Anda di halaman 1dari 8

PENERAPAN VALUE ENGINEERING

DI PROYEK KONSTRUKSI

Disusun oleh :

Agung Adyawardhana
21010112130160

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015

Penerapan Value Engineering di Proyek Konstruksi

I.

Pendahuluan
Sebagai negara berkembang kota-kota besar di Indonesia terus
melakukan kegiatan pembangunan di segala bidang. Kemajuan dan
perkembangan yang terjadi pada akhirnya berpengaruh terhadap
pola pikir masyarakat. Seiring dengan hal tersebut, tumbuh pula
tuntutan masyarakat terhadap adanya kecepatan dan ketepatan
dalam proses menganalisa dan mengambil keputusan dalam
menghadapi
dan
menyelesaikan
permasalahan
maupun
pekerjaannya.
Begitu juga yang terjadi pada pembangunan fisik khususnya
pada bidang konstruksi, yakni adanya perhatian yang cukup besar
terhadap pengawasan mutu pekerjaan, penghematan anggaran
biaya dan pengendalian waktu pelaksanaannya. Oleh karena itu,
diperlukan adanya perencanaan yang baik dan matang sebelum
proyek konstruksi dikerjakan.
Salah satu metode alternatif dalam upaya untuk penghematan
biaya anggaran adalah dengan menerapkan Rekayasa Nilai (Value
Engineering) dalam perencanaan proyek konstruksi.
Value Engineering (Rekayasa Nilai) pada intinya adalah suatu
cara analisa untuk mengoptimalkan efisiensi biaya yang semula
berpotensi menimbulkan pembesaran biaya pada suatu anggaran
dan setelah dilakukan suatu rekayasa nilai menghasilkan suatu hasil
efisiensi biaya dengan tetap berpatokan pada prinsip tidak
menghilangkan Mutu, fungsi, manfaat dan estetika dari suatu
elemen pekerjaan yang dilakukan dalam analisis Value Engineering.
Metode Analisa Rekayasa Nilai memiliki kelebihan, yaitu adanya
upaya pendekatan yang sistmatis, rapi dan terorganisir dalam
menganalisa nilai (value) dari pokok permasalahan terhadap fungsi
atau kegunaannya namun tetap konsisten terhadap kebutuhan akan
penampilan, realibitas, kualitas dan pemeliharaan dari proyek.

II.

Tinjauan Pustaka
Pengertian Value Engineering
Value Engineering menurut para ahli adalah sebagai berikut :
a. Value Engineering adalah usaha yang terorganisasi secara
sistematis dan mengaplikasikan suatu teknik yang telah diakui,
yaitu teknik mengidentifikasikan fungsi produk atau jasa yang
bertujuan memenuhi fungsi yang diperlukan dengan harga
yang terendah (paling ekonomis). (Imam Soeharto, 1995 yang
dikutip dari Society Of American Value Engineers).

b. Value Engineering adalah sebuah teknik dalam manajemen


menggunakan
pendekatan
sistematis
untuk
mencari
keseimbangan fungsi terbaik antara biaya, keandalan dan
kinerja sebuah proyek. (DellIsola)
c. Value Engineering adalah suatu pendekatan yang terorganisasi
dan
kreatif
yang
bertujuan
untuk
mengadakan
pengidentifikasian biaya yang tidak perlu. Biaya yang tidak
perlu ini adalah biaya yang tidak memberikan kualitas,
kegunaan, sesuatu yang menghidupkan penampilan yang baik
ataupun sifat yang diinginkan oleh konsumen. (Miles 1971
dalam Barrie dan Poulson 1984)
d. Value Engineering adalah sebuah pendekatan yang bersifat
kreatif dan sistematis dengan tujuan untuk mengurangi/
menghilangkan biaya-biaya yang tidak diperlukan. (Zimmerman
dan hart, 1982)
Pengertian selengkapnya mengenai Value Engineering/
Rekayasa Nilai sebagai dikutip dari Larry W. Zimmerman dan Glen D.
Hart (1982) adalah sebagai berikut:
a. An Oriented System
Yaitu suatu teknik yang menggunakan tahapan dalam Rencana
Tugas (Job Plan) untuk mengidentifikasi dan menghilangkan
biaya-biaya yang tidak diperlukan (Unnecessary Cost).
b. Multidisciplined Team Approach
Yaitu suatu teknik penghematan biaya produksi yang
melibatkan seluruh tim yang berkepentingan dalam proyek,
yakni: pemilik, perencana, para ahli yang berpengalaman
dibidangnya masing-masing dan konsultan Value Engineering.
Jadi pekerjaan VE adalah sebuah kerja tim yang saling terkait,
bukan usaha perorangan.
c. Proven Management Technique
Yaitu suatu teknik penghematan biaya yang telah terbukti dan
terjamin mampu mengarahkan berbagai produk yang bermutu
dan relatif rendah pembiayaannya.
d. An Oriented Function
Yaitu suatu teknik yang berorientasi pada fungsi-fungsi yang
diperlukan pada setiap item maupun system yang ditinjau
untuk mnghasilkan nilai produk yang dikehendaki
e. Life Cycle Cost Oriented
Yaitu suatu teknik yang berorientasi pada biaya total yang
diperlukan
selama
proses
produksi
serta
optimasi
pengoperasian segala fasilitas pendukungnya.
Disebutkan pula bahwa rekayasa nilai bukanlah :
a. A Design Review

