Disusun oleh:
Nourah Fadillah
220301121
Ismah Rozana
22030112140102
22030112140086
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu kegiatan pelayanan gizi rumah sakit ialah penyelenggaraan
makanan.Penyelenggaraan makanan rumah sakit merupakan rangkaian kegiatan
mulai dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan,
perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan dan
penyimpanan, pemasakan bahan makanan, distribusi dan pencatatan, pelaporan
serta evaluasi.Tujuan dari kegiatan ini menyediakan makanan yang berkualitas
sesuai kebutuhan gizi, biaya, aman, dan dapat diterima oleh pasien untuk
memenuhi kebutuhan gizinya guna mencapai status gizi yang optimal.Selain itu,
melalui makanan yang diberikan juga bertujuan untuk menunjang kesembuhan
pasien rawat inap.1
Makanan berkualitas dalam penyelenggaraan rumah sakit merupakan kunci
kesembuhan pasien.Oleh karena itu, perlu adanya upaya pengendalian mutu dan
keamanan pangan guna menciptakan makanan yang berkualitas.Salah satu cara
pengawasan mutu dan keamanan makanan yaitu dengan menerapkan
prinsipHazard Analysis Critical Control Point (HACCP). HACCP atau analisa
bahaya dan pengendalian titik kritis merupakan piranti untuk menilai bahaya dan
menetapkan sistem pengendalian yang memfokuskan pada pencegahan daripada
mengandalkan sebagian besar pengujian produk akhir.2 Melalui HACCP dapat
mengidentifikasi hazard atau bahaya yang berkaitan dengan bahan atau dengan
prosedur pengolahan itu sendiri, dan untuk mengetahui cara mengendalikan
hazard itu sendiri.3 HACCP dapat diterapkan pada seluruh rantai pangan dari
produk primer sampai pada konsumsi akhir. Jadi, HACCP juga dapat diterapkan
pada semua rantai proses penyelenggaraan makanan rumah sakit.2
Salah satu menu sayur rumah sakit pada siklus ke 1 untuk pasien rawat
inap kelas 2dan 3 adalah sayur lodeh.Bahan utama menu tersebut yaitu terong
hijau hijau, kacang panjang, dan santan kelapa yang diolah dengan berbagai
bumbu.Bahaya dapat timbul mulai dari proses penerimaan bahan makanan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 HACCP
2.1.1Pengertian HACCP
HACCP merupakan suatu sistem pengendalian proses produksi yang
didesain untuk mengidentifikasi berbagai bahaya yang mungkin terjadi selama
penanganan atau pengolahan, menilai risiko yang terkait dan menentukan
kegiatan dimana prosedur pencegahan dan pengendalian akan berhasil guna
sampai pada tingkat yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam produksi
makanan dan minuman.4,5
Hazard Analysisadalah analisis bahaya atau kemungkinan adanya risiko bahaya
yang tidak dapat diterima.4,5,6Bahaya tersebut meliputi: keberadaan yang tidak
dikehendaki dari pencemar mikrobiologis, kimiawi, atau fisik pada bahan mentah;
pertumbuhan atau kelangsungan hidup mikroorganisme dan hasil perubahan
kimiawi yang tidak dikehendaki (misalnya nitrosamin) pada produk antara atau
jadi, atau pada lingkungan produksi; atau kontaminasi atau kontaminasi ulang
(cross contamination) pada produk antara atau jadi, atau pada lingkungan
produksi.5
Critical Control Point (CCP atau titik pengendalian kritis) adalah
langkah dimana pengendalian dapat diterapkan dan diperlukan untuk mencegah
atau menghilangkan bahaya atau menguranginya sampai titik aman .Titik
pengendalian kritis (CCP) dapat berupa bahan mentah, lokasi, praktek, prosedur
atau pengolahan dimana pengendalian dapat diterapkan untuk mencegah atau
mengurangi bahaya. Titik pengendalian kritis meliputi Titik Pengendalian Kritis 1
(CCP-1) dimana bahaya dapat dihilangkan dan Titik Pengendalian Kritis 2 (CCP2), dimana bahaya dikurangi.5
Konsep
HACCP
menurut
CAC
(Codex
Alimentarius
a. Identifikasi Bahaya
Tujuan dari prinsip ini adalah untuk mengembangkan daftar bahaya yang penting,
misalnya karena bahaya ini cenderung menyebabkan cedera atau penyakit jika
tidak dikontrol secara efektif. Proses ini melibatkan dua tahap yaitu identifikasi
bahaya dan evaluasi bahaya. Selama tahap pertama, daftar dikembangkan menjadi
potensi bahaya mikrobiologi, kimia atau fisik yang mungkin ditemukan dan
dikontrol pada setiap langkah dalam proses produksi. Pada tahap dua,
memutuskan bahaya potensial yang harus diatasi dalam rencana HACCP. Setiap
potensi bahaya dinilai berdasarkan tingkat keparahan potensi bahaya dan
kemungkinan terjadinya.
