0 Proposal Penelitian Melon Kirim
0 Proposal Penelitian Melon Kirim
Oleh :
Siska Srijayanti
05071006013
INDRALAYA
2010
Oleh :
Siska Srijayanti
05071006013
Rencana Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
INDRALAYA
2010
Oleh
Siska Srijayanti
05071006013
Telah diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
Indralaya,
September 2010
Dr.Ir. Hersyamsi,M.Agr
NIP 19600802 198703 1 004
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof.Dr.Ir.Daniel Saputra.M.S.A.Eng
NIP 19580809 198503 1 003
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmatNya kepada kita, sehingga atas pertolonganNya
diselesaikan.
Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknologi Pertanian. Penelitian ini akan dilaksanakan di Jurusan Teknologi Pertanian
Universitas Sriwijaya Indralaya yang berjudul Budidaya Tanaman Melon ( Cucumis
Melo L. ) menggunakan Teknik Irigasi Kendi
Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing, yaitu
Bapak Dr. Ir. Edwar Saleh, M.Si dan Bapak Prof. Dr. Ir. Daniel Saputra, M.S.A.Eng, yang
telah membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan proposal rencana penelitian
ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan proposal rencana penelitian
persatu.
Akhirnya penulis mengharapkan proposal ini dapat menjadi acuan bagi penulisan
laporan Praktik Lapangan selanjutnya.
Indralaya, Oktober 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
Halaman Pengesahan
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar Isi ..
I.
Pendahuluan
A. Latar Belakang ..
B. Tujuan ...
1
4
Tinjauan Pustaka
II.
III
A. Tanaman Melon.
B. System Irigasi ...
C. Pestisida..
D. Pertanian Organik...
10
Pelaksanaan Penelitian
14
A.
B.
C.
D.
20
22
22
22
22
Sistematika Penulisan ..
Daftar Pustaka
Lampiran
I.
PENDAHULUAN
22
A. Latar Belakang
Pertanian di Indonesia memang sudah banyak mengembangkan berbagai
macam teknik irigasi untuk tanaman sayuran ataupun buah buahan. Menurut
Kurnia dan Hidayat (2001), diperkirakan luas lahan kering yang mempunyai peluang
untuk mendapatkan pengairan (irigasi) mencapai sekitar 32 juta hektar. Salah satu
kendala produksi tanaman di lahan kering adalah terbatasnya air untuk tanaman,
terutama pada musim kemarau. Namun menurut Pawitan (1999), kondisi sumberdaya
air pada sebagian besar daerah di Indonesia telah memasuki pada tingkat waspada
sampai tingkat kritis, sedangkan kebutuhan air di bidang pertanian dan bidang
lainnya terus meningkat. Oleh karena itu, ketersediaan sumberdaya air yang terbatas
harus dimanfaatkan secara hemat (efisien) dan efektif terutama dalam bidang
pertanian.
Agribisnis melon menunjukkan prospek menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah
yang semakin keras, miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami,
faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman serta faktor pemeliharaan
tidak diperhatikan maka keuntungan akan menurun.
Irigasi kendi adalah teknik untuk menciptakan slow release air bawah tanah
dengan meminimalkan kerugian dan resiko penguapan salinasi. Dengan sistem
irigasi kendi, pemberian air pada tanaman tidak perlu diberikan setiap hari tetapi
cukup dengan memperhatikan ketersediaan jumlah air di dalam kendi yang dapat
dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Pemberian air menggunakan irigasi kendi
lebih efisien dibandingkan dengan sistem lain seperti irigasi tetes dan irigasi sumbu
karena memberikan air langsung ke zona akar tanaman, bukan ke daerah yang lebih
luas dari lapangan.
Kendala utama pertanian lahan kering yang paling mendasar adalah
permasalahan ketersediaan air yang sangat terbatas. Air bagi tanaman merupakan
sumber daya yang penting karena hampir semua proses fisika, kimia dan biologi di
dalam tanah dan proses fisiologis tanaman tidak akan dapat berlangsung secara
optimal tanpa ketersediaan air yang cukup. (Scholes, dkk,1994). Selain faktor tanah,
faktor tanaman juga menjadi salah satu faktor penentu tingkat efisiensi penggunaan
air. Tanaman yang cocok untuk dikembangkan di lahan kering yaitu tanaman yang
tidak memerlukan banyak air serta bernilai ekonomis tinggi, seperti tanaman melon.
Banyak teknik yang telah dikembangkan untuk menaksir jumlah air yang
dibutuhkan tanaman. Rahardjo, dkk (1992), Morris., dkk (1990) menetapkan total
penggunaan air sebagai jumlah air curah hujan ditambah jumlah lengas yang
disimpan dalam jeluk tanah, sedangkan Gilley dan Jansen (1983) dalam Rahardjo,
dkk, (1992) menggunakan hasil produksi tanaman (kg/petak) dibagi dengan ETa
selama musim tanam (mm/petak).
Pestisida secara luas diartikan sebagai suatu zat yang bersifat racun,
menghambat pertumbuhan atau perkembangan, tingkah laku, bertelur, perkembang
biakan, mempengaruhi hormon, penghambat makan, membuat mandul, sebagai
pemikat, penolak dan aktivitas lainnya yang mempengaruhi OPT. Penggunaan
pestisida sintetis (kimia) telah menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap
lingkungan. Ketergantungan terhadap penggunaan pestisida sintetis mengakibatkan
pengembangan metode-metode lain untuk mengendalikan hama dan penyakit
menjadi terlupakan atau bahkan ditinggalkan. Tidak kita pungkiri bahwa dengan
pestisida sintetis telah berhasil menghantarkan sektor pertanian menuju terjadinya
revolusi hijau, yang ditandai dengan peningkatan hasil panen dan pendapatan
petani secara signifikan, sehingga Indonesia bisa mencapai swasembada pangan pada
tahun 1986. Dalam revolusi hijau target yang akan dicapai adalah berproduksi cepat
dan tinggi, sehingga diperlukan teknologi masukan tinggi diataranya penggunaaan
varietas unggul, pemupukan berat dengan pupuk kimia, pemberantasan hama dan
penyakit dengan obat-obatan kimia.
Dengan adanya penggunaan pestisida sintetis maka kita semakin jauh dari
pertanian organik. Pertanian organik banyak memberikan kontribusi pada
perlindungan lingkungan dan masa depan kehidupan manusia. Pertanian organik juga
menjamin keberlanjutan bagi agroekosistem dan kehidupan petani sebagai pelaku
pertanian. Sumber daya lokal dipergunakan sedemikian rupa sehingga unsur hara,
bimassa, dan energi bisa ditekan serendah mungkin serta mampu mencegah
pencemaran. Pertanian organik yang semakin berkembang belakangan ini
menunjukkan adanya kesadaran petani dan berbagai pihak yang bergelut dalam
sektor pertanian akan pentingnya kesehatan dan keberlanjutan lingkungan.
Ditinjau dari segi keuntungan, membudidayakan tanaman melon cukup
menjanjikan. Keuntungannya lebih besar dibanding ketika bertani komoditas
tanaman pangan yang lain. Tapi risiko kegagalannya pun juga senantiasa
membayang-bayangi. Karena itu, bertani melon mutlak memerlukan penguasaan
teknologi budi daya hortikultura secara matang, intensif, dan cermat.
B. Tujuan
Untuk mengetahui efisiensi irigasi kendi dan untuk mengetahui kemampuan
kendi dalam mensuplai air.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Syarat Tumbuh
a. Iklim
Perlu penyinaran matahari penuh selama pertumbuhannya. Pada kelembaban
yang tinggi tanaman melon mudah diserang penyakit. Suhu optimal antara 25-30C.
Angin yang bertiup cukup keras dapat merusak pertanaman melon. Hujan terus
menerus akan merugikan tanaman melon. Tumbuh baik pada ketinggian 300-900 m
dpl. Kelembaban udara secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman
melon. Dalam kelembaban yang tinggi tanaman melon mudah diserang penyakit
b. Media Tanam
Tanah yang baik ialah tanah liat berpasir yang banyak mengandung bahan
organik seperti andosol, latosol, regosol, dan grumosol, asalkan kekurangan dari
sifat-sifat tanah tersebut dapat dimanipulasi dengan pengapuran, penambahan bahan
organik, maupun pemupukan. Tanaman melon tidak menyukai tanah yang terlalu
basah, pH tanah 5,8-7,2. Tanaman melon pada dasarnya membutuhkan air yang
cukup banyak. Tetapi, sebaiknya air itu berasal dari irigasi, bukan dari air hujan.
2. Pembibitan
Tanaman melon yang sehat dan berproduksi optimal berasal dari bibit
tanaman yang sehat, kuat dan terawat baik pada awalnya. Pengecambahan Benih
dilakukan dengan cara direndam didalam air hangat kuku yang dicampur fungisida
sistemik dengan dosis anjuran. Perendaman dilakukan selama4 6 jam. Setelah
direndam, benih ditiriskan dan diletakan diatas kertas Koran lembap selama 2 hari 1
malam ( 36 jam ) pada suhu kamar. Kertas dijaga agar tetap dalam kondisi lembap.
Penyiraman dilakukan bila tanah sudah mulai kering. Pada awal penanaman
hingga umur satu minggu, dilakukan penyiraman setiap hari ( sore hari ) sekitar
(100cc/tanaman), selanjutnya, penyiraman dilakukan dua hari sekali hingga umur 2
minggu setelah tanam. Setelah tanaman berumur 2 minggu, penyiraman dilakukan 2
hari sekali pada waktu pagi atau sore.
Pengikatan tanaman ditujukan untuk merambatkan tanaman pada ajir yang
sudah dipasang. Batang tanaman mulai diikat setelah tanaman berumur 12 hari atau
memiliki 7 daun.
Pemangkasan dilakukan untuk membuang calon tunas ( cabang ) yang
merugikan, terutama tunas yang muncul pada ketiak daun, untuk mendapatkan
pertumbuhan vegetative yang maksimum sehingga produktivitas tanaman optimum.
pada umumnya tangkai yang dipelihara hanya 1 namun untuk tujuan melon kecil
maka dipertahankan 2 buah. Ujung batang tempat buah dipelihara dipangkas dengan
menyisakan 1 lembar daun
Penyiangan pertama dilakukan bersamaan dengan pembersihan lahan sekitar
tanaman supayah tumbuh subur. Penyianagan berikutnya dilakukan sebelum rumput
rumput berbunga dan pada saat tanaman melon berumur 2 4 minggu setelah
tanam. Pada system mulsa penyiangan dilakukan pada lubang tanam dan parit antar
bedengan.
6. Pemanenan
Buah pada tanaman melon yang ekonomis untuk diusahakan berasal dari
bunga sempurna ( hermaphrodite ) yang muncul dari ketiak daun ke 9 11. Karena
bunga pada ruas tersebut memiliki kualitas yang tinggi dengan ukuran buah yang
optimum. Setelah buah dari cabang ke 9 11 tumbuh sebesar bola pingpong, dipilih
satu buah yang paling baik ( tidak cacat ) untuk terus dipelihara sampai besar. Buah
yang tidak terpilih dibuang. Buah dapat ditup dengan kantong plastic untuk
mencegah serangan penyakit lalat buah. Namaun kantong plastic harus dilepas ketika
buah sudah membesar. Hal ini bertujuan agar perkembangan buah tidak terganggu.
Pemotongan ujung batang utama dilakukan setelah calon buah yang akan dibesarkan
sudah dipilih. Pemotongan batang utama menyisakan 30 -35 daun.
B. Sistem Irigasi
Irigasi kendi ini dapat menghemat penggunaan air dengan cara mengatur
melalui sifat porositas kendi. Mondal (1974) dan Stein (1990) memasukkan sistem
irigasi kendi ke dalam sistem irigasi bawah permukaan. Selanjutnya Stein (1990)
menggolongkannya lagi ke dalam irigasi lokal (Local Irrigation), karena rembesarn
air irigasi terjadi secara lambat dengan volume yang rendah (kecil) pada zona
perakaran tanaman, sehingga hanya sebagian tanah yang terbasahi, maka sistem
irigasi ini mampu mengurangi evaporasi dan perkolasi (Modal, 1978).
Irigasi kendi bekerja berdasarkan sistem osmosis, yaitu terjadinya aliran air
dari dalam kendi ke dinding kendi yang dibuat porus, kemudian mengalir ke tanah
sekitar perakaran tanaman berdasarkan perbedaan potensial matriks antara tanah dan
dinding kendi. Untuk mengaplikasikan sistem irigasi kendi pada tabulamput,
kendi dapat dibenamkan di daerah perakaran, hal ini dapat dilakukan pada saat
penanaman
atau
penggantian
media
tanam.
Kendi
yang diisi
air mampu
Setelah pemberian air, mulut kendi haruslah selalu dalam keadaan tertutup.
Hal ini perlu diperhatikan agar tidak terjadi kehilangan air akibat penguapan
dan mengurangi pertumbuhan alga/lumut
Hanya gunakan air bersih untuk mengisi kendi. Saringan pasir dapat
digunakan untuk membersihkan air sebelum dimasukkan ke dalam kendi.
Bersihkan kendi sebelum digunakan dengan air bersih agar pori bersih.
1. Kebutuhan Air bagi Tanaman
Kebutuhan atau pemakaian air setiap tanaman tidak sama pada setiap saat,
sesuai dengan stadia tumbuh tanaman ( umur tanaman ), suhu udara dan
cuacaPenyediaan air untuk irigasi sangat dipengaruhi beberapa faktor, antara lain:
letak sumber air, kondisi prasarana dan sarana pengairan, ketepatan waktu
pemanfaatannya. Kehilangan air (water losses) yang harus diperhitungkan antara lain
: penguapan secara alam (evaporation), rembesan tanggul (seepage), bocoran pintu
atau bangunan (leakage), penyiapan tanah (land preparation) dan pelaksanaan tanam
2. Efisiensi irigasi
Semakin terbatasnya ketersediaan air untuk irigasi dan sumber air permukaan,
memerlukan upaya peningkatan efisiensi irigasi dan teknologi irigasi yang lebih
menghemat air.
Dihitung menggunakan rumus yang diperkenalkan oleh Gilley dan Jansen (1983)
dalam Rahardjo, dkk (1992) :
Hasil Tanaman (Kg/Petak)
EPA = effisiensi penggunaan air
ETa Selama Musim Tanam(m3/Petak)
dimana, ETa adalah evapotraspirasi aktual. Besarnya ETa pada masing-masing petak
ditetapkan dengan menggunakan pendekatan Caoli (Raharjo et al, 1992) :
ETa = ( d awal + CH) d- akhir
dimana :
ETa
= evapotranspirasi aktual
= curah hujan
menstimulir
pertumbuhan
tanaman
atau
bagian-bagian
tanaman.
1. Peranan Pestisida
berperan
sebagai
salah
satu
komponen
pengendalian.
Prinsip
penggunaannya adalah:
relatif aman bagi pemakai (LD50 dermal dan oral relatif tinggi)
telah ditetapkan (MRL-maximum Residu Limit), atau batasan ADI (Acceptable Daily
Intake) sebagai batasan-batasan baku yang telah ditetapkan oleh badan-badan dunia
(WHO, FAO).
3. Biaya penggunaan Pestisida
Biaya yang dibutuhkan cukup tinggi karena ketergantungan menggunakan
pestisida akan semakin meningkat sehingga biaya penambahan untuk pembelian
pestida pun mengingkat. Tellah di katakan di atas tadi bahwa tanaman akan menjadi
kebal terhadap pestisida oleh karena itu dosis dari pestisida akan bertamabah maka
secara tidak langsung biaya penggunaan pestisida pun bertambah.
D. Pertanian Organik
Pertanian organik yang semakin berkembang belakangan ini menunjukkan
adanya kesadaran petani dan berbagai pihak yang bergelut dalam sektor pertanian
akan pentingnya kesehatan dan keberlanjutan lingkungan. Revolusi hijau dengan
input bahan kimia memberi bukti bahwa lingkungan pertanian menjadi hancur dan
tidak lestari. Pertanian organik kemudian dipercaya menjadi salah satu solusi
alternatifnya. Pengembangan pertanian organik secara teknis harus disesuaikan
dengan prinsip dasar lokalitas. Artinya pengembangan pertanian organik harus
disesuaikan dengan daya adaptasi tumbuh tanaman/binatang terhadap kondisi lahan,
dan
lingkungan
dengan
memperhatikan
keseimbangan
dan
III.
PELAKSANAAN PENELITIAN
C. Metode Penelitian
Rancang acak kelompok yang disusun secara factorial dengan dua factor dan tiga
pengulangan. Setiap bedengan terdiriri dari enam kendi dan variasi tanaman 4, 3, dan
2 bibit.
D. Parameter Yang Di Amati
a. Jumlah air irigasi
b. Tinggi tanaman
c. Jumlah daun
d. Berat buah
e. Kualitas buah
DAFTAR PUSTAKA
Gilley. J. R dan Jansen, M. 1983. Irrigation Management Contribution to Agriculture
Productivity dalam Water Recsource Reseach Problm and Potensial For Agriculture
and Boul Community (Napier, T. L., scott, D., Ewster, K. W and Supala, Reads). Soil
Conservation Society of Amerika. New York.
Kurnia, U. Dan A. Hidayat. 2001. Potensi, peluang dan pemanfaatan lahan kering
untuk peningkatan produksi pangan. Makalah disampaikan dalam Pertemuan
Konsultatif Sumberdaya Lahan dan Air. Direktorat Perluasan Areal, Ditjen Bina
Produksi
Tanaman
Pangan,
Jakarta
11
Juni
2001.
Pawitan, H. 1999. Mengantisipasi krisis air nasional memasuki abad 21. Makalah
utama pada seminar Kebutuhan Air Bersih dan Hak Azasi Manusia Masyarakat
Hidrologi Indonesia, di Bogor 25 Februari 1999. 15 hlm.
Prahasta, Arief, M.P. Agribisnis Melon. 2010. CV. Pustaka Grafika. Bandung
Morris, R.A., A. A. Villegas, AQ, Poltonee, dan H. S. Centeno. 1990. Water Use by
Monocropped and Intercropped Cocopea and Sorghum Grown After Rice. Agrun.
Rahardjo, C,S, Yasin l., Mahrup, Sukartono dan Sutriono, R.1992. Efisiensi
Penggunaan Air pada Tumpang Sari Jagung Kedelai di Tanah Entisol Lombok.
Laporan Hasil Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Mataram.
Scholes, R. J, R. Dalal,S. , Singer. 1994. Soil Physic and Fertility. The Effect of
Water, Temperature and Texture. The Biological Management of Tropical Soil
Fertility.
Sobir dan Siregar. D. Firmansyah. 2010. Budidaya Melon Unggul. Penebar swadaya.
Jakarta