Anda di halaman 1dari 33

HIMPUNAN MAHASISWA MESIN (HMM)

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NADIYAH ROHMATULLAH
03051281419102

PENGUJIAN TARIK
I.

TUJUAN PERCOBAAN
1. Untuk menentukan pertahanan atau perlawanan dari logam
terhadappemutusan hubungan akibat tarikan. Uji tarik adalah salah
satu uji stress-strain yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan bahan
terhadap gaya tarik.
2. Untuk membandingkan kekuatan maksimum beberapa jenis logam
(besi tuang ,baja, tembagadan alumunium)
3. Untuk membandingkan titik luluh logam-logam tersebut
4. Untuk membandingkan tingkat keuletan logam-logam tersebut,
melalui penghitungan % elongasi dan % pengurangan luas.
5. Untuk membandingkan fenomena necking pada logam-logam tersebut.
6. Untuk membandingkan modulus elastisitas dari logam-logam tersebut.
7. Untuk membuat, membandingkan serta menganalisis kurva teganganregangan, baik kurva rekayasa maupun sesungguhnya dari beberapa
jenis logam.
8. Untuk membandingkan tampilan perpatahan (fraktografi) logamlogam tersebut dan menganalisisnya berdasarkan sifat-sifat mekanis
yang telah dicapai.

II.

Alat dan Bahan


A. Alat

Jangka sorong
Mistar 50 cm
Gergaji besi
Mesin Penggerak Alat Uji Tarik
Penekan Uji Tarik
Hidrolik

B. Bahan

Besi berbentuk bulat (alumunium )


Spesimen

Mechanical Engineering of Sriwijaya


University

HIMPUNAN MAHASISWA MESIN (HMM)


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NADIYAH ROHMATULLAH
03051281419102

III.

DASAR TERORI

Gambar 1.1 Bentuk batang uji tarik

Pengujian tarik biasanya dilakukan terhadap batang uji (specimen) yang


standart. Bahan yang akan diuji mula-mula dibuat menjadi batang uji dengan
bentuk sesuai standart. Salah satu bentuk batang uji dapat dilihat pada gambar 1.1.
Pada bagian tengah dari batang uji ( pada bagian yang parallel) merupakan bagian
yang meneriama tegangan yang uniform dan pada bagian ini diukue panjang uji
(gauge length), yaitu bagian yang dianggap menerima pengaruh dan pembebanan,
bagian ini yang selalu diukur panjangnya selama proses pengujian.
Batang uji dipasang pada mesin uji tarik, dijepit dengan pencekam dari
mesin uji kemudian pada ujungnya ditarik kearah memanjang secara perlahan.
Selama penarikan, setiap saat tercatat dengan grafik yang tersedia pada mesin
tarik, besarnya gaya tarik yang bekerja dan besarnya pertambahan panjang yang
terjadi sebagai akibat dari gaya tarik tersebut. Penarikan berlangsung terus sampai
batang uji putus.
Data diperoleh dari mesin uji biasanya dinyatakan dengan grafik beban
pertambahan panjang (grafik P - L). Grafik ini masih belum banyak gunanya
karena hanya menggambarkan kemampuan batang uji ( bukan kemampuan bahan)

Mechanical Engineering of Sriwijaya


University

HIMPUNAN MAHASISWA MESIN (HMM)


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NADIYAH ROHMATULLAH
03051281419102
untuk menerima beban gaya. Untuk dapat digunakan menggambarkan sifat bahan
secara umum, maka grafik P - L harus dijadikan grafik lain yaitu diagram
Tegangan - Regangan (stress strain diagram), disebut juga suatu diagram - ,
kadang kadang juga disebut Diagram Tarik.
Pada saat batang uji menerima beban sebesar P kg maka batang uji
(panjang uji) akan bertambah sebesar L mm.
Pada saat itu pada batang uji bekerja tegangan yang besarnya:
= P/A0
Dimana: P = beban yang diberikan (kgf atau N)
A0 = luas penampang batang uji mula-mula (mm)
Juga pada saat itu pada batang uji terjadi reganagn yang besarnya :
= L/L0 = (L L0)/L0
Dimana L0 = panjang mula mula
L = panjang akhir
Tegangan dituluskan dengan satuan kg/mm2, kg/cm2, psi (pound per square
inch) atau Mpa (Mega Pascal = 106 N/m2). Rengan dapat dinyatakan dengan
persentase pertambahan panjang, satuannya adalah persen (%).
Gambar 1.2 salah saru contoh diagram tegangan regangan, yaitu diagram
tegangan regangan suatu baja yang ulet (baja karbon rendah).

