Anda di halaman 1dari 19

SAMPAH ELEKTRONIK ( E-WASTE )

INDONESIA
Nurul Aisyah Salman
D521 12 270

http://www.republika.co.id/berita/trendtek/elektronika/13/12
/25/mycihl-ancaman-sampah-elektronik-pada-2017

http://green.kompasiana.com/pol
usi/2011/02/22/sampahelektronik-dibuang-kemana341924.html

http://palembang.tribunne
ws.com/2015/03/26/ada-193
00-ton-sampah-elektronikdari-2000-industri-di-ind
onesia

Keberadaan e-waste yang berbahaya menjadikannya dikategorikan


sebagai bahan beracun dan berbahaya atau B3. Saat ini E Waste
merupakan isu global yang keberadaannya berpotensi menimbulkan
masalah diberbagai belahan dunia, terutama di negara-negara
berkembang. Menurut Widmer et al (2005) hal ini disebabkan selain
sebagai masalah yang muncul E Waste juga sebagai peluang bisnis
yang meningkat secara signifikan mengingat volume E Waste yang
dihasilkan dan kandungan bahan yang didalamnya yang terdiri dari
bahan beracun dan bahan berharga.

Masalah

Di negara-negara maju, pemerintah telah menerapkan berbagai


peraturan untuk mengelola sampah eletronik, misalnya melalui
aturan yang mengharuskan produsen melakukan penarikan barangbarang elektronik yang diproduksi dan program-program
pengumpulan sampah elektronik. Menurut Hanafi et al (2011),
sebagai contoh di Jerman telah memiliki organisasi bantuan
lingkungan dimana sejak delapan tahun lalu bersama perusahaan
yang bergerak dibidang telekomunikasi Jerman, sudah memulai aksi
pengumpulan telepon seluller bekas. Aksi ini ternyata sangat
menguntungkan karena dapat menghemat bahan baku yang semakin
langka. Masih menurut Hanafi et al (2011) sedangkan di negara
Amerika sudah mempunyai peraturan yang tidak memperbolehkan
penduduknya untuk membuang komputer bekas (E Waste) di tempat
pembuangan sampah.

Masalah

Di Indonesia barang-barang secondhand (bekas) elektronik,


peralatan elektronik atau elektronik diperbaharui atau rekondisi
dibuat dari komponen E Wastedapat bermanfaat bagi masyarakat
berpenghasilan rendah yang tidak mampu untuk membeli yang baru.
Mereka juga mempertimbangkan keuntungan dari menggunakan
jenis elektronik untuk menghasilkan pendapatan pada keterampilan
dengan modal yang rendah. Definisi yang tidak jelas tentang EWastejuga akan mengakibatkan tidak diperlukan biaya pengelolaan
yang tinggi dan adanya kesempatan untuk memanfaatkan limbah dan
produk bekas.

Masalah

Komposisi Sampah di Kota-kota besar


Indonesia

Jalur E-Waste Dunia

Indonesia pada tahun 2007 diproduksi lebih dari 3 milyar unit


peralatan elektronik rumah tangga dan perlengkapan IT. Pada tahun
yang sama, konsumsi tahunan televisi mencapai 4,3 juta unit sementara
kulkas mencapai 2,1 juta unit dan AC dan mesin cuci masing-masing
mencapai 900.000 unit. Berdasarkan data yang diberikan oleh Asosiasi
Telepon Seluler Indonesia, ada sekitar 180 juta pengguna telepon selular
di Indonesia sampai 2010 dan jumlahnya semakin meningkat.
Disebutkan bahwa Indonesia adalah sebagai salah satu konsumen
terbesar dari peralatan elektronik rumah tangga di Asia. Dari data
tersebut dapat dibayangkan pada tahun mendatang di Indonesia akan
mengalami boomingE Waste. Data ini belum termasuk jumlah E Waste
yang masuk ke Indonesia dari negara maju secara ilegal. Sementara itu
sikap dan perilaku konsumen menurut Lim (2010) dalam membeli
barang-barang elektronik menjadi lebih tinggi dan mengabaikan untuk
mengembalikan barang-barang elektronik yang sudah menjadisampah
kembali ke produsennya.

Data

Peta Recycling Ewaste dunia

Dari hasil survey pendahuluan yang dilakukan oleh BCRC-SEA Jakarta pada
tahun 2007 dibandingkan dengan berkembang lainnya di Asia Tenggara,
kesadaran akan permasalahan E Waste di Indonesia relatif masih tertinggal.
Pertemuan antar institusi terkait antara lembaga pemerintahan dalam membahas
tentang E Wastemasih sangat lemah.
Perilaku masyarakat di negara berkembang yang buruk terhadap E Waste
menyebabkan E Waste tidak ditemukan di tempat sampah. Perpanjangan
aliran E Waste dilakukan masyarakat negara berkembang dengan melakukan
praktek-praktek informal ini dapat menimbulkan dampak negatif terhadap
kesehatan dan lingkungan utamanya nilai estetika kota.
Menurut Damanhuri dan Sukandar (2006), permasalahan E Wastedi Indonesia
tidak hanya melibatkan sektor formal saja, tetapi terungkap bahwa peran sektor
informal sangat besar. Hal ini disebabkan istilah E- Waste masih belum akrab
bagi kebanyakan orang di Indonesia.

