Anda di halaman 1dari 51

Narasi Riset Aksi Partisipatif

BOLO: GAMBAR LINGKUNGAN SEHAT


YANG TAK TERAWAT
A. Bentang Alam Bolo
Bolo, sebuah Desa di kecamatan Kare Kabupaten Madiun
tepatnya dilereng gunung Wilis dengan ketinggian 600 m. dari
permukaan laut. Curah hujan yang mencapai 1980 mm pertahun
membuat daerah Bolo bersuhu dingin1 terlebih jika musim dingin
tiba. Untuk sampai ke wilayah Bolo harus melalui akses jalan
yang berkelok-kelok karena desa ini terletak dilereng bukit,
kondisi

jalannyapun

baru

sebagian

yang

sudah

diaspal

sedangkan sebagian lain masih berbatu (makadam).


Posisinya yang terletak dilereng gunung membuat desa Bolo
banyak tersedia sumber mata air jernih. Untuk tersalurnya air
kerumah warga,
menyambung

dahulu

bambu

pengairan
dan

dilakukan dengan cara

ditampung

penampungan berbetuk lumbung.

dalam

sebuah

Pada Tahun 1970 telah

dibangun beberapa penampungan air yang berbentuk bak


penampungan permanent untuk mempermudah para penduduk
pada tahun 2008-2009. Bak penampungan diperbanyak melalui
iuran wajib sebanyak Rp.300.000/KK

hingga sekarang tempat

penampungan air yang ada berjumlah 10 bak yang terletak di


pinggir-pinggir jalan Desa.
Selain itu, dengan persedian air yang cukup dan kondisi
alam yang terletak dilereng gunung penduduk desa Bolo masih
mengandalkan perekonomiannya dari sektor pertanian jangka
panjang yang bisa dipanen satu tahun sekali. Seperti cengkeh,
ketela dan durian. Untuk memberikan suplai air pada tanaman,
1
2

Pendataan profil desa/kelurahan tahun 2009 .


Lumbung: bentuknya seperti gentong.

15

terdapat pula kali-kali kecil yang mempermudah petani dalam


mengairi sawah-sawah mereka. kondisi alam yang sangat kaya
akan air, menjadikan tanaman yang ditanam menjadi subur dan
dapat dipanen dengan hasil yang memuaskan.
Gambar 1
Peta Posisi Desa Bolo

16

Secara geografis, desa bolo terletak ditengah-tengah desa


yang ada di kecamatan Kare, yaitu sebelah utara berbatasan
dengan desa Kuwiran sebelah selatan desa Bodag, sebelah barat
berbatasan dengan desa Kresek dan sebelah timur berbatasan
dengan desa Kepel. Desa bolo terbagi atas 3 dusun yaitu dusun
Bolo dengan Jumlah penduduk 575 jiwa dan 7 RT, dusun
Kembang Kuning 485 jiwa dari 6 RT dan dusun Jajar berjumlah
575 jiwa dari 7 RT.

Sehingga Secara keseluruhan Jumlah

penduduk desa Bolo mencapai 1635 jiwa dengan 702 KK yang


mendiami 20 RT.
Di desa ini terdapat banyak masjid dan musholla. Dari hasil
pemetaan terdapat 3 buah masjid, 7 buah musholla dan 2 buah
gereja

yang

masih

aktif

dan

digunakan

sebagai

tempat

beribadah. Namun untuk pedidikan hanya terdapat 2 gedung SD


dan juga 1 buah gedung SMP. 1 gedung SD barada di dusun
Kembang Kuning dan 1 lagi berada di Jajar sehingga mayoritas
anak-anak yang ada di dusun Bolo harus berjalan ke dusun
Kembang Kuning yang berjarak 2,5 km. Sedangkan untuk pusat
perdagangan (pasar), warga harus ke pasar Dungus yang
terletak di Desa sebelah dengan jarak tempuh 14 km dari desa
Bolo.
B. Sejarah Desa Bolo
Konon berdirinya desa ini diawali oleh tiga saudara yang di
percaya memiliki kesaktian yang bernama Bambang Sari, lancur
sari dan juga grambyang sari. Mereka dapat di katakan sebagai
pembabat alas. Dengan kesaktian dan kemampuan yang mereka
miliki mampu membuat desa ini yang dahulunya sebuah hutan
(alas) menjadi sebuah tempat pemukiman. Bolo sendiri berasal
dari kata teman. Ditengah-tengah situasi