b. Penetapan CCP
Critical control point (CCP) didefinisikan sebagai langkah kontrol yang dapat
diterapkan dan sangat penting untuk mencegah atau menghilangkan bahaya yang
mengancam keselamatan makanan, atau mengurangi ke tingkat yang dapat
diterima. Contoh dari CCP adalah suhu pengolahan, kontrol formulasi produksi,
pengujian untuk residu bahan-bahan kimia, dan menguji produk dari kontaminasi
logam.
Pengembangan
CCP
harus
dilakukan
dengan
cermat
dan
berguna
saat
verifikasi.Idealnya,
pemantauan
dilakukan
secara
berkelanjutan.
e. Tindakan Koreksi Terhadap Penyimpangan
Ketika terjadi penyimpangan dari batas limit, koreksi perlu dilakukan. Tujuan
dilakukan koreksi adalah untuk mencegah makanan yang kemungkinan berbahaya
sampai di tangan konsumen. Koreksi terdiri dari elemen-elemen berikut :
1). Menentukan dan memperbaiki penyebab penyimpangan.
2). Menentukan disposisi non-compliant produk.
3). Mencatat tindakan koreksi yang telah dilakukan.
Tindakan korektif spesifik harus dikembangkan untuk meningkatankan setiap
CCP dan dimasukkan dalam rencana HACCP. Rencana HACCP harus
menentukan apa yang dilakukan ketika penyimpangan terjadi, siapa yang
bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan korektif, dan pencatatan koreksi
yang dilakukan.
a. Verifikasi
Verifikasi didefinisikan sebagai kegiatan aktivitas selain
pemantauan yang menentukan validitas rencana HACCP dan apakah
sistem operasi berjalan sesuai rencana.Salah satu aspek dari verifikasi
adalah evaluasi apakah fasilitas sistem HACCP berfungsi sesuai
pihak luar.
Deskripsi Produk
Tujuan dari prinsip ini adalah untuk mengembangkan daftar
bahaya yang penting, misalnya karena bahaya ini cenderung
menyebabkan cedera atau penyakit jika tidak dikontrol secara efektif.
Proses ini melibatkan dua tahap yaitu identifikasi bahaya dan evaluasi
bahaya. Selama tahap pertama, daftar dikembangkan menjadi potensi
bahaya biologi, kimia atau fisik yang mungkin ditemukan dan
dikontrol pada setiap langkah dalam proses produksi. Pada tahap dua,
memutuskan bahaya potensial yang harus diatasi dalam rencana
HACCP. Setiap potensi bahaya dinilai berdasarkan tingkat keparahan
c.
HACCP
sebagai
penyusun
bagan
alir
harus
penting
untuk
keamanan,
dan
tanpa
tindakan
merupakan
pengukuran
atau
pengamatan
CCP
dalam
sistem
HACCP
agar
dapat
menangani
dalam
penerapan
sistem
HACCP.Prosedur
harus
BAB III
MUTU DAN KEAMANAN PANGAN MAKANAN
A. Analisis masalah
1. Faktor Pendukung dan Penghambat
a. Faktor pendukung
Penerimaan Bahan Makanan
RSUD dr.Loekmono Hadi Kudus sudah memiliki spesifikasi tersendiri
dalam hal epnerimaan bahan makanan, sehingga bahan makanan yang
digunakan dalam proses pengolahan sudah merupakan bahan bahan yang
terpilih, suatu ketika apabila ditemukannya bahan makanan yang kurang
sesuai dengan spesifikasi yangs iudah dietntukan, maka bahan makanan
tersebut akan dikembalikan ke rekanan untuk mendapatkan ganti yang
sesuai dengan spesifikasinya.
