa laporan keuangan yang disahkan adalah benar pada tanggal laporan
tersebut serta pada saat laporan pendaftaran menjadi efektif
2. melalui pembelaan harus menunjukkan bahwa kerugian penggugat secara
keseluruhan atau sebagian disebabkan oleh hal lain di luar laporan yang dianggap

tidak benar atau menyesatkan tersebut.


SECURITIES EXCHANGE ACT TAHUN 1934
Undang-undang tahun 1934 ini mewajibkan perusahaan-perushaan yang
termasuk dalam lingkup undang-undang ini untuk (1) mengarsipkan laporan
pendaftaran apabila sekuritas tersebut diperdagangkan secara terbuka kepada
masyarakat melalui pasar bursa efek atau pasar di luar bursa efek dan (2) menjaga
agar arsip laporan pendaftaran tersebut tetap muktahir dengan cara mengarsip
laporan tahunan, laporan kuartalan, dan informasi-informasi lain ynag berkaitan
dengan SEC.

Kewajiban dalam Pasal 18


Kewajiban dalam pasal 18 ini secara relatif memilki lingkup yang sempit
karena hanya berkaitan denagn laporan yang tidak benar atau menyesatkan
dalam dokumen yang diarsipkan pada SEC menurut undang-undang ini.
Kewajiban dalam Pasal 10
Tindakan-tindakan yang tidak sah:
1. menggunakan setiap alat, skema, atau tipu daya untuk menggelapkan.
2. membuat setipa laporan yang tidak benar dari fakta yang material
ataumengabaikan untuk menyatakan fakta material yang diperlukan agar
laporan dapat menjadi jelas sesaui dengan lingkungan yang ada sehingga
tidak menyesatkan.
3. terlibat dalam tindakan, praktik, atau uasah yang digunakan sebagai
bentuk kecurangan atau kebohongan kepada setiap orang kaitan dengan
pembelian atau penjualn sekuritas apapun.
Kewajiban dalam Pasal 32
Pasal 32(a) menetapkan kewajiban kejahatan yang dikukan dengan sengaja
atau cerdik membuat pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan dalam
laporan yang diarsipkan sesuai dengan Undang-undang tahun 1934.
Mengajukan Gugatan Menurut Undang-undang Tahun 1934
Penggugat:
1. dapat terdiri dari setiap orang yang membeli atau menjual sekuritas.
2. harus dapat membuktikan adanya pernyataan yang secara material tidak benar
atau menyesatkan.
3. harus membuktikan ketergantungan untuk mengandalkan laporan tersebut serta
kerugian yang timbul karena mengandalkan laporan tersebut.
Tergugat:
1. telah bertindak denga jujur
2. tidak mengetahui tentang pernyataan tidak benar atau menyesatkan.
PRIVATE SECURITIES LITIGATION REFORM ACT TAHUN 1995
Undang-undang ini dimaksudkan untuk mengurangi risiko litigasi yang
ceroboh bagi auditor, perusahaan yang menjual sekuritasnya kepada public dan
para pihak yang berafiliasi dengan penerbit sekuritas.
Kewajiban Proposional

