PENDAHULUAN
merah
dengan
Kemudian, mata merah dengan visus menurun terbagi lagi menjadidua yaitu
merah tidak merata dan merah merata.
Mata merah tidak merata dengan visus normal dapat disebabkan oleh
episkleritis, skleritis, perdarahan subkonjungtiva, pterigium, pseudopterigium,
konjungtivitis flikten, dan pinguekulitis iritans. Mata merah merata dengan
visus normal dapat disebabkan oleh konjungtivitis bakterial, viral, maupun
alergi. Ketiga konjungtivitis tersebut dapat dibedakan dari hasil anamnesis.
Sedangkan penyebab mata merah dengan visus menurun antara lain,
keratitis, iridosiklitis akut, glaukoma akut, ulkus kornea danendoftalmitis.
Dalam menentukan diagnosis diperlukan data mengenai adanya faktor resiko
pada pasien, gejala lain yang menyertai dan tanda objektif pada pemeriksaan
seperti ditemukannya jaringan fibrovaskular berbentuk segitiga dengan puncak
di kornea yang mengarah pada penyakit pterigium.
BAB II
LAPORAN KASUS
II.1.
Identifikasi
Nama
: Bp. A
Umur
: 55 tahun
II.2.
Agama
: Islam
Bangsa
: Indonesia
Pekerjaan
: Petani
Alamat
No. RM
: 2286XX
matanya beberapa detik karena matanya terasa perih. Sudah diberikan obat
tetes mata oleh pasien yang dibelinya di apotik namun pasien tidak ingat
namanya apa. Dirasa keluhannya belum juga membaik lalu pasien berobat
ke poli Mata RSUD Karanganyar.
Riwayat Penyakit Dahulu:
: disangkal
: disangkal
Riwayat trauma
Riwayat hipertensi
: disangkal
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
: disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
II.3.
: disangkal
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum
Kesadaran
: compos mentis
Gizi
: cukup
Status Oftalmologikus
NO
1
PEMERIKSAAN
MATA
VISUS
6/15
6/15
PALPEBRA
Edema (-)
Edema (+)
Hiperemis (-)
Hiperemis (+)
Blefarospasme (-)
Blefarospasme (-)
Lagoftalmus (-)
Lagoftalmus (-)
Ektropion (-)
Ektropion (-)
Entropion (-)
Entropion (-)
Hiperemis (-)
Hiperemis (+)
Anemis (-)
Anemis (-)
Infiltrat (-)
Infiltrat (-)
Injeksi Konjungtiva
(+)
KONJUNGTIVA
OD
Terdapat jaringan
NO
KORNEA
PEMERIKSAAN
MATA
OS
fibrovaskular
Terdapat jaringan
pertengahan antara
fibrovaskular
pertengahan antara
Jernih (+)
Edema (-)
Edema (-)
Infiltrat (-)
Infiltrat (-)
OD
OS
5
6
COA
Jernih (+)
Jernih (+)
IRIS
Kedalaman cukup
Edema (-)
Kedalaman cukup
Edema (-)
Warna hitam
Warna hitam
Bulat
Bulat
Central
Central
RC D/I (+/+)
RC D/I (+/+)
Diameter 3mm
Diameter 3mm
PUPIL
LENSA
Jernih
Jernih
FUNDUS MEDIA
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
10
PAPIL
N.OPTICUS
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
11
MACULA LUTEA
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
12
RETINA
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
13
TIO
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
14
SISTEM
LAKRIMASI
Epifora (-)
Epifora (+)
Lakrimasi (-)
Lakrimasi (+)
OD
II.4
OS
Diagnosis Kerja
ODS Conjungtivitis e.c. Bakterial
ODS Pterigium grade II
II.5
Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
- C. tobroson ED MD / 2 jam dd gtt 1 ODS
- Opimox 500mg / 3x1 tab
2. Non medikamentosa (Edukasi)
- Jangan menggosok-ngosok mata (mengucek-ngucek mata)
- Menghindari faktor pencetus seperti angin, debu ataupun benda
asing dengan menggunakan kacamata untuk melindungi mata
II.6
Prognosis
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam
: ad bonam
Quo ad visam
: ad bonam
6
Quo ad comesticam
: dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
di
belakang
kelopak
mata
menuju
lengkung
dangkal,
konjungtiva
bersifat
tipis,
transparan,
dan
sangat
vaskuler. Menempel ketat pada seluruh tarsal plate pada kelopak mata
atas. Pada kelopak mata bawah, hanya menempel setengah lebar tarsus.
Kelenjar tarsal terlihat lewat struktur ini sebagai garis kuning.
c. Orbital konjungtiva berada diantara tarsal plate dan forniks.
2. Konjungtiva
bola
bulbaris
: menutupi
sebagian
permukaan
anterior
3mm
dari
konjungtiva
bulbar
padat
yang
terikat
secara
kuat
pada pertemuan
Forniks
antara bagian
konjungtiva berganbung
2. Konjungtivitis
a. Definisi
Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir
yang menutupi belakang kelopak dan bola mata. Reaksi inflamasi ini ditandai
dengan dilatasi vaskular, infiltrasi seluler dan eksudasi. Konjungtivitis dapat
dibedakan menjadi dua bentuk :
b. Etiologi
dapat
disebabkan
oleh
macam
berbagai
:hal,
seperti
Konjungtivitis
a. infeksi oleh virus atau bakteri.
c. iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet.
d. pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang.
c.
