Anda di halaman 1dari 9

MULTIKULTURALISME NOVEL ARUNA DAN LIDAHNYA KARYA

LAKSMI

PAMUNTJAK

SEBAGAI

BAHAN

PEMBELAJARAN

SASTRA DI SMA DAN MODEL PEMBELAJARANNYA.


Oleh
Ipah Kolifah
NPM. 882010111054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS WIRALODRA INDRAMAYU
2015

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Karya sastra merupakan

hasil

kreasi

pengarang

yang

kehadirannya tidak jarang memberikan pencerahan bagi masyarakat dalam


merengkuh kehidupan. Sebagai refleksi pengarang atas fenomena di
sekitarnya, tidak sedikit pula karya sastra memberikan kekayaan batin
bagi pembaca. Melalui novel misalnya, secara tidak langsung pembaca
dapat merasakan, menghayati, dan menemukan permasalahan kehidupan
yang ditawarkan pengarang. Itulah sebabnya, banyak karya sastra yang
mampu melontarkan wacana yang tanpa disadari telah mempengaruhi
pandangan masyarakat pembaca.
Salah satu fenomena yang akhir-akhir ini mencuat dalam ke
hidupan masyarakat dan tak terkecuali dalam khazanah sastra adalah multikulturalisme. Dalam khazanah sastra Indonesia dimensi multikultural
tampak pada beberapa karya
Seiring

mulai

sastra yang terbit pada dekade 1980-an.

dengan semakin populernya

istilah multikulturalisme,

maka

multikulturalisme akhir-akhir ini sering di bicarakan dalam berbagai forum


ilmiah, terlebih dengan adanya upaya-upaya rekonsiliasi nasional dalam
rangka mencegah disintegrasi bangsa.
Sastra berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku intruksi
atau pengajaran ; misalnya silpasatra, buku arsitektur; kamasastra, buku
oetunjuk mengenai seni cinta. Awalan su- berarti baik, indah sehingga
sastra dapat dibandingkan dengan belles-lettres. Nampaknya tidak terdapat
dalam bahasa Sanskerta dan Jawa Kuno (Gonda 1952; Zoetmulder, 1998), jadi

susastera adalah ciptaan jawa dan/atau Melayu yang timbul kemudian (Teeuw
2003; 21).
Karya sastra merupakan interpretasi pengarang atas lingkungan
sosial yang dihadapinya dan ditangkap oleh pembaca dengan interpretasi
pula.

Dalam

menginterpretasi

karya

sastra,

pembaca

menggunakan

perspektifnya berdasarkan horison harapannya. Oleh karena itu, tanpa


mengikut sertakan aspek kemasyarakatannya yakni tanpa memandangnya
sebagai tindak komunikasi atau sebagai tanda, sastra tidak dapat dipahami
secara ilmiah (Teeuw,1984: 43).
Menurut rumusan pratt, karya sastera adalah context-dependent
speech event, peristiwa ujaran yang bergantung pada konteks. Sebelum kita
mennghadapi karya sastera kita harus siap secara mental, harus tahu, lewat
berbagai petunjuk konvensi sosial, bahwa kita menghadapi karya sastera yang
dalam masyarakat kita dianggap sastera, digolongkan dalam kategori
pemakaian bahasa yang khas (Teeuw, 2003: 79).
Pandangan bahwa bahasa sastera adalah bahasa yang khas sudah
tersebar luas; khususnya puisi dianggap umum menunjukkan pemakaian
bahasa yang spesial yang hanya dimanfaatkan oleh penyair; pemakaian bahasa
itu dianggap menyimpang dari bahasa sehari-hari dan bahasa yang normal
(Teeuw, 2003; 59).
Sastera sebagai tindak komunikasi atau gejala semiotik yaitu
sebagai sistem komunikasi tanda (sign), bahasa adalah sistem tanda; dan tanda
merupakan kesatuan antara dua aspek yang tak terpisahkan satu sama lain:
signifiant (penanda) dan signifie (petanda); signifiant adalah aspek formal atau
bunyi pada tanda itu, sedangkan signifie adalah aspek kemaknaan atau

konseptual; tetapi signifiant tidak identik dengan bunyi dan signifie bukanlah
denotatum, jadi hal atau benda dalam kenyataan yang diacu oleh tanda itu;
secara konkret tanda burung tidak sama dengan bunyi fisik dan tidak pula
dengan binatang dalam kenyataan.
Berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan
kehidupan yang kompleks pada zaman nya diungkapkan dalam karya sastra.
Sebagai

refleksi

mendramatisasikan

atas

realitas

hubungan

di

sekitarnya,

antarmanusia

karya

dengan

sastra

segala

lazim

dinamika,

dialektika dan romantikanya..Karena itu, karya sastra periode Balai Pustaka


berbeda dengan Angkatan 1945, demikian pula Angkatan 1966 tidak sarna
dengan Angkatan 2000, baik dari segi konsepsi estetik, ekspresi maupun
tema-tema yang dikandungnya.
Lahirnya karya sastra pada tiap angkatan tersebut tidak terlepas
dari ideologi pengarang. Ideologi dalam karya sastra lebih diartikan sebagai
ga gasan dan pandangan hidup pengarang yang berkaitan dengan latar
belakang sosial budaya dan situasi yang melahirkannya. Demikian pula
munculnya beberapa karya sastra mutakhir yang mengungkapkan dimensi
multikultural di jagat sastra Indonesia

pada sekitar dua dekade terakhir

tidak terlepas pula dari ideologi pengarang

yang merupakan refleksi atas

fenomena yang berkembang di sekitamya.