Mechanical Engineering of Sriwijaya


University

HIMPUNAN MAHASISWA MESIN (HMM)


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NADIYAH ROHMATULLAH
03051281419102

Gambar 1.2 Diagram tegangan regangan


Dari diagram diatas tampak bawah pada tegangan yang kecil grafik berupa
garis lurus, ini berarti bahwa besarnya regangan yang timbul sebagai akibat
tegangan yang kecil tersebut berbanding lurus dengan besarnya tegangan yang
bekerja (Hukum Hook). Hal ini berlaku hingga titik P, yaitu batas kesebandingan
atau propotionality limit.
Jadi bila pegujian tarik dilakukan dengan penambahan bahan secara
perlahan mula mula akan terjadi pertambahan panjang yang sebanding dengan
penambahan gaya yang bekerja. Kesebandingan ini berlangsung terus sampai
beban mencapai titik P (propotionilty limit), setelah itu pertambahan panjang yang
terjadi sebagai akibat penambahan beban tidak lagi berbanding lurus,
pertambahan beban yang sama akan menghasilkan pertambahan panjang yang
lebih besar. Dan bahkan pada suatu saat terjadi pertambahan panjang tanpa
penambahan beban, batang uji bertambah panjang dengan sendirinya. Dikatakan
batang uji mengalami yield (luluh). Keadaan ini berlangsung hanya beberapa saat
dan sesudah itu beban akan naik lagi untuk dapat memperoleh pertambahan
maksimum panjang (tidak lagi propotionilty).
Kenaikkan beban ini akan berlangsung terus sampai suatu maksimum, dan
untuk logam yang ulet (seperti halnya baja karbon rendah) sesudah itu beban
mesin tarik akan menurun lagi (tetapi pertambahan panjang terus berlangsung)

Mechanical Engineering of Sriwijaya


University

HIMPUNAN MAHASISWA MESIN (HMM)


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NADIYAH ROHMATULLAH
03051281419102
sampai akhirnya batang uji putus. Pada saat beban mencapai maksimum pada
batang uji terjadi pengecilan penampang setempat (lokal necking), dan
pertambahan panjang akan terjadi hanya disekitar necking tersebut. Peristiwa
seperti ini ganya terjadi pada logam yang ulet, sedangkan pada logam logam
yang lebih getas tidak terjadi necking dan logam itu akan putus pada saat beban
maksimum.
Bila pengujian dilakukan dengan cara yang sedikit berbeda yaitu beban
dinaikkan perlahan lahan sampai harga tertentu lalu beban diturunkan lagi
sampai nol, dinaikkan sampai diatas harga tertinggi yang sebelumnay lalu
diturunkan lagi sampai nol, demikian terus berulang ulang, makan akan terlihat
bahwa pada beban yang kecil disamping berlaku Hukum Hook juga logam masih
elastis, pada saat menerima beban akan bertambah panjang tetapi bila beban
dihilangkan pertambahn panjang juga akan hilang, uji kembali ke bentuk dan
ukuran semula. Ini berlangsung sampai batas elastis (elastic limit, titik E). Jadi
untuk beban rendah, pertambahan panjang mengikuti garis OP (gambar 1.2).
Bila bebang melebihi batas elastik, maka bila beban dihilangkan
pertambahan panjang titik seluruhnya hilang, masih ada terdapat pertambahan
panjang yang tetap, atau pertambahan panjang yang plastik. Besarnya
pertambahan panjang plastis ini dapat dicari dengan menarik garis sejajar dengan
garis pertambahan panjang elastis (garis OP) dari titik yang menunjukkan
besarnya beban atau tegangan yang bekerja, pada grafik (Gambar 1.3).
Yang terletak didalam sebuah diagram tersebut yang memberikan suatu
diagram OP atau garis pertambahan panjang plastik yang dari titik titik lurusnya
mennunjukkan bahwa besarnya beban/tegangan yang pekerja pada sebuah batang
uji pada bahan alumunium.

Mechanical Engineering of Sriwijaya


University

HIMPUNAN MAHASISWA MESIN (HMM)


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NADIYAH ROHMATULLAH
03051281419102

Gambar 1.3 Menentukan regangan plastik


Diagram tegangan regangan dapat dibagi menjadi dua daerah yaitu
daerah elastik dan daerah plastik. Yang menjadi batas antara daerah tersebut
seharusnya adalah batas elastik, titik E, tetapi ini tidak praktis karena mencari titik
E cukup sulit, maka yang dianggap sebagai batas antara daerah elastik dan plastik
adalah titik luluh (yield point) Y.
Diagram diatas, dimana yield tampak jelas dan patah pada beban
maksimum, sebenarnya jarang terjadi. Ini akan terjadi hanya pada beberapa logam
yang cukup ulet, seperti baja karbon rendah annealing. Pada logam yang lebih
getas daerah yield kurang tampak, bahkan tidak terlihat sama sekali dan putus
pada beban maksimum.
Pada gambar 1.4 terlihat beberapa jenis diagram tegangan regangan yang
sering dijumpai pada logam. Logam dikatakan getas bila setelah putus hanya
terdapat sedikit regangan plastik (kurang dari 0,050 %), dan bila regangan plastik
yang terjadi lebih dari itu logam dapat dianggap ulet.