yang penuh dengan

peperangan pada masa Majapahit ada dua buah kubu yang

17

bermusuhan sejak lama. Suatu hari dua kubu tersebut bertemu


secara tidak sengaja di desa ini dan secara tidak sengaja pula
merea adalah family. Saking terkejutnya, salah satu dari mereka
berteriak lho iki lek bolo dewe (lho... ini kan saudara sendiri).
Karena itulah Desa ini disebut Desa Bolo. Inilah yang menjadi
kepercayaan oleh warga sebagai sejarah (asal mula) nama desa
mereka. Sedangkan, tempat bertemunya mereka dinamakan
dusun Bolo. Di desa Bolo juga terdapat dusun Kembang Kuning
dan Jajar. Munculnya nama nama Kembang Kuning disebabkan
oleh banyaknya bunga kantil berwarna kuning hingga mudah di
ingat oleh pendatang, dan akhirnya dinamakan dusun Kembang
Kuning. Dinamakan dengan dusun Jajar karena jaman dulu saat
peperangan dua kubu yang bertempur selalu sejajar, tidak ada
yang kalah dan tidak ada yang menang.
Gambar 2

Foto 1: KEMBANG KUNING, salah satu bukti sejarah yang banyak


tumbuh di dusun Kembang Kuning

C. Pola Pertanian Masyarakat


Dari segi pertanian kebanyakan tanaman yang tumbuh di
desa Bolo adalah tanaman jangka panjang karena lokasi

desa

Bolo yang berada Di daerah pegunungan tidak memungkinkan


untuk mengandalkan tanaman-tanaman jangka pendek. Selain
itu untuk memetik hasil tanaman (panen) dilakukan hanya sekali
setahun bahkan paling sering dua kali dalam setahun. Dilihat dari

18

musim panenya, tanaman musiman di desa ini adalah : padi, ubi


cengkeh dan durian.
Para petani berpengang pada pedoman Panca Usaha Tani
yakni: lahan, air, benih, pupuk, pencegahan hama.
Mengetahui musim adalah salah satu kunci para petani di
Desa

Bolo

dalam menyesuaikan lahan pertanianya.

Bulan

November hingga Februari merupakan musim hujan atau dalam


kalender jawa disebut saben dino di mana hujan turun secara
terus menerus. Pada bulan inilah para petani banyak yang
menanam padi dan juga ketela. Untuk jenis padi yang ditanam
biasanya padi jangka 4 dan 6 bulan, sehingga panenya pun
relatif lama dan hanya terjadi dua kali. Hal ini disebabkan karena
cuaca yang sangat dingin memperlambat proses penuaan padi.
Pada bulan Maret sampai Juli juga termasuk musim hujan
namun curah hujanya sudah menurun. Masyarakat membagi
kedalam dua bagian yaitu: Maret dan April

adalah musim

mengkerak selanjutnya pada bulan Mei sampai Juli disebut


bediding kembang randu.3 Biasanya padi yang ditanam pada
bulan

November

telah

siap

dipanen

pada

bulan

Maret.

sedangkan yang ditanam pada bulan April, dimusim bediding


merupakan masa berbunga.
Terakhir, pada bulan Agustus sampai Oktober merupakan
Musim kemarau, keadaan tanah menjadi mengeras sehingga
tanaman

yang

membutuhkan

banyak

suplai

air

harus

mendapatkan perawatan yang intens. Masyarakat desa Bolo


menyebut musim terakhir ini dengan musim Atus. Pada bulan
inilah padi yang telah berbunga dan juga tanaman lain banyak
yang dipanen.
Padi yang telah dipanen kemudian diselep sendiri oleh
pemilik gabah menggunakan mesin keliling. Kemudian gabah
3

Selain itu musim bediding membuat


Desa Bolo sangat dingin
bahkan masyarakat memahami bahwa pada masa ini kutub Selatan
menjadi Es.

