Anda di halaman 1dari 18

ANGKUTAN SEDIMEN

VOLUME WADUK

Disusun oleh:
MERIDA KRISTIA

1215011069

UNIVERSITAS LAMPUNG
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK SIPIL

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan sendi utama kehidupan manusia.

Air bukan hanya

memenuhi kebutuhan mendasar

air

manusia

sebagai

minum,

sekadar

namun

juga

berfungsi untuk sumber penghidupan seperti mengairi lahan


hingga pembangkit listrik.
sangat

tergantung

pertanian, perikanan,

Terdapat berbagai kegiatan perekonomian lain juga

kepada ketersediaan air, bahkan air bisa menjadi salah

satu limiting faktor dalam pertumbuhan

ekonomi

jika ketersediaannya sangat

terbatas.
Kebutuhan air hampir dapat dipastikan mempunyai kecenderungan tidak
dengan

sejalan

tingkat ketersediannya baik terkait dengan dimensi waktu dan ruang,

maupun jumlah dan kualitasnya. Untuk itu manusia melakukan intervensi ke pola
ketersediaan

air

melalui

pembangunan bendungan.

pembuatan

tampungan

tampungan

air

melalui

Dengan tampungan ini diharapkan kelebihan air di

musim hujan dapat disimpan

untuk

digunakan

di

musim

kemarau

yang

mempunyai tingkat kebutuhan air relatif tinggi.


Untuk memenuhi kebutuhan air yang makin lama makin meningkat, perlu dibangun
suatu waduk. Dalam satu tahun persediaan air di alam berubah-ubah. Pada musim
penghujan air berlimpah-limpah kemungkinan sungai tidak mampu lagi menampung
aliran air dan akan menyebabkan adanya banjir sementara pada musim kemarau air
berkurang, padahal kebutuhan air untuk rumah tangga, listrik, irigasi dan lain-lain
masih tetap berlangsung dan dalam kondisi seperti ini terjadi kekurangan air. Untuk
itu perlu dibuat waduk sebagai alternatife penyimpanan air.
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah dengan judul volume waduk ini adalah untuk
mengetahui dan mempelajari secara khusus mengenai salah satu penangkap air dan
menyimpannya di musim hujan waktu air sungai mengalir dalam jumlah besar dan
yang melebihi kebutuhan baik untuk keperluan irigasi, air minum, industri atau yang
lainnya.
1.3 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi yang akan kami bahas pada paper ini yaitu mengenai volume
waduk.

II.

II.1

LANDASAN TEORI

Pengertian Umum Waduk

Ada beberapa pengertian yang perlu diketahui terlebih dahulu, yaitu: Waduk
(reservoir, storage) adalah

kolam tando air buatan manusia sebagai akibat

dibangunnya bendungan di sungai dengan ukuran volume yang besar. Telaga


adalah kolam tando air yang terdapat di alam yang ukuran volumenya kecil.
Apabila ukurannya besar maka disebut danau.
Active storage (useful strorage, usable storage, working storage, volume waduk
aktif) adalah volume waduk yang dapat digunakan untuk memenuhi salah satu atau
lebih tujuan pembangunannya (pengairan PLTA, pengendalian banjir dan lain-lain).
In active storage (volume waduk tidak aktif) adalah volume waduk antara bagian
terbawah dari bangunan pengeluaran dengan permukaan air terendah untuk
operasi. Dead storage (volume waduk mati) adalah volume waduk yang terletak di
bagian terbawah dari bangunan pengeluaran. Flood storage (volume waduk banjir)
adalah sebagian dari volume waduk aktif yang digunakan untuk mengontrol
(meredam) banjir yang terjadi. Reservoir capacity (gross storage, gross reservoir,
storage capacity, kapasitas waduk, volume total waduk) adalah volume total waduk
yang meliputi volume active storage, in active storage dan dead storage.

