Anda di halaman 1dari 4

NAMA

: NOVIA NUR R.

NIM

: 1102912

MATA KULIAH

: MANAJEMEN MULTI BUDAYA

UJIAN TENGAH SEMESTER


1. Teori Pendidikan menurut 8 aliran
a. Teori Pendidikan menurut aliran empirisme
Aliran empirisme merupakan aliran yang mementingkan stimulasi eksternal dalam
perkembangan manusia. Aliran ini mengatakan bahwa perkembangan anak tergantung
pada lingkungan, sedangkan pembawaan anak yang dibawa semenjak lahir tidak
dianggap penting.
Menurut pandangan Empirisme (enviromentalisme), pendidikan memegang peranan
penting, sebab pendidikan menyediakan lingkungan yang sangat ideal kepada anakanak. Lingkungan itu akan diterima anak sebagai sejumlah pengalaman yang telah
disesuaikan dengan tujuan pendidikan.
b. Teori pendidikan menurut aliran Nativisme
Tokoh utama aliran Nativisme adalah seorang filsuf Jerman bernama Schopenhauer.
Teori aliran ini mengatakan bahwa anak-anak yang lahir ke dunia sudah memiliki
pembawaan atau bakatnya yang akan berkembang menurut arahnya masing-masing.
Pembawaan tersebut ada yang baik dan ada yang buruk. Oleh karena itu
perkembangan anak tergantung dari pembawaan sejak lahir dan keberhasilan
pendidikan anak ditentukan oleh anak itu sendiri.
c. Teori pendidikan menurut aliran Konvergensi
Konvergensi artinya pertemuan. Pelopor aliran ini adalah William Stern seorang ahli
ilmu jiwa berkebangsaan Jerman. Teori ini mengatakan bahwa seseorang terlahir
dengan pembawaan baik dan juga pembawaan buruk. Bakat dan pembawaan yang
dibawa sejak lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya lingkungan yang
sesuai dengan perkembangan bakat dan pembawaan tersebut. Dengan demikian
paham/aliran teori ini menggabungkan antara pembawaan sejak lahir dan
lingkungannya yang menyebabkan anak mendapatkan pengalaman.
d. Teori pendidikan menurut aliran Naturalisme

Teori Naturalisme diungkapkan oleh seorang filsuf Prancis bernama J.J. Rousseaue.
Teori ini mengatakan bahwa setiap anak yang baru lahir pada hakikatnya memiliki
pembawaan baik, namun pembawaan baik itu dapat berubah sebaliknya karena
dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan tersebut dapat berupa lingkungan keluarga,
sekolah ataupun masyarakat. Aliran ini juga dikenal sebagai aliran Negativisme.
e. Teori Kognitivisme
Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya skema tentang bagaimana seseorang
mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang
memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini
digolongkan ke dalam kognitivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang
menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan
kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan
kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap
lingkungan.
f. Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme adalah suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa
untuk melakukan proses aktif membangun konsep baru, pengertian baru, dan
pengetahuan baru berdasarkan data. Oleh karena itu proses pembelajaran harus
dirancang dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa untuk
mengorganisasi pengalamannya sendiri menjadi pengetahuan yang bermakna.
g. Teori Humanistik
Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. proses
belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai
aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku
belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
h. Teori Behaviorisme
Adalah teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang
individu

sebagai

makhluk

reaktif

yang

member

respon

terhadap

lingkungan.Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Ciri dari


teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis,

menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon,


menekankan

pentingnya

latihan,mementingkan

mekanisme

hasil

belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah


munculnya perilaku yang diinginkan.
2. a. Apa jadinya manusia tanpa pendidikan?
Manusia adalah makhluk homo sapiens yang berarti memiliki kemampuan untuk berilmu
dan berolah pikir. Manusia juga memiliki banyak kebutuhan dalam bertahan hidup, oleh
karena itu manusia bisa menggunakan kemampuannya dalam berolah pikir untuk bertahan
hidup. Pendidikan adalah alat untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam
bertahan hidup. Salah satu kelebihan manusia yang diberikan Sang Pencipta, Allah SWT
adalah kemampuan berpikir, yang menjadikannya makhluk paling sempurna. Bila manusia
tanpa pendidikan akan tidak jauh berbeda dengan hewan, karena kemampuan berpikirnya
tidak dilatih dan diarahkan untuk memenuhi kebutuhannya. Selain itu, manusia juga diberi
nafsu, dan melalui pendidikan pula manusia dapat belajar mengontrol diri dan
lingkungannya. Tentu saja bila berbicara pendidikan, pastilah suatu proses memperoleh
pengetahuan atau keterampilan dalam arah kebaikan.
b. Peran Sekolah dalam Masyarakat
Sekolah adalah sebuah tempat dimana berlangsungnya pendidikan. Tempat dimana
manusia memenuhi kebutuhannya dengan adanya proses tukar pikiran, pentransferan ilmu
pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan hidup dalam melatih dirinya untuk
berkembang, bersosial dan memiliki peran dalam masyarakat. Sekolah memiliki tanggung
jawab untuk memberikan pelayanan dan menyediakan kebutuhan bagi manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Baik itu dari kebutuhan pengetahuan, sikap dan sosial.
Masyarakat yang terdiri dari sekelompok manusia juga memiliki kebutuhan peran dalam
mengolah dan berkembang dalam sistem sosial manusia. Peran dalam sistem sosial ini
dapat dipenuhi oleh individunya melalui pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan
formal memiliki tanggung jawab besar dalam mencetak individu untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat sebagai sistem sosial.
3. Tantangan budaya adalah tantangan yang akan dan dapat dihadapi oleh suatu lingkungan
budaya tatkala berkomunikasi dengan berbagai lingkungan budaya yang lain yang memuat
nilai yang berbeda, dalam situasi dan kondisi perubahan sosial yang semakin pesat dan global.

Masyarakat Indonesia dewasa ini sedang mengalami masa pancaroba yang amat dahsyat
sebagai akibat tuntutan globalisasi secara menyeluruh. Sedang tuntutan globalisasi itu
berpangkal pada kegiatan pembangunan nasional yang menerapkan teknologi maju untuk
mempercepat pelaksanaannya. Di lain pihak, tanpa disadari, penerapan teknologi maju itu
menuntut acuan nilai-nilai budaya, norma-norma sosial dan orientasi baru. Tidaklah
mengherankan apabila masyarakat Indonesia yang majemuk dengan multi kulturalnya itu
seolah-olah mengalami kelimbungan dalam menata kembali tatanan sosial, politik dan
kebudayaan dewasa ini. Kebingungan ini pula yang mempengaruhi nilai-nilai dan budaya
bangsa dalam perkembangan pendidikan di Indonesia.
Dunia pendidikan Indonesia memiliki tantangan dalam menyerap budaya global tanpa
menghilangkan jati diri dan nilai-nilai bangsa. Perkembangan yang sudah terlihat diantaranya
perubahan kurikulum yang sudah semakin menyesuaikan dengan tuntutan globalisasi.

Anda mungkin juga menyukai