Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
penyebab penyakit ginjal kronik serta dialisis atau transplantasi ginjal jika
sudah terjadi gagal ginjal. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa komplikasi
penyakit ginjal kronik, tidak bergantung pada etiologi, dapat dicegah atau
dihambat jika dilakukan penanganan secara dini. Oleh karena itu, upaya yang
harus dilaksanakan adalah diagnosis dini dan pencegahan yang efektif
terhadap penyakit ginjal kronik, dan hal ini dimungkinkan karena berbagai
faktor risiko untuk penyakit ginjal kronik dapat dikendalikan.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari makalah ini kami bedakan menjadi tujuan umum
dan tujuan khusus. Untuk tujuan umum dari penyusunan makalah ini yaitu
untuk memberikan pemahaman mengenai gangguan system perkemihan
akibat gagal ginjal kronis, dan untuk mengetahui bagaimana penerapan
asuhan keperawatan terhadap klien dengan gangguan system perkemihan
akibat gagal ginjal kronis. Sedangkan tujuan khususnya yaitu:
1. Mengetahui mengenai pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi
klinis, pemeriksaan diagnostic dan penatalaksanaan medis yang terjadi
pada penyakit gagal ginjal kronis.
2. Mengetahui pengkajian pada pasien dengan gangguan sitem perkemihan
akibat gagal ginjal kronis, mengetahui cara menegakkan diagnosa
keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan akibat
gagal ginjal kronis, dapat mengetahui cara membuat rencana tindakan
keperawatan yang akan dilakukan pada pasien dengan gagal ginjal kronis,
dan dapat mengetahui intervensi keperawatan dan mengevaluasi pasien
dengan gangguan sistem perkemihan akibat gagal ginjal kronis.
1.3 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dari makalah yang kami susun adalah
sebagai berikut:
1. Manfaat pengetahuan
Menambah keragaman ilmu pengetahuan bagi dunia keperawatan
umumnya, khususnya adalah keperawatan medical bedah.
2. Manfaat pendidikan
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal
lanjut secara bertahap (Doenges, 1999; 626)
Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu
mempertahankan lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan
pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada kebanyakan individu transisi dari sehat
ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat lamban dan menunggu
beberapa tahun. (Barbara C Long, 1996; 368)
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana
kemampuan
tubuh
gagal
untuk
mempertahankan
metabolisme
dan
ginjal
kronis
adalah
kegagalan
fungsi
ginjal
untuk
dapat mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan dari luar
ginjal.
1. Penyakit dari ginjal
a.
penyakit pada saringan (glomerulus) : glomerulonefritis
b.
infeksi kuman : pyelonefritis, ureteritis
c.
batu ginjal : nefrolitiasis
d.
kista di ginjal : polcystis kidney
e.
trauma langsung pada ginjal
f.
keganasan pada ginjal
g.
sumbatan : tumor, batu, penyempitan/striktur
2. Penyakit umum di luar ginjal
a.
penyakit sistemik : diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol tinggi
b.
dyslipidemia
c.
infeksi di badan : tbc paru, sifilis, malaria, hepatitis
d.
preeklamsi
e.
obat-obatan
f.
kehilangan banyak cairan yang mendadak ( luka bakar )
2.3 Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume
filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan
penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk
berfungsi sampai dari nefronnefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut
menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis
osmotik disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak
oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejalagejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas
kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada
tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai
15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan
produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia
membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga
stadium yaitu:
Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)
Di tandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum
Nitrogen (BUN) normal dan penderita asimtomatik.
Stadium 2 (insufisiensi ginjal)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo
filtration Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum
Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai
meningklat melabihi kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan
poliuri.
Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia).
Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo
filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau
kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen
meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri. (Price, 1992: 813-814)
2.4 Manifestasi Klinis
Karena pada gagal ginjal kronis setiap sisem tubuh dipengaruhi oleh
kondisi uremia, maka pasien akan memperhatikan sejumlah tanda dan gejala.
Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan
ginjal, kondisi lain yang mendasari, dan usia pasien.
Manifestasi kardiovaskuler, pada gagal ginjsl kronis mencakup
hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi system renninangiotenin-aldosteron), gagal jantung kongestif, dan edema pulmoner (akibat
cairan berlebihan), dan perikarditis (akibat iritasi pada lapisan pericardial oleh
toksin uremik).
