ABSTRACT
In order to fulfill the water irrigation requirements for Siman Irrigation Area, will be planned Konto
Wiyu Dam that can be used to accommodate the additional water supply from Konto Wiyu River to the
Irigation System in Siman. The planning of main dam is based on the topography dan hydrology
consideration, and the type of rockfill dam is central core dam. Furthermore, analyzing the stability of the
main dam and foundation against the seepage and slope stability of the main dam in various conditions will
be done.
The study resulted the design of main dam dimensions, which were based on Q1000 and QPMF , that
are dam height is 38 m, crest dam elevation is +1245, crest dam width is 10 m, upstream slope is 1 : 3 and
downstream slope is 1 : 2,2. The constituent material of the main dam has the physical and mechanical
properties that meet the requirements. Curtain grouting was planned in the need of decreasing the amount of
permeability in dam foundation. The capacity of seepage discharge is less than 1% from the average annual
discharge of the river, with or without the grouting. The seepage velocity is below the critical seepage
velocity, the safety factor from piping and boiling is more than 4. The slope stability in various conditions
are still classified in safe criteria. The total cost of the main dam heap is Rp 66.075.649.170,00.
Key words : Rockfill Dam, Dam Dimensions, Dam Stability
1.
PENDAHULUAN
Daerah Irigasi Siman memperoleh
pasokan air dari Waduk Siman yang
terletak di Kabupaten Kediri dimana
waduk ini berfungsi sebagai afterbay
(waduk harian) dari Bendungan Selorejo
yang terletak di Kabupaten Malang
Provinsi Jawa Timur pada Daerah Aliran
Sungai (DAS) Brantas Sub DAS Konto.
Adapun kendala yang terjadi adalah
kapasitas outflow dari Waduk Selorejo
belum dapat mencukupi kebutuhan air
untuk Daerah Irigasi Siman yang memiliki
luas areal 23.226 ha (UPTD PuncuSelodono, 2013) serta kebutuhan lainnya,
karena pada perencanaan awal Waduk
Selorejo hanya memiliki fungsi pemanfaatan untuk irigasi dengan luas areal 5.700 ha.
Di samping itu, kondisi ketersediaan air
semakin menurun seiring dengan rusaknya
kondisi Sub DAS Konto yang berbanding
terbalik dengan kebutuhan yang semakin
meningkat.
Diperlukan suatu pemecahan masalah
dalam penambahan supply air untuk
memenuhi kebutuhan DI Siman dengan
mengidentifikasi semua potensi yang ada
di dalam DAS Brantas khususnya Sub
DAS Konto untuk mencukupi kebutuhan
air DI Siman. Berdasarkan hasil studi
terdahulu, yaitu Studi Optimasi dan
Pengembangan Sumber Daya Air untuk
Suplesi DI Waduk Siman tahun 2010,
ditemukan potensi pembangunan bendungan yang berfungsi sebagai tampungan
air (waduk) untuk memenuhi kebutuhan air
DI Siman. Secara teknis salah satu komponen utama bendungan adalah tubuh
bendungan (main dam) yang berfungsi
sebagai penahan rembesan air ke arah hilir
serta penyangga tandonan air tersebut.
Dalam perencanaan tubuh bendungan
harus direncanakan dengan pertimbangan
atas berbagai aspek teknis, diantaranya
kondisi topografinya yang perlu diperhitungkan antara lain kondisi geologi di
daerah calon bendungan, tersedianya
bahan dengan kualitas yang memenuhi
2.
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam studi ini perhitungan dilakukan
dengan berbagai tahapan di antaranya
dengan analisis hidrologi, menentukan dimensi bendungan, analisis stabilitas bendungan, dan menentukan anggaran biaya
timbunan tubuh bendungan dan pondasi.