Manifestasi Klinis
Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa mata
merah dengan kelopak mata lengket akibat produksi sekret yang meningkat
terutama pada pagi hari. Selain itu juga ditemukan photofobia, lakrimasi,
pseudoptosis akibat kelopak mata membengkak, kemosis, hipertropi papil,
folikel, membrane, pseudomembran, granulasi, flikten, mata merasa seperti
adanya benda asing, sensasi seperti ada tekanan dan rasa panas serta kadang
10
bakteri
purulen
nonpurulen
Jamur dan
alergi
Sekret
Air mata
Gatal
Mata merah
Nodul
Sedikit
mengucur
Sedikit
Umum
Lazim
mengucur
sedang
sedikit
Umum
Jarang
sedikit
sedang
lokal
lazim
parasit
sedikit
sedikit
lokal
lazim
preaurikuler
Pewarnaan usapan
Monosit,
Bakteri,
Bakteri, PMN
negatif
eosinofil
PMN
jarang
Sakit
limfosit
tenggorok Sewaktu-
11
sedikit
sedang
mencolok
umum
-
Pneumococcus,
dan
Haemophilus.
Konjungtivitis
agen
mikrobiologiknya.
Sambil
menunggu
hasil
13
Kerokan
konjungtiva
menampakkan
reaksi
radang
15
mengurangi
konjungtivitis
akut
beberapa
dapat
gejala.
kortikosteroid
memperpanjang
keterlibatan
selama
kornea
kornea mungkin
harus
dipakai
7-10
hari.
Penggunaan
kortikosteroid
Kadang-kadang
terjadi
kemosis.
Hemoragi
kontak
yang
disebabkan
oleh
atropine,
neomycin,
antibiotika spectrum luas, dan medikasi topical lain sering diikuti oleh
konjungtivitis infiltrate ringan yang menimbukan hyperemia, hipertropi
papiler ringan, bertahi mata mukoid ringan, dan sedikit iritasi. Pemeriksaan
kerokan berpulas giemsa sering hanya menampakkan sedikit sel epitel
matim, sedikit sel polimorfonuklear dan mononuclear tanpa eosinofil.
Pengobatan
diarahkan
pada
penemuan
agen
penyebab
dan
23
mekanik.
Jangan
memakai
antidotum
kimiawi.
Tindakan
teteskan atropine 1% dua kali sehari, dan beri analgetika sistemik bila
perlu. Konjungtivitis bacterial dapat diobati dengan agen antibakteri yang
cocok. Parut kornea mungkin memerlukan transplantasi kornea, dan
symblepharon mungkin memerlukan bedah plastic terhadap konjungtiva.
Luka bakar berat pada kojungtiva dan kornea prognosisnya buruk
meskipun dibedah. Namun jika pengobatan memadai dimulai segera, parut
yang terbentuk akan minim dan prognosisnya lebih baik
e. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan
pemeriksaan laboratorium. Anamnesis yang penting pada pasien
konjungtivitis adanya riwayat kontak dengan penderita yang sama, riwayat
alergi, riwayat hiegienitas, dan riwayat kontak dengan bahan iritan.
Disamping itu juga perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti :
-
Ketajaman penglihatan
f. Pemeriksaan Penunjang
Pewarnaan sekret dengan Giemsa, prosedur yang dilakukan antara lain
-
setiap
milimeter
air
suling
buffer.
Rendam
slide
g. Diagnosis Banding
Diagnosis banding konjungtivitis berdasarkan gambaran klinis :
Tanda
Injeksi
Bakterial
Mencolok
Viral
Sedang
Alergik
Ringan-
Toksik
TRIC
Ringan- Ringan-
konjungtivitis
Hemoragi
Tanda
+
Bakterial
+
Viral
sedang
Alergik
sedang
Toksik
Kemosis
Eksudat
++
+/Purulen atau Jarang,
++
+/Berserabut -
+/Berserabut
mukopurule
air
(lengket),
(lengket)
n
+/-
+/-
putih
-
+/-
+
-
+/+
Pseudomembra
n
Papil
Folikel
Nodus
sedang
TRIC
preaurikuler
Panus
(sumber : Sidarta I. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI. Edisi Ketiga. 2010.
hal. 122)
26
3. Pterigium
1. Definisi
Suatu pertumbuhan fibrovaskuler konjungtiva yang bersifat
degenerative dan invasif. Pertumbuhan ini bisanya
2.
