Anda di halaman 1dari 8

BAB III

KESELAMATAN
PELAYARAN
Untuk meningkatkan keselamatan pelayaran di indonesia mengikuti
keselamatan pelayaran di dunia internasional. Meskipun didalam kenyataanya,
pemerintah memberlakukan Peraturan Pemerintah tentang Perkapalan. Yang
melaksanakan pengawasan mengenai keselamatan ini adalah Departemen
Perhubungan c.q. Direktorat Perhubungan Laut. Didalam prakteknya adalah
Syahbandar dan stafnya.

I. CARA PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN


1.1.

Pad a pelaksanaan dari pad a pengawas, maka pejabat-pejabat


memegang pad a instruksi yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut.

1.2.

Untuk melaksanakan pengawasan terus menerus, pengawas


Keselamatan kapal pada waktu-waktu yang tidak teratur naik di
kapal dan dengan pengamatan sendiri serta dngan menanyakan
keterangan- keterangan di kapal berusaha mengenai sebanyak
mungkin tentang cara, bagaimana syarat-syarat perundangundangan ditatati. .

1.3.

Pemilik dan Nakhoda demikian pula seorang atau lebih, yang


ditunjuk oleh masing-masing dari mereka, berhak menghadiri
pemeriksaan- pemeriksaan yang dilakukan oleh pejabat-pejabat
dan ahli-ahf

1.4.

Jika pengawas keselamatan kapal demi pemeriksaan yang baik


menganggap hal demikian perlu, maka dasar kapal harus
dibersihkan dan di keringkan, dan tiap bagian kapal yang ditunjuk
olehnya harus dibuat cukup mudah dimasuki agar menurut
pertimbanganya

pemeriksaan dapat diadakan tanpa bahaya, juga tempat-tempat yang


ditunjuk olehnya, harus dibuat lubang-Iubang percobaan, baut-baut dan
paku-paku keliling, lapisan kulit, lapisan kayu, lapisan semen dan
bagian-bagian kapal lainnya dilepaskan dan dibuat peranca-peranca
yang cocok untuk pemeriksaan. Demikian pula atas perintahnya ketelketel uap harus dikosongkan denga dibuka, semua bantalan-bantalan
jalan atas dan katub-katub serta penutup-penutup silinder , peti-peti
sorong uap dan penutup-penutup harus dilepaskan, torak-torak
dikeluarkan dan poros baling-baling tersebut.

Selanjutnya dia dapat diperintahkan agar alat-alat dan semua instansi


dikapal dan benda yang termasuk perlengkapan kapal, sejauh ini
dianggap perlu olehnya mengingat keselamatan harus diuji dan
disaksikan oleh. Jugaatas perintahnya, ruangan-ruangan dan bejanabejana yang diperuntukan bagi penyimpanan gas cair dibawah tekanan,
harus dikenakan pengujian tempa dan sekat-sekat serta geladakgeladak diperiksa kekedapannya menurut cara yang diberikan.

1.5.

Jika pengawas keselamatan kapal berpendapat, bahwa kapal atau


perlengkapanya tidak memenuhi ketentuan-ketentuan maka selekasnya
diberitahukan kepada Nakhoda atau pemiliknya, disertai keterangan
mengenai kekurangan-kekurangannya sesuai dengan pendapatnya.

1.6.

Atas permohonan nakhoda atau pemiliknya ia memberitahukan mereka


dengan cara bagaimana menurut pendapatnya kekurangan dapat
dilengkapi.

II. TINDAKAN-TINDAKAN
2.1. Sesuai dengan Peraturan Perkapalan 2002; SOSV 1935 No.
PK.125:
Dikapal-kapal yang berukuran 175 GT atau lebih isi kotar, harus
menyelenggarakan dinas ronda yang tepat guna, sehingga tiap
permulaan kebakaran, segera dapat diketahui dan ditanggulangi
dengan cepat.
2.2.

Sijil Tanda Bahaya


Pada umumnya di kapal disebut juga sebagai ROLL SEKOCIROLL KEBAKARAN ataupunn ROLL ORANG JATUH DILAUT.

Sijil tanda bahaya adalah sebuah daftar kegiatan untuk setiap


pelayar yang ada di kapal, dimana bersangkutan dengan jabatan
dan tanggung jawabnya di dalam keadaan bahaya. Sijil tanda
bahaya ini ditempatkan ditempat-tempat yang mudah dibaca
dan tempat yang selalu dikunjungi oleh para pelayaran.

Adapun dasar penggunaan dan diadakannya sjil tanda bahaya


adalah dari:
1.a. peraturan perkapalan 2002
b. Solas 1974

Menurut peraturan Perkapalan 2002


a.Dikapal penumpang yang digerakan dengan tenaga mesin,
yang berukuran 175 GT kubik atau leih isi kotor harus ada sijil
tanda bahaya.
b. Sijil tanda bahaya harus menyataka, apa kewajiban masingmasing awak kapal sehubungan dengan :

Penutupan pintu-pintu kedap air

Melengkapi sejauh mana perlengkapan sekoci penolong, rakit


penolong dan alat-alat penolong lainnya.

Latihan penurunan sekoci ke air termasuk penggunaan dewidewi

Menyiapkan sekoci-sekoci, rakit penolong dan alat apung

Penggunaan alat-alat pemadam kebakaran

c. Jika ada penumpang, maka sijil tanda bahaya harus pul


menyatakan kewajiban awak kapal yang ditunjuk untuk :

Penjelasan dan pemberitahuan kepada para penumpang

Pengawasan agar para penumpang sejauh mungkin berpakain


cukup dan memakai baju barenqnya dengan cara yang tepat.

Mengumpulkan para penumpang di tempat-tempat pengumpulan


dan penunjukan kepada mereka sekoci-sekoci dan alat-alat
penolong lainnya.

Menjaga ketertiban di gang-gang dan di tangga-tangga.

d. Sijil tanda bahaya menyatakan isyarat-isyarat untuk memanggil


semua anggota awak kapal, menuju ke masing-masing ternpat
sekoci atau ketempat-tempat untuk tanda bahaya kebakaran

e. e. Sijil tanda bahaya harus sering sekali diselenggarakan

f. Tempat isyarat tanda bahaya, lonceng kapal, suling alarm dan gong
disebutkan dalam sijil tnda bahaya.
Sijil tanda bahaya harus dibuat dalam bahasa-bahasa yang tepat
guna banyak salinannya dan digantungkan /ditempat-tempat yang
strategis dimana banyak dilewati oleh para pelayar.

III. ISYARAT-ISYARAT TANDA BAHAYA


Isyarat tanda bahaya ditentukan dalam Peraturan Perkapalan sebagai
berikut :
a. Isyarat bagi awak kapal untuk menuju tempat-tempat yang telah
ditunjuk pada latihan sekoci (abondement) atas terdiri atas :
Membunyikan genta gong secara cepat dan terus menerus (dikapal
biasanya ditambahkan dengan isyarat suling dan alarm tanpa
bahaya)
b. Isyarat bagi awak kapal pada waktu kebakaran untuk menuju
ketempat- tempat yang telah ditentukan, akan terdiri atas : dua
ketokan ,dengan jelas pada genta berturut-turut secara cepat (dikapal
biasanya ditambahkan dengan isyarat suling dan alarm tanpa
bahaya)
c. Isyarat untuk mengumpulkan para penumpang ke tempat yang
ditentukan harus terdiri dari : lebih dari en am kali bunyi pendek secara
berturut-turu disusul dengan bunyi panjang dengan suling atau sirine
(dikapal biasanya ditambahkan dengan isyarat suling dan alarm tanpa
bahaya)
Di kapal penumpang yang digerakan dengan tenaga mesin, yang
mempunyai pelayaran internasiona yang lain dari pada pelayaran
internasional jarak dekat (short international voyage) atau pelayaran
khusus, maka isyarat ini harus ditambahkan isyarat-isyarat lain, yang
diberikan dengan listrik dari anjungan keseluruh kapal.