A. Analisis Hidrologi
Analisis hidrologi dalam menentukan
besarnya elevasi muka air banjir memiliki
tahapan sebagai berikut:
a. Curah hujan rerata daerah
Curah hujan wilayah atau curah hujan
daerah adalah curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pengendalian banjir yang
merupakan curah hujan rata-rata di
seluruh daerah yang bersangkutan, yang
dinyatakan dalam satuan millimeter
(Sosrodarsono, 1983:27). Dalam perencanaan curah hujan rerata daerah dalam
studi ini menggunakan metode rata-rata
hitung (arithmetic mean) dengan
persamaan sebagai berikut:
D =
dengan:
d = tinggi curah hujan rerata daerah
(mm)
log X =
G merupakan nilai yang didapatkan dari
tabel Distribusi Log Pearson III yang
menunjukkan hubungan antara nilai Cs,
Tr, dan P (%).
c. Probability Maximum Precipitation
PMP atau curah hujan maksimum yang
mungkin terjadi umumnya memiliki
besaran 4 6 kali dari harga periode
perulangan 100 tahunan, selain itu dapat
pula diperoleh dengan cara sebagai
berikut:
- Membandingan catatan-catatan hasil
observasi dengan jangka waktu
yang berbeda-beda.
- Direktorat Jendral Pengairan telah
mengumpulkan data curah hujan
dan memberi kesimpulan bahwa
angka 700 mm sebagai angka curah
hujan tertinggi di Indonesia.
d. Debit banjir rancangan
Untuk menentukan hidrograf satuan
daerah pengaliran sungai yang tidak
terpasang stasiun AWLR (Automatic
Water Level Recorder), dapat digunakan hidrograf sintetik. Dalam hal ini
biasanya digunakan hidrograf-hidrograf
sintetik yang telah dikembangkan di
negaranegara lain, dimana parameterparameternya harus disesuaikan terlebih
dulu dengan karakteristik daerah pengaliran yang ditinjau (Soemarto, 1987).
6
p
dengan:
Qp = debit puncak banjir (m3/dt)
R0 = hujan satuan (mm)
Tp = tenggang waktu dari permulaan
hujan sampai puncak banjir (jam)
T0,3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari puncak sampai 30% dari debit puncak
A = luas daerah pengaliran sampai
outlet (km2)
(2-8)
a. Tinggi bendungan
Tinggi bendungan adalah perbedaan
antara elevasi permukaan pondasi dan
elevasi mercu bendungan. Untuk menentukan tinggi bendungan secara optimal harus memperhatikan tinggi ruang
bebas dan tinggi air untuk operasi
waduk (Soedibyo, 1993 : 219).
Untuk menentukan tinngi bendungan
terlebih dahulu harus menentukan tinggi
jagaan (Hf) yang dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut :
Hf h + (
) + ha + hi
dengan:
h = Tinggi kemungkinan kenaikan
permukaan air waduk yang
terjadi
akibat
timbulnya
banjir abnormal
hw = Tinggi ombak akibat tiupan
angin
he = Tinggi gelombang akibat
gempa
hd = Tinggi kemungkinan kenaikan
permukaan air waduk, apabila
terjadi kemacetankemacetan
pada pintu bangunan pelimpah
hi = Tinggi tambahan yang didasarkan pada tingkat urgensi
dari waduk
b. Lebar mercu bendungan
Guna memperoleh lebar minimum
mercu bendungan, biasanya dihitung
dengan rumus sebagai
berikut
(Sosrodarsono, 1989:174) :
B = 3,6 . H1/3 3
dengan:
B = lebar mercu bendungan (m)
H = tinggi bendungan (m)
Tabel 1. Standar Lebar Puncak
Bendungan Menurut Japanese Code
Tinggi
Bendungan
30 m
Lebar Puncak
Bendungan
8m
50 m
10 m
70 m
11 m
100 m
13 m
200 m
18 m
c. Panjang bendungan
Panjang bendungan adalah seluruh panjang mercu bendungan yang bersangkutan, termasuk bagian yang digali pada
tebingtebing sungai di kedua sisi ujung
mercu tersebut.
d. Kemiringan lereng bendungan
Pada tubuh bendungan urugan mempunyai kemiringan lereng tertentu,
dalam perencanaannya dapat menggunakan persamaan berikut :
FShulu =
tg
FShilir =
tg
dengan :
FShulu = faktor keamanan lereng bagian
hulu
FShilir = faktor keamanan lereng bagian
hilir
m
= kemiringan lereng hulu
n
= kemiringan lereng hilir
k
= koefisien gempa
h +c
dengan :
d = kedalaman pengeboran (m)
h = tinggi tekanan statis air (m)
c = koefisien (8 s/d 20)
Perhitungan debit rembesan sebelum
digrouting :
Qo =
Q=
3.
METODOLOGI PERENCANAAN
A. Lokasi Studi
Lokasi studi terletak di sub DAS
Konto Desa Wiyurejo, Kecamatan Pujon,
Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur
dengan letak geografis 7o4846,37 LS
112o2854,92 BT, berada sekitar 32,6 km
dari Kota Malang. Luas DAS 11,93 km2
dan sumber air dari sungai itu sendiri
berasal dari Gunung Petung Molok, dan
Gunung Tumbakan.
Fs =
(c L
n 1
Wn cos n tan )
n p
W
n 1
sin n
dengan:
Fs = faktor keamanan
bn
n=
cos n
bn = lebar potongan irisan ke-n
B. Data
Data-data yang diperlukan antara lain
data curah hujan dengan menggunakan
data dari Stasiun Hujan Pujon dan
Tampung (Mojokerto), data debit aliran
sungai, data teknis bendungan, topografi
dan as bendungan, karakteristik DAS,
geologi dan mekanika tanah.
C. Tahapan Studi
Adapun tahapan-tahapan studi ini
yaitu sebagai berikut :
1. Analisis hidrologi
2. Analisis stabilitas bendungan
3. Analisis biaya tubuh bendungan dan
pondasi
4.
A. Analisis Hidrologi
a. Curah hujan rerata daerah
Dalam menentukan curah hujan rerata
daerah digunakan data curah hujan
harian selama 20 tahun (tahun 1993
sampai dengan 2012).
Tabel 2. Curah Hujan Maksimum
Rerata Daerah Metode Aritmatik
No
Tahun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Stasiun
Pujon
(mm)
95.00
87.00
82.00
90.00
89.00
90.00
125.00
79.00
59.00
95.00
78.00
149.00
69.00
139.00
182.00
145.00
75.00
118.00
72.00
68.00
Stasiun
Tampung
(mm)
207.00
113.00
237.00
93.00
96.00
83.00
104.00
147.00
74.00
130.00
81.00
69.00
103.00
139.00
86.00
104.00
115.00
143.00
80.00
68.00
Rerata
Maksimum
(mm)
151.00
100.00
159.50
91.50
92.50
86.50
114.50
113.00
66.50
112.50
79.50
109.00
86.00
139.00
134.00
124.50
95.00
130.50
76.00
68.00
c. PMP
Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai
PMP teroreksi sebesar 565,362 mm.
selanjutnya nilai PMP ini akan
dikontrol dengan peta Isohit PMP-24
jam untuk wilayah Jawa Timur
(Anonim, 1999). Berdasarkan peta
diketahui PMP di Kecamatan Pujon
sebesar 520 mm, karena lebih kecil dari
PMP hitung maka dalam desain
digunakan hasil PMP hitung.
d. Debit banjir rancangan Nakayasu
Data yang diketahui:
Luas DAS (A)
: 11,93 km2
Panjang sungai utama : 5,6 km
Unit hujan efektif (Ro) : 1 mm
Parameter hidrograf : 3
Untuk sungai dengan L < 15 km
Sumber: Perhitungan
P (% )
Cs
Log X
X (mm)
20
-0.057
0.839
2.107
127.881
10
10
-0.057
1.275
2.155
142.961
25
-0.057
1.731
2.206
160.61
50
-0.057
2.023
2.238
173.051
100
-0.057
2.326
2.272
186.956
1000
0.1
-0.057
3.01
2.348
222.652
Sumber: Perhitungan
+ ha + hi
5
55
4
5
+1
Hf m
Diambil tinggi jagaan Hf sebesar 2 m
dari tinggi muka air normal.
Dari perhitungan tinggi jagaan di atas,
maka dapat ditentukan elevasi mercu
dan tinggi bendungan sebagai berikut:
Elevasi mercu bendungan:
E = 1242,05 + 2,00
= 1244,05
Tinggi bendungan:
H = 1244,05 1207,00
= 37,05 m
Untuk antisipasi terjadinya konsolidasi
setelah pelaksanaan penimbunan,
maka perlu penambahan ketinggian
bendungan sebesar 1% dari rencana
ketinggian sebelumnya, maka:
H = (0,01 . 37,05) + 37,05
= 74 m 8m
Elevasi mercu bendungan:
El. = 1207 + 38
= +1245
b. Lebar mercu bendungan
Lebar mercu bendungan Konto Wiyu
dapat dicari dengan sebagai berikut:
B = 3,6 . H1/3 3
= 3,6 . 381/3 3
=9
m
c. Panjang bendungan
Sesuai dengan gambar maka diperoleh
panjang bendungan sebesar 209,2 m.