Mechanical Engineering of Sriwijaya


University

HIMPUNAN MAHASISWA MESIN (HMM)


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NADIYAH ROHMATULLAH
03051281419102

Gambar 1.4 Macam macam diagram tegangan regangan


Sifat mekanik didaerah elastik
1. Kekuatan elastik
Menyatakan kemampuan untuk menerima bebang/tegangan tanpa
berakibat terjadinya deformasi plastik (perubahan bentuk yang permanen).
Kekuatan elastik ini ditunjukkan oleh titik yield (besarnya tegangan yang
mengakibatkan yield).
Untuk logam logam yang ulet pemperlihatkan terjadinya yield
dengan jelas, tentu batas ini mudah ditentukan, tetapi untuk logam logam
yang lebih getas dimana yield dapat dicari dengan menggunakan off set
method. Harga yang diperoleh dengan cara ini dinamakan metodhe off set
yield strength (kekuatan luluh). Dalam hal yield dianggap mulai terjadi
bila sudah timbul regangan plastik sebesar 0,2 % atau 0,35 % (tergantung
kesepakatan). Secara grafik, offset yield strenght dapat dicari dengan
menarik garis sejajar dengan garis elastik dari titik regangan 0,2 % atau
0,35 % hingga memotong kurva. Titk perpotongan ini menunjukkan yield
(lihat gambar 1.5)
Kekuatan elastik ini penting sekali dalam suatu perancangan karena
tegangan yang bekerja pada suatu bagian tidak boleh melebihi yield
point/strength dari bahan, supaya tidak terjadi deformasi plastik.

Mechanical Engineering of Sriwijaya


University

HIMPUNAN MAHASISWA MESIN (HMM)


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NADIYAH ROHMATULLAH
03051281419102

2. Kekakuan (stiffness)
Suatu bahan yang memiliki kekakuan tinggi bila mendapat beban
(dalam elastiknya) akan mengalami deformasi elastik tetapi hanya sedikit
saja. Kekakuan ditunjukkan oleh modulus elastisitas (Youngs modulus,E)
E = el/ol
Semakin besar harga E, makin kaku. Harga E untuk semua baja
hampir sama saja, sekitar 2,15 x 106 kg/cm2 atau 30 x 106 psi, harga ini
hampir tidak terpengaruh oleh komposisi kimia, laku panas dan proses
pembentukannya (sifat mekanik lain akan terpengaruh oleh hal hal
tersebut).
Kekuatan untuk beberapa rancangan bangun tertentu dari pada
kekuatan. Misalnya untuk mesin perkakas, bila rancangan bangunnya
kurang kaku maka akan mengakibatkan proses permesinan yang
dikerjakan dengan mesin tersebut akan kurang akurat.
Kekuatan juga dapat dinyatakan dengan Poissons ratio. Bila batang
uji ditarik secara uniaxial ke arah memanjang maka disamping akan terjadi
regangan ke arah memanjang sebesar x juga akan mengalami regangan
kearah melintang yaitu sebesar y. Posision ratio didefinisikan sebagai
perbandingan antara regangan kearah melintang dengan regangan kearah
memanjang. Pada tegangan yang masih dalam batas plastik.
V = -y/x

Mechanical Engineering of Sriwijaya


University

HIMPUNAN MAHASISWA MESIN (HMM)


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NADIYAH ROHMATULLAH
03051281419102
Harga

negatif

diberikan

karena

regangan

kearah

melintang

mempunyai harga negatif sedangkan ke arah memanjang mempunyai nilai


harga positif.
Harga v untuk logam biasanya berkisar 0,25 dan 0,35 makin besar
harga v suatu logam maka logam itu makin kurang kaku.
3. Resillen (Resilience)
Menyatakan kemampuan untuk menyerap energi (kerja) tanpa
mengakibatkan terjadinya deformasi plastik. Jadi dapat dinyatakan dengan
banyaknya energi yang diperlukan untuk mencapai batas elastik. Resilien
dinyatakan dengan modulus resilen (modulus of resilience) yang
didefinisikan

sebagai

banyaknya

energi

yang

diperlukan

untuk

merenggangkan satu satuan volume bahan hingga sampai batas elastik.


Ini dapat dinyatakan secara grafik sebagai luasan dibawah grafik daerah
elastik (gambar 1.6).
Dari gambar 1.6 dapat dihitung besarnya modulus of resilience :
UR = E . E = E2/2E
Dari hubungan diatas dapat dilihat bahwa modulus resilien ditentukan
oleh E dan E, tetapi karna harga E dari suatu logam boleh dikatakan tidak
berubah maka modulus resilien hanya ditentukan oleh E, kekuatan elastik
(yield point/strength).