Kebudayaan adalah pemahaman perasaan suatu bangsa yang
kompleks, meliputi pengetahuan (knowledge), kepercayaan seni moral hukum
adat istiadat/kebiasaan dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota
masyarakat. Menurut (Ernest L. Schusky & T. Patrick Culbert, 1987 ,

introducing Culture, New Jersey: prentice-Hall, Inc. Halaman 4-5). Dalam


Teeuw, (2012 :5).
Lebih lanjut, perlu diketahui bahwa kebudayaan menurut
(Koentjaraningrat, 1990; 9) dalam Ismawati, (2012 : 4) adalah keseluruhan
gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta
keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu.
Walaupun multikulturalisme itu telah digunakan oleh pendiri
bangsa Indonesia untuk mendesain kebudayaan bangsa Indonesia, tetapi pada
umumnya orang Indonesia masa kini multikulturalisme adalah sebuah konsep
asing. Konsep multikulturalisme tidaklah dapat disamakan dengan konsep
keanekaragaman secara suku-bangsa atau kebudayaan suku-bangsa yang
menjadi ciri masyarakat majemuk, karena multikulturalisme menekankan
keanekaragaman

kebudayaan

dalam

kesederajatan.

Ulasan

mengenai

multikulturalisme mau tidak mau juga akan mengulas berbagai permasalahan


yang mendukung ideologi ini, yaitu politik dan demokrasi, keadilan dan
penegakkan hukum, kesempatan kerja dan berusaha, HAM, hak budaya
komuniti dan golongan minoritas, prinsip-prinsip etika dan moral, dan tingkat
serta mutu produktivitas.
Beberapa karya

sastra

yang

mengungkapkan

dimensi

multikultural antara lain: karya-karya Laksmi Pamuntjak misalnya: Novel


Aruna & Lidahnya karya Laksmi Pamuntjak. Aruna
merniliki

posisi tersendiri

karena pengalaman

dalam

khazanah

sastra Indonesia mutakhir

dan wawasan internasionalnya

Pamuntjak dalam Aruna & Lidahnya terlihat piawai

Aruna & Lidahnya

yang luas, Laksmi

melontarkan

gagasan

multikulturalisme dalam jalinan cerita menarik, bahkan terkadang

terasa

rnenggelitik dan rnengiris tajam intelektualitas pembaca.


Berdasarkan alasan dan pemikiran itulah, maka tulisan ini dibuat
untuk menganalisis dimensi multikultualisrne dalarn novel Aruna &
Lidahnya karya Laksmi Pamuntjak Perrnasalahannya bagaimana wujud dan
makna dimensi multikultural dalam Aruna & Lidahnya karya Laksmi
Pamuntjak.
CATATAN:
1) BANYAK

ISI

(PARAGRAF)

YG

TIDAK

BERHUBUNGAN

LANGSUNG DENGAN MASALAH.


2) KEMUKAKAN ADANYA MASALAH, MISALNYA
a. MASALAH DALAM APRESIASI SASTRA
b. MASALAH KAJIAN SASTRA
c. MASALAH MULTIKULTURALISME DALAM KEHIDUNGAN
BERBANGSA/BERNEGARA, DAN PENDIDIKAN,
d. KAITAN
MULTIKULTURALISME
DENGAN
e.

(NOVEL)
PENTINGNYA

SASTRA

PEMBELAJARAN

YANG

DISANGKUTPAUTKAN DENGAN MULTIKULTURALISME


f. MASALAH PEMBELAJARAN LAINNYA (MENYANGKUT
BAHAN, METODE, GURU, SISWA, DSB.)
3) JARAK ANTARKATA CUKUP SATU KETUKAN SPASI, MASIH
BANYAK YANG RENGGANG
1.2 Identifikasi Masalah
1. Bagaimana misinformasi seputar politik kesehatan masyarakat

pada

Aruna & Lidah karya Laksmi Pamuntjak ?


2. Bagaimanakah kisah perjalanan cinta aruna tokoh utama dalam Aruna &
Lidah karya Laksmi Pamuntjak ?
3. Bagaimana kuliner di berbagai kota dan negara lainnya yang terdapat
dalam novel Aruna & Lidah karya Laksmi Pamuntjak ?

