Menyenangkan
Berguna
Memuaskan
Menguntungkan
Menarik
Keyakinan
Ada dua pendapat mengenai nilai. Pendapat pertama mengatakan bahwa nilai itu
objektif, sedangkan kedua adalah nilai itu subjektif. Menurut aliran idealisme, nilai
itu objektif, ada pada setiap sesuatu. Tidak ada yang diciptakan di dunia tanpa ada
suatu nilau yang melekat di dalamnya. Dengan demikian, segala sesuatu ada nilainya
dan bernilai bagi setiap manusia.
Pendapat lain menyatakan bahwa nilai suatu bjek terletak pada subjek yang
menilainya. Misalnya, air menjadi sangat bernilai daripada emas ketika seseorang
tengah terjebak di padang pasir yang tandus.
Diluar kedua pendapat itu, ada pendapat lain yang menyatakan adanya nilai
ditentukan oleh subjek yang menilai dan ibjek yang dinilai. Sebelum ada subjek yang
menilai onjek itu tidak bernilai. Inilah ajaran yang berusaha menggabungkan antara
aliran subjektivisme dan objetivisme.
Menurut Bambang Daroeso, nilai memiliki ciri sebagai berikut:
a. Suatu realitas yang abstrak
b. Normatif
c. Berfungsi sebagai daya dorong manusia
Nilai itu ada atau riil dalam kehidupan manusia. Misal manusia mengakui ada
keindahan. Akan tetapi keindahan sebagai nilai adalah abstrak yang dapat diindra
adalah onjekyang memiliki nilai keindahan itu
Nilai merupakan sesuatu yang diharapkan oleh manusoa. Nilai meripakan sesuatau
yang baik yang dicitakan manusia. Contoh, semua manusia mengharapkan keadilan.
Keadilan bersifat normatif.
Nilai menjadikan manusia terdorong untuk melakukan tindakan agar harapan itu
terwujud dalam kehidupannya. Nilai diharapkan manusia sehingga terdorong
manusia berbuatnya. Misal siswa menginginkan kepandaian. Maka siswa melakukan
berbagai kegiatan agar menjadi pandai.
Contoh nilai adalah keindahan, keadilan, kemanusiaan, kesejahteraan, kearifan,
keagungan, kebersihan,kerapian, keselamatan, dan sebaginya. Dalam kehidupan ini
banyak sekali nilau yang melingkupi kita. Nilai yang beragam dapat diklasifikasikan
ke dalam macam atau jenis nilai. Ada tigga macam nilai yaitu:
a. Nilai materil yaitu sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia
b. Nilai vital yakni sesuatu yang berguna bagi manusia unguk dapat melaksanakan
kegiatan
c. Nilai kerohanian:
1) Nilai kebenaran bersumber pada akal pikir manusia
2) Nilai estetika
3) Nilai kebaikan atau moral bersumber pada kehendak keras
4) Nilai religius
Moral berasal dari kata latin mores yang berarti adat kebiasaan. Kata mores ini
mempunyai sinonim mos, moris, manner mores, atau manners, morals.
Dalam bahasa indonesia, kata moral berarti akhlak (Bahasa Arab) atau kesusilaan
yang mengandung makna tatatertib batik atau tata tertib hati nurani yang menjadi
pembimbing tingkkah laku batin dalam hidup. Kata moral ini dalam bahasa Yunani
sama dengan ethos yang menjadi etika. Secara etimologis, etika adalah ajaran tentang
baik buruk yang diterima masyarakat umum tentang sikap, perbuatan, kewajiban, dan
sebagainya
Dari berberapa pendapat diatas, istilah moral dapat dipersamakan dengan istilah etika,
etik, akhlak, kesusilaan, dan budi pekerti..
Dalam filsafat nilai secara sederhana dibedakan menjadi 3 jenis
a. Nilai logika
b. Nilai etika
c. Nilai estetika
Nilai etik adalah nilai tentang baik buruk yang berkaitan dengan perilaku manusia.
Jadi, kalau kita mengatakan etikaorang itu buruk, bukan berarti wajahnya buruk, tetapi
memnunjukan perilaku orang itu buruk
Selain etika, kita mengenal pula estetika. Estetika merupakan nilai yang berkaitan
dengan keindahan , penampilan fisik, dan keserasian dalam hal penampilan.
2. Norma sebagi perwujudan dari nilai
Nilai penting bagi kehidupan manusia, sebab nilai bersifat normati dan menjadi
motivator tindakan manusia. Namun demikian, nilai belum dapat berfungsi secara
praktis sebagai penuntun perilaku manusia itu sendiri. Nilai sendiri masih bersifat
abstrak sehingga butuk konkretisasi atas nilai tersebut
Setiap norma pasti terkandung nilai di dalamnya. Nilai sekaligus menjadi sumber
bagi norma. Tanpa ada nilai tidak mungkin terwujud norma. Sealiknya tanpa
dibuatkan norma maka nilai yangnhendak dijalankan otu mustahil diwujudlkan.
Norma atau kaidah adalah ketentuan ketentuan yang menjadi pedoman dan
panduan dalam bertingkah laku di kehidupan masyarakat. Norma berisi anjuran
untuk berbuat baik dan larangan untuk berbuat buruk. Norma adalah kaidah,
ketentuan, aturan oleh warga di dalam berbuat, dan bertingkah laku.
Disamping sebagi pedoman atau panduan berbuat atau bertingkah laku, norma juga
dipakai sebagi tolak ukut di dalam mengevaluasi suatu keadaan yang dikenakan
kepada si penlanggar norma. Sipelanggar norma harus menjalani sanksi sebagai
akibat atau tanggung jawabnya atas yang diperbuat.
Norma- norma yang berlaku dimasyarakat ada beberapa macam yaitu
a. Norma agama
b. Norma moral
c. Norma kesopanan
d. Norma hukum
Macam norma diatas dapat diklasifikasikan pula sebagai berikut
a. Norma agama
b. Norma moral
Norma yang berkaitan dengan aspek kehidpupan antar pribadi yaitu
a. Norma adat
b. Norma hukum
Norma agama adalah norma, atau peraturan hidup yang berasal dari tuhan yang
diberlakukan bagi manusia melaluo perantara. Pelanggaran terhadap norma agama
berupa sanksi di dunia dan akhirat.
Norma mmoraladalah norma yang hidup dalam masyarakan yangdianggap sebagai
peraturan dan dijadikan pedoman dalam bertingkah laku. Norma kesusilaan dipatuhi
oleh seseorang agar terbentuk akhlak pribadi yang mulia. Pelanggaran atas norma
moral ada sanksinya yang bersumber dalam diri pribadi. Jika melanggar akan merasa
bersalah.
Norma kesopananadalah norma yang timbul dari kebiasaan pergaulan sehari hari
untuk daerah tertentu. Norma kesopanan disebut juga norma adat. Karena sesuai
dengan adat yang berlaku dalam suatu wilayah tertentu. Namun ada pendapat pula
yang membedakan antara norma kesopanan dengan adat istiadat. Apa yang dianggap
sopan distuatu daerah belum tentu dianggap sopan di daerahlainnya.
Norma hukum adalah norma atau peraturan yang timbul dari hukum yang berlaku.
Norma hukum perluu ada untuk mengatur kepentingan manusia dalam masyarakat
agar memperoleh kehidupan yang tertib.
karena hukum bersifat mengatur tingkah laku manusia serta mempunyai ciri
memerintah dan melarang.
b. Sebagai Sarana untuk Mewujudkan Keadilan Sosial
- Hukum mempunyai ciri memerinntah dan melarang
- Hukum mempunyai sifat memaksa
- Hukum mempunyai daya yang mengikat secara ppsikis dan fisik
Karena hukum mempunyai sifat, ciri, dan daya mengikat tersebut maka hukum
dapat memberi keadilan, yaitu menentukan siapa yang salah siapa yang benar.
Hukum dapat menghukum siapa yang salah, hukum da[at memaksa agar
peraturan ditaati dan siapa yang melanggar diberi sanksi hukuman.
c. Sebagai Penggerak Pembangunan
Daya mengikat dan memaksa dari hukum dapat digunakan atau didayagunakan
untuk menggerakkan pembangunan. Hukum dijadikanalat untuk membawa
masyarakat ke arah yang lebih maju dan lebih sejahtera
d. Fungsi Kritis Hukum
Dewasa ini, sering berkembang suatu pandangan bahwa hukum mempunyai
fungsi kritis, yaitu daya kerja hukum tidak semata mata melakukan pengawsan
pada aperatur pengawasan saja. Tetapi aperatur penegak hukum termasuk di
dalamnya.
Hukum bertujuan menjamin kepastian hukum dalam masyarakat dan hukum itu
harus bersendikan pada rasa keadilan di masyarakat, dalam literatur ilmu hukum
dikenal dua teori tentang tujuan hukum yaitu etis dan utilities. Teori etis
mendasarkan padaetika, hukum bertujuan semata mata mencapai keadilan. Hukum
tidak identik dengan keadilan. Peraturan hukum tidaklah selalu utnuk mewujudkan
keadilan
Menurut teori utilities, hukum bertujuan utnuk memberukan faedah bagi sebanyak
banyaknya orang dalam masyarakat. Pada hakikatnya tujuan hukum adalah
memberikan kebahagiaan atau kenikmatan besar bagi jumlah yang terbesar.
Selanjutnya muncul teori campuran. Menurut teori ini tujuan pokok hukum adalah
ketertiban. Kebutuhan akan ketertiban adalah syarat mutlak bagi masyarakat yang
teratur. Di samping itu tujuan lain dari hukum adlaah tercapainya keadilan yang isi
dan ukurannya berbeda menurut masyarakat dan zamannya.
Agar tujuan kaidah hukum itu dapat terwujud dengan semestinya atau sesuai dengan
harapan seluruh anggotoa masyarakat maka harus ada patuhan tkepada kaidah
hukum tersebut. Masyarakat perlu patuh dan menerima secara positif adanya kaidah
ukum tersebut.
moral adalah norma paling dasar. Norma moral menentukan bagaimana kita menilai
seseorang. Suatu hukum yang bertentangan dengan norma moral kehilangan
kekuatannya, demikian kata Thomas Aquinas.
Perilaku atau perbuatan manusia, baik secara pribadi maupun hidup bernegara terikat
pada norma moral dan norma hukum. Secara ideal, seharusnya manusia taat pada norma
moral dan norma hukum yang tumbuh dan tercipta dalam hidup sebagai upaya
mewujudkan kehidupan yang damai, tertib, aman, dan sejahtera. Namun, dalam
kenyataan terjadi pelanggaran, baik terhadap norma moral maupun norma hukum.
Pelanggaran norma moral merupakan suatu pelanggaran etik, sedangkan pelanggaran
terhadap norma hukum merupakan pelanggaran hukum.
1. Pelangaran Etik
Kebutuhan akan norma etik oleh manusia diwujudkan dengan membuat serangkaian
norma etik untuk suatu kegiatan atau profesi. Rangkaian norma moral yang terhimpin
ini bisa disebut kode etik. Kode etik merupakan bentuk aturan (code) tertulis secara
sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip prinsip moral yang ada. Masyarakat
profesi secara berkelompok membentuk kode etik profesi. Contohnya, kode etik
guru, kode etik insinyur, kode etik wartawan, dan sebagainya.