Gambar 1.6 Elastic resilience

Gambar 1.7 Perbandingan elastic resilience

Mechanical Engineering of Sriwijaya


University

HIMPUNAN MAHASISWA MESIN (HMM)


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NADIYAH ROHMATULLAH
03051281419102
Karena harga E baja akan naik dengan naiknya kekuatan tarik
maksimum uR, maka bila kekuatan tarik maksimum suatu baja makin
tinggi modulus resiliencinya juga makin tinggi. (lihat gambar 1.7 dan tabel
1.1)
Table 1.1 Modulus Resilience for Various materials

Resilien adalah sifat penting bagi bagian bagian yang harus


menerima tegangan dan sekaligus juga regangan elastik yang besar, seperti
misalnya pegas pada alat transport, ia harus menerima beban/tegangan dan
juga mampu berdeformasi secara elastik cukup banyak.
Sifat mekanik di daerah plastik
1. Kekuatan tarik (Tensile strngth)
Menunjukkan kemampuan untuk menerima bebang/tegangan tapa
menjadi rusak/putus. Ini dinyatakan dengan tegangan maksimum sebelum
putus. Kekuatan tarik (Ultimate tensile strength - UTS).
UTS - u = Pmax/A0
UTS/kekuatan tarik ini dianggap sebagai data terpenting yang
diperoleh dari hasil pengujian tarikm karena biasnya perhitungan kekuatan
dihitung atas dasar kekuatan tarik ini (sekarang ada kecenderungan untuk

Mechanical Engineering of Sriwijaya


University

HIMPUNAN MAHASISWA MESIN (HMM)


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NADIYAH ROHMATULLAH
03051281419102
mendasarkan perhitungan kekuatan pada dasar yang lebih rasional yaitu
yield point/yield strength).
Pada baja, kekuatan tarika akan naik seiring dengan naiknya kadar
karbon dan panduannya. (gambar 1.8)
2. Keuletan (ducitly)
Menggambarkan kemampuan untuk berdeformasi secara plastik
tanpa menjadi patah. Dapat diukur dengan besarnya regangan plastik
yang terjadi setelah batang uji putus. Keuletan biasanya dinyatakan
dengan persentase perpanjangan (persentage elongation) :
D = (Li - Lo)/Lo x 100 %
Dimana Li = panjang gage length setelah putus
Bila keuletan dinyatakan dengan persentase perpanjangan maka
panjang gauge length mula mula juga harus disebutkan, jadi misalnya
dituliskan presentase perpanjangan 25 % pada gauge length 50 mm.
Secara grafik persentase perpanjangan dapat diukur pada diagram
- , yaitu dengan menarik garis dari titik patah (B, pada gambar 1.9),
sejajar dengan garis elastik hingga memotong absis (D, pada gambar 1.9).
Panjang DC adalah regangan elastik, panjang OD adalah regangan plastik.

Mechanical Engineering of Sriwijaya


University

HIMPUNAN MAHASISWA MESIN (HMM)


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NADIYAH ROHMATULLAH
03051281419102

Gambar 1.9 Penentuan regangan plastic setelah patah


Keuletan juga dapat dinyatakan dengan persentase pengurangan luas
penampang (persentase reduction in area) :
D = (Ao - Ai)/Ao x 100 %
Dimana Ai = luas penampang batang uji pada patahan.
Pada baja dan juga pada logam logam lain, keuletan banyak
ditentukan oleh strukturmikro, jadi juga ditentukan oleh komposisi kimia
dari paduan, lalu panas dan tingkat deformasi dingin yang dialami. Pada
baja, kenaikan kadar karbon akan menikkan kekuatan dan kekerasan tetapi
akan menurunkan keuletan. Demikian pula dengan tingkat deformasi
dingiin, makin tinggi tingkat deformasi dingin yang dialami makin tinggi
kekuatan dari kekerasan tetapi akan makin rendah.
Keuletan merupakan salah satu sifat mekanik yang amat penting karena:
Keuletan menunjukkan seberapa banyak suatu logam dapat
dideformasikan tanpa menjadi patah/retak, hal ini penting dalam

Mechanical Engineering of Sriwijaya


University

HIMPUNAN MAHASISWA MESIN (HMM)


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NADIYAH ROHMATULLAH
03051281419102
menentukan besarnya deformasi yang akan dilakukan pada proses
rolling, extruding, forging, drawing, dal lain lain.
Kerusakan pada bahan yang memiliki keuletan cukup tinggi biasanya
didahului oleh adanya deformasi, sehingga bila dijumpai adanya
deformasi maka akan dapat diambil tindakan untuk mencegah
terjadinya kerusakan lebih lanjut.
Dapat digunakan sebagai indikator dari perubahan komposisi kimia
dan kondisi proses pengerjaan.
3. Ketangguhan (toughness)
Menyatakan kemampuan menyerap energi tanpa mengakibatkan
patah, dapat diukur dengan besarnya energi yang diperlukan untuk
mematahkan. Ketangguhan dinyatakan dengan modulus ketangguhan
(modulus of toughness atau toghness index number) yang dapat
didefinisikan

sebagai

banyaknya

energi

yang

diperlukan

untuk

mematahkan satu satuan volume suatu bahan. Secara grafik, ini dapat
diukur dengan luasan yang berada dibawah kurva tegangan regangan
dari hasil pengujian tarik.
Ada

beberapa

pendekatan

matematik

yang

dapat

digunakan

mengukur/menghitung besarnya modulus ketangguhan UT, yaitu:

Untuk bahan yang ulet (ductile) :


UT = u x t atau UT = t x (u + y)/2

Untuk bahan yang getas (brittle)


UT = u x t

Dimana : UT = modulus ketangguhan (toughness index number)

u = ultimate tensile strength

Mechanical Engineering of Sriwijaya


University

HIMPUNAN MAHASISWA MESIN (HMM)


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NADIYAH ROHMATULLAH
03051281419102
y = yield point/strength
t = regangan total pada saat putus
Pada beberapa komponen mesin seperti kopling, roda gigi, rantai, kait,
kran, dan lain lainnya, seringkali mengalami kenaikan tegangan sesaat
hingga yield pointnya, untuk itu akan diperlukan bahan yang memiliki
ketangguhan cukup tinggi.
Ketangguhan merupakan suatu konsep yang sangat penting dan
banyak dipergunakan, tetapi sebenarnya sulit ditetapkan seberapa besar
sebenarnya ketangguhan yang dibutuhkan untuk suatu keperluan, juga
sulit untuk mengukur seberapa besar sebenarnya ketangguhan suatu
barang jadi yang terbuat dari bahan tertentu, karena banyak hal yang
mempengaruhi ketangguhan, antara lain adanya cacat, bentuk dan
ukurannya., bentuk dan ukuran benda, kondisi pelembaban/strain rate,
temperatur, dan lain lain yang banyak diantaranya sulit diukur.
Dari uraian tentang sifat mekanik dapat dianalisis bahwa ketangguhan
ditentukan oleh kekuatan dan keuletan, dimaan kedua sifat ini bisanya
berjalan bertentangan, artinya bila kekuatan naik maka keuletan menurun.
Ini dapat dilihat dengan membandingkan baja karbon rendah (yang
kekuatannya rendah tetapi keuletannya tinggi), baja karbon menengah
(dengan kekeuatan yang lebih tinggi tetapi keuletannya lebih rendah), dan
baja karbon tinggi (yang kekuatannya sangat tinggi tetapi juga sangat
getas). Dari gambar 1.11 yang tampak bawahnya ketangguhan paling
tinggi akan diperoleh pada baja karbon menengah.

Mechanical Engineering of Sriwijaya


University

HIMPUNAN MAHASISWA MESIN (HMM)


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NADIYAH ROHMATULLAH
03051281419102

Gambar 1.10 Ketangguhan

Gambar 1.11 Toughness seen as the total area under the tensile curve

Mechanical Engineering of Sriwijaya


University

HIMPUNAN MAHASISWA MESIN (HMM)


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NADIYAH ROHMATULLAH
03051281419102
IV.

Prosedur Percobaan
a) Bentuk batang uji sesuai dengan standar
b) Ukur kekerasan sampel uji Tarik
c) Ukur panjang dan diameter sampel uji mula-mula, untuk
sampel uji yang berbahan plat, ukur tebal dan lebarnya
d) Perkirakan beban tertinggi yang dapat diterima oleh sampel uji
e) Siapkan mesin tarik yang akan digunakan
f) Catat skala beban pada mesin Tarik
g) Jalankan mesin tarik dan catat diameter sampel uji setiap
penambahan beban
h) Setelah terjadi pengecilan setempat, catat diameter
sampel uji setiap pengurangan beban
i) Setelah percobaan ukur diameter pada bagian yang putus
j) Ukur kekerasan pada bagian yang mengalami pengecilan
penampang seragam

V.

Tugas Sebelum Praktikum

1. Perbedaan patah getas dan patah ulet?


2. Sebutkan sifat mekanik material ?
3. Sebutkan jenis-jenis pengujian mekanik?
Jawab;
1. a. Patah Ulet
Patah ulet adalah patah akibat deformasi berlebih, elastis atau plastis, terkoyak
atau patah geser (tearing or shear fracture)
ciri patah ulet :

terjadi penyerapan energi

adanya deformasi plastis yang cukup besar di sekitar patahan

Mechanical Engineering of Sriwijaya


University

HIMPUNAN MAHASISWA MESIN (HMM)


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NADIYAH ROHMATULLAH
03051281419102

permukaan patahan nampak kasar ,berserabut (fibrous), dan berwarna


kelabu.

b. Patah Getas
ciri patah getas:

penjalaran retak yang lebih cepat dibanding patah ulet

1.

penyerapan energi yang lebih sedikit

1.

tidak disertai dengan deformasi plastis

permukaan patahan pada komponen yang mengalami patah getas terlihat


mengkilap, granular dan relatif rata.