19

yang telah menjadi beras ini sebagian dijual dan sebagian (sisa
dari penjualan) digunakan untuk kebutuhan pangan. Namun,
rata-rata hasil panen padi di desa Bolo hanya mencapai kurang
dari 1 ton karena sawah petani tidak begitu luas sehingga
kebanyakan mereka hanya memanfaatkan hasil panen untuk
kebutuhan pangan sendiri.
Gambar 3

Foto 2: POLA PERTANIAN. Padi yang baru ditanam

Untuk tanaman cengkeh biasanya dipanen sekali dalm


setahun, yakni bulan Juli sampai September. Cengkeh mulai
ditanam pada bulan April dimana pada bulan penanaman
tersebut curah hujan sangat rendah. Hal ini sesuai dengan
kebutuhan

cengkeh

yang

harus

ditanam

dengan

tingkat

kelembapan yang cukup.


Proses penanaman cengkeh ini diawali dengan Mencangkul
tanah dengan kedalaman 60 cm. Kemudian diberi pupuk
kandang dan diamkan selama 20 hari. Lalu ditutup dengan
tanah, setelah itu baru ditanami bibit cengkeh. Kemudian
cengkeh yang telah ditanam mengalami masa perawatan ekstra
pada bulan Februari dan Maret.
Bentuk pengolahan cengkeh ada yang diolah sendiri namun
ada pula dengan bentuk gadai, dimana seseorang yang sedang
membutuhkan uang meminjam kepada orang lain dengan

20

jaminan cengkeh selama jangka waktu tertentu hingga ia


(peminjam)

dapat

mengembalikan

uang

tersebut.

Setelah

cengkeh dipanen biasanya didistribusikan melalui pengepul.


Untuk cengkeh kering 50.000/kg sedangkan untuk cengkeh
basah 16.000/kg. Namun karena kebutuhan petani itu terus
menerus meningkat sehingga lebih banyak diantara mereka yang
menjual dalam keadaan basah.
Gambar 4

Foto 3: HASIL PERTANIAN. Cengkeh yang sudah dikeringkan

Hasil pertanian lainnya adalah ketela. Musim panen ketela


pada bulan Agustus dan September.

Sebagaimana tanaman

cengkeh, panen ketela dilakukan hanya sekali setahun. Cara


penanaman

ketela

tidak

serumit

penanaman

cengkeh.

Penanaman ketela hanya membutuhkan batang sepanjang 10 cm


yang ujungya dilancipkan, setelah itu baru ditancapakan pada
tanah yang sudah digemburkan. Jika telah mencapai masa panen
warga biasanya mendistribusikan dengan cara borongan, yaitu
penjualan ketela saat masih dalam tanah. Karena itu ketela tidak
perlu dipanen langsung oleh pemiliknya sebab telah dibeli oleh
pemborong.

Satu

lahan

kecil

kebun

ketela

menghasilkan

Rp.700.000. Jika lebih luas lagi seperti milik Bapak Suroto (71
tahun)

yang

mencapai

hektar

bisa

menghasilkan

21

Rp.7.000.000. Dari seluruh hasil penjualan ketela milik Bapak


Suroto, buruh tanam hanya mendapatkan bagian. Untuk ketela
sisa yang tidak dipanen oleh pemborong biasanya menjadi hak
milik

penjual.

