Anda di halaman 1dari 7

Fenomena Air Asam Tambang akibat Aktivitas PETI

di Dalam Wilayah PKP2B PT Arutmin Indonesia


ABSTRACT
(Disampaikan oleh Delma Azrin, PT Arutmin Indonesia dalam Seminar Air Asam
Tambang ke 2, ITB Bandung, 28 Juli 2004)

Informasi Sekilas PT Arutmin Indonesia (PTAI)


PT Arutmin Indonesia (PTAI) adalah salah satu perusahaan pertambangan
batubara yang terkemuka di Indonesia yang beroperasi berdasarkan Perjanjian
Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) dengan Pemerintah
Republik Indonesia, saat ini mayoritas sahamnya dimiliki oleh Bumi Resources
Tbk. Kapasitas produksi batubara PTAI mencapai 12 juta ton per tahun yang
sebagian besar diekspor ke pasar dunia dan sisanya untuk penggunaan lokal.
PTAI mempunyai komitmen yang tinggi terhadap pengelolaan lingkungan dan
selalu berusaha melakukan upaya minimisasi dampak negatif terhadap
lingkungan akibat operasional penambangan batubara sesuai kewajibannya
mengacu kepada dokumen AMDAL.

Secara berkala juga selalu dilakukan

pemantauan terhadap efektivitas usaha pengelolaan lingkungan yang telah


dilakukan sebagai kontrol dan bahan acuan dalam upaya peningkatan kinerja
secara berkelanjutan dan melaporkannya kepada pihak terkait.

Lokasi PT Arutmin Indonesia


PT Arutmin Indonesia beroperasi di wilayah Propinsi Kalimantan Selatan yang
terdiri dari Tambang Satui, Tambang Batulicin, Tambang Senakin dan
Pelabuhan Batubara di Tanjung Pemancingan Kotabaru.

Seminar Air Asam Tambang, ITB Bandung 28 Juli 2004

Delma Azrin

Air Asam Tambang (AAT)


Air Asam Tambang (AAT) adalah istilah umum yang digunakan untuk
menerangkan lindian (leachate), rembesan (seepage) atau aliran (drainage)
yang telah dipengaruhi oleh oksidasi alamiah mineral sulfida yang terkandung
dalam batuan yang terpapar (exposed) selama penambangan. (Mulyono, 2003)

Pembentukan AAT
AAT dan proses pembentukannya seringkali dianggap sederhana, yaitu bahwa
asam adalah asam sulfat yang terbentuk dari batuan sulfidis yang mengalami
pelapukan. Sesungguhnya proses oksidasi merupakan suatu rangkaian reaksi
kimia yang cukup komplek, namun secara umum reaksi pembentukan air asam
dapat dijelaskan dengan contoh dari mineral pirit sebagai berikut :
(1). FeS2 + 7/2 O2 + H2 O
(2). Fe2+ + 1/4 O2 + H +
(3). Fe3+ + 3 H2O

Fe2+ + 2 SO4 2- + 2 H+
Fe3+ + 1/2 H2 O

Fe (OH)3 + 3 H+

(4). FeS2 + 14 Fe3+ + 8 H2O

15 Fe2+ + 2 SO42- + 16 H +

Dampak AAT Terhadap Lingkungan


Dampak negatif yang ditimbulkan oleh AAT terhadap lingkungan terutama
adalah karena pada kondisi yang sangat asam, kebanyakan logam akan mudah
larut dan mobilitasnya meningkat. sehingga kalau terbawa oleh aliran air (run off)
ke perairan umum maka dapat menyebabkan pencemaran air permukaan.
Logam-logam tersebut bila masuk dalam rantai makanan akan terakumulasi
dalam tumbuhan dan atau hewan, akhirnya terjadi bioakumulasi dalam tubuh
manusia yang memakannya dan menimbulkan dampak negatif terhadap
kesehatan.

Seminar Air Asam Tambang, ITB Bandung 28 Juli 2004

Delma Azrin

Pengendalian AAT
Pembentukan AAT tergantung pada ketiga unsur pereaksi utama, yaitu batuan
mengandung mineral sulfida, oksigen dan air. Bila salah satu mata rantai
tersebut terputus maka tidak akan terjadi proses pembentukan air asam.
Adapun upaya pencegahan dapat dilakukan agar ke 3 unsur tersebut dapat
dipisahkan beberapa metode yaitu dengan cara Pengkapsulan (Encapsulation),
Pembuangan akhir dalam lubang tambang (In Pit Disposal), Co Disposal,
Pencampuran (Mixture) dan Perendaman (Gambar 1)

Gambar 1. Beberapa Metode pengendalian AAT

Seminar Air Asam Tambang, ITB Bandung 28 Juli 2004

Delma Azrin

Sedangkan untuk air asam yang sudah terbentuk dapat dilakukan minimalisasi
dampak dengan cara pengolahan, yaitu dengan melakukan penetralan
keasaman AAT dengan melakukan menambahkan sejumlah batuan oxida atau
bahan yang bersifat alkalin sampai keasamannya meningkat berkisar normal.
Ada beberapa bahan penetral asam, tetapi bahan yang biasa digunakan dan
cukup mudah didapatkan adalah kapur (lime),
Reaksi kimia netralisasi dengan cara pengapuran adalah sebagai berikut :
Ca(OH) 2 + H2SO4 = CaSO4 + 2H2O
Ca(OH)2 + FeSO4 = Fe(OH) 3 + CaSO4
3 Ca(OH) 2 + Fe2(SO4) 3 = 2Fe)OH) 3 + 3CaSO4

Seminar Air Asam Tambang, ITB Bandung 28 Juli 2004

Delma Azrin

Penambangan Batubara Tanpa Izin (PETI)


Penambangan Tanpa Izin (PETI) tadinya lebih dikenal dengan istilah illegal
mining (tambang liar) adalah semua

kegiatan penambangan batubara yang

tidak sesuai dengan kaidah pertambangan yang diatur dalam peraturan


Pemerintah atau Instansi yang berwenang, yaitu tidak memiliki izin resmi yang
sah, menambang di areal di luar

kuasa pertambangan yang diizinkan dan

melakukan kegiatan penambangan sebelum memperoleh izin resmi.