2. Tegangan yaitu gaya diserap oleh material selama berdeformasi persatuan


luas.
Regangan yaitu besar deformasi persatuan luas.
Modulus elastisitas yang menunjukkan ukuran kekuatan material.
Kekuatan yaitu besarnya tegangan untuk mendeformasi material atau
kemampuan material untuk menahan deformasi.
Kekuatan luluh yaitu besarnya tegangan yang dibutuhkan untuk
mendeformasi plastis.
Kekuatan tarik adalah kekuatan maksimum yang berdasarkan pada ukuran
mula.
Keuletan yaitu besar deformasi plastis sampai terjadi patah.
Ketangguhan yaitu besar energi yang diperlukan sampai terjadi perpatahan.

Mechanical Engineering of Sriwijaya


University

HIMPUNAN MAHASISWA MESIN (HMM)


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NADIYAH ROHMATULLAH
03051281419102
Kekerasan yaitu kemampuan material menahan deformasi plastis lokal
akibat penetrasi pada permukaan.
3. 1. Uji tarik
2. Uji bending
3. Uji metalugrafi
4. uji impact
5. uji kekerasan

Mechanical Engineering of Sriwijaya


University

HIMPUNAN MAHASISWA MESIN (HMM)


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NADIYAH ROHMATULLAH
03051281419102

Daftar Pustaka
Asri, Metals. Hard Book Vol. 3,7,8.
Chandra , Hendry .2003. Material Teknik Unsri.
Vickers,GE .Mechanical Metallurgi.MC Grow-Hillbook.com

Mechanical Engineering of Sriwijaya


University

HIMPUNAN MAHASISWA MESIN (HMM)


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NADIYAH ROHMATULLAH
03051281419102

Lampiran Gambar

Vickers Hardness

Mechanical Engineering of Sriwijaya


University

HIMPUNAN MAHASISWA MESIN (HMM)


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NADIYAH ROHMATULLAH
03051281419102

Brinell Hardness

Mechanical Engineering of Sriwijaya


University

HIMPUNAN MAHASISWA MESIN (HMM)


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NADIYAH ROHMATULLAH
03051281419102
Rockwell Hardness

Spesimen pengujian rockwell hardness

Spesimen pengujian rockwell hardness

Mechanical Engineering of Sriwijaya


University

HIMPUNAN MAHASISWA MESIN (HMM)


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NADIYAH ROHMATULLAH
03051281419102

Spesimen pengujian vickers hardness

Tugas Sebelum Praktikum


1.

Terangkan prinsip kerja pengujian kekerasan Rockwell, Vickers, dan


Brinell.

2.

Mengapa pada umumnya kekerasan suatu bahan berbanding lurus dengan


kekuatan tarik

3.

Apakah guna beban minor pada pengujian cara Rockwell?

4.

Sebutkan penyebab kegagalan pengujian kekerasan!

5.

Mengapa kekerasan suatu barang menurun bila barang tersebut di


panaskan?

Mechanical Engineering of Sriwijaya


University

HIMPUNAN MAHASISWA MESIN (HMM)


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NADIYAH ROHMATULLAH
03051281419102
JAWAB:
1. Brinnel hardness : Prinsip perhitungan adalah dengan menghitung beban
dibagi dengan luas daerah yang ditinggalkan.
Rockwell hardness: Metode pengujian kekerasan yang palng banyak
dipakai adalah metode Rockwell. Terdapat dua macam pembebanan yaitu
mayor dan minor
Vicker hardness: Perhitungan menggunakan persamaan VHN dengan
prinsip pengukuran sama dengan Brinell hanya saja luas yang dihitung
berbeda

persamaannya.Pengujian

kekerasan

Vickers

menggunakan

indentor piramid intan yang dasarnya


berbentuk bujur sangkar
2.

Kekerasan dari suatu bahan berbanding terbalik dengan kekuatan tarik


Karena pengertian dari kekerasan dan kekuatan tarik berbeda. Kekerasan
adalah

ketahanan

material

terhadap

deformasi

local

(permukaan),sementara kekuatan tarik adalah ketahanan material terhadap


deformasi plastis yang terjadi diseluruh permukaan material (global).
Sehingga jika suatu bagian dari material memiliki kekuatan yang baik,
maka material tersebut semakin ulet sehingga memiliki sifat yang semakin
lunak dan tidak getas, Sementara itu sifat dari material yang memiliki
kekerasan mempunyai sifat getas dan cenderung tidak lunak atau ulet.
Karena itu, semakin ulet material maka akan semakin kuat pula material
tersebut serta semakin tidak memiliki sifat kekerasan.
3.

Beban

Minor

berfungsi

untuk

meminimalisasi

pengaruh

permukaan dan sebagai setting awal untuk posisi beban mayor


4.

