Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

DERMATITIS VENENATA

DISUSUN OLEH:
FAUZIAH
1320221097

PEMBIMBING :
dr. HIENDARTO, Sp.KK

KEPANITRAAN KLINIK ILMU KULIT DAN KELAMIN


RSUD AMBARAWA
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2015

BAB I
PENDAHULUAN
dermatitis venenata
merupakan dermatitis kontak
iritan tipe akut lambat yang
biasanya disebabkan oleh
Kelenjar
gigitan,
Hemolympha
liur, atau bulu pada Paedrus
ini mengandung
Fase merah,
melepuh, dan
seranggayang
yang terbang
pada
Paederine
akan mengenai
kulit panas
apabila
serangga 1ini
terasa
ini berlangsung
malam refleks
hari, dimana
remuk akibat
menyingkirkan
serangga
Paederine
3 hari.
Bila lesiini.
ini digaruk,
gambaran
klinis dan necrosis maka
dapat memicu
epidermal
dan acantholisys
sehingga
lesi ini dapat menyebar
gejalanya baru muncul
timbul
8 dermatitis dan meluas.
sampai 24 jam atau lebih
setelah kontak. Dermatitis
Venenata sering dikenal
dengan sebutan Tom Cat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dermatitis venenata adalah
peradangan kulit yang berasal dari
eksternal. Iritasi eksternal tersebut
yang dikenal dengan racun. Istilah
lama "dermatitis venenata,
"menandakan" sebuah iritasi kulit
akibat racun", secara bertahap diganti
dengan penunjukan lebih akurat,
dermatitis kontak, atau erupsi akibat
kontak dengan beberapa substansi

dermatitis venenata spesies serangga yang


paling sering menjadi penyebab adalah dari
genus Paederus. Spesies dari genus ini
menyebabkan paederus dermatitis.
Paederus dermatitis sendiri di Indonesia
paling banyak disebabkan oleh Paederus
peregrines.
Paederus memiliki karateristik mengangkat
bagian abdomennya ketika mereka lari
ataupun merasa terganggu.

Spesies yang biasa


menyebabkan paederus
dermatitis adalah
Paederus melampus di
India, Paederus
brasiliensis di Amerika
Latin, Paederus
colombius di Venezuela,
Paederus fusipes di
Taiwan dan tentunya
Paederus peregrinus di
Indonesia.

Kumbang ini tidak


menggigit atau
menyengat, namun
tepukan keras pada
kumbang ini diatas
kulit akan memicu
pengeluaran bahan
aktifnya yang berupa
paederin

Paederus sp

Toksin
serangga

Merusak lapisan tanduk, denaturasi


keratin, hillangnya lemak keratinosit,
sebagian merusak membran, sel
lisosom, mitokondria/komponen inti
Aktivasi fosfolipase, melepas as.
Arakidonat (AA), Diasilgliserol (DAG),
platelet activating factor (PAF),
inositida (IP3)

AA PG, LT induksi vasodilatasi, pe permeabilitas PD,


infiltrasi limfosit dan lneutrofil, aktivasi sel mast histamin

DAG stimulasi ekspresi dan sintesis protein


Kerusakan keratinosit melepas TNF sitokin
proinflamasi aktivasi sel T, makrofag, pelepasan
sitokin
Peradangan klasik pada kulit
eritema, edema, panas, nyeri
7

GEJALA KLINIS
Pada paederus dermatitis,
lesi biasanya terjadi pada
bagian tubuh yang tidak
tertutupi, misalnya tangan,
kaki juga leher dan wajah,
khususnya area periorbital,
yang merupakan bagian
tubuh paling sering menjadi
predileksi paederus
dermatitis. Tidak berbeda
jauh dengan jenis dermatitis
kontak iritan lainnya,

lesi yang biasa ditimbulkan


oleh bahan aktif paederin
berupa patch eritem linear
yang kemudian berlanjut
menjadi bula, terkadang bula
dapat menjadi pustular. Pada
pasien yang datang ke
tenaga medis, bula dapat
intak ataupun sudah terjadi
erosi dengan dasar eritem.
Lesi mulai muncul setelah
12-48 jam pasca paparan
paederin dan membaik
dalam waktu seminggu.

Pada Dermatitis
Venenata terdapat
gejala klinis berupa :

Tidak ada gejala prodormal.

Lesi muncul tiba-tiba pada


pagi hari atau setelah
berkebun dan terasa gatal
serta pedih.
Lesi berbentuk garis linear
dan berwarna merah dengan
batas yang tegas serta
terdapat jaringan nekrosis
ditengahnya.
Adanya kissing phenomenon,
yang berarti kulit yang
tertempel atau terkena lesi
akan berubah menjadi lesi
yang baru.

BAB III
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. G
Nomor RM : 086XXX
Usia: 52 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Petani, ibu rumah
tangga
Alamat : Rowosabi 01/02

ANAMNESIS
KU
Bintik-bintik kecil kemerahan terasa perih
dan nyeri pada kedua paha, tungkai dan
bokong sejak 5 hari SMRS

bintik-bintik kecil
kemerahan yang terasa
sangat gatal dan perih.
Bintik kemerahan ini
didapatkan setelah
pasien selesai memanen
padi disawah sejak 5
hari SMRS

Pasien sudah
memberikan salep
dari bidan untuk
gatal dan nyeri
namun tidak ada
perubahan dan
cenderung semakin
parah.

Awalnya bintik
kemerahan dirasa hanya
pada lutut kanan, namun
lama-lama menyebar ke
bagian paha dan bokong
karena pasien menggaruk
bagian tersebut

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien baru pertama kali mengalami
keluhan seperti ini.
Pasien mengatakan tidak terdapat
riwayat gatal bila berkeringat.
Riwayat asma, bersin terutama pada
pagi hari disangkal.
Adanya riwayat alergi obat, makanan,
bahan iritan (deterjen) disangkal.

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Laju Nadi
: 92 x/menit
Laju Pernapasan : 22 x/menit
Temperatur
: 37 C
BeratBadan
: 52 kg
Status Gizi
: Baik

Kepala: Normocephal, rambut hitam, distribusi merata


Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/ THT : Deviasi septum (-), discharge (-), faring hiperemis
(-)
Leher : Pembesaran KGB (-), deviasi trakea (-)
Thoraks : Simetris, ketinggalan gerak (-)
Jantung : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Suara dasar vesikular +/+, wheezing -/-, rhonki
-/ Abdomen : Datar, nyeri tekan (-), bising usus (+), hepar
dan lien tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada edema

STATUS DERMATOLOGIKUS

Lokasi: paha,
lutut
Efluoresensi :
makula
eritema,
vesikel,
krusta, bula
hipopion,
pustule

Lokasi : paha dan


tungkai
Efluoresensi :
makula eritema,
vesikel, bula
hipopion

Differential Diagnosa
Impetigo bulosa
Pada pasien didapatkan lesi eritema dan datang dengan vesikel
yang telah pecah karena garukan berupa erosi sampai ekskoriasi
sehingga dasarnya masih eritematosa. Untuk mencoret diagnosis
banding ini, bisa didapatkan dari anamnesis yaitu pada pasien ini
terdapat rasa gatal, perih dan nyeri. Karena impetigo terbatas
hanya pada epidermis, dan tidak mencapai bagian lebih dalam,
umumnya pasien mengeluh gatal tanpa nyeri.

Herpes zoster
berusia 52 tahun merupakan epidemiologi dari herpes zoster
yang terjadi lebih dari 2/3 usia diatas 50 tahun. Lesi yang
ditemukan pun berupa maukal eritema, vesikula, pustule dan
krusta serta rasa nyeri pada bagian lesi tersebut. Namun bentuk
lesi pada pasien ini bilateral dan tidak sesuai dermatom, berbeda
dengan jenis lesi pada herpes zoster yang menyerang unilateral
dan dermatomal.

DIAGNOSIS KERJA
Dermatitis venenata
infeksi sekunder

luas

dengan

PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
IVFD RL 20tpm
Inj. Ranitidin 2x1 ampul iv
Inj. Cefotaxim 3x1 gram iv
Inj. Dexa 2 x ampul iv
Cetrizine tab 1x1 (sore)
Mometason furoat cr 10

As. Fusidat cr
5
Mf. Cream da in pat no. 1
sue (pagi - malam)

Non medikamentosa
Menjelaskan kepada pasien&kel mengenai
penyakit.
Mengkompres luka dengan air dingin
Menghentikan obat selain obat dari RS
Memberitahukan pasien untuk tidak
menggaruk luka agar luka tidak lecet
Menganjurkan pasien untuk banyak
istirahat
Makan makanan yg tinggi kadar protein
Menggunakan obat sesuai penjelasan
dokter.

PROGNOSIS
Quo ad vitam
: Bonam
Quo ad functionam : Bonam
Quo ad sanationam : Bonam

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai