Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dengan semakin berkembangnya dunia usaha dewasa ini, maka persaingan
antar perusahaan, khususnya antar perusahaan yang sejenis akan semakin ketat.
Untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan dalam menghadapi persaingan
yang ketat tersebut, maka diperlukan suatu penanganan dan pengelolaan sumber
daya yang dilakukan oleh pihak manajemen dengan baik. Bagi pihak manajemen,
selain dituntut untuk dapat mengkoordinasikan penggunaan seluruh sumber daya
yang dimiliki oleh perusahaan secara efisien dan efektif, juga dituntut untuk dapat
menghasilkan keputusan-keputusan yang menunjang terhadap pencapaian tujuan
perusahaan di masa yang akan datang.
Modal kerja sangat berpengaruh bagi suatu perusahaan. Adanya modal kerja
yang cukup, memungkinkan suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya
tidak mengalami kesulitan dan hambatan yang mungkin akan timbul. Adanya
modal kerja yang berlebihan menunjukan adanya dana yang tidak produktif dan
hal ini memberikan kerugian karena dana yang tersedia tidak dipergunakan secara
efektif dalam kegiatan perusahaan. Sebaliknya, kekurangan modal kerja
merupakan sebab utama kegagalan perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya.
Penetapan besarnya modal kerja yang dibutuhkan perusahaan berbeda-beda,
salah satunya tergantung pada jenis perusahaan dan besar kecilnya perusahaan itu
sendiri. Kebijakan perusahaan dalam mengelola jumlah modal kerja secara tepat
akan menghasilkan keuntungan yang benar-benar diharapkan oleh perusahaan,
sedangkan akibat pengelolaan modal yang kurang tepat akan mengakibatkan
kerugian. Kegiatan penyediaan modal tersebut bersifat dinamis sehingga harus
disesuaikan dengan perkembangan perusahaan. Besarnya modal kerja merupakan
salah satu alat ukur yang dapat dipergunakan untuk menyelesaikan masalah
likuiditas perusahaan.
Rasio likuiditas idealnya bagi perusahaan adalah 200%, apabila likuiditas
kurang dari 200%, maka dianggap kurang baik karena apabila aktiva lancar turun
maka jumlah aktiva lancar tidak cukup untuk menutupi kewajiban jangka
1

pendeknya.
Apabila jumlah aktiva lancar terlalu kecil, maka akan menimbulkan situasi
illikuid, sedangkan apabila jumlah aktiva lancar yang terlalu besar akan berakibat
timbulnya aktiva lancar atau dana yang menganggur, semua ini akan berpengaruh
kepada jalannya operasi perusahaan. Oleh karena itu, pengelolaan modal kerja
yang baik akan lebih memperlancar aktivitas perusahaan dalam meningkatkan
usaha untuk mencapai keuntungan yang diharapkan. Likuiditas sangat diperlukan
oleh sebuah perusahaan sebagai jaminan pemenuhan seluruh kewajiban jangka
pendeknya. Pengelolaan aktiva lancar secara efektif dan efisien sangatlah penting
bagi perusahaan, agar dapat mempertahankan likuiditasnya yang sangat berperan
dalam menentukan seberapa besar perubahan modal kerja yang akan digunakan
perusahaan untuk mencapai kentungan yang diharapkan oleh perusahaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan modal kerja ?
2. Apa tujuan dari manajemen modal kerja ?
3. Apa sajakah konsep-konsep modal kerja ?
4. Apa komponen utama modal kerja ?
5. Apa jenis-jenis modal kerja?
6. Apa faktor yang mempengaruhi modal kerja?
7. Apa sajakah kebijaksanaan dalam manajemen modal kerja ?
8. Apa pentingnya manajemen modal kerja?
9. Bagaimana metode perhitungan kebutuhan modal kerja?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Modal Kerja
Modal kerja merupakan investasi dalam harta jangka pendek atau investasi
dalam harta lancar (current assets). Modal kerja dapat dikategorikan menjadi dua
yaitu, modal kerja kotor (gross working capital) dan modal kerja bersih (net
working capital). Modal kerja kotor adalah jumlah harta lancar, sedangkan modal
kerja bersih adalah jumlah harta lancar dikurangi jumlah utang lancar (current
liabilities). Manajemen modal kerja mengelola harta lancar dan utang lancar agar
harta lancar selalu lebih besar daripada utang lancar.
Current assets dan current liabilities kedua-duanya merupakan short-term
financing. Tujuan dari short-term financial management adalah untuk mengelola
tiap-tiap unsur current assets (inventory, accounts receivable, cash, and
marketable securities) dan current liabilities (accounts payable, accruals, and
notes payable) untuk mencapai keseimbangan antara profitabilitas dan risiko yang
memberikan kontribusi yang positif kepada nilai perusahaan.
Gitman (2001) menjelaskan bahwa modal kerja adalah jumlah harta lancar
yang merupakan bagian dari investasi yang bersirkulasi dari satu bentuk ke bentuk
yang lain dalam suatu kegiatan bisnis. Weston dan Brigham (1986) menjelaskan
bahwa manjemen modal kerja adalah investasi perusahaan dalam jangka pendek:
kas, surat-surat berharga (efek), piutang, dan persediaan.
J.Fred Weston dan Thomas E.Copeland (1997:239) memberikan pengertian
modal kerja sebagai berikut:
Working capital is defined as current assets minus current liabilities. Thus,
working capital represents the firm's investment in cash, marketable securities,
accounts receivable, and inventories less the current liabilities used to finance the
current assets.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modal kerja adalah selisih
antara aktiva lancar dan hutang lancar. Dengan demikian modal kerja merupakan
investasi dalam kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan dikurangi hutang
lancar yang digunakan untuk melindungi aktiva lancar.
3

Modal kerja juga disebut manajemen keuangan jangka pendek. Dalam


perspektif yang luas, manajemen keuangan jangka pendek merupakan upaya
perusahaan untuk mengadakan penyesuaian keuangan terhadap perubahan jangka
pendek, perusahaan harus memberi tanggapan yang cepat dan efektif. Bidang
keputusan ini sangat penting karena sebagian besar waktu manajer keuangan
digunakan untuk menganalisis setiap perubahan aktiva lancar dan utang lancar.
B. Tujuan Manajemen Modal Kerja
Manajemen modal kerja memiliki tujuan untuk mengelola aktiva lancar dan
hutang lancar agar terjamin jumlah net working capital yang layak diterima
(acceptable) sehingga dapat menjamin tingkat likuiditas perusahaan. Tujuan
penggunaan pembiayaan jangka pendek atau modal kerja, yaitu untuk
meningkatkan keuntungan perusahaan yang disebabkan karena dua alasan.
Pertama, pembiayaan jangka pendek biasanya memiliki tingkat bunga yang
rendah daripada pembiayaan jangka panjang.
Selain itu, ketika sumber pembiayaan jangka pendek digunakan untuk
membiayai kebutuhan musiman perusahaan (seperti menambah persediaan untuk
perusahaan retail pada waktu lebaran), perusahaan dapat mendapatkan kembali
dana tersebut setelah waktu musiman tersebut berakhir. Dengan demikian,
kebutuhan perusahaan untuk membayar bunga hanya selama periode ketika dana
itu dibutuhkan.
C. Konsep Modal Kerja
Bambang Riyanto (1995) mengemukakan modal kerja dapat dibagi menjadi
tiga konsep, yaitu konsep kuantitatif, konsep kualitatif, dan konsep fungsional.
1. Konsep Kuantitatif
Modal kerja menurut konsep kuantitatif menggambarkan keseluruhan
atau jumlah dari aktiva lancar seperti kas, surat-surat berharga, piutang
persediaan atau keseluruhan jumlah aktiva lancar dimana aktiva lancar ini
sekali berputar dan dapat kembali ke bentuk semula atau dana tersebut dapat
bebas lagi dalam waktu yang relatif pendek atau singkat. Konsep ini biasanya
disebut modal kerja bruto (gross working capital).
4