Istilahnya

adalah

turahan

atau

sisa

dari

penjualan.
Untuk pohon Durian, musim berbunga pada bulan Agustus
dan September. Bisa dipanen pada bulan Februari dan Maret.
Biasanya setelah durian mencapai umur untuk dijual pemiliknya
akan menjual dengan cara Ijon (sebelum matang dan masih ada
dipohonya) dengan harga yang disesuaikan dengan bentuk dan
kualitas buahnya jika buahnya bagus biasanya dijual dengan
harga Rp. 10.000/ buah.
Gambar 5

Foto 5: HASIL PERTANIAN. Pohon durian yang mulai berbunga

Karena banyaknya para petani dengan hasil pertanian yang


bermacam-macam maka di desa Bolo sekarang ini banyak
dibentuklkelompok-kelompok tani seperti KOPWANT (kelompok
wanita tani) dan GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani). Menurut
keterangan Ibu Sumiati (44 tahun) tugas dari KOPWANT selain
bertani seperti biasanya adalah memproduksi hasil pertanian
menjadi

industri

masyarakat

kecil-kecilan

setempat

(industry

yang
lokal).

dipasarkan
Sedangkan

kepada
untuk

22

GAPOKTAN menurut Bapak Sutrisno (52 tahun) bergerak dalam


bidang koperasi. Koprasi ini bertujuan menyalurkan bantuan dari
pemerintah dalam bentuk simpan pinjam. Dengan modal awal
100.000.000 yang telah disumbangkan oleh pemerintah Madiun,
GAPOKTAN mampu menyediakan bibit dan pupuk untuk petani.
Ketika petani membutuhkan bibit dan pupuk mereka bisa
membeli di GAPOKTAN atau meminjamnya. Petani juga bisa
meminjam dana untuk modal bertani dengan batas maksimal
1.000.000 dalam jangka waktu 6 bulan dengan jaminan
Gambar 6

Foto 5: KELOMPOK TANI. GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani)


dan pos penyuluhan pertanian

Kelompok-kelompok tani desa Bolo biasanya juga bekerja


sama dengan PT. melalui sistem kontrak. Misalnya PT. Gudang
Garam

mengontrak tanah

petani cengkeh, bibit serta pupuk

ditanggung oleh PT. Gudang Garam dengan konsekuensi hasil


pertaniannya secara otomatis didistribusikan pada PT. Gudang
Garam. Namun kebanyakan petani menjual hasil pertanianya
sendiri tanpa bekerjasama dengan PT. Begitu pula halnya dalam
pembelian pupuk, mereka biasanya membeli sendiri melalui
GAPOKTAN. Dengan adanya kelompok-kelompok tersebut petani
sangat terbantu dalam mengelola hasil pertanian mereka.

23

Untuk masalah pengendalian hama, petani di Desa Bolo


telah

diberikan

penyuluhan

oleh

SLPH

(Sekolah

Lapang

Pengendali Hama). Penyuluhan sendiri biasanya dilakukan di pos


penyuluhan desa. Pos ini juga berfungsi memberikan informasi
dari dinas pertanian seperti pengadaan bibit baru dan cara
penanamannya.

D.

Keberagamaan Masyarakat Desa Bolo


Secara umum masyarakat Desa Bolo mayoritas muslim. Dari

keseluruhan penduduk, 98 % memeluk ajaran agama Islam. Hal


itu terbukti dengan adanya bangunan atau tempat peribadatan
seperti masjid dan musholla. Sedangkan 2% dari penduduk Desa
Bolo memeluk agama Kristen. Namun meskipun demikian
penduduk yang beragama Islam ini 60% merupakan Islam
abangan. Sedangkan 20% adalah kelompok muslim kejawen
yang patuh terhadap tradisi-tradisi kejawen. Adapula Islam yang
taat hanya berjumlah 18%. Menurut salah seorang warga Asep
(45 tahun) bahwa perbedaan tingkat kaeagamaan tidak menjadi
masalah bagi masyarakat karena hal ini adalah keyakinan yang
kembali pada kesadaran masing-masing individu.
Masyarakat yang beragama Islam di Desa Bolo menunjukan
eksistensinya

dengan

membuat

kelompok-kelompok

yaitu

khsusnya para wanita membentuk kelompok muslimat yang


memilki kegiatan rutin sepert yasinan, terbangan (hadrah) dan
tahlilan bersama setiap hari jumat legi dan kliwon. Selain itu
adapula kelompok arisan bapak-bapak dan ibu-ibu. Kegiatan
arisan ini dilaksanakan setiap malam jumat, salah seorang
warga Agus (21 tahun) menjelaskan bahwa kelompok arisan