Kode etik profesi berisi ketentuan ketentuan normatif etik yang seharusnya
dilakukan oleh anggota profesi. Kode etik profesi diperlukan untuk menjaga martabat
serta kehormatan profesi, dan sisi lain melindungi masyarakat dari segala bentuk
penyimpangan maupun penyalahgunaan keahlian. Tanpa etika profesi, apa yang
semula dikenal sebagai sebuah profesi yang terhormat akan segera jatuh terdegradasi
menjadi sebuah pekerjaan pencarian nafkah biasa (okupasi) yang sedikit pun tidak
diwarnai dengan nilai nilai idealisme, dan ujungnya akan berakhir dengan tidak
adanya lagi respek maupun kepercayaan yang pantas diberikan kepada para elite
profesional tersebut.
Meskipun telah memiliki kode etik, masih terjadi seseorang melanggar kode etik
profesinya sendiri. Contohnya, seorang dokter melanggar kode etik dokter.
Pelanggaran kode etik tidak akan mendapatkan sanksi lahiriah atau yang bersifat
memaksa. Pelanggaran etik biasanya mendapat sanksi etik, seperti menyesal, rasa
bersalah, dan malu. Bila seorang profesi melanggar kode etik profesinya maka ia
akan mendapat sanksi etik dari lembaga profesi, seperti teguran, dicabut
keanggotaannya, atau tidak diperbolehkan lagi menjalani profesi tersebut.
2. Pelanggaran Hukum
Kesadaran hukum adalah kesadaran diri sendiri tanpa tekanan, paksaan, atau perintah
dari luar untuk tunduk pada hukum yang berlaku. Dengan berjalannya kesadaran
hukum di masyarakat maka hukum tidak perlu menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya
dijatuhkan pada warga yang benar benar terbukti melanggar hukum.
Hukum berisi perintah dan larangan. Hukum memberitahukan kepada kita mana
perbuatan yang bertentangan dengan hukum yang bila dilakukan akan mendapat
ancaman berupa sanksi hukum. Terhadap perbuatan yang bertentangan dengan
hukum tentu saja dianggap melanggar hukum sehingga mendapat ancaman hukuman.
Problema hukum yang berlaku dewasa ini adalah masih rendahnya kesadaran hukum
masyarakan. Akibatnya, banyak terjadi pelanggaran hukum. Bahkan, pada hal hal
kecil yang sesungguhnya tidak perlu terjadi. Misalnya, seara tidak sengaja tidak
membawa SIM dengan alasan hanya untuk sementara waktu.
Pelanggaran hukum dalam artu sempit berarti pelanggaran terhadap peraturan
perundang undangan negara, karena hukum oleh negara dimuatkan dalam peraturan
perundangan. Kasus tidak membawa SIM berarti melanggar peraturan,, yaitu Undang
Undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas. Kasus kasus pelanggaran hukum
banyak terjadi di masyarakat kita mulai dari kasus kecil seperti pencurian dan
perjudian sampai kasus besar seperti korupsi dan aksi teror.
Pelanggaran hukum berbeda dengan pelanggaran etik. Sanksi atas pelanggaran
hukum adalah sanksi pidana dari negara yang bersifat lahiriah dan memaksa.
Masyarakat secara resmi (negara) berhak memberikan sanksi bagi warga negara yang
melanggar hukum. Negara tidak berwenang menjatuhi hukuman pada pelaku
pelanggaran kode etik, kecuali pelanggaran itu sudah merupakan pelanggaran
hukum.
Problema hukum yang lain adalah hukum dapat digunakan sebagai alat kekuasaan.
Dalam negara, sesungguhnya hukumlah yang menjadi panglima. Semua institusi dan
lembaga negara tunduk pada hukum yang berlaku. Namun, dapat terjadi hukum
dibaut justru untuk melayani kekuasaan dalam negara. Dengan alih alih telah
berdasarkan hukum tetapi peraturan yang dibuat justru menyengsarakan rakyat,
menciptakan ketidakadilan dan menumbuh suburkan KKN.