II.2

Kriteria Usia/Umur Waduk

Batas usia umur waduk ditentukan oleh habisnya manfaat waduk untuk bisa diatur
penggunaannya bagi kepentingan pengairan atau pembangkit tenaga listrik, dimana
air keluaran melalui intake (beranda pengambilan).
Didalam perencanaan pembuatan waduk diadakan pembagian ruang dalam volume
waduknya, yaitu bagian volume yang airnya dapat atau tidak dapat diatur melaui
suatu pintu pengatur air. Volume diatas bidang horizontal melaui intake merupakan
volume Life Storage, sedangkan volume di bawahnya disebut Dead Storage
(Kantong Lumpur).
Dead Storage inilah yang menentukan perhitungan umur suatu waduk. Dead Storage
merupakan ruangan yang khusus disediakan untuk menampung sedimen yang
terbawa aliran sungai yang bermuara di waduk maupun yang terbawa air hujan
sekitar waduk.
Jika tingkat sedimentasi sudah mengisi semua bagian dead storage maka pada saat
itulah endapan atau sedimentasi mulai menginjak daerah Life Storage, endapan
perlahan akan sampai pada tingkatan terganggunya fungsi intake dalam pengaturan
air keluar waduk. Jika fungsi intake sudah terganggu oleh sedimen, pengeluaran air
tidak bisa diatur maka waduk tidak bisa berfungsi sebagai pembangkit tenaga listrik.
Tahap-tahap pengendapan pada saat pengisian waduk (impounding) maupun saat
pengoperasian waduk :

Air mengisi bagian yang terendah dari waduk, pengendapan terjadi pada saat
kecepatan air mendekati nol. jadi pada saat pertama pengisian waduk praktis endapan
berada pada daerah dead storage (kantong Lumpur).

Saat daerah dead storage sudah mulai penuh air, endapan yang terbawa aliran
mulai mengendap di muara sungai yang praktis kecepatan airnya mendekati nol.

Tahap pengisian sampai air penuh (tinggi muka air / ketinggian ambang
pelimpah /spillway), endapan berada pada daerah life storage dimana sungai atau
anak sungai bermuara.

Pada tahap operasi TMA ( Tinggi Muka Air ) waduk mulai surut, endapan yang
telah terjadi di daerah life storage tergerus aliran sungai terbawa ke daerah lebih
rendah. Bila operasi waduk misalnya pada musim kering di bawah normal, sehingga
TMA terendah sudah berada di bidang antara life storage dan dead storage maka
endapan yang terjadi sebelumnya di life storage terkikis aliran sungai masuk ke
daerah dead storage.
Begitu keadaan endapan sepanjang tahun berulang sampai berakhirnya endapan
menutup intake yang dikatakan tersebut diatas sebagai saat berakhirnya umur
manfaat waduk untuk keperluan pengairan / pembangkit tenaga listrik.
Pemantauan endapan dengan pemetaan Survey Bathimetri pada saat TMA tinggi
lebih mendapatkan daerah cakupan luas dari pada saat pelaksanaan pada TMA
rendah. Periode ulang pemetaan Bathimetri secara teratur (4-5 setahun sekali)
mempermudah perhitungan rata-rata jumlah endapan yang terjadi. Jika periode 4-5
tahun sekali, kurang memberikan hasil yang baik atau teliti, periode ulang tersebut
bisa di perpendek 2-4 tahun sekali terutama pada waduk yang tingkat
pendangkalannya relatif cukup tinggi.

II.3

Volume Tampungan Waduk

Kapasitas tampung yang diperlukan untuk sebuah waduk adalah :


Vn = Vu + Ve + Vi + Vs

Vn = volume tampungan waduk total (m3).


Vu = volume hidup untuk melayani berbagai kebutuhan (m3).
Ve = volume penguapan dari kolam waduk (m3).
Vi = jumlah resapan melalui dasar, dinding, dan tubuh waduk (m3).
Vs = ruangan yang disediakan untuk sedimen (m3).
(Kasiro dkk., 1997).
II.4

Volume Tampungan Untuk Melayani Kebutuhan

Voleme tampungan aktif (active storage) adalah volume waduk yang dapat

digunakan untuk memenuhi salah satu atau lebih tujuan pembangunannya


(pengairan, PLTA, pengendalian banjir dan lainlain)
Volume tampungan tidak aktif (in active storage) adalah volume waduk antara
bagian terbawah dari bangunan pengeluaran dengan permukaan air terendah untuk
operasi .
Volume tampungan mati (death storage) adalah volume waduk yang terletak di
bagian terbawah dari bangunan pengeluaran.
Volume tampungan banjir (flood storage) adalah sebagian dari volume waduk aktif
yang digunakan untuk mengontrol (meredam) banjir yang terjadi.
Kapasitas tampungan adalah volume total waduk yang meliputi active storage, in
active storage dan death storage

2.5 Perhitungan Hubungan Elevasi Terhadap Volume Waduk


Perhitungan hubungan luas terhadap volume waduk didasarkan pada data peta
topografi dengan skala 1:1.000 dan beda tinggi kontur 1m. Cari luas permukaan
waduk yang dibatasi garis kontur, kemudian dicari volume yang dibatasi oleh 2 garis
kontur yang berurutan dengan menggunakan rumus pendekatan volume sebagai
berikut (Bangunan Utama KP-02, 1986)

III.

PEMBAHASAN

III.1 Perhitungan Usia Umur Waduk


Usia atau Umur waduk = waktu yang diperlukan endapan mengisi semua volume
kantong Lumpur (Dead Storage) sampai saat intake tertutup endapan. Endapan yang
terjadi pada suatu waduk dalam waktu tertentu = volume endapan butiran dari tanah
tererosi oleh air pada daerah pengaliran (catchment area) yang masuk ke waduk
tersebut dikurangi volume endapan butiran yang keluar dari waduk pada jangka
waktu tertentu.
Pada waduk cascade seperti halnya Saguling, Cirata, Ir. H. Djuanda perhitungan
sediment terjadi di masing masing waduk yang berada pada aliran sungai citarum
yang sama adalah sebagai berikut :
1. Yang mengendap di waduk Saguling pada jangka waktu tersebut = volume
endapan butiran tanah yang tererosi air pada seluas catchment area-nya dikurangi
volume endapan butiran tanah yang keluar dari waduk Saguling dalam jangka
waktu yang sama.
2. Yang mengendap di waduk Cirata dalam waktu tertentu = volume endapan butiran
tanah yang keluar dari waduk Saguling di tambah volume endapan butiran tanah
yang tererosi air dari catchment area waduk Cirata dikurangi volume endapan
butiran tanah yang keluar dari waduk Cirata dalam waktu yang sama.
3. Yang mengendap di waduk Ir. H. Djuanda pada jangka waktu tertentu = volume
endapan butiran tanah yang keluar dari waduk Cirata ditambah volume endapan
butiran tanah yang tererosi air dari catchment area Ir. H. Djuanda dikurangi
volume endapan butiran tanah yang keluar dari waduk Ir. H. Djuanda dalam
waktu yang sama.

Sisa volume dead storage tahun 1986 didapatkan dari hasil perhitungan dari peta
bathimetri yang dilaksanakan akhir tahun 1986.
Dead storage di waduk Ir. H. Djuanda adalah volume waduk di bawah elevasi +75.00
m.dpl