FShilir =
4
646
74
74
. tg 37
tg
. tg 37
4
n
=
Maka
diperoleh kemiringan lereng
tubuh bendungan bagian hulu adalah
1:3 dan kemiringan hilir adalah 1:2,2.
Gambar hasil desain rencana tubuh
bendungan dapat dilihat pada Gambar
9.
1,1
9 496
-6
9
= 6,291 10-5 m3/dt.m
Direncanakan Efisiensi Ec sebesar 60%
Maka perhitungan debit setelah
grouting dapat dihitung sebagai berikut:
Ec =
100%
60%=
6 9
-5
100%
-5
6 9
Q = 2,516 10-5 m3/dt . m
b. Rembesan pada tubuh bendungan
Untuk menentukan besarnya debit
rembesan yang lewat di tubuh
bendungan maka terlebih dahulu
menentukan formasi garis depresi pada
tubuh bendungan.
ic =
58
4
= 4,719
SF =
=
f
p
. k .h .L
. 2,86 . 10-9 .33 . 176,164
-5
ie =
=
476
7 9
= 0,671
67
= 7,029
SF
(faktor
aman)
minimum
ditentukan 4 (Christady, 2010:220).
Karena SFhitung > SFmin maka bendungan dinyatakan aman terhadap
bahaya piping.
- Kecepatan kritis
Selain dengan analisis di atas, perlu
juga adanya kontrol besar kecepatan
aliran rembesan yang melalui tubuh
bendungan.
V =
= 1,496 . 10 m /det
Untuk menyatakan bahwa bendungan
aman terhadap bahaya piping dan
boiling maka dapat dikontrol dengan:
- Maximum exit gradient
47 9
86
-9
67
758
= 2,531 . 10-9 m/det
Kecepatan kritis dapat
dengan persamaan :
c =
dihitung
ef
f total
100%
100%
4 474
= 0,248%
Qf total sebelum grouting = 0,0111
m3/det < Qijin = 0,0895 m3/det
maka bendungan dinyatakan aman
terhadap rembesan.
Rembesan setelah grouting
Qf total = Qf inti + Qf pondasi
= 1,49 .10-5 + 4,432.10-3
= 4,447 . 10-3 m3/det
f total
100%
4 447
100%
4 474
= 0,099%
Qf total setelah grouting = 4,447 .
10-3 m3/det < Qijin = 0,0895 m3/det
maka bendungan dinyatakan aman
terhadap rembesan.
d. Stabilitas lereng bendungan
Contoh perhitungan pada bagian hulu
bendungan saat waduk kosong dalam
kondisi tanpa gempa.
1. Menentukan jari-jari bidang longsor
(R) sehingga tepi lingkaran menyinggung dasar pondasi dan mengenai semua jenis material timbunan tubuh bendungan, dapat
dilihat pada Gambar 10.
2. Membagi bidang longsor menjadi
beberapa bagian sama lebar, kemudian masing-masing pias dihitung
luas (A) dan gaya beratnya (W). Pada
perhitungan, untuk pias 1 didapatkan
nilai:
A
= 7,374 m2
W
= 12,905 ton/m
= -31,592
T
= -6,760 ton/m
N
= 10,992 ton/m
N tan = 8,283 ton/m
C.l
6
5
66 58
6
= 56,949 ton/m2
4. Prosedur perhitungan di atas diulang
sampai semua pias yang membentuk
bidang longsor dihitung, selanjutnya
mencari nilai faktor keamanan (SF),
jika W cos = N dan W sin = T,
maka:
{
tan }
SF
=
56 949
74 76
=
6 4 6
= 3,871
Faktor keamanan diperoleh 3,871.
Berdasarkan tabel faktor aman
minimum untuk bendungan urugan
(Novak, 2007 : 85), untuk kondisi
akhir pelaksanaan (waduk kosong)
faktor aman minimumnya adalah
1,25. Dalam perhitungan SF > SF
minimum maka bendungan dinyatakan aman.