*Ketebalan pemotongan tidak sesuai dengan ketebalan material


*Permukaan uji tidakdatar
* Permukaan uji tidakbersih dari lapisan-lapisan lain yang mungkin
mempengaruhi kekerasan material
*Permukaan material dan benda penguji (indenter)tidak membentuk
bidang tegak lurus

Mechanical Engineering of Sriwijaya


University

bentuk

HIMPUNAN MAHASISWA MESIN (HMM)


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NADIYAH ROHMATULLAH
03051281419102

5.

Perlakuan panas dengan pendinginan udara merupakan proses softening


yaitu proses normalizing. Normalizing adalah proses di mana material
dipanaskan dahulu sampai suhu austenit kemudian dilakukan pendinginan
dengan medium udara secara perlahan. Proses ini terjadi pada suhu 55650C diatas daerah austenit murni. Pendinginan ini mencegah timbulnya
segregasi praeutektoid sehingga struktur mikro yang terbentuk adalah
perlit halus dan tidak ada ferit praeutektoid dalam jumlah banyak. Dengan
demikian akan dihasilkan material yang kekerasannya lebih kecil dari
sebelumnya.

Tugas Sesudah Praktikum


1. Apakah guna pengujian kekerasan?
2. Sebutkan keuntungan dan kelemahan masing-masing cara pengujian
kekerasan diatas!
3. Tentukan standar deviasi dari data pengujian yang anda lakukan.
4. Mengapa pada material yang sama angka kekerasan untuk satu jenis
pengujian tidak sama?
Jawaban
1. Untuk mengetahui deformasi plastic material dengan cara penekanan
2. Metode vickers
Keuntungan metode Vickers :
o Indentor dibuat dari bahan yang cukup keras, sehingga
dimungkinkan dilakukan untuk berbagai jenis logam.
o Memberikan hasil berupa skala kekerasan yang kontinu dan dapat
digunakan untuk menentukan kekerasan pada logam yang sangat
lunak dengan kekerasan DPH 5 hingga logam yang sangat keras
dengan DPH1500
o Dapat dilakukan untuk benda-benda dengan ketebalan yang sangat
tipis, sampai 0.006 inchi. Harga kekerasan yang didapat dari uji
Vickers tidak bergantung pada besar beban indentor.
Sedangkan kerugiannya yaitu pengujian ini tidak dapat digunakan untuk
pengujian rutin karena pengujian tersebut lama, memerlukan persiapan
permukaan benda uji yang teliti, dan rentan terhadap kesalahan
perhitungan panjang diagonal.

Mechanical Engineering of Sriwijaya


University

HIMPUNAN MAHASISWA MESIN (HMM)


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NADIYAH ROHMATULLAH
03051281419102
Metode brinell
Keuntungan penggunaan metode brinell antara lain :

Tidak dipengaruhi oleh oleh permukaan material yang kasar.

Bekas penekanan cukup besar, sehingga mudah diamati dan dapat


mengatasi ketidakseragaman fasa material pada pengujian.
Kerugiannya antara lain :

Tidak dapat dikenakan pada benda yang tipis dan permukaan yang kecil,
serta pada daerah kritis di mana penekanan dapat mengakibatkan
kegagalan.

Tidak berlaku untuk material yang sangat lunak maupun sangat keras.

Metode rockwell
Metoda ini paling banyak digunakan karena sifatnya yang cepat, relatif bebas
dari kesalahan dari manusia, mampu untuk membedakan perbedaan kekerasan
kecil yang dimiliki oleh baja yang diperkeras, dan ukuran lekukan yang
ditimbulakan oleh uji Rockwell kecil. Uji ini memperhitungkan kedalaman
bekas penekanan yang diukur dengan dial gage , yang kemudian
dikonversikan ke dalam skala Rockwell (0-100). Pembebanan yang diberikan
pada uji ini dilakukan dua kali yaitu dengan pembebanan makro (10 Kg) dan
kemudian dengan menggunakan beban makro yang besarnya beragam (60Kg150Kg).
3.

Standar deviasi
s n=

{
1
n

2
i=

( )}
( x )
n

1
58825,89472
19657,07906
3
3
1
48,44748588
3
= 16,14916196
= 4,018601991

4.

Karena ketebalan, permukaan uji dan permukaan material setiap spesimen


yang di uji berbeda beda ukuran dan tingkat kerataannya.