Pada proses pengolahan roalde daging ayam diterima oleh pihak
penerimaan sudah dalam bentuk gilingan daging, yang kemudian
diamsukkan ke dalam kulkas setelah daging itu datang. Barulah ketika
bahan tersebut akan di olah, bahan dicampur dengan bumbu bumbu halus
yang standartnay sudah ditentukan oleh pekerja. Bumbunya meliputi
bawnag putih, merica, dan garam.
Penyimpanan bahan makanan
Terkait dengan masalah penyimpanan bahan makanan terdapat dua
macam, yaitu penyimapanan bahan makanan basah dan penyimpanan
bahan kering. Khusus untuk daging giling yang baru datang langsung
dimasukkan untuk dilakukan prose spenyimpanan di kulkas, sedangkan
untuk bumbu nya yang masih utuh disimpan di ruang penyimpanna
kering, apabila bumbu sudah dalam bentuk gilingan lembut, jauga akan
disimpan ke dalam kulkas.
Masalah kemasan yang digunakan, untuk kedua jenis baik daging
maupun bumb u semuanya dikemas dengan menggunakan plastik. Dalam
hal ini tidak terdapat batas masa simpan, sebab baik bumbu ataupun
daging giling datang dan diramu pada hari yang sama. Gudang
penyimpanan bahan makanan basah dan kering setiap hari ruangan selalu
dibersihkan oleh cleaning service pada pagi dan siang hari.
Persiapan bahan makanan
Persiapan bahan yang digunakan pada pengolahan rolade ayam yaitu
daging ayam giling, yang setiap pagi jam 9 sudah di antarkan oleh
supplier. Sedangkan untuk persiapan bumbu, bumbu seoerti bawang ptuih
biasanya datang sudah dalam bentuk kupasan, hanya saja ketika prose
spengolahan dilakukan penggilingan di bagian produksi. Persiapan bumbu
biasanya digiling menggunakan alat giling yang tersedia dalam bagian
produksi, bumbu yang dicampurkan seperti bawang putih, dan garam,
sedangkan untuk pemberian merica biasanya ditaburkan ketika daging
ayam giling dan bumbu sudah tercampur menjadi satu.
Persiapan yang dilakukan hanya mencampurkan antara daging giling
yang sudah tersedia, dengan bumbu giling menggunakan wadah stainless
steel besar dengan bantuan pengaduk. Bahan lain yang tidak boleh
terlewat yaitu daun pisang dan tusuk gigi yang digunakan untuk
membungkus daging giling yang sudah dibumbui.
Pengolahan Bahan Makanan
Pengoalhan menu roalde daging ayam dilakukan di tempat produksi,
daging giling ayam yang sudah dibumbui kemudian di bungkus dengan
daun pisang, kemudia dilakukan pengukusan di atas tungku kira kira
selama 1 jam lamanya, hingga kulit daun pisang berubah warna menjadi
kecoklatan, lalu ditiriskan agar tidak terdapat air yang terkandung di daun
pisang.
b. Faktor penghambat
Penerimaan Bahan Makanan
ayam giling yaitu relatif mudah, hanya saja memakan waktu yang cukup lama
ketika proses pengukusan di atas api menyala. Secara runtut proses pembuatan
rolade daging ayam yakni dengan menggiling daging ayam menjadi halus,
kemudian menambahkan bawang putih halus, merica bubuk, garam secekupnya,
dan yang terakhir yaitu oenambahan telur ayam. Setelah semua bahan dicampur
menjadi satu, adonan di uleni hingga semua bumbu tercampur secara sempurna,
yang dilanjutkan dengan pembungkusan daging ayam giling yang sudah
dibumbui tadi dengan menggunakan daun pisang. Setelah semua adonan
terbungkus rapi dengan daun pisang, barulah disusun di atas angsang untuk di
kukus, waktu yang dibutuhkan dalam dalam tahap ini yakni sekitar 1 jam.
Kemudian, dilakukan proses thawing, barulah setelah rolade dingin dilakukan
prose spemorsian sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
b. Perlakuan mikrosida atau mikrostatis,
Pada proses pembuatan rolade daging ayam giling menggunakan pengukusan
diatas bara api selama 1 jam lamanya. Berisi tentang informasi perlakuan yang
diberikan pada suatu produk seperti pembekuan, penggaraman, pengasapan,
iradiasi, atau adanya penggunaan bahan kimia pembunuh dan penghambat
mikroorganisme
c. Pengemasan
Metode Pengemasan yang dilakukan oleh pihak produksi masih manual yaitu
dengan daun pisang yang kedua ujungnya di tusuk dengan lidi. Tujuan dengan
pengemasan ini adalah menimbulkan harus yang khas, yang tidak dapat diperoleh
apabila pengemasan dilakukan dengan menggunakna plastic atau dengan cetakan
makanan biasa. Pada tahap produksipun tidak membutuhkan kemasan sekunder,
karena melalui kemasan [rimer ini sudah dapat membentuk adonan ayam giling
menjadi padat dan terhindar dari kontaminasi bakteri yang tidak di inginkan.
d. Daya tahan,
Terkait dengan masalah daya tahan jika dalam keadaan suhu ruang hanya bis
abertahan 1 hari, namun hasilnya akn berbeda apabial disimpan dalam kulkas atau
freezer karena dengan teknik tersebut dapat mematikan sementara bakteri yang
menyebabkan pembusukan.
Pencampuran Adonan
Pemotongan
Tahap/input
1. Penerimaan Bahan
Kering (merica,
garam, telur, bawang
putih)
2. Penerimaan Bahan
basah (daging giling)
3. Penimbangan
Potensi bahaya
Biologi:
Salmonella
E. Coli
Fisik:
Debu, kotoran
yang menempel
Kimia: Residu
pestisida
Mikrobiologi:
Bakteri
Salmonella sp
dan Escherichia
coli
Fisik:
Debu, kotoran
yang menempel
Fisik: Karat
Mikrobiologi:
Salmonella sp
dan E. coli
4. Penyimpanan
Biologis:
Penicilium
Prinsip 1
Penyebab
Supplier kurang
higienis
Risk.
H
Sev.
M
Sign.
S
Tindakan pencegahan
Pencucian dengan air mengalir
dan pemasakan
Supplier kurang
higienis
Alat penimbangan
yang karatan dan
kotor
TS
Suhu penyimpanan
bahan kurang sesuai
ekspansum
5. Penggilingan
Kimia: Karat
6. Pencucian
Fisik:
Air yang
mengandung
debu, atau pipa
berkarat
Kimia:
Pestisida
Biologi:
Bakteri e.Coli
7. Pencampuran
Fisik: rambut
Mikrobiologi:
E coli,
Salmonella sp
sehingga dapat
menyebabkan
pertumbuhan bakteri
tertentu dan
pembusukan
Terbentuk deposit
karat pada mata pisau
yang bisa
mengkontaminasi
bahan yang dipotong
Lingkungan yang
kurang terjaga
hygiene dan
sanitasinya, serta
kondisi lingkungan
yang kurang terawat
Pestisida yang
terkandung dalam
bahan
Air yang tercemar
dengan kondisi
lingkungan yang
menyebabkan bakteri
e.coli
Penjamah makanan
ditentukan
-Menerapkan sistem FIFO (first
in first out)
L
TS
TS
8. Pengukusan
9. Pemotongan
Kimia:
Karat
Mikrobiologis:
E.coli,
Salmonella sp
10. Penyajian
Fisik:
Rambut, debu
Lingkungan yang
kurang baik dan
penjamah
TS
11. Pendistribusian
Fisik:
Suhu makanan
Kimia:
Kontaminasi
bakteri
Bahaya
P1
P2
P3
P4
CCP
B: Salmonella
CCP
B: E.coli, Salmonella
CCP
B: Penicilium ekspansum
Bukan CCP
Pencampuran adonan
Bukan CCP
Pemotongan
CCP
Pendistribusian
CCP
Batas
kritis
Prinsip 3
Penerimaan
Bahan Kering
(telur, bawang
putih)
Tidak ada
kotoran
pada kulit,
Ada
Jaminan
Suplayer
(Coa :
salmonella
negatif/25
g)
Kandunga
n APM
Escherichi
a coli < 3/g
dan
Salmonella
sp
negatif/25
g
makanan.
Tidak ada
kotoran,
ada
Penerimaan
Bahan basah
(daging giling)
Prosedur monitoring
What
Permukaa
n
kulit telur
Certificate
of Analysis
(COA)
atau
jaminan
suplayer
How
Melakukan
pemeriksaa
n
visual,
memeriksa
jaminan
suplayer
atau COA
Certificate
of Analysis
(COA)
atau
jaminan
suplayer
Melakukan
pemeriksaa
n
visual,
memeriksa
jaminan
suplayer
atau COA
Tindakan
koreksi
Prinsip 5
Prinsip 4
Where
Tempat
Penerimaa
n
Who
Personil
penerim
a
When
Setiap
Penerimaan
Tempat
Penerimaa
n
Personil
penerim
a
Setiap
Penerimaan
Hubungi
kepala QC
dan putuskan
diterima atau
ditolak
Komplain
kepada
supplier
Verifikasi
Pencatatan
Prinsip 6
Prinsip 7
Review form
penerimaan
setiap bulan
Rekaman
penerimaan
bahan
Menghubungi
Review form Rekaman
kepala QC dan
penerimaan
penerimaan
memutuskan
diterima atau setiap bulan. bahan baku.
tidak
bahan
tersebut
atau
diberikan
komplain
kepada
supplier.
Pemotongan
Pendistribusia
n
jaminan
supplier.
Pisau
Lama
waktu
distribusi
makanan.
Suhu
makanan.
Cuci
tangan
sebelum
dan
sesudah
bekerja.
Rambut
tertutup
topi atau
kerudung.
Tidak ada
kotoran
pada
peralatan
Kondisi
pisau
Mengamati
kondisi
pisau
Di tempat
produksi
Operator
produksi
Setiap
pemotongan
Ganti pisau
dengan yang
mudah
dibersihkan
(stainless steel)
Kebersihan tangan
pekerja,
praktek
higiene
pekerja,
hygiene
peralatan,
suhu
makanan
-
Mengamati
kondisi
higiene
pekerja dan
higiene
peralatan
Memeriksa
penggunaa
n APD
pekerja
Memeriksa
suhu
makanan
Di tempat
Distribusi
dan
pencucian
peralatan
makan
Personil
QC
Setiap
mencuci
peralatan dan
pendistribusia
n
Menghangatka
n kembali
dengan mesin
penghangat
makanan.
Mencuci
tangan sampai
bersih.
Mencuci
kembali wadah
dan alat makan
sampai bersih
Review form
kondisi
pisau tiap
bulan,
pemeliharaa
n
bulanan.
Log book
harian.
Hygiene dan
sanitasi
penjamah
terjaga.
Hygiene dan
sanitasi
wadah dan
alat yang
digunakan
terjaga
Rekaman
kondisi
pisau
Kalibrasi
pengukur
waktu
(timer),
pengecekka
n suhu
makanan
sebelum
disajikan.
Kebersihan
personal
terjaga
Kebersihan
wadah dan
alat makan
terjaga
wadah
yang
dipakai.
4. Pembahasan
Terdapat tujuh titik kendali kritis dari proses pengolahan rolade daging ayam,
yaitu tahap penerimaan daging giling dan bahan-bahan bumbu, penimbangan,
penyimpanan bahan makanan basah, pengadonan dan pembentukan adonan,
pengukusan, penirisan dan holding panas, pemotongan dan tahap penyajian. Batas
kritis yang digunakan adalah parameter bakteriologis, suhu, penampilan visual, serta
parameter penciuman.
Analisis bahaya yang dilakukan meliputi analisis bahaya fisik, biologi, dan
kimia. Bahaya fisik yang dinilai potensial untuk muncul adalah pada tahap
penimbangan dan pemotongan. Bahaya fisik yang bersumber dari peralatan seperti
timbangan, pisau, telenan, dan wadah yang digunakan untuk meniriskan dapat berupa
kontaminasi silang ataupun sisa makanan yang menempel. Bahaya biologi yang
potensial muncul berupa bakteri patogen. Potensi bakteri patogen terdapat pada tahap
penimbangan bumbu,tahap penerimaan bahan makanan; daging, bumbu, dan bawang
giling, pada tahap penyimpanan; adonan rolade daging ayam, pada tahap pembuatan
dan pembentukan adonan; adonan rolade ayam yang telah jadi dan akan melalui tahap
pengukusan, rolade daging ayam yang telah dikukus, holding panas dan sedang
ditiriskan; rolade daging yang diletakkan di wadah, dipotong-potong; dan sedang
disajikan. Selain itu, juga terdapat bahaya kimia, yakni potensi kontaminasi
logam/karatan pada tahap penimbangan bumbu dan potensi terkandung bahan kimia
nitrat dan nitrit yang ditambahkan pada daging giling sebagai bahan pewarna dan
pengawet.
Pada tahap penimbangan bumbu pekerja menggunakan alat timbangan yang
tidak dilapisi alas sehingga dikhawatirkan terjadi kontaminasi silang pada timbangan
yang sebelumnya digunakan untuk menimbang bahan makanan lainnya, selain itu
pada tahap pemotongan pisau yang baru selesai digunakan untuk memotong bahan
makanan lain tanpa pencucian terlebih dahulu, sehingga sisa-sisa bahan makanan
yang menempel pada rolade daging ayam pada saat pemasakan dan menjadi bahaya
fisik yang dapat mengontaminasi rolade daging ayam.
Selanjutnya, bahaya biologi berpotensi muncul pada tahap penerimaan daging
ayam ataupun dari proses sebelum penerimaan seperti pada saat penggilingan. Semua
daging yang berasal dari rumah potong hewan dan pasar tradisional ternyata telah
terkontaminasi Esherichia coli.1 Penelitian sejenis pada produk daging yaitu bolabola daging dengan uji mikrobiologi yang menghasilkan kandungan mikroorganisme
yang mengontaminasi bahan daging mentah yang mengindikasikan bahwa daging
hewan berpotensi besar terkontaminasi bakteri.2
Potensi kontaminasi bahaya biologi bakteri patogen juga terdapat pada tahap
penyimpanan bahan makanan basah, baik pada bawang, bumbu, dan terutama daging
giling. Selanjutnya, bahaya biologi dari bakteri potensial terdapat pada tahap
pengadonan dan pembentukan adonan rolade daging ayam. Sumber bahaya dapat
berasal dari tangan penjamah akibat kontaminasi silang disebabkan penjamah tidak
menggunakan sarung tangan atau juga dapat berasal dari peralatan stainless steel
yang digunakan sebagai wadah. Kontaminasi silang pada makanan akibat
kontaminasi tangan pengolah oleh Esherichia coli dilaporkan sekitar 12,5 %.3
Peralatan yang sering menjadi sumber kontaminasi pada makanan adalah stainless
stell box.
Tahap pengukusan juga berpotensi menyebabkan kontaminasi bahaya dari
bakteri, pada saat pengukusan terjadi pemanasan suhu tinggi akan tetapi bakteri
termofilik yang tahan suhu panas dapat tetap hidup dan menempel. Bahaya biologi
yang terdapat pada tahap penirisan dan holding panas berasal dari peralatan stainless
steel yang digunakan sebagai wadah dan kontak langsung dengan tangan penjamah.
Kondisi higiene dan sanitasi lingkungan yang buruk akan mempertinggi jumlah
angka kuman pada makanan yang diproduksi yang memperkuat potensi bahaya
biologi bakteri akibat sanitasi lingkungan yang kurang higiene.4
Terakhir, bahaya biologi terdapat pada tahap penyajian, bakteri dapat berasal
dar lingkungan sekitar akibat wadah tidak tertutup pada saat pembagian makanan per
ruang, plato yang digunakan sebagai wadah, serta air yang digunakan untuk mencuci
plato dan peralatan lainnya. Terdapat korelasi yang bermakna antara cara pencucian
alat dengan angka kuman pada makanan.5
Bahaya lain yang berpotensi terjadi pada proses pengolahan rolade daging
ayam adalah bahaya kimia yang berasal dari dua sumber, yaitu alat penimbangan
yang berkarat dan terkelupas serta bahan kimia nitrit dan nitrat yang berpotensi
terkandung di dalam daging giling sebagai bahan pewarna dan pengawet. Nitrit dan
nitrat berbahaya karena dapat berikatan dengan amino dan anida yang terdapat pada
protein daging dan membentuk turunan nitrosamin yang bersifat toksik. Nitrosamin
merupakan salah satu senyawa yang diduga dapat menimbulkan kanker.6 Pemberian
nitrat dan nitrit sebagai bahan tambahan pada bahan makanan merupakan hal yang
baru. Salah satu contohnya adalah nitrat dan nitrit yang ditambahkan pada daging
burger.7
Daftar Pustaka
1. Sartika RAD, Indrawani YM, Sudiarti T. Analisis mikrobiologi escherichiacoli
pada hasil olahan hewan sapi dalam proses produksinya.Journal of Makara
Kesehatan [online]. 2005 [diakses tanggal 1Oktober 2015]; 9 (1): 23-8.
Diunduh dari: http://www.journal.ui.ac.id.
2. Pedroso DMM, Laria ST, Gamba RC, Heidtmann S, Lucia V, Rall M.Critical
control points for meat balls and kibbe preparations in a hospitalkitchen.
Journal of Revista de Microbiologia [online]. 1999 [cited 2015 Oktober 1]; 30
(4). Available from: http://www.scielo.br.
3. Djaja IM. Kontaminasi e. coli pada makanan dari tiga jenis tempat
pengelolaanmakanan (TPM) di Jakarta Selatan tahun 2003. Journal ofMakara
Kesehatan [online]. 2008 [diakses tanggal 1 Oktober 2015]; 12(1): 36-41.
Diunduh dari: http://www.journal.ui.ac.id.
4. Rahayu NPS. Hubungan antara higiene sanitasi lingkungan warung
danpraktek pengolahan mie ayam dengan angka kuman. 2007 [diaksestanggal
1 Oktober 2015]. Diunduh dari: http://www.eprints.undip.ac.id.
5. Andriyani A, Gunawan IMA, Susilo J. Efektifitas penurunan jumlahangka
kuman alat makan dan efisiensi biaya yang digunakan padametode pencucian
alat makan pada rumah sakit Kota Surakarta. Journalof Gizi Klinik Indonesia
[online]. 2009 [diakses tanggal 1 Oktober 2015];6 (1): 35-41. Diunduh dari:
http://www.jurnal.pdii.lipi.go.id.
6. Husni E, Samah A, Ariati R. Analisa zat pengawet protein dalammakanan siap
saji sosis. Jurnal Sanis dan Teknologi Farmasi [online].2007 [diakses tanggal
1 Oktober 2015]; 12 (2): 108-11. Diunduh dari:http://www.digilib.unsri.ac.id
7. Cory M. Analisis kandungan nitrit dan pewarna merah pada dagingburger
yang dijual di grosir bahan baku burger di Kota Medan. 2009[diakses tanggal
1 Oktober 2015]. Diunduh dari http://www.repository.usu.ac.id.
BAB IV
MUTU DAN KEAMANAN MAKANAN
A. ANALISIS MASALAH
Tabel 2.Analisis Masalah
Sistem
Input
Proses
Analisis Masalah
1. Ketika proses penggilingan daging ayam
beresiko terkena kontaminasi
2. Saat proses produksi, juru masak tidak
menggunakan sarung tangan dan masker
dalam
melakukan
pengadukkan
dan
1. Peralatan
yang
digunakan
untuk