Pemeriksaan Fisik
Tajam penglihatan dapat normal atau menurun. Pterigium muncul
sebagai lipatan berbentuk segitiga pada konjungtiva yang meluas ke kornea
pada daerah fisura interpalpebralis. Deposit besi dapat dijumpai pada bagian
epitel kornea anterior dari kepala pterigium (stokers line). Kira-kira 90%
pterigium terletak di daerah nasal. Perluasan pterigium dapat sampai medial
dan lateral limbus sehingga menutupi visual axis, menyebabkan penglihatan
kabur. Gangguan penglihatan terjadi ketika pterigium mencapai pupil atau
menyebabkan kornea astigmatisme pada tahap regresif.
Pterigium dibagi menjadi tiga bagian yaitu: body, apex (head), dan cap.
Bagian segitiga yang meninggu pada pterigium dengan dasarnya ke arah
limbus disebut body, bagian atasnya disebut apex, dan bagian belakang
disebut cap. Subepitelial cap atau halo timbul pada tengah apex dan
membentuk batas pinggir pterigium.
Dalam penegakan diagnosis pterigium, sangat penting ditentukan
derajat atau klasifikasi pterigium tersebut. Klasifikasi pterigium dibagi
menjadi beberapa kelompok yaitu:
27
3). Derajat III : jika telah melebihi derajat 2 tetapi tidak melebihi pinggir
pupil mata dalam keadaan cahaya (pupil dalam keadaan normal
sekitar 3-4 mm)
4). Derajat IV : jika pertumbuhan pterigium sudah melewati pupil sehingga
mengganggu penglihatan
Pembeda
Definisi
Pterigium
Jaringan
Pinguekula
Pseudopterigium
Benjolan pada Perlengketan
fibrovaskular
konjungtiva
konjungtiba
konjungtiva
bulbi
bulbi berbentuk
Warna
segitiga
Putih
bulbi
cacat
Putih-kuning
Putih kekuningan
28
kekuningan
keabu-abuan
Celah kelopak Celah kelopak Pada
Letak
bagian
atau
6:
Progresif
Reaksi
daerah
yang
terdekat
dengan
yang meluas ke
proses
kornea
arah kornea
>
Sedang
Tidak ada
=
Tidak
Tidak ada
sebelumnya
=
Tidak
Ada
Lebih menonjol
Menonjol
Normal
kerusakan
permukaan
kornea
sebelumnya
Pembuluh
darah
konjungtiva
Sonde
Tidak
dapat Tidak
diselipkan
diselipkan
Puncak
Ada
pulau
Histopatologi
limbus
Tidak ada (tidak ada
head, cap, body)
(bercak kelabu)
Epitel ireguler Degenerasi
Perlengketan
dalam submukosa
stromanya
konjungtiva
Tabel 1. Diagnosis banding pterigium (dikutip dari Vaughan, Daniel G.,
Asbury
Taylor,
Riordan
Eva-Paul.
Oftalmologi
Umum.
Edisi
29
31
1.
2.
3.
Meskipun
keuntungkan
dari
penggunaan
Terapi Tambahan
Tingkat kekambuhan tinggi yang terkait dengan operasi terus
menjadi masalah, dan terapi medis demikian terapi tambahan telah
dimasukkan ke dalam pengelolaan pterygia. Studi telah menunjukkan
bahwa tingkat rekurensi telah jatuh cukup dengan penambahan terapi ini,
namun ada komplikasi dari terapi tersebut.
MMC telah digunakan sebagai pengobatan tambahan karena
kemampuannya untuk menghambat fibroblas. Efeknya mirip dengan
iradiasi beta. Namun, dosis minimal yang aman dan efektif belum
ditentukan. Dua bentuk MMC saat ini digunakan: aplikasi intraoperative
MMC langsung ke sclera setelah eksisi pterygium, dan penggunaan obat
tetes mata MMC topikal setelah operasi. Beberapa penelitian sekarang
menganjurkan penggunaan MMC hanya intraoperatif untuk mengurangi
toksisitas.
Beta iradiasi juga telah digunakan untuk mencegah kekambuhan,
karena menghambat mitosis pada sel-sel dengan cepat dari pterygium,
meskipun tidak ada data yang jelas dari angka kekambuhan yang tersedia.
Namun, efek buruk dari radiasi termasuk nekrosis scleral , endophthalmitis
dan pembentukan katarak, dan ini telah mendorong dokter untuk
tidak merekomendasikan terhadap penggunaannya.
Untuk mencegah terjadi kekambuhan setelah operasi, dikombinasikan
dengan pemberian:
1.
2.
3.
Sinar Beta.
33
4.
6minggu,
diberikan
bersamaan
dengan
salep
antibiotik
4. Komplikasi
Pterigium dapat menyebabkan komplikasi seperti scar (jaringan parut)
pada konjungtiva dan kornea, distorsi dan penglihatan sentral berkurang, scar
pada rektus medial dapat menyebabkan diplopia.
Komplikasi post eksisi pterigium, yaitu:
34
5.
Prognosis
Penglihatan dan kosmetik pasien setelah dieksisi adalah baik. Rasa
tidak nyaman pada hari pertama postoperasi dapat ditoleransi, kebanyakan
pasien setelah 24 jam postop dapat beraktivitas kembali. Pasien dengan
rekuren pterigium dapat dilakukan eksisi ulang dan graft dengan autograft
atau transplantasi membran amnion.
35