Berdasarkan perhitungan stabilitas lereng
bendungan didapatkan rekapitulasi sebagai
berikut:
T1
T2
T3
T1
T2
T3
Kondisi
Setelah Konstruksi (Kosong)
NWL (el. +1240)
FWL (el. +1242,16)
Rapid Draw Down (el. +1240 to +1229)
Setelah Konstruksi (Kosong)
NWL (el. +1240)
FWL (el. +1242,16)
Rapid Draw Down (el. +1240 to +1229)
Setelah Konstruksi (Kosong)
NWL (el. +1240)
FWL (el. +1242,16)
Rapid Draw Down (el. +1240 to +1229)
Setelah Konstruksi (Kosong)
NWL (el. +1240)
FWL (el. +1242,16)
Rapid Draw Down (el. +1240 to +1229)
Setelah Konstruksi (Kosong)
NWL (el. +1240)
FWL (el. +1242,16)
Rapid Draw Down (el. +1240 to +1229)
Setelah Konstruksi (Kosong)
NWL (el. +1240)
FWL (el. +1242,16)
Rapid Draw Down (el. +1240 to +1229)
Sumber: Perhitungan
Koef.
Angka
FS Kritis
Gempa Keamanan u/s
d/s
0
1.5
3.871
0
1.5
4.814 3.247
0
1.5
5.199
0
1.2
2.614
0
1.5
3.645
0
1.5
4.478 3.015
0
1.5
4.992
0
1.2
2.629
0
1.5
3.078
0
1.5
4.380 2.599
0
1.5
4.658
0
1.2
2.407
0.140
1.1
2.311
2.228
0.140
1.1
1.935
0.140
1.1
1.934
0.140
1.1
1.363
0.140
1.1
2.207
0.140
1.1
1.827 2.082
0.140
1.1
1.930
0.140
1.1
1.304
0.140
1.1
2.089
0.140
1.1
1.790 1.805
0.140
1.1
1.855
0.140
1.1
1.288
-
Keterangan
u/s
d/s
aman
aman
aman
aman
aman
aman
aman
aman
aman
aman
aman
aman
aman
aman
aman
aman
aman
aman
aman
aman
aman
aman
aman
aman
aman
aman
aman
aman
aman
aman
-
KESIMPULAN
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada pembahasan sebelumnya diperoleh beberapa hasil antara lain sebagai
berikut :
1. Berdasarkan analisa hidrologi yang
telah dilakukan didapatkan hasil
sebagai berikut:
- Debit banjir rancangan dengan kala
ulang 1000 tahun (Q1000th) adalah
sebesar 128,99 m3/det dengan elevasi
muka air +1242,05.
- Debit banjir rancangan 1,2 Q1000th
adalah sebesar 159,91 m3/ det
dengan elevasi muka air +1242,30.
- Debit banjir rancangan PMF adalah
sebesar 345,47 m3/ det dengan
elevasi muka air +1243,70.
2. Data teknis dimensi bendungan yang
telah direncanakan adalah tinggi
bendungan 38 m, elevasi puncak
bendungan +1245, lebar puncak
bendungan 10 m, kemiringan hulu 1:3,
kemiringan hilir 1:2,2, panjang
bendungan 209,2 m, tinggi pelimpah 3
m, elevasi puncak pelimpah +1240,
lebar pelimpah 20 m, tebal filter halus
dan kasar 2 m, tebal rip-rap 0,5 m.
3. Analisis keamanan tubuh bendungan
dan pondasi terhadap rembesan memberikan hasil berupa rembesan total
sebagai berikut:
- Total rembesan tanpa grouting adalah sebesar 0,0111 m3/det (0,248%
dari debit rerata tahunan).
- Total rembesan dengan grouting
adalah sebesar 4,447 . 10-3 m3/det
(0,099% dari debit rerata tahunan).
4.
5.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
1999.
Panduan
Perencanaan
Bendungan
Urugan Volume II (Analisis
Hidrologi).
Jakarta:
Departemen Pekerjaan Umum.
Anonim. 2010. The Japanese Code
1957 Specifies Crest Width.
http://www.dur.ac.uk/~des0ww
w4/cal/dams/emba/ecrest.htm
(diakses 9 Oktober 2013).
Anonim. 2015. Standar Satuan
Harga Kabupaten Malang
Provinsi Jawa Timur. Malang:
Pemkab Malang.
Christady Hardiyatmo, Hary. 2010.
Mekanika Tanah 2 Edisi
Kelima. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Masrevaniah,
Aniek.
2010.
Konstruksi Bendungan Urugan.
Malang : CV. Asrori Malang.
Limantara, Lily Montarcih. 2010.
Hidrologi Praktis. Bandung:
Lubuk Agung.