: Angelica Olivia
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 20 tahun
Astigmat
Visus
Sebelum dikoreksi:
Visus OD =
20
200
Visus OS =
20
160
: Citra Wanodya P.
NIM
: 41130018
Jenis kelamin
: Perempuan
: Pernah / Belum
: 2 tahun lalu
Hasil pengamatan
No. gambar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
PEMBAHASAN
A. Visus dan Anomali Refraksi
Pada percobaan visus dan anomali refraksi bertujuan untuk menilai
ketajaman serta kejernihan pengelihatan naracoba. Sebelum memulai
pemeriksaan, pemeriksa terlebih dahulu menanyakan ada tidaknya
kelainan pada pengelihatan atau kelainan pada refraksi mata. Hal ini
dilakukan untuk dapat mempermudah pemeriksaan serta ada tidaknya
koreksi dari pemeriksaan tersebut.
Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan hasil bahwa pada mata
kanan dan kiri visusnya berbeda. Mata kanan sebesar 20/200, berarti
bahwa naracoba hanya dapat melihat huruf pada jarak 20 kaki, dimana
orang normal dapat membacanya sejauh 200 kaki. Pada mata kiri
menunjukkan hasil 20/160, yang berarti bahwa naracoba hanya dapat
membaca huruf pada jarak 20 kaki, sedangkan orang normal dapat
membacanya pada 160 kaki. Perbedaan visus antara mata kanan dan
kiri dapat terjadi karena kondisi masing-masing bola mata yang
kesalahan-kesalahan
yang
dapat
terjadi
sehingga
didapat (acquired). Buta warna turunan terjadi akibat kurang atau tidak
adanya sel konus yang berfungsi menangkap warna. Dimana ada 3
jenis sel konus yang sensitif terhadap warna merah, hijau, dan biru.
Buta warna tidak dapat disembuhkan. Seperti diketahui bahwa buta
warna dapat dibedakan menjadi buta warna total dan parsial. Pada buta
warna total, penderita tidak bisa mengenali warna lain, kecuali hitam,
putih, dan abu-abu. Sementara pada buta warna parsial, penderitanya
mengalami kekurangan pigmen dalam sel kerucut retina sehingga tidak
bisa melihat warna tertentu saja. Masalah mereka terutama adalah
membedakan nuansa hijau (deuteranomali) atau nuansa merah
(protanomali) dan kebutaan warna hijau (deuteranopia) atau warna
merah (protanopia). Kesulitan atau kebutaan terhadap warna biru dan
buta warna total sangat jarang terjadi.
Pada pemeriksaan tes buta warna bertujuan untuk menilai persepsi
pengelihatan terhadap warna. Pemeriksaan buta warna dilakukan
dengan buku Ishiharas dengan jarak baca 75 cm. Posisi naracoba
tegak lurus yang bertujuan untuk mempermudah pembacaan gambar
dengan titik-titik berwarna tersebut serta dibandingkan dengan
pembanding yang dianggap normal. Naracoba diminta membaca
gambar maksimal dalam 3 detik. Pada Ishiharas test terdapat 14
gambar yang memiliki titik-titik dengan berbagai warna yang
membentuk suatu angka ataupun alur. Warna-warna tersebut didesain
khusus sehingga dapat mendeteksi kemampuan seseorang dalam
mengidentifikasi suatu warna (merah, hijau ataupun biru).
Berdasarkan hasil pemeriksaan, naracoba dapat membaca semua
gambar yang tertera pada Ishiharas test yakni sejumlah 14. Hal ini
menunjukkan bahwa naracoba tidak menderita buta warna. Adapun
kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi sehingga mempengaruhi hasil
antara lain: jarak antara Ishiharas test dengan mata naracoba, naracoba
menyentuh buku Ishiharas test, dan lain-lain.
KESIMPULAN
1. Berdasarkan pemeriksaan visus dan anomali refraksi, maka dapat
disimpulkan bahwa naracoba menderita miopi. Hal ini dibuktikan bahwa
naracoba memiliki visus mata kanan 20/200 dan mata kiri 20/160, yang
berarti bahwa naracoba mengalami rabun jauh atau tidak dapat melihat
dari jauh dengan jelas.
2. Berdasarkan pemeriksaan buta warna, maka dapat disimpulkan bahwa
naracoba tidak mengalami buta warna. Hal ini dibuktikan bahwa pada
naracoba berhasil membaca semua gambar pada Ishiharas test.
DAFTAR PUSTAKA
Bickley, Lynn S., Peter G. Szilagyi. 2009. Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik
dan Riwayat Kesehatan ed.8. Jakarta: EGC
Tortora, G J & Derrickson. B, 2009, Principles of Anatomy and Physiology, 12th.
USA: John Wiley & sons inc.
Ilyas, Sidarta. 2010. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: FK UI
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi manusia dari sel ke system ed 6. Jakarta:
EGC