24

dibentuk sebagai sebuah media untuk menarik minat para


masyarakat agar selalu bersilaturahmi dan menjalakan ajaranajaran Islam, karena pada hakikatnya yang dilaksanakan bukan
hanya arisan tetapi juga kegiatan lain yang merupakan kegiatan
rutinan kelompok muslimat seperti yasinan atau tahlilan.

Gambar 7

Foto 6: RUTINITAS MASYARAKAT. Arisan bapak-bapak dan muslimatan

E. Adat Istiadat dan Mitos Masyarakat


Desa bolo sangat kental dengan adanya tradisi atau adat
istiadat dan mitos-mitos. Tradisi ini dikenal dengan nama Jopo
atau Pujonggo Topo4 yang selama ini di unggul-uanggulkan oleh
masyarakat.

Tradisi

ini

bertujuan

untuk

memprediksi

keselamatan, rejeki, jodoh serta kematian. Selain itu, masyarakat


Desa

Bolo

rata-rata

masih

menganut

ilmu

kejawen

yang

mempercayai punden-punden sebagai sesuatu yang keramat.


4

Jopo atau pujonggo Topo merupakan sejarah yang menceritakan


arwah-arwah leluhur serta ritual-ritual yang harus dilakukan untuk
menghormati leluhur.

25

Warga sering berdatangan menggunakan sesajen ke punden


dengan berbagai tujuan seperti minta harta yang melimpah dan
sebagainya. Namun, seiring dengan perkembangan jaman sedikit
demi sedikit tradisi ini mulai luntur tetapi dengan dalil untuk
persoalan dan kebutuhan keluarga sebagian masyarakat masih
berhubungan dengan punden- punden yang berada di masingmasing dusun di desa Bolo.
Selain itu, Desa Bolo juga mempunyai tradisi dan adat
istiadat yang sampai saat ini masih dipertahankan oleh warga
diantaranya:
a) Tingkepan
Tingkepan merupakan tradisi yang biasa dilaksanakan
oleh warga ketika umur kandungan seorang wanita berusia
7 bulan. Menurut warga Desa Bolo Tingkepan bertujuan
untuk meminta keselamatan agar bayi yang ada dalam
kandungan dilindungi serta memperoleh rejeki yang banyak
ketika terlahir kedunia. Tingkepan ini dilaksanakan ketika
umur

kandungan

berusia

Bulan

seiring

dengan

sempurnanya penciptaan manusia seperti yang dijelaskan


dalam

agama.

dengan acara

Tingkepan

ini

pertama-tama

dilakukan

siraman (mandi), kemudian setelah itu

dilanjutkan dengan memecahkan kelapa oleh suami (calon


ayah). setelah itu suami-Istri ini menjual rujak legi dan para
warga yang hadir dalam acara tersebut wajib membeli
dengan kreweng (pecahan genteng yang telah disediakan).
b)

Kuningan
Kuningan adalah tradisi unik yang di lakukan oleh
sebagian

besar

warga

desa

bolo.

Tradisi

ini

tidak

berhubungan dengan manusia tapi menyangkut hewan


yakni sapi, sapi di desa bolo sangat di hormati dengan

26

adanya adat atau tradisi yang di sebut dengan tradisi


kuningan.
Jika manusia mempunyai hari ulang tahun sebagai
penanda bertambahnya umur, maka sapi juga bisa memiliki.
Di desa Bolo, sapi juga mempunyai hari ