Anda di halaman 1dari 6

Tetanus yang juga dikenal dengan lockjaw [1], merupakan penyakit yang disebakan oleh

tetanospasmin, yaitu sejenis neurotoksin yang diproduksi oleh Clostridium tetani yang
menginfeksi sistem urat saraf dan otot sehingga saraf dan otot menjadi kaku (rigid).[1] Kitasato
merupakan orang pertama yang berhasil mengisolasi organisme dari korban manusia yang
terkena tetanus dan juga melaporkan bahwa toksinnya dapat dinetralisasi dengan antibodi yang
spesifik.[1] Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein yang berarti
menegang.[2] Penyakit ini adalah penyakit infeksi di saat spasme otot tonik dan hiperrefleksia
menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya punggung (opistotonus),
spasme glotal, kejang, dan paralisis pernapasan.[3]

Pengobatan
Untuk menetralisir racun, diberikan immunoglobulin tetanus.[7] Antibiotik tetrasiklin dan
penisilin diberikan untuk mencegah pembentukan racun lebih lanjut, supaya raccun yang ada
mati.[7]Obat lainnya bisa diberikan untuk menenangkan penderita, mengendalikan kejang dan
mengendurkan otot-otot.[7] Penderita biasanya dirawat di rumah sakit dan ditempatkan dalam
ruangan yang tenang.[7] Untuk infeksi menengah sampai berat, mungkin perlu dipasang ventilator
untuk membantu pernafasan.[7]Makanan diberikan melalui infus atau selang nasogastrik.[9] Untuk
membuang kotoran, dipasang kateter.[9] Penderita sebaiknya berbaring bergantian miring ke kiri
atau ke kanan dan dipaksa untuk batuk guna mencegah terjadinya pneumonia.[9]Untuk
mengurangi nyeri diberikan kodein.[9] Obat lainnya bisa diberikan untuk mengendalikan tekanan
darah dan denyut jantung. Setelah sembuh, harus diberikan vaksinasi lengkap karena infeksi
tetanus tidak memberikan kekebalan terhadap infeksi berikutnya.

Pencegahan
Mencegah tetanus melalui vaksinasi adalah jauh lebih baik daripada mengobatinya.[10] Pada
anak-anak, vaksin tetanus diberikan sebagai bagian dari vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus).[10]
Bagi yang sudah dewasa sebaiknya menerima booster.[10]Pada seseorang yang memiliki luka,
jika[10]:
1. Telah menerima booster tetanus dalam waktu 5 tahun terakhir, tidak perlu menjalani
vaksinasi lebih lanjut
2. Belum pernah menerima booster dalam waktu 5 tahun terakhir, segera diberikan
vaksinasi
3. Belum pernah menjalani vaksinasi atau vaksinasinya tidak lengkap, diberikan suntikan
immunoglobulin tetanus dan suntikan pertama dari vaksinasi 3 bulanan.
4. Setiap luka (terutama luka tusukan yang dalam) harus dibersihkan secara seksama karena
kotoran dan jaringan mati akan mempermudah pertumbuhan bakteri Clostridium tetani.
[10]

Prognosis
Tetanus memiliki angka kematian sampai 50%.[2] Kematian biasanya terjadi pada penderita yang
sangat muda, sangat tua dan pemakai obat suntik.[2] Jika gejalanya memburuk dengan segera atau
jika pengobatan tertunda maka prognosisnya akan menjadi buruk.[2]
Adapun gejala-gejala penyakit tetanus pada si penderita yang umum banyak ditemui adalah
sebagai berikut :
- Si Penderita sulit sekali menelan contohnya seperti saat menelan makanan. akibat rasa nyeri
pada rahang dan gigi.
- Merasa kepalanya sakit, gelisah, nyeri pada otot, nyeri pada otot rahang yang kemudian diikuti
rasa kaku, demam, dan otot perut mengeras (gejala ini biasanya muncul pada saat tujuh hari
sipenderita mengalami tetanus).
- Jika semakin parah penyakit ini akan menimbulkan kejang otot. awalnya berlangsung singkat,
dan lama kelamaan semakin sering.
- jika tak segera ditangani, akan menyebabkan gangguan pada otot jantung, patah tulang (akibat
berontak) bahkan menyebabkan pernapasan berhenti.

Kolera (juga disebut Asiatic cholera) adalah penyakit menular di saluran


pencernaan yang disebabkan oleh bakterium Vibrio cholerae. Bakteri ini biasanya
masuk ke dalam tubuh melalui air minum yang terkontaminasi oleh sanitasi yang
tidak benar atau dengan memakan ikan yang tidak dimasak benar, terutama
kerang. Gejalanya termasuk diare, perut keram, mual, muntah, dan dehidrasi.
Kematian biasanya disebabkan oleh dehidrasi. Kalau dibiarkan tak terawat kolera
memiliki tingkat kematian tinggi. Perawatan biasanya dengan rehidrasi agresif
"regimen" biasanya diantar secara intravenous, yang berlanjut sampai diare
berhenti.
Penyakit Kolera (Cholera)
Penyakit kolera (cholera) adalah penyakit infeksi saluran usus bersifat akut yang
disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae, bakteri ini masuk kedalam tubuh seseorang
melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Bakteri tersebut
mengeluarkan enterotoksin (racunnya) pada saluran usus sehingga terjadilah diare
(diarrhoea) disertai muntah yang akut dan hebat, akibatnya seseorang dalam waktu
hanya beberapa hari kehilangan banyak cairan tubuh dan masuk pada kondisi
dehidrasi.
Apabila dehidrasi tidak segera ditangani, maka akan berlanjut kearah hipovolemik
dan asidosis metabolik dalam waktu yang relatif singkat dan dapat menyebabkan
kematian bila penanganan tidak adekuat. Pemberian air minum biasa tidak akan
banyak membantu, Penderita (pasien) kolera membutuhkan infus cairan gula
(Dextrose) dan garam (Normal saline) atau bentuk cairan infus yang di mix
keduanya (Dextrose Saline).
Penyebaran Penularan Penyakit Kolera
Kolera dapat menyebar sebagai penyakit yang endemik, epidemik, atau pandemik.
Meskipun sudah banyak penelitian bersekala besar dilakukan, namun kondisi
penyakit ini tetap menjadi suatu tantangan bagi dunia kedokteran modern. Bakteri
Vibrio cholerae berkembang biak dan menyebar melalui feaces (kotoran) manusia,
bila kotoran yang mengandung bakteri ini mengkontaminasi air sungai dan
sebagainya maka orang lain yang terjadi kontak dengan air tersebut beresiko
terkena penyakit kolera itu juga.
Misalnya cuci tangan yang tidak bersih lalu makan, mencuci sayuran atau makanan
dengan air yang mengandung bakteri kolera, makan ikan yang hidup di air
terkontaminasi bakteri kolera, Bahkan air tersebut (seperti disungai) dijadikan air
minum oleh orang lain yang bermukim disekitarnya.
Gejala dan Tanda Penyakit Kolera
Pada orang yang feacesnya ditemukan bakteri kolera mungkin selama 1-2 minggu
belum merasakan keluhan berarti, Tetapi saat terjadinya serangan infeksi maka
tiba-tiba terjadi diare dan muntah dengan kondisi cukup serius sebagai serangan
akut yang menyebabkan samarnya jenis diare yg dialami.

Akan tetapi pada penderita penyakit kolera ada beberapa hal tanda dan gejala yang
ditampakkan, antara lain ialah :
- Diare yang encer dan berlimpah tanpa didahului oleh rasa mulas atau tenesmus.
- Feaces atau kotoran (tinja) yang semula berwarna dan berbau berubah menjadi
cairan putih keruh (seperti air cucian beras) tanpa bau busuk ataupun amis, tetapi
seperti manis yang menusuk.
- Feaces (cairan) yang menyerupai air cucian beras ini bila diendapkan akan
mengeluarkan gumpalan-gumpalan putih.
- Diare terjadi berkali-kali dan dalam jumlah yang cukup banyak.
- Terjadinya muntah setelah didahului dengan diare yang terjadi, penderita tidaklah
merasakan mual sebelumnya.
- Kejang otot perut bisa juga dirasakan dengan disertai nyeri yang hebat.
- Banyaknya cairan yang keluar akan menyebabkan terjadinya dehidrasi dengan
tanda-tandanya seperti ; detak jantung cepat, mulut kering, lemah fisik, mata
cekung, hypotensi dan lain-lain yang bila tidak segera mendapatkan penangan
pengganti cairan tubuh yang hilang dapat mengakibatkan kematian.
Penanganan dan Pengobatan Penyakit Kolera
Penderita yang mengalami penyakit kolera harus segera mandapatkan penaganan
segera, yaitu dengan memberikan pengganti cairan tubuh yang hilang sebagai
langkah awal. Pemberian cairan dengan cara Infus/Drip adalah yang paling tepat
bagi penderita yang banyak kehilangan cairan baik melalui diare atau muntah.
Selanjutnya adalah pengobatan terhadap infeksi yang terjadi, yaitu dengan
pemberian antibiotik/antimikrobial seperti Tetrasiklin, Doxycycline atau golongan
Vibramicyn. Pengobatan antibiotik ini dalam waktu 48 jam dapat menghentikan
diare yang terjadi.
Pada kondisi tertentu, terutama diwilayah yang terserang wabah penyakit kolera
pemberian makanan/cairan dilakukan dengan jalan memasukkan selang dari hidung
ke lambung (sonde). Sebanyak 50% kasus kolera yang tergolang berat tidak dapat
diatasi (meninggal dunia), sedangkan sejumlah 1% penderita kolera yang mendapat
penanganan kurang adekuat meninggal dunia. (massachusetts medical society,
2007 : Getting Serious about Cholera).
Pencegahan Penyakit kolera
Cara pencegahan dan memutuskan tali penularan penyakit kolera adalah dengan
prinsip sanitasi lingkungan, terutama kebersihan air dan pembuangan kotoran
(feaces) pada tempatnya yang memenuhi standar lingkungan. Lainnya ialah
meminum air yang sudah dimasak terlebih dahulu, cuci tangan dengan bersih
sebelum makan memakai sabun/antiseptik, cuci sayuran dangan air bersih
terutama sayuran yang dimakan mentah (lalapan), hindari memakan ikan dan
kerang yang dimasak setengah matang.
Bila dalam anggota keluarga ada yang terkena kolera, sebaiknya diisolasi dan

secepatnya mendapatkan pengobatan. Benda yang tercemar muntahan atau tinja


penderita harus di sterilisasi, searangga lalat (vektor) penular lainnya segera
diberantas. Pemberian vaksinasi kolera dapat melindungi orang yang kontak
langsung dengan penderita.

Anda mungkin juga menyukai