4. Bagaimana kisah pertemanan dalam novel Aruna & Lidah karya Laksmi
Pamuntjak ?
5. Bagaimana gambaran korupsi, agama, sejarah lokal dan realita sosial pada
novel Aruna & Lidah karya Laksmi Pamuntjak ?
6. Bagaimana Multikultural pada novel Aruna & Lidah karya Laksmi
Pamuntjak ?
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan Identifikasi Masalah di atas, maka penulis membatasi masalah
yang akan di analisis, batasan masalah yang telah di batasi yaitu;
1. Bagaimana Multikultural pada novel Aruna & Lidah karya Laksmi
Pamuntjak ?
2. Bagaimana kuliner di berbagai kota dan negara lainnya yang terdapat
dalam novel Aruna & Lidah karya Laksmi Pamuntjak ?
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dibahas dalam penelitian ini
mengenai multi-kulturalisme dalam novel Aruna & Lidah karya Laksmi
Pamuntjak.
Supaya lebih memudahkan peneliti dalam menganalisis Multi-kultural dalam
novel Aruna & Lidah karya Laksmi Pamuntjak., dapat dirumuskan sub
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Multikultural pada novel Aruna & Lidah karya Laksmi
Pamuntjak ?
2. Bagaimana kuliner di berbagai kota dan negara lainnya yang terdapat
dalam novel Aruna & Lidahnya karya Laksmi Pamuntjak ?
1.5 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan permasalahan yang dikemukakan, tujuan penelitian ini
adalah untuk rnendeskripsikan wujud dan makna

dimensi

multikultural

dalam novel Aruna & Lidah karya Laksmi Pamuntjak. Mengingat subjek
penelitian ini adalah karya sastra (novel) yang dipandang
komunikasi

tanda,

dan

setiap tanda

itu memiliki

sebagai sistem
makna,

maka

pendeskripsian wujud dan makna dimensi multikultural


Lidahnya ini dilakukan secara

serempak

dalam

dalam Aruna &

ketergayutan sebagai

hasil penelitian dan pengkajian.


1.6 Manfaat Penelitian
Adapun fanfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:
1. Dapat meningkatkan pengetahuan peneliti tentang dimensi multikultural
dalam novel Aruna & Lidahnya karya Laksmi Pamuntjak.
2. Dapat menjadi bahan pembelajaran dalam usaha memahami karya sastra.
3. Diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi peneliti sastra
selanjutnya, khususnya penelitian yang menggunakan pendekatan analisis.
1.7 Definisi Oprasional
Berikut ini penulis jelaskan kata-kata pokok yang ada dalam judul penelitian
agar terjadi pemahaman makna yang sama.
1. Analisis adalah mengurai karya sastra atas unsur-unsurnya untuk
memahami pertaliannya (Depdikbud, 1988:32). Dalam penelitian ini
analisis berarti melakukan penguraian terhadap nilai multikulturalisme
novel Aruna & Lidahnya karya Laksmi Pamuntjak yang meliputi kekayaan
kulinernya.
2. Novel adalah salah satu bentuk karya sastra yang menyuguhkan tokohtokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa secara tersusun. Namun,
jalan ceritanya dapat menjadi suatu pengalaman hidup yang nyata, dan
lebih dalam lagi novel mempunyai tugas mendidik pengalaman batin
pembaca atau pengalaman manusia.
3. Multikulturalisrne merupakan suatu

paham

yang

memandang

keanekaragaman budaya sebagai realitas fundamental dalam


masyarakat. Sikap membuka diri untuk menjalani kehidupan
dengan menerima dan memahami
hidup

yang tidak dapat dihindari.

pluralitas

kehidupan
bersama

sebagai keniscayaan

Banyak

definisi

mengenai

multikulturalisme,

diantaranya

multikulturalisme pada dasarnya adalah pandangan dunia -yang kemudian


dapat di terjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang
menekankan tentang penerimaan terhadap realitas keragaman, pluralitas,
dan

multikultural

yang

terdapat

dalam

kehidupan

masyarakat.

Multikulturalisme dapat juga dipahamni sebagai pandangan dunia yang


kemudian diwujudkan dalam politics of recognition (Azyumardi Azra,
2007). Lawrence Blum mengungkapkan bahwa multikulturalisme
mencakup suatu pemahaman, penghargaan dan penilaian atas budaya
seseorang, serta penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis
orang lain. Berbagai pengertian mengenai multikulturalisme tersebut dapat
disimpulkan

bahwa

inti

dari

multikulturalisme

adalah

mengenai

penerimaan dan penghargaan terhadap suatu kebudayaan, baik kebudayaan


sendiri maupun kebudayaan orang lain. Setiap orang ditekankan untuk
saling menghargai dan menghormati setiap kebudayaan yang ada di
masyarakat.Apapun bentuk suatu kebudayaan harus dapat diterima oleh
setiap orang tanpa membeda-bedakan antara satu kebudayaan dengan
kebudayaan yang lain.

Anda mungkin juga menyukai