Gejala dermatologi yang sering terjadi mencakup rasa gatal yang
parah (pruritis). Butiran uremik, suatu penumpukan kristal urea di kulit, saat
ini jarang terjadi akibat penanganan dini dan agresif terhadap penyakit ginjal
Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat
b.
dan
obstruksi
saluran
kemih.
Perbandingan
ini
berkurang ketika ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah
c.
d.
dieresis
Hipokalemia dan hiperfosfatemia: terjadi karena berkurangnya sintesis
e.
f.
g.
h.
i.
ginjal.
2. Radiology
Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal
(adanya batu atau adanya suatu obstruksi). Dehidrasi karena proses
diagnostic akan memperburuk keadaan ginjal, oleh sebab itu penderita
diharapkan tidak puasa.
3. IIntra Vena Pielografi (IVP)
Untuk menilai system pelviokalisisdan ureter.
4. USG
Untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal,
kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter
proksimal, kandung kemih dan prostat.
5. EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia)
2.6 Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan pada gagal ginjal kronik adalah untuk
mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis selama mungkin. Semua
factor yang berperan dalam terjadinya gagal ginjal kronik dicari dan diatasi.
Adapun penatalaksanaannya yaitu : Penatalaksanaan konservatif,
Meliputi pengaturan diet, cairan dan garam, memperbaiki ketidakseimbangan
elektrolit dan asam basa, mengendalikan hiperensi, penanggulangan asidosis,
pengobatan
neuropati,
deteksi
dan
mengatasi
komplikasi.
Dan
gagal
ginjal
pada
keseluruhan
akan
dapat
meninggikan Hb. Transfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi
yang kuat, missal pada adanya insufisiensi koroner.
4. Koreksi asidosis.
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus
dihindari. Natrium bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral.
Hemodialisis dan dialysis peritoneal dapat juga mengatasi asidosis
5. Pengendalian hipertensi
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan vasodilator
dilakukan. Mengurangi intake garam dalam mengendalikan hipertensi
harus hati-hati karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi natrium.
6. Transplantasi ginjal
Dengan pencangkokan ginjal yang sehat ke pasien GGK, maka
seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru.
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN GAGAL GINJAL KRONIS (GGK)
11
1.
Identitas
Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap, tempat tanggal
lahir, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
suku/bangsa, golongan darah, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian,
No. RM, diagnose medis, dan alamat.
Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin,
agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien, dan alamat.
2.
Keluhan utama
Kapan keluhan mulai berkembang, bagaimana terjadinya,
apakah secara tiba-tiba atau berangsur-angsur, apa tindakan yang
dilakukan untuk mengurangi keluhan, obat apa yang digunakan.
Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, mulai dari
urine output sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai
penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah,
mulut terasa kering, rasa lelah, napas berbau ( ureum ), dan gatal pada
kulit.
3.
4.
12
6.
Riwayat Psikososial
Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya tindakan
dialysis akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada
gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan
pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan, gangguan
konsep diri (gambaran diri) dan gangguan peran pada keluarga.
7.
lingkungan
tempat
tinggal
klien,
mengenai
13
kondisi
uremia
berat
tindakan
auskultasi
akan
darah,
biasanya
dari
saluran
GI,
kecenderungan
4. System Neuromuskular
Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral,
seperti perubahan proses berfikir dan disorientasi. Klien sering
didapatkan adanya kejang, adanya neuropati perifer, burning feet
syndrome, restless leg syndrome, kram otot, dan nyeri otot.
5. Sistem Kardiovaskuler
Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau
peningkatan aktivitas system rennin- angiostensin- aldosteron. Nyeri
dada dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi pericardial, penyakit
jantung koroner akibat aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal
jantung akibat penimbunan cairan dan hipertensi.
6. Sistem Endokrin
Gangguan seksual : libido, fertilisasi dan ereksi menurun pada
laki-laki akibat produksi testosterone dan spermatogenesis yang
14
ini dapat
Intervensi
Kaji status cairan :
a. Timbang berat badan
Rasional
Pengkajian merupakan dasar dan
data dasar berkelanjutan untuk
harian
b. Keseimbangan masukan
dan pengeluaran
c. Turgor kulit dan adanya
edema
d. Distensi vena leher
e. Tekanan darah, denyut
dan irama nadi
Batasi masukan cairan
Identifikasi sumber
potensial cairan :
a. Medikasi dan cairan
16
terhadap terapi
intravena
b. Makanan
Jelaskan pada pasien dan
keluarga rasional
pembatasan
menghadapi ketidak
nyamanan dalam
pembatasan cairan
Pemahaman meningkatkan
kerjasama pasien dan keluarga
furosemide, spironolakton,
diet.
hidronolakton
Adenokortikosteroid,
golongan prednisone
Lakukan dialisis
17
Rasional
Menyediakan data dasar untuk
memantau perubahan dan
mengevaluasi intervensi
antopometrik
c. Nilai laboratorium
(elektrolit seru, BUN,
kreatinin,
protein,transferin, dan
kadar besi)
Kaji pola diet nutrisi pasien:
a.
Riwayat diet
b.
Makanan kesukaan
c.
Hitung kalori
menyusun menu
Kaji faktor yang berperan
dalam merubah masukan
nutrisi :
a. Anoreksia, mual, atau
muntah
b. Diet yang tidak
menyenangkan bagi
pasien
c. Depresi
d. Kuran memahami
pembatasan diet
e. Stomatitis
Menyediakan makanan
kesukaan pasien dalam
batas-batas diet
rendah natrium,
menyenangkan selama
waktu makan
pertumbuhan jaringan
anoreksia dihilangkan.
Kaji bukti adanya masukan
nutris
Masukan protein yang tidak
adekuat dapat menyebabkan
albumin serum
20
Monitor lipatan kulit dan area Area-area ini sangat mudah terjadinya
yang edema
injuri
bersih
Kolaborasi :
Berikan pengobatan
antipruritis sesuai pesanan.
dan elektrolit
c. Retensi produk sampah
d. Depresi
Tingkatkan kemandirian dalam
aktivitas perawatan diri yang Meningkatkan aktivitas ringan/sedang
dapat ditoleransi, bantu jika
dan memperbaiki harga diri
21
keletihan terjadi
Anjurkan aktivitas alternative
sambil istirahat
Intervensi
Rasional
Kaji perubahan dari gangguan Menentukan bantuan individual dalam
persepsi dan hubungan dengan
pemilihan intervensi
a.
Rasional
Merupakan instruksi dasar untuk
konsekuensinya dan
lanjut
penanganannya :
Penyebab gagal ginjal
23
b.
c.
pasien
Pengertian gagal ginjal
Pemahaman mengenai
d.
fungsi renal
Hubungan antara cairan,
pembatasan diet dengan
e.
gagal ginjal
Rasional penanganan
(hemodialisis, dialysis
peritoneal, transplantasi)
mengidentifikasi cara-cara
untuk memahami berbagai
perubahan akibat penyakit dan
penanganan yang
mempengaruhi hidupnya
Sediakan informasi baik tertulis
tepat tentang :
Fungsi dan kegagalan renal
Pembatasan cairan dan diet
Medikasi
Melaporkan masalah, tanda
dan gejala
e.
Jadwal tindak lanjut
f.Sumber di komunitas
g.
Pilihan terapi
24
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan
irreversibel, dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia
(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)
Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti yang paling baik,
akan tetapi mempunyai beberapa kendala seperti keterbatasan donor, biaya
mahal, efek samping obat-obatan imunosupresi dan rejeksi kronik yang
belum bisa diatasi. Keuntungan transplantasi ginjal ialah menghasilkan
rehabilitas paling baik dibandingkan dialysis.
4.2 Saran
Diharapkan makalah ini bisa memerikan masukan bagi rekan- rekan
mahasiswa calon perawat, sebagai bekal untuk dapat memahami mengenai
penyakit gagal ginjal kronis menjadi bekalkan dalam pengaplikasian dan
praktik bila menghadapi kasus yang kami bahas ini.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang............................................................................... 1
1.2
Tujuan Penulisan............................................................................ 2
1.3
Manfaat Penulisan...........................................................................2
Definisi........................................................................................ 4
2.2
Etiologi........................................................................................ 4
2.3
Patofisiologi..................................................................................5
2.4
Manifestasi Klinis...........................................................................6
2.5
Pemeriksaan Diagnostic....................................................................8
2.6
Penatalaksanaan Medis...................................................................10
Pengumpulan data.........................................................................12
3.2
Diagnosa Keperawatan...................................................................16
3.3
Perencanaan Keperawatan...............................................................16
BAB IV PENUTUP
4.1
Kesimpulan.................................................................................26
4.2
Saran......................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA
27