Waduk Ir. H. Djuanda


III.2 Perhitungan Harapan Usia Manfaat Waduk Ir.H.Djuanda Setelah Dua
Waduk di Atasnya Cirata dan Saguling Beroperasi.
Dengan mulainya waduk cirata diisi air berarti pengendapan Lumpur (sedimantasi)
dari sungai Citarum ke arah waduk Ir. H. Djuanda jauh berkurang walaupun
sebelumnya telah berkurang dengan mulai berfungsinya waduk Saguling di atas
waduk Cirata. Berpangkal pada saat waduk Cirata mulai terisi, dilakukan evaluasi
jumlah sedimen yang telah mengendap di waduk Ir.H.Djuanda. Usaha evaluasi ini
dengan membuat peta kontur di bawah elevasi +107 m.dpl (ketinggian normal
Waduk Ir.H.Djuanda = Tinggi ambang pelimpah open spillway).
Pelaksanaan pembuatan peta kontur akhir tahun 1986 oleh ITB (Institut Teknologi
Bandung), dimana bagian yang bisa dilalui kapal pembawa echo sounder diukur
kedalamannya menurut sistem potongan melintang waduk pada jarak interval 250 m,
bagian yang sudah ada deposit sedimen tentu saja tidak bisa dengan echo sounder
yakni bagian muara sungai Citarum dan muara muara sungai kecil pada waduk Ir.
H. Djuanda. Pada daerah ini dilaksanakan dengan pengukuran optis yang disebut
pengukuran terestris.

Pembuatan dasar air dengan echo sounder disebut bathimetri. Sedangkan pengukuran
kedalam peta kontur an air dengan gema (echo sounder) disebut dalam istilah
Indonesia pemeruman. Dari peta contour ( = peta ketinggian sama ) dari seluruh
permukaan tanah dasaran waduk diketahui luas maupun isi waduk pada setiap
ketinggian, yaitu dengan menggunakan poolplanimeter

luas biasa hitungan,

demikian juga dari dua luas bidang berturutan dan jarak antaranya (=tingginya) yang
diketahui isi bisa dihitung dan di buat tabel.
Hasil tabulated peta contour dibawah air mempermudah pembacaan hubungan antara
ketinggian luas-volume dari waduk Ir. H. Djuanda sebelum waduk Cirata mulai
tergenang.
Untuk pembuatan tabel cukup pada beda ketinggian 5 meter dan hasilnya seperti
tergambar pada halaman berikut.

Dari kontur yang perlu dikoreksi yaitu luas maupun volume dibawah + 40.00 m yang
kelihatannya janggal sehingga kita proses data dari + 40.00 m s.d +107.00 m
( banyaknya data n = 15), sedang dibawah +40.00 m dapat dihitung sampai luas
maupun volume mendekati 0.
Dari persamaan persamaan tersebut diatas Luas maupun Volume dapat dicari. berikut
disajikan penjabaran Luas dan Volume yang menghasilkan persamaan :
Luas Waduk Ir.H.Juanda
Volume Waduk Ir.H.Juanda

Penjabaran Luas

3 persamaan dengan 3 bilangan yang dicari akan didapat :


a = 13244.2
b = 257.97
c = 5.54
sehingga persamaan menjadi Y = 13244.2 + 257.97 x + 5.54
Jadi persamaan luas waduk Ir.H.Juanda :
L = 5.54

+ 257.97 H 13244.2

adapun penjabaran volume disajikan dalam halaman berikut

3 persamaan dengan 3 bilangan yang dicari akan didapat :


a

= 742.6302521

= 38.74437295

= 0.518283824

sehingga persamaan menjadi : Y = 743 38,8x + 0,52


Jadi persamaan isi waduk Ir. H. Djuanda :
V = 0.52

38.7H + 743

Catatan :
Volume / isi waduk Ir. H. Djuanda initial menurut perhitungan Consultant Coyene Et
Bellier (COB) Paris Perancis, 1964
V = 0.557