Reform Act ini memperkenalkan dan memulai suatu system kewajiban


proposional dimana sesorang tergugat yang tidak mengetahui tindak
pelanggaran atas hokum sekuritas tetap bertanggung jawab berdasarkan
persentase tanggung jawab.
Menutup Kerugian Aktual
Reform Act meutup kerugian katual yang timbul menurut undang-undang
sekuritas dan harga perdangan rata-rata selama periode 90 hari setelah
tanggal informasi diterbitkan yang mengoreksi adanya salah saji dan
pengabaian dalam laporan keuangan.
Tanggung Jawab untuk Melaporkan Tindakan Melanggar Hukum
Reform Act ini menetapkan persyaratan pelaporan baru kepada auditor
yang mendeteksi atau menyadari adanya tindakan melanggar hukum yang
dilakukan oleh pihak yang menerbitkan sekuritas.
Perubahan Lain yang Diberikan oleh Reform Act
Kelonnggaran lain bagi profesi akuntan:
1. mewajibkan penggugat membayar imbalan dan pengeluaran yang layak bagi
penasehat hukum yang digunakan oleh tergugat yang secara langsung terkait
dengan litigasi yang diputuskan oleh pengadilan sebagai ceroboh dan tidak benar.
2. memberikan tenggang waktu untuk berusaha menyelesaikan masalah yang ada,
sehingga dapat mengurangi biaya yang seringkali mendorong pihak yang tidak
bersalah untuk mengajukan gugatan classaction.
3. membatasi kerugian akibat tindakan hukum.
4. membatasi hak pihak ketiga untuk menggugat.
5. perubahan tata cara bagaimana pengadilan menunjuk wakil penggugat dalam
suatu classaction.
d. Kewajiban Kriminal
Pemerintah federal menuntut auditor karena mengetahui bahwa laporan audit yang
diterbitkan auditor tidak benar. Beberapa undang-undang seperti Uniform Securities Acts,
Securuties Acts 1933 dan 1934, Federal Mail Fraud Statute dan Federal False Statement Statute
menyebutkan bahwa menipu orang lain dengan sadar terlibat dalam laporan keuangan yang palsu
adalah perbuatan kriminil .

Sedangkan kewajiban hukum yang mengatur akuntan publik di Indonesia secara eksplisit
memang belum ada, akan tetapi secara implisit hal tersebut sudah ada seperti tertuang dalam
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), Standar Akuntansi Keuangan (SAK), PeraturanPeraturan mengenai Pasar Modal atau Bapepam, UU Perpajakan dan lain sebagainya yang
berkenaan dengan kewajiban hukum akuntan (Rachmad Saleh AS dan Saiful Anuar
Syahdan,2003).
Alasan hubungan auditor dengan kewajiban hokum semakin meningkat:
Salah satu alasan yang paling mendasari adalah kurangnya independensi auditor dalam
menyajikan kualitas jasa audit. Dimungkinkan auditor semakin banyak terlibat kewajiban hokum
karena tidak mampu mempertahankan independensinya dalam memberikan jasa audit. Selain itu,
kelalaian auditor terhadap kepatuhan standard SPAP juga berkontribusi dalam alasan ini.
Terbukti dalam kasus AP Drs Basyiruddin Nur yang dikenakan sanksi melalui Keputusan
Menteri Keuangan (KMK) Nomor: 1093/KM.1/2009 tanggal 2 September 2009. Kemudian AP
Drs Basyiruddin Nur, telah dikenakan sanksi pembekuan selama tiga bulan karena yang
bersangkutan belum sepenuhnya mematuhi Standar Auditing (SA)-Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan konsolidasian PT
Datascrip dan anak perusahaan tahun buku 2007. Menkeu menilai hal itu berpotensi berpengaruh
cukup signifikan terhadap laporan auditor independen.
MEMINIMALKAN RISIKO LITIGASI
1. menggunakan surat perikatan untuk semua jenis jasa professional. Sesuai dengan SPAP
standar umum dan kode etik peraturan 102.
2. melakukan investigasi yang emnyeluruh atas klien prospektif. Sesuai dengan SPAP
3.
4.
5.
6.

standar pekerjaan lapangan


lebih menekankan mutu jasa daripada pertumbuhan
mematuhi sepenuhnya ketentuan professional
mengakui keterbatasan ketentuan profesional.
menetapkan dan menjaga standar yang tinggi atas pengendalian mutu. Sesuai dengan

SPAP standar umum.


7. memperhatikan tindak pencegahan dalam perikatan tentang keterlibatan klien dalam
kesulitan keuangan.
8. mewaspadai resiko audit.
9. Hanya berurusan dengan klien yang memiliki integritas

10. Mempekerjakan staf yang kompeten dan melatih serta mengawasi dengan pantas
11. Mempertahankan independensi
12. Memahami usaha klien
13. Mendokumentasika pekerjaan secara memadai
14. Mendapatkan surat penugasan dan surat pernyataan
15. Mempertahankan hubungan yang bersifat rahasia
16. Perlunya asuransi yang memadai; dan Mencari bantuan hukum

Anda mungkin juga menyukai