Yaitu mencari-cari kesalahan dalam perencanaan sebelumnya


atau mengulangi perhitungan yang telah dilakukan oleh pihak
perencana.
b. A Cost Cutting Proces
Yaitu proses penghematan biaya dengan mengurangi biaya
satuan (Unit Price), maupun mengorbankan mutu, keandalan
dan penampilan hasil produk.
c. A Requirement Done All Design
Bukan
merupakan
keharusan
tiap
perencana
untuk
melakukannya. Hal ini disebabkan perencana mempunyai
keterbatasan kemampuan dan waktu dalam pekerjaannya,
sehingga tidak dimungkinkan melakukan perbandingan
alternatif diluar yang dikuasainya.
Pentingnya Rekayasa Nilai
Pemanfaatan rekayasa nilai sebagai salah satu alternatif
penghematan dirasakan perlu untuk diterapkan dalam proyek
konstruksi, hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, yakni:
1. peningkatan biaya produksi
2. keterbatasan dana pelaksanaan pekerjaan
3. suku bunga perbankan yang fluktuatif
4. laju inflasi yang tinggi
5. usaha untuk mengoptimalkan dana guna mencapai fungsi
utama
6. akibat perkembangan dan kemajuan ilmu dan teknologi
Waktu Penerapan Rekayasa Nilai
Secara umum, VE (Value Engineering) dapat diterapkan pada
semua jenis proyek yakni mulai dari gagasan awal hingga menjadi
kenyataan atau disebut daur hidup proyek konstruksi (the life
cycle of construction project) dimana pada setiap tahapannya
adalah saling berhubungan, yaitu:
1. Konsep Dan Sudi Kelayakan (Concept And Feasilibility Studies)
2. Pengembangan (Development)
3. Perencanaan (Design)
4. kontruksi (Construction)
5. Operasi Dan Pemeliharaan (Operation And Maintenance)
6. Perbaikan (Repair)
Sesuai dengan salah satu tujuan yang ingin dicapai, yakni
penghematan biaya yang optimal maka penerapan VE (Value
Engineering) harus tepat waktunya. Untuk itu perlu diketahui
hubungan antara penghematan potensial (saving potential) yang
dapat dilakukan VE (Value Engineering) dan waktu dalam kaitannya
dengan keenam tahapan.

Dalam melakukan suatu proses rekayasa nilai sebaiknya


dilakukan pada tahap perencanaan agar kita dapat mengatahui
secara dini eleman biaya yang dapat kita optimalkan, hal ini
dilakukan karena jika kita melakukan suatu analisis Value
Engineering pada saat proses konstruksi berlangsung tentunya akan
menyita waktu pekerjaan, biaya konsultasi tambahan, sehingga
banyak kehilangan (Loss) yang terjadi jika dilakukan pada tahap
pelaksanaan/ konstruksi. Pengertian tersebut dapat diilustrasikan
pada gambar di bawah ini.

Suatu analisis rekayasa nilai yang dalam hal ini menyangkut


proyek konstruksi setidaknya bisa mereduksi hingga 30% dari biaya
total jika dilakukan dengan baik. Sebagai contoh dalam proyek
sebuah jembatan beton Prestressed Concrete ada beberapa item
pekerjaan yang jika kita lakukan suatu rekayasa nilai dapat
menghemat biaya pelaksanaan, misalnya untuk item pekerjaan
gelagar (Girder) jika dalam hal ini kita lakukan suatu inovasi dalam
pelaksanaannya dengan metode tertentu kita dapat
melakukan reduksi biaya, tentunya hal ini memerluhkan suatu
inovasi dan kreatifitas
dalam mengaplikasikannya yang tetap pada prinsip tidak
menghilangkan mutu, fungsi, manfaat dan estetika dari pekerjaan
tersebut.
Adapun tahapan tahapan secara umum dalam suatu analisis
rekayasa nilai yaitu:
1. Tahap Pengumpulan Informasi
Pada tahap ini kita harus mengumpulkan data-data baik data
primer berupa wawancara langsung dengan pihak terkait

misalnya kontraktor, owner, konsultan, dan data primer berupa


RAB, Schedule dan referensi lainnya.
2. Tahap Analisis Fungsi
Pada tahap ini kita lakukan suatu analisis fungsi dengan
mengidentifikasi elemen-lemen pekerjaan yang berpotensi
memiliki tingkat biaya yang tinggi dengan mengacu pada
Hukum Pareto dan kemudian dilakukan suatu analisis fungsi
dengan menggunakan ratio Cost/Worth (C/W) dimana
menganalisis antara biaya elemen dengan biaya fungsi elemen
tersebut.
3. Tahap Kreatifitas dan Inovasi
Pada tahap ini kita diharapkan menggunakan inovasi dan
kreatifitas dalam mengolah elemen biaya yang berpotensi
dapat dilakukan efisiensi dengan tetap mengacuh pada prinsip
tidak mengurangi mutu, manfaat, fungsi dan estetikanya. Tahap
inilah biasanya yang paling sulit dalam implementasinya. Tahap
ini pula muncul beberapa alternatif dari inovasi tersebut yang
kemudian dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan.
4. Tahap Pengembangan
Pada tahap ini dilakukan analisis lanjutan setelah terpilihnya
suatu rekayasa nilai dari elemen biaya yang direduksi, pada
tahap ini dilakukan analisis Life Cicle Cost (LCC), dengan tujan
untuk mengetahui manfaat jangka panjang dari inovasi
tersebut
baik
biaya
awal
(Initial
Cost),
Perbaikan
(Replacement/Repair Cost), Pemeliharaan dan operasional
(Maintanance and Operational) dan Biaya Sisa (Salvage).
Alternatif-alternatif tersebut kemudian dijumlahkan secara
keseluruhan yang mana memiliki potensi biaya yang terendah
selama umur alternatif tersebut.
5. Tahap Analisis Keputusan
Pada tahap ini dilakukan suatu analisis keputusan untuk
dijadikan laporan dalam suatu pengambilan keputusan oleh
pembuat keputusan (Decision Maker) dalam tahap ini ada
beberapa variabel yang dianalisis dalam menentukan tingkat
rangking (peringkat) dari alternatif-alternatif yang telah
dianalisis.
6. Tahap Rekomendasi

Tahap ini merupakan tahap penyajian suatu analisis secara


keseluruhan yang kemudian diserahkan ke pada pihak-pihak
yang akan mengambil keputusan dari alternatif tersebut.
7. Tahap Pengambilan Keputusan
Tahap ini merupakan tahap suatu pengambilan keputusan dari
rekomendasi yang dipaparkan dilihat dari kepentingan semua
pihak dalam alternatif tersebut.
8. Tahap Implementasi
Tahap ini merupakan tahap eksekusi dari alternatif yang telah
diputuskan oleh pihakpihak yang berkepentingan dalam
kegiatan tersebut untuk dilaksanakan di lapangan.

III.

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Penerapan Value Engineering pada suatu proyek berpengaruh
terhadap biaya dan waktu. Pengaruh tersebut bersifat variatif
tergantung pada usulan yang dipilih, yaitu dapat menghemat atau
lebih mahal daripada eksisting dan dapat lebih cepat atau lebih
lama waktu yang diperlukan dibandingkan dengan eksisting.
Sebaiknya analisis rekayasa nilai dilakukan pada tahap
perencanaan sehingga didapatkan penghematan potensial yang
optimum tanpa mengurangi mutu proyek. Hal ini disarankan
terutama untuk proyek dengan nilai besar dan jumlah item
pekerjaan yang banyak.
Saran
1. Dalam pelaksanaan konstruksi bangunan diperlukan tim
rekayasa nilai untuk mendapatkan hasil yang optimal dari segi
kekuatan struktur maupun segi biaya.
2. Perekayasa nilai harus memiliki pengetahuan yang luas dan
memiliki ide-ide yang kreatif serta logika yang kuat.
3. Untuk menciptakan kesamaan persepsi mengenai keberadaan VE
dalam suatu proyek, diperlukan adanya koordinasi yang baik
antara konsultan VE, pemilik, perencana, dan pelaksana.
Sehingga dapat meminimalisir konflik yang mungkin terjadi.
4. Sebelum VE diterapkan pada suatu proyek, sebaiknya dibuat
kesepakatan yang jelas mengenai pembagian hasil yang akan
diperoleh antara owner, kontraktor pelaksana, dan konsultan VE.
5. Penerapan VE tidak hanya dapat dilakukan pada pekerjaan
structural (yang pada umumnya memiliki biaya terbesar), tetapi

juga dapat dilakukan pada pekerjaan yang potensial untuk


dilakukan rekayasa nilai, seperti pekerjaan arsitektur dan
mekanikal elektrikal (ME).

Daftar Pustaka

http://jamesthoengsal.blogspot.co.id/p/blogpage_22.html
http://e-journal.uajy.ac.id/446/3/2MTS01363.pdf
http://eprints.upnjatim.ac.id/1313/1/TS-ANNA_R_42.pdf
http://www.academia.edu/7148325/PENERAPAN_REKAYASA_NILAI_VALUE_E
NGINEERING_PADA_PROYEK_PEMBANGUNAN_GEDUNG_II_FAKULTAS_ILMU_
SOSIAL_DAN_ILMU_POLITIK_UNIVERSITAS_BRAWIJAYA

Anda mungkin juga menyukai