38.56H + 719.325

Jelas kelihatan, bahwa selama beroperasinya waduk Ir. H. Djuanda telah mengalami
perubahan kapasitas isi waduk.
Perlu dimaklumi pengendapan Lumpur (sedimentasi ) terbesar pada musim hujan,
dimana TMA mengarah tinggi sehingga deposit pada muara Citarum waduk Ir. H.
Djuanda relatif besar (pada kecepatan aliran V mendekati 0). Sebaliknya pada musim
kemarau deposit tergerus aliran air ke arah hilir yang TMA nya mengarah rendah, hal
ini terjadi bertahun tahun selama waduk Ir. H. Djuanda masih tunggal, belum ada
waduk waduk di hulunya.
Setelah adanya waduk Cirata, keadaan agak berlainan mengingat adanya sebagian
besar Lumpur telah mengendap terlebih dulu pada waduk Saguling dan Cirata.
Dari hasil pengamatan Lumpur yang terbawa aliran air sungai Citarum masuk
waduk Ir. H. Djuanda (pada pengambilan contoh pada air di Cipetir) dan keluar
waduk Ir. H. Djuanda (pada pengambilan contoh air di Tailrace) setiap 2 minggu
sekali selama tahun 1982, 1984, 1985 menunjukan rata rata 6% jumlah kandungan
Lumpur keluar waduk dibandingkan jumlah air masuk waduk.
Selama 24tahun (1963-1987) sebelum ada waduk Saguling dan Cirata kandungan
Lumpur pada waduk Ir. H. Djuanda :
Volume air 1963 (initial)

= 2.970.

Volume 1987 (bathymetris akhir 1986)

= 2.556.

Volume Lumpur selama 24tahun

Sediment pertahun 1/24 x 414.

414.

= 17,25

Adanya bottom outlet yang dimungkinkan deposit endapan di sekitar intakenya


terkuras keluar waduk sehingga angka 6% dianggap terlalu kecil untuk lebih

amannya pada waduk Saguling, Cirata dan Ir. H. Djuanda sama yaitu diambil 10%
kandungan Lumpur keluar waduk dibanding air yang masuk waduk.
Lumpur yang terbawa inflow = 100% / 90% x 17,25.

/ tahun = 19,166.

/ tahun. Inflow waduk Ir. H. Djuanda sebelum ada waduk saguling dan Cirata =
5755.
Citarum =

/ tahun. Banyaknya Lumpur yang terkandung dalam aliran sungai


19,166.
5755.

/ tahun

x 100% = 0.33%

/ tahun

inflow waduk Saguling

: 2563.

/ tahun

inflow waduk Cirata

: 2543.

/ tahun

inflow waduk Ir.H.Djuanda

: 649.

/ tahun

maka sediment yang mengendap di waduk :


saguling sendiri : (0.33 % x 2563.

/tahun )

dari saguling masuk cirata : 10 % (0.33 % x 2563.


cirata sendiri : (0.33 % x 2543.

/tahun ).I

/tahun ).II

Dari Cirata masuk Ir.H.Djuanda : 10 % ( I + II ).


Ir.H.Djuanda sendiri : (0.33 % x 649.

/tahun )..III

jadi yang mengendap pada waduk Ir.H.Djunda :

Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa harapan usia
manfaat Waduk Ir.H.Djuanda adalah kurang lebih 277,5 tahun sejak Tahun 1987.
Dengan kata lain harapan usia manfaatnya sekitar 250,5 tahun lagi sejak Tahun 2014.
Mudah-mudahan harapan usia manfaat waduk tersebut dapat tercapai sebagai
warisan bagi anak cucu kita kelak. Studi lebih lanjut dan perhitungan ulang
diperlukan untuk menyempurnakan penelitian ini menggunakan data hasil
pengukuran dan penelitian terbaru.
III.3 Contoh Analisis
Menghitung kapasitas waduk yang diperlukan berdasarkan data debit bulanan
pada Sungai Little Weiser di Idaho tahun 1966 1970 dengan menggunakan metode
Ripple dan metode Sequent peak, dengan kebutuhan air per bulannya adalah 80 %.
Analisis Data
1. Kebutuhan air (release reservoir)
Kebutuhan air untuk setiap bulan adalah konstan, dan besarnya ditentukan
sebesar 80 % dari inflow rata-rata.
Inflow rata-rata
=

Inflow
n

Dengan, n adalah jumlah data

346563

5776,05

60

Kebutuhan air = 80% * 5776,05


=4620,84 AF (Release)
Laju kebutuhan air

= kebutuhan air tiap bulan * waktu (t)


= 4620,84 t

Anda mungkin juga menyukai