Data

Belum ada data khusus terkait jumlah sampah elektronik


yang dihasilkan oleh setiap kota di Indonesia, namun
secara umum jumlah sampah elektronik tersebut
meningkats etiap tahunnya

Data

Istilah sampah elektronik (e-waste) secara umum didefinisikan


barang atau peralatan elektrik dan elektronik yang sudah
usang, telah berakhir daur hidupnya dan tidak lagi
memberikan nilai atau manfaat bagi pemiliknya (UNEP web,
2007). Sampah elektronik dunia bertambah sekitar 40 juta ton
per tahun (UNEP, 2007). Amerika Serikat adalah produsen
sampah elektronik terbanyak mencapai 3 juta ton, diikuti
Cina dengan jumlah 2,3 juta ton.

Pengertian E-waste

Sedangkan menurut hasil penelitian Fishbein (2002);Scharnhorst et al (2005),


didalam komponen penyusun barang-barang elektronik ditemukan bahan toksik
antara lain arsenik, berilium, kadmium dan timah diketahui sangat presisten dan
sebagai substansi bioakumulasi. Apabila selama proses perbaikan dan daur ulang
dari E Waste tidak terkendali maka beberapa bahan kimia tersebut dapat terlepas
ke lingkungan karena bentuknya yang relatif kecil sehingga untuk dampak
pembuangannya diabaikan. Namun dengan pertumbuhannya yang sangat cepat
maka dampak yang ditimbulkan sangat signifikan terhadap kesehatan dan
lingkungan.
Berbagai penelitian telah dilakukan terkait dengan dampak E waste terhadap
lingkungan dan kesehatan terutama di negara berkembang. Karena praktek daur
ulang yang dilakukan oleh sektor informal di negara berkembang tidak
menggunakan standar daur ulang yang berlaku. Hal ini menjadi berbahaya
karena E waste termasuk kedalam kategori limbah beracun dan berbahaya
(B3).

Kandungan E-waste

Sampah elektonik (Meidina, 2010; Pilane, 2006; Stanley 2007)


tersebut mengandung berbagai komponen, baik yang memiliki nilai
ekonomis maupun potensi ancaman bagi kesehatan dan lingkungan
hidup. Logam besi merupakan komponen utama dari sampah
elektronik peralatan rumah tangga dan peralatan TIK, yang berkisar
antara 29 % - 43% dari bobot sampah elektronik, diikuti plastik
(12- 37%) tembaga (4-17%), dan aluminium (5-14%). Logam
bukan besi yang bisa ditemukan pada sampah elektronik antara lain
tembaga, aluminium dan logam mulia seperti perak, emas, platinum,
paladium. Komposisi sampah elektronik tersebut menunjukkan
adanya potensi yang sangat besar untuk dapat mengambil kembali
(recover) bahan-bahan berharga tersebut dari sampah elektronik.
Bagi perkotaan, keberadaan sampah elektronik ini memicu
turunnya nilai estetika dan tingkat kesehatan suatu kota

Dampak E-Waste

Terkait dengan masalah E-waste di Indonesia ini, maka solusi


yang dapat dilakukan meliputi;
Penyediaan TPA khusus sampah elektronik di Indonesia
Mengaudit jenis sampah elektronik, Contohnya, pihak LHK Indonesia
bekerja sama dengan perusahaan komputer Dell untuk menarik
sampah elektronik, khususnya komponen komputer tak terpakai.
Perbaikan manajemen pengelolaan sampah elektronik
Pengendalian jalur impor alat-alat elektronik

Solusi

https://leeyonardoisme.wordpress.com/portfolio/sampah-elektr
onik-e-waste-di-indonesia/
http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2013/11/131105_ling
kungan_polusi
https://advendy.wordpress.com/tag/sampah-elektronik/
http://www.dw.de/ghana-sebagai-tempat-sampah-elektronik-du
nia/a-17353486
http://www.hijauku.com/2013/06/15/menguak-bisnis-sampah-ele
ktronik-di-asia-pasifik/
http://advokat.blogger.or.id/tki-dan-hubungan-industrial/
http://www.mongabay.co.id/2013/02/02/sampah-elektronik-bert
ambah-40-setiap-tahun-di-dunia/

Referensi

http://berandainovasi.com/mau-dibawa-kemana-sampah-elektronik-e
-waste/
https://www.selasar.com/kreatif/sampah-elektronik-masalah-atau-pel
uang-baru
http://www.republika.co.id/berita/trendtek/elektronika/13/12/25/my
cihl-ancaman-sampah-elektronik-pada-2017
http://palembang.tribunnews.com/2015/03/26/ada-19300-tonsampah-elektronik-dari-2000-industri-di-indonesia
http://edisicetak.joglosemar.co/berita/catatan-workshop-media-unepbagian-i-sampah-elektronik-mengancam-dunia-10725.html
http://medialingkungan.com/index.php/component/k2/item/292indonesia-masih-lemah-dalam-pengolaan-sampah-elektronik
http://djakarta.id/sampah_elektronik_berita132.htm l

Referensi

Anda mungkin juga menyukai