Mechanical Engineering of Sriwijaya


University

HIMPUNAN MAHASISWA MESIN (HMM)


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NADIYAH ROHMATULLAH
03051281419102

Percobaan Uji Kekerasan


Hasil Data:
Metode vickers
Bahan
BKR

P(kgf)
10

D1
0,479

D2
0,459

d
0,469

Ket (VHN)
84,2876691

BKR

10

0,447

0,498

0,4725

8
83,0435878

0,4965

1
75,2092441

BKR

10

0,496

0,497

7
Metode Rockwell
Bahan
BKR
BKR
BKR

Beban
60
60
60

Indentor
Kerucut Intan
Kerucut Intan
Kerucut Intan

Warna
Hitam
Hitam
Hitam

Kekerasan
46,5
48,5
51

P(kgf)

D(mm)

D(mm)

Kekerasan

3,2
3,25
3,3

Brinell
60,56608102
58,6654812
56,85052412

Metode Brinnel
Bahan
BKR
BKR
BKR

500
500
500

10
10
10

Mechanical Engineering of Sriwijaya


University

HIMPUNAN MAHASISWA MESIN (HMM)


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NADIYAH ROHMATULLAH
03051281419102

Analisa data
metode vickers
d 1=

D 1+ D 2
2

0,479+ 0,459
2

0,469

d 2=

D 1+ D 2
2

0,447 +0,498
2

0,4725

d 3=

D 1+ D 2
2

0,496 +0,497
2

0,4965

VHN 1=1,854
1,854

10
0,4692
10
0,219961

84,28766918

Mechanical Engineering of Sriwijaya


University

HIMPUNAN MAHASISWA MESIN (HMM)


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NADIYAH ROHMATULLAH
03051281419102

No

VHN

84,28766918

VHN- VHN
3,44083546

83,04358781

2,19675409

75,20924417

-5,64358955

242,5405012

-0,006

VHN 2=1,854
1,854

10
0,47252
10
0,22325625

83,04358781

VHN 3 =1,854
1,854

10
0,4965 2
10
0,24651225

75,20924417

= VHN = 84,28766918+83,04358781+75,20924417 =80,84683372


VHN
n
3

Nilai Terbaik = VHN VHN VHN

=80,846833720,006

Kesalahan absolut = VHN VHN

= 0,006

Mechanical Engineering of Sriwijaya


University

HIMPUNAN MAHASISWA MESIN (HMM)


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NADIYAH ROHMATULLAH
03051281419102

Kesalahan relatif =

VHN VHN
100
VHN
0,006
100 =7,21
80,84683372

No
1
2
3

VHN (X)
84,28766918
83,04358781
75,20924417
242,5405012

VHN( x 2
7104,411176
6869,237476
5656,430409
19657,07906

Standar deviasi

1
s n=
n

( )}

( x )
x
n

2
i=

1
58825,89472
19657,07906
3
3
1
48,44748588
3
= 16,14916196
= 4,018601991

Metode rockwell
46,5
Rc1=100
=23150
0,002
48,5
Rc2=100
=24150
0,002
51
Rc3=100
=25400
0,002
Metode brinell
BHN 1=

D (
2
2
D D d )
2
500
BHN 1=
3,14 10 (
10 1023,22 )
2
500
BHN 1=
15,7 ( 0,5258 )

Mechanical Engineering of Sriwijaya


University

HIMPUNAN MAHASISWA MESIN (HMM)


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NADIYAH ROHMATULLAH
03051281419102

500
8,2554
BHN 1=60,56608102
BHN 1=

BHN 2=

D (
D D2d 2 )
2
500
BHN 2=
3,14 10 (
2
2
10 10 3,25 )
2
500
BHN 2=
15,7 ( 0,54285 )
500
8,52289
BHN 2=58,6654812
BHN 2=

BHN 3=

D (
2
2
D D d )
2
500
BHN 3=
3,14 10 (
10 1023,32 )
2
500
BHN 3=
15,7 ( 0,56019 )
500
8,7949
BHN 1=56,85052412
BHN 1=

Mechanical Engineering of Sriwijaya


University

HIMPUNAN MAHASISWA MESIN (HMM)


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NADIYAH ROHMATULLAH
03051281419102

KESIMPULAN
1) Sifat dasar material menentukan kualitas bahan.
2) Kita bisa melihat perubahan sifat mekanik pada material dari hasil
praktikum
3) Besaran sifat material bisa ditentuan dan dicari. untuk kepentingan
dan efisiensi data kerja nyata industri
4) Dari hasil praktikum kekerasan,banyak uji metode yang bisa
digunakan untuk menentukan hasil kekerasan
5) Hasil Rata-rata dari VHN 82,72603044
6) Hasil Rata-rata dari BHN 58,69402878

Mechanical Engineering of Sriwijaya


University

HIMPUNAN MAHASISWA MESIN (HMM)


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NADIYAH ROHMATULLAH
03051281419102

DAFTAR PUSTAKA

William D. Callister, Jr. and David G. Rethwisch, 2009, An Introduction


Materials Science and Engineering, Eight Edition, John Wiley & Sons,
Inc.
Japanese Industrial Standard (JIS), 1983, Non-Ferrous Metals and Metallurgy,
Japanese Standards Association.
Dieter, G.E, Mechanical Metalurgy, Mc. Graw Hill Book Co.
Dietmar Gross, Werner Hauger, Jorg Scroder, Wolfgang A. Wall, 2011,
Mechanics of Materials Engineering Mechanics 2, Springer- Verlag
Berlin Heidelberg.

Mechanical Engineering of Sriwijaya


University

Anda mungkin juga menyukai