Berdasarkan konsep tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa konsep


tersebut hanya menunjukkan jumlah dari modal kerja yang digunakan untuk
menjalankan kegiatan operasi perusahaan sehari-hari yang sifatnya rutin,
dengan tidak mempersoalkan dari mana diperoleh modal kerja tersebut, apakah
dari pemilik hutang jangka panjang ataupun hutang jangka pendek. Modal
kerja yang besar belum tentu menggambarkan batas keamanan atau margin of
safety yang baik atau tingkat keamanan para kreditur jangka pendek yang
tinggi. Jumlah modal kerja yang besar juga belum tentu menggambarkan
likuiditas perusahaan yang baik sekaligus belum tentu menggambarkan
jaminan kelangsungan operasi perusahaan pada periode berikutnya.
2. Konsep Kualitatif
Menurut konsep kualitatif modal kerja merupakan selisih antara aktiva
lancar dengan utang lancar. Berdasarkan konsep ini modal kerja merupakan
sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk
membiayai operasi perusahan tanpa menunggu likuiditasnya. Konsep ini biasa
disebut dengan modal kerja neto (net working capital).
Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya aktiva
lancar yang lebih besar daripada hutang lancar dan menunjukkan tingkat
keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan operasi di
masa mendatang dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan
jangka pendek dengan jaminan aktiva lancar.
3. Konsep Fungsional
Modal kerja menurut konsep ini menitikberatkan pada fungsi dana dalam
menghasilkan pendapatan (income) dari usaha pokok perusahaan. Setiap dana
yang digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan
pendapatan. Ada sebagian dana yang digunakan dalam satu periode akuntansi
tertentu yang menghasilkan pendapatan pada periode tersebut. Sementara itu,
ada pula dana yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan pada
periode-periode selanjutnya atau dimasa yang akan datang, misalnya bangunan,
mesin-mesin, alat-alat kantor, dan aktiva tetap lainnya yang disebut future
5

income. Jadi modal kerja menurut konsep ini, adalah dana yang digunakan
untuk menghasilkan pendapatan pada saat ini sesuai dengan maksud utama
didirikannya perusahaan, diantaranya adalah kas, piutang dagang sebesar harga
pokoknya, persediaan, dan aktiva tetap sebesar penyusutan pada periode
tersebut.
Sedangkan efek atau surat berharga dan marjin laba dari piutang
merupakan modal kerja potensial yang akan menjadi modal kerja bila piutang
sudah dibayar dan efek sudah dijual.
Contoh :
Aktiva Lancar :
Kas
Efek
Piutang Dagang
Persediaan Barang
Total Aktiva Lancar

Rp 18.000.000,00
Rp 78.000.000,00
Rp 54.000.000,00
Rp125.000.000,00 +
Rp275.000.000,00

Aktiva Tetap :
Tanah
Gedung
Mesin-mesin
Kendaraan
Total Aktiva Tetap

Rp200.000.000,00
Rp500.000.000,00
Rp150.000.000,00
Rp135.000.000,00 +
Rp985.000.000,00

Dari data di atas maka dapat dihitung besarnya modal kerja menurut konsep
fungsional adalah :
Modal Kerja (working capital)
Kas

Rp 18.000.000,00

Piutang Dagang (65%) Rp 54.000.000,00

Rp 35.100.000,00

Persediaan Barang

Rp125.000.000,00

Penyusutan Gedung (10%) Rp 500.000.000,00

Rp 50.000.000,00

Penyusutan Mesin-mesin (10%) Rp 150.000.000,00

Rp 15.000.000,00

Penyusutan Kendaraan (10%) Rp 135.000.000,00

Rp 13.500.000,00 +

Total Modal Kerja

Rp256.600.000,00

Bukan Modal Kerja (non working capital)


Tanah

Rp200.000.000,00

Gedung

Rp450.000.000,00

Mesin-mesin

Rp135.000.000,00

Kendaraan

Rp141.500.000,00 +

Total Bukan Modal Kerja

Rp886.500.000,00

D. Komponen Modal Kerja


1. Aktiva Lancar
Kas (kas dan setara kas) dan surat berharga
Kas merupakan aktiva yang paling likuid. Kas adalah alat pembayaran
yang syah di Indonesia dan barang-barang lain yang dapat segera diuangkan
sebesar nilai nominalnya dan dapat digunakan untuk membayar utang jangka
pendek. Dengan demikian, yang termasuk ke dalam kas adalah uang kertas,
uang logam, cek (segala macam cek dalam rupiah kecuali cek mundur), dan
wesel pos yang diterima dari pihak lain.
Piutang
Piutang adalah salah satu jenis transaksi akuntansi yang mengurusi
penagihan konsumen yang berhutang pada seseorang, suatu perusahaan, atau
suatu organisasi untuk barang dan layanan yang telah diberikan pada konsumen
tersebut. Pada sebagian besar bisnis, hal ini biasanya dilakukan dengan
membuat tagihan dan mengirimkan tagihan tersebut kepada konsumen yang
akan dibayar dalam suatu tenggang waktu yang disebut termin kredit atau
pembayaran.

Persediaan barang
Barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa
atau periode yang akan datang. Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku,
7

persediaan bahan setengah jadi, dan persediaan barang jadi. Persediaan barang
jadi dan barang setengah jadi disimpan sebelum digunakan atau dimasukkan ke
dalam proses produksi, sedangkan persediaan barang jadi atau barang
dagangan disimpan sebelum dijual atau dipasarkan.

Surat-surat berharga
Sesuatu surat dapat dikatakan sebagai surat berharga apabila surat-surat

tersebut mempunyai nilai seperti uang tunai dan dapat ditukarkan dengan uang
tunai. Jenis-jenis surat berharga adalah wesel, cek, bilyet giro, surat sanggup,
commercial paper, surat berharga pasar uang, garansi bank, dan SBI (Sertifikat
Bank Indonesia).
2. Hutang Lancar

Hutang Dagang
Yaitu hutang yang timbul dari kegiatan ekonomi perusahaan yang

berulang-ulang. Hutang dagang terjadi karena perbedaan waktu yang timbul


antara penyerahan barang dan jasa dengan pembayarannya (disebut dengan
jangka waktu kredit) yang biasanya dinyatakan dengan syarat pembayaran
seperti 2/10, n/30.
Pada dasarnya hutang dicatat pada saat terjadi penyerahan hak milik dari
penjual kepada pembeli. Tetapi dalam praktek, hutang dicatat pada saat faktur
diterima atau barang-barang diserahkan dengan alasan kepraktisan.

Wesel Bayar
Adalah hutang yang didukung dengan surat pengakuan hutang atau surat

pernyataan kesanggupan membayar. Yang termasuk dalam hutang wesel


adalah:
a. Wesel yang dibuat dalam rangka kegiatan normal perusahaan
Adakalanya pemasok menghendaki adanya janji tertulis atas
timbulnya utang, sehingga perlu diterbitkan wesel. Jika terdapat bunga
yang harus diperhitungkan, pencatatan harus dipisahkan antara wesel
bayar sebagai utang dan unsur bunga sebagai biaya.

b. Pinjaman yang disertai wesel


Adalah hutang yang timbul dari transaksi pinjaman antara
perusahaan dengan bank atau lembaga-lembaga keuangan nonbank. Jika
dalam pinjaman ini terdapat bunga, maka pencatatan bunga juga harus
dipisahkan dari pinjamannya.
c. Hutang wesel jangka panjang yang segera jatuh tempo
Hutang wesel jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu
kurang dari satu tahun sejak tanggal neraca harus disajikan sebagai
hutang lancar. Bila hanya sebagian hutang wesel jangka panjang saja
yang jatuh tempo, maka sebesar bagian hutang tersebut harus dilaporkan
sebagai hutang lancar dan sebagian lain yang belum jatuh tempo tetap
disajikan dalam hutang wesel jangka panjang.
E. Jenis-Jenis Modal Kerja
1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat
menjalankan fungsinya atau dengan kata lain modal kerja secara terus menerus
diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen dapat dibedakan
yaitu :
a. Modal Kerja Primer (Primary Working Capital)
Yaitu modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin
kontinuitas usahanya.
b. Modal Kerja Normal (Normal Working Capital)
Yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas
produksi yang normal.