Sampai saat ini diperkirakan lebih dari 20 juta ton cadangan batubara telah
diambil oleh PETI dari wilayah PKP2B PTAI dengan menyisakan bukaan galian
dalam jumlah yang sangat banyak. Berbagai hal telah dilaksanakan oleh PTAI
untuk menghentikan kegiatan PETI tersebut, mulai dari melaporkan ke aparat
dan dinas terkait daerah bahkan sampai pusat dan ke DPR RI, namun sampai
sekarang aktivitas tersebut tetap berjalan.

Dampak dari Aktivitas PETI


Aktivitas PETI memberikan dampak yang negatif baik terhadap perusahaan,
pemerintah, maupun terhadap masyarakat dan lingkungan. Dampak negatif bagi
perusahaan antara lain hilangnya cadangan yang bernilai ekonomi tinggi,
menimbulkan gangguan operasional perusahaan karena aktivitas PETI juga
menggunakan

fasilitas

perusahaan

seperti

jalan

angkut

yang

beresiko

menimbulkan kecelakaan, ganguan keamanan dengan gaya premanisme pelaku


PETI dan banyak hal lainnya. Dampak negatif bagi pemerintah adalah jelas
hilangnya pendapatan negara berupa royalty atas bahan tambang, dan yang tak
kalah penting adalah dampak negatifnya terhadap kerusakan lingkungan.
Umummya kegiatan PETI batubara ini dilakukan tanpa ditunjang oleh informasi
cadangan bahan galian yang akurat, membuat mereka melakukan kegiatan
menggali secara coba-coba di sembarang tempat yang diyakini mereka ada
bahan galiannya, sehingga banyak sekali ditemukan lubang -lubang bekas galian
mereka yang ditinggal begitu saja karena tidak ada batubaranya.

Seminar Air Asam Tambang, ITB Bandung 28 Juli 2004

Hal ini

Delma Azrin

berdampak negatif bagi lingkungan akibat hilangnya lapisan tanah pucuk yang
sangat berharga sebagai media tumbuh tanaman karena tercampurnya atau
bahkan tertimbun dengan batuan penutup akibat penumpukan batuan penutup
yang sembarangan seperti terlihat di Gambar 2 .
Gambar 2. Tercampurnya tanah pucuk dengan overburden

Dampak negatif lainnya terhadap lingkungan adalah akibat lapisan tanah yang
menutupi lapisan batubara yang seringkali disebut dengan batuan penutup
(overbunden) yang bersifat sulfidis dibuka sembarangan dan dikenai aliran air
permukaan maka dapat dipastikan akan membentuk air asam tambang sesuai
teori terbentuknya AAT tanpa dikelola sama sekali, hal ini jelas terlihat pada
aliran ataupun kubangan yang terbentuk dari bekas galian PETI tersebut.
Gambar 3. Terbentuknya air asam tambang di lahan bekas PETI

Seminar Air Asam Tambang, ITB Bandung 28 Juli 2004

Delma Azrin

Lahan Bekas PETI di wilayah PKP2B PTAI


Aktivitas PETI yang berada pada wilayah cadangan batubara yang belum dibuka
dan sangat dekat dengan operasional PTAI mengakibatkan usaha pengelolaan
lingkungan yang telah dilakukan menjadi terganggu sehingga menimbulkan
potensi persepsi negatif terhadap operasional PTAI dalam pengelolaan
lingkungan.
penelitian

Untuk antisipasi hal itu, PTAI melakukan serangkaian kegiatan


dan

kajian

dengan

melibatkan

institusi

lokal

terkait

untuk

mengidentifikasi keberadaan PETI dan dampaknya di wilayah PTAI, kemudian


mendokumentasikannya

sebagai

pegangan

dan

acuan

bersama

untuk

melakukan kegiatan selanjutnya di lahan bekas PETI tersebut.


Dengan berdasarkan hasil kajian tersebut dilakukan penghitungan kembali nilai
keekonomian dari sisa cadangan bekas aktivitas PETI dengan memperhitungkan
konsekuensi tambahan biaya operasional untuk melakukan pengelolaan
lingkungan dan rehabilitasi lahan bekas PETI tersebut. Dari beberapa kajian
tersebut saat ini sedang dilakukan upaya ujicoba pemanfaatan sisa cadangan di
lahan-lahan bekas PETI dengan sekaligus meminimalisasi dampak negatif yang
sudah terbentuk dari aktivitas PETI sebelumnya.
Untuk rencana pengelolaan air asam tambang di areal bekas PETI, tahap awal
adalah dengan melakukan pengendalian air larian dari timbunan batuan penutup
dengan membuat sistem drainase terkontrol, kemudian untuk mengurangi
keasaman dilakukan pencampuran (mixture) dengan material yang mengandung
bahan alkalin sedangkan tahap akhir adalah dialirkan ke kolam-kolam
pengolahan untuk proses netralisasi asam. Sedangkan upaya rehabilitasi lahan
akan sangat tergantung dari ketersediaan material penutup dan top soil untuk
media tumbuh tanaman revegetasi.

Seminar Air Asam Tambang, ITB Bandung 28 Juli 2004

Delma Azrin

Anda mungkin juga menyukai