Anda di halaman 1dari 1

Amal yang Diterima

Oleh : Iin Rosliah


Cinta dan semangat saja tak cukup dijadikan modal agar amal diterima Allah SWT. Ada dua
syarat yang mutlak harus dipenuhi supaya amal tidak sia-sia di hadapan-Nya.
Pertama, ikhlas semata-mata mengharap ridha Allah SWT, bukan karena motivasi duniawi atau
ingin meraih puji. Kedua, muwafaqah, artinya amal yang dilakukan sesuai dengan tuntunan
Alquran dan sunah Rasulullah SAW. Ikhlas dan muwafaqah, ibarat dua sisi mata uang, saling
terkait dan tak dapat dipisahkan. Ibnu Katsir saat menafsirkan QS Al Kahfi: 110 menguraikan,
ikhlas dan mengikuti petunjuk Rasulullah SAW merupakan dua rukun amal yang akan diterima.
Rukun adalah tiang. Sebuah bangunan akan terwujud manakala
kedua tiangnya berdiri tegak. Begitu pula amal, akan diterima ketika dua syaratnya terpenuhi.
Ketika kita beribadah karena ingin mendapat sanjungan sesama, berarti hati kita telah mendua.
Dalam kacamata agama, ini dikategorikan sebagai perbuatan syirik yang akan menghalangi
diterimanya amal oleh Allah SWT. ''Barang siapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya,
maka hendaklah mengerjakan amal saleh dan janganlah mempersekutukan seorang pun dalam
beribadah kepada-Nya.'' (QS Al Kahfi;110). Ibnul Qayyim mengibaratkan orang yang beramal
tanpa keikhlasan seperti seorang musafir yang mengisi penuh kantongnya dengan pasir. Ia
membawanya, tapi tidak mendapatkan manfaat apa pun.
Walau secara lahiriah tampak besar dan bagus, bila tak dihiasi dengan keikhlasan, amal apa pun
menjadi tak bermakna dalam pandangan Allah SWT. Alhasil, bukannya pahala yang diraih, justru
azab yang didapat. Jangan pula sampai terjadi seperti tiga orang Muslim di hadapan mahkamah
Allah SWT kelak. Imam Muslim meriwayatkan, ada seorang mujahid, seorang alim, dan seorang
dermawan. Bukan surga yang diperoleh, justru neraka yang didapat ketiganya.
Pasalnya, amal yang mereka lakukan hanya untuk mengejar prestise. Yang satu berjuang agar
disebut syuhada. Yang kedua menuntut ilmu dan mengajarkannya agar disebut ulama. Dan yang
terakhir menginfakkan hartanya agar dinilai sebagai dermawan. Setelah ikhlas, syarat
berikutnya adalah kesesuaian setiap amal dengan tuntunan dalam Alquran dan sunah. Ini
mengandung makna, ibadah apa pun yang diperbuat, hendaknya dilandasi oleh ilmu. Beribadah
tanpa dasar ilmu, cenderung menjadikan perasaan sebagai standar.
Baik buruk bukan diukur oleh dalil, tapi semata-mata menimbang rasa. Alhasil, mudah
tergelincir dalam perbuatan bid'ah, mengada-ada dalam urusan ibadah. Rasulullah SAW
bersabda, ''Barang siapa mengerjakan satu amalan yang tak ada perintahnya dari kami, maka
amalan itu tertolak.'' (HR Bukhari dan Muslim).

Anda mungkin juga menyukai