2. Modal Kerja Variabel (Variabel Working Capital)


Yaitu jumlah modal kerja yang jumlahnya berubahubah sesuai dengan
perubahan keadaan. Modal kerja ini dibedakan antara lain :
a. Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital)
9

Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah ubah disebabkan karena fluktuasi
musim.
b. Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital)
Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah - ubah disebabkan karena fluktuasi
konjungtur.
c. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital)
Yaitu modal kerja yang besarnya berubahubah karena adanya keadaan darurat
yang tidak diketahui sebelumnya (misal: adanya pemogokan buruh, banjir,
atauperubahan keadaan ekonomi yang mendadak).
F. Faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja
Modal kerja perusahaan dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu:
1. Volume Penjualan
Perusahaan membutuhkan modal kerja untuk mendukung kegiatan
operasional pada saat terjadi peningkatan penjualan.
2. Faktor Musim dan Siklus
Fluktuasi dalam penjualan yang disebabkan oleh faktor musim dan siklus
akan mempengaruhi kebutuhan akan modal kerja.
3. Perubahan dalam Teknologi
Jika terjadi pengembangan teknologi maka akan berhubungan dengan
proses produksi dan akan membawa dampak terhadap kebutuhan akan modal
kerja.
4. Kebijakan Perusahaan
Kebijakan yang diterapkan oleh perusahaan juga akan membawa dampak
terhadap kebutuhan modal kerja.

G. Kebijaksanaan Modal Kerja


Modal kerja dapat dibiayai dengan modal sendiri atau dengan hutang, baik
hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang. Sistem pembelanjaan yang
akan dipilih haruslah didasarkan pada pertimbngan mengenai laba dan resiko.
10

Untuk memenuhi kebutuhan modal kerja, sebaiknya dibiayai dengan modal yang
seminimal mungkin. Akan tetapi agar perputaran modal perusahaan dapat
ditingkatkan seringkali perusahaan harus mencari dana dari luar guna menutup
kebutuhan modal kerja.
Oleh

karena

itu

perusahaan

dapat

menggunakan

prinsip-prinsip

pembelanjaan, yaitu:
1. Modal yang diperoleh sebagai pinjaman jangka pendek hanya dapat
digunakan untuk membiayai modal kerja.
2. Modal yang diperoleh sebagai pinjaman jangka panjang dapat dipakai untuk
modal kerja atau investasi.
Kebijaksanaan untuk mencari sumber pembelanjaan sehingga diperoleh
biaya dana yang paling murah tergantung dari keberanian manajer dalam
mengambil resiko. Menurut Sutrisno (2005:47-49) terdapat 3 pendekatan yang
dapat diambil oleh seorang manajer dalam kebijaksanaan modal kerja yaitu : (1)
kebijaksanaan konsevatif, (2) kebijaksanaan moderat atau hedging, dan (3)
kebijaksaan agresif.
1. Kebijaksanaan Konsevatif
Merupakan pemenuhan modal kerja yang lebih banyak menggunakan
sumber dana jangka panjang dibandingkan sumber dana jangka pendek. Dalam
kebijakan konservatif modal kerja permanen dan sebagian modal kerja variabel
dipenuhi oleh sumber dana jangka panjang, dan sebagian modal kerja variabel
lainnya dipenuhi dengan sumber dana jangka pendek. Kebiajksanaan ini
disebut konservatif, karena sumber dana jangka panjang mempunyai .jatuh
tempo yang lama sehingga perusahaan memiliki keleluasaan dalam pelunasan
kembali atau tingkat keamanan (margin of safety) yang besar.

2. Kebijaksanaan Moderat (hedging)


Perusahaan membiayai aktiva dengan dengan dana yang jangka
waktunya kurang lebih sama dengan perputaran aktiva tersebut yaitu aktiva
yang besifat permanen dan modal kerja permanen akan didanai dengan
11

sumber dana jangka panjang dan aktiva yang bersifat variabel atau modal
kerja variabel akan didanai dengan sumber dana jangka pendek (matching
prinsiple).
3. Kebijaksanaan Agresif
Sebagian kebutuhan dana jangka panjang dipenuhi dengan sumber
dana jangka pendek. Pada pendekatan ini perusahaan berani menanggung
resiko yang cukup besar.
H. Pentingnya Manajemen Modal Kerja
Manajemen modal kerja adalah pengaturan total dan jumlah masing-masing
komponen modal kerja dan pembelanjaan yang dibutuhkan untuk mendukung
aktiva lancar. Beberapa alasan pentingnya manajemen modal kerja:
1. Sebagian waktu manajer keuangan banyak digunakan untuk menyelesaikan
masalah modal kerja. Misalnya, agar perusahaan beroperasi efisien,
persediaan perlu dikelola secara hati-hati.
2. Keputusan modal kerja dapat berpengaruh secara berarti terhadap risiko,
return, dan harga saham.
Manajemen modal kerja yang sehat memperhatikan dua masalah keputusan
yang mendasar, yaitu:
1.

Masalah penentuan jumlah optimal investasi dalam aktiva lancar.

2.

Penentuan kombinasi yang tepat antara pembelanjaan dengan utang jangka


pendek dan utang jangka panjang untuk mendukung investasi modal kerja.
Modal diperoleh sebagai pinjaman jangka pendek digunakan untuk

membiayai modal kerja. Modal diperoleh sebagai pinjaman jangka panjang


digunakan untuk modal kerja dan investasi. Laba perusahaan dapat meningkat
dengan dua cara, yaitu :
Meningkatkan pendapatan dari penjualan
Menurunkan biaya - biaya

12

Jadi, risiko dapat diukur dengan menggunakan jumlah net working capital
atau current ratio. Semakin besar jumlah net working capital semakin likuid atau
semakin kecil tingkat risiko.
Ada 2 masalah kunci dalam penentuan tingkat aktiva lancar yang optimal,
yaitu:
1.

Masalah Likuiditas
Semakin tinggi aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, maka tingkat
likuiditas semakin meningkat. Hal ini, berarti semakin likuid keadaan
perusahaan, maka kemampuan membayar utang jangka pendek semakin
baik.

2.

Trade-off antara profitabilitas dan risiko


Terjadinya trade off antara profitabilitas dan resiko yaitu:

Jika perusahaan ingin profitabilitas tinggi, maka harus memelihara aktiva


lancar relatif rendah, akibatnya resiko tinggi terhadap kekurangan
persediaan atau kehilangan kesempatan penjualan, dan sebaliknya.

Jika perusahaan ingin risiko rendah terhadap kekurangan persediaan dan


kehilangan kesempatan penjualan, maka harus memelihara tingkat aktiva
lancar yg relatif tinggi, akibatnya profitabilitas rendah.

I. Metode Perhitungan Kebutuhan Modal Kerja


Metode Perputaran Aset
Metode ini menghitung besarnya kebutuhan modal kerja melalui
perputaran aset. Metode ini mengasumsikan perputaran asset konstan.
Misalkan suatu perusahan mempunyai neraca dan laporan laba-rugi sebagai
berikut:
Contoh Soal :
P.T. Abadi Sentosa memiliki neraca dan laporan laba rugi sebagai berikut:
P.T. Abadi Sentosa
Neraca
Per 31 Desember 2006
(dalam ribuan rupiah)

13

Kas

Rp

Piutang Dagang

Utang Dagang

Rp

1.500.000

Rp 1.900.000

Utang Bank

Rp

312.500

Persediaan

Rp 2.361.538

Utang Wesel

Rp

568.269

Total Aktiva Lancar

Rp 4.661.538

Total UtangLancar

Rp

2.380.769

Aktiva Tetap

Rp 10.463.462

Utang jangka Panjang Rp 4.500.000

Total Aktiva

461.538

Rp15.125.000

Modal Saham

Rp 4.750.000

Laba ditahan

Rp 3.494.231

Total Utang + Modal Rp 15.125.000

P.T. Abadi Sentosa


Laporan Rugi Laba
Per 31 Desember 2006
( dalam ribuan rupiah )
Penjualan

Rp 60.000.000

Harga Pokok Penjualan

(Rp 41.400.000)

Laba Kotor

Rp 18.600.000

Biaya Administrasi dan Umum

(Rp 6.250.000)

Laba Sebelum Bunga dan Pajak ( EBIT )

Rp 12.350.000

Bunga

(Rp 3.750.000)

Laba sebelum Pajak ( EBT )

Rp 8.600.000

Pajak penghasilan 30 %

(Rp 2.580.000)

Laba Bersih Setelah Pajak

Rp 6.020.000

PT. Abadi Sentosa pada tahun 2007 merencanakan menjual produknya


senilai Rp. 75.000.000.000. Perusahaan bekerja sebulan rata-rata 30 (tiga puluh)
hari. Berapa besar kebutuhan modal kerja PT. Abadi tahun 2007?
Jawaban :

14

Perputaran Kas

= Penjualan = Rp 60.000.000
Kas

Perputaran Piutang

= 130 kali

Rp 461.538

= Penjualan = Rp 60.000.000
Piutang

= 31 kali

Rp 1.900.000

Perputaran Persediaan = Harga Pokok Penjualan = Rp 41.400.000 = 18 kali


Persediaan

Rp 2.300.000

Setelah perputaran dari setiap unsur modal kerja diketahui, selanjutnya


dihitung periode terikatnya unsur modal kerja, dan hasilnya dijumlahkan menjadi
periode terikatnya modal kerja (diasumsikan 1 tahun = 360 hari).
Periode terikatnya modal kerja adalah sebagai berikut:
Kas

= 360 : 130

= 3 hari

Piutang

= 360 : 31

= 12 hari

Persediaan

= 360 : 18

= 20 hari

Jumlah

= 35 hari

Dengan demikian periode terikatnya modal kerja secara keseluruhan adalah


35 hari, sehingga perputaran unsur modal kerja adalah 360 : 35 x 1 hari = 10 kali.
Apabila pada tahun 2007 perusahaan diperkirakan akan mampu menjual
produknya seharga Rp. 75.000.000.000 maka kebutuhan modal kerjanya:
= Rp 75.000.000.000
10
= Rp 7.500.000.000.

15

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Modal kerja merupakan investasi dalam harta jangka pendek atau investasi
dalam harta lancar (current assets). Modal kerja kotor adalah jumlah harta lancar,
dan modal kerja bersih adalah jumlah harta lancar dikurangi jumlah utang lancar
(current liabilities).
Modal kerja sangat berpengaruh bagi suatu perusahaan. Bagi pihak
manajemen, selain dituntut untuk dapat mengkoordinasikan penggunaan seluruh
sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan secara efisien dan efektif, juga
dituntut untuk dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang menunjang
terhadap pencapaian tujuan perusahaan di masa yang akan datang. Besarnya
modal kerja merupakan salah satu alat ukur yang dapat dipergunakan untuk
menyelesaikan masalah likuiditas perusahaan. Pengelolaan modal kerja yang baik
akan lebih memperlancar aktivitas perusahaan dalam meningkatkan usaha untuk
mencapai keuntungan yang diharapkan.
B. Saran
Sebaiknya aktiva lancar harus dapat melebihi kewajiban lancarnya.
Sehingga modal kerja itu dapat mendukung aktivitas perusahaan hingga dapat
mencapai laba perusahaan yang optimal. Modal kerja perusahaan diharapkan bisa
menunjang kegiatan operasional perusahaan. Mengelola modal kerja dapat
dipikirkan sebagai pengelolaan likuidasi perusahaan, yang mana pada gilirannya
meminta pengelolaan investasi perusahaan pada aktiva lancar dan penggunaan
pasiva lancar. Setiap keputusan menyangkut pengembalian risiko translation.
Investasi pada aktiva lancar mengurangi risiko likuidasi karena aktiva lancar
(pada umumnya) dapat secara cepat ditukar menjadi kas dengan kerugian nilai
yang kecil jika dibutuhkan. Penggunaan sumber pembiayaan jangka pendek
meningkatkan resiko likuidasi perusahaan supaya sumber pembiayaan ini dapat
dinegosiasikan kembali atau dibayar kembali lebih sering dibanding sumber
pembiayaan dengan waktu yang lebih panjang seperti obligasi dan ekuitas.
16

DAFTAR PUSTAKA
Hanafi, Mahmud M. 2005. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE.
http://tiwi8.blogspot.com/2010/05/jenis-jenis-modal-kerja.html, diakses 12 Mei
2013
http://www.google.com/gunadarma.ac.id-manajemen-keuangan-manajemenmodalkerja.html, diakses 12 Mei 2013
http://www.psychologymania.com/2012/12/komponen-modal-kerja.html, diakses
10 Mei 2013
http://wwwsaptiarosa.blogspot.com/2013/01/pengertian-kas-fungsi-tujuan-dancontoh.html, diakses 13 Mei 2013
Manulang, M. Pengantar Manajenen Keuangan. Yogyakarta: Andi Ofset.
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelajaran Perusahaan. Yogyakarta :
BPFE.

17

Anda mungkin juga menyukai