Arti dari semua isyarat yang penting untuk para penumpang,


harus dinyatakan dengan jelas pada kartu-kartu dalam berbagai
bahasa, dimana kartu-kartu tersebut terpasang pada dinding dikamarkamra dan ruang akomodasi para
penumpang.

IV. LATIHAN-LATIHAN SEKOCI


Diatas kapal latihan pemadam kebakaran dilakukan bersamaan dengan
diselenggarakannya latihan sekoci.
Ketentuan-ketentuan latihan sekoci sesuai peratuaran Perkapalan adalah
sebagai berikut :
a. Latihan sekoci dengan awak kapal, jika hal ini dapat dilaksanakan
harus diadakan tiap minggu dan jika lamanya pelayaran berlangsung
lebih dari satu minggu, harus dilaksanakan sebelum kapal berlayar
kelaut.
b. Dikapal-kapal yang lama pelayarannay lebih dari satu rninqqu., maka
dalam waktu singkat setelah pelayaan dimulai, harus diadakana
latihan sekoci beserta para penumpangnya.
c. Pad a latihan yang berturut-turut dengan sekoci-sekoci harus
digunakan sebagai sekoci secara bergilir. Latihan-Iatihan dan
pemeriksaan- pemeriksaan harus diatur sedemikian rupa sehingga
awak kapal mengetahui dan terlatih dalam tugas dan pekerjaannya
yang harus dilakukan
Alat-alat penolong beserta perlengkapanya yang termasuk didalamnya
tiap saat siap untuk digunakan dengan segera
V. PENGGUNAAN ISYARAT TANDA BAHAYA
Dalam peraturan perkapalan mengenai penggunaan isyarat tanda
bahaya
diatur sebagai berikut :
a. Isyarata tanda bahaya dan isyarat daruratbahaya boleh digunakan
oleh kapal-kapal yang ada dalam bahaya yang sangat mengancam
yang memerlukan pertolongan segera

Dalam semua hal dimana diperlukan pertolongan, atau dalam hal-hal mana
suatu kapal hendak mengirim peringatan, bahwa mungkin akan diperlukan
mengirim kemudian isyarat bahya atau isyarat darurat, maka harus
digunakan isyarat sebagai ditentukan dalam konperensi internasional
tentang telegrph radio yang berlaku.
Dalam semua hal dimana diperlukan pertolongan, atau dalam hal-hal mana
suatu kapal hendak mengirim peringatan, bahwa mungkin akan diperlukan
mengirim kemudian isyarat bahya atau isyarat darurat, maka harus
digunakan isyarat sebagai ditentukan dalam konperensi internasional
tentang telegrph radio yang berlaku.

b. Jika kapal telah mengirim isyarat tanda bahaya atau isyarat tanda darurat
dan kemudian menganggap tidak memerlukan pertolongan lagi, maka hal
ini
harus diberitahukan dnegan segera kepada semua stasiun bersangkutan
secara sebagai ditentukan dalam konverensi internasional tentang telegrph
radio yang berlaku.

c. Kecepatan dengan mana berita-berita yang berhubungan dengan keadaankeadaan keselamatan dikirimkan tidak boleh melampaui 16 kata setiap
menit.

d. Penggunaan isyarat darurat internasional, kecuali untuk pemberitahuan,


bahwa kapal dalam keadaan darurat dan mengingat tiap tanda isyarat yang
mungkin dapat terkelirukan dengan isyarat internasional dilarang digunakan.

SOAL SOAL MANDIRI

1. Apa isi dari Peraturan Perkapalan 2002; SOSV 1935 No. PK.125 ?
2. Apa yang Anda lakukan untuk mendukung keselamatan pelayaran ?
3. Menurut Anda seberapa penting keselamatan dalam pelayaran, jelaskan
!
4. Sijil tanda bahaya adalah ?
5. Sebutkanaturan-aturan dalam penggunaan isyarat tanda bahaya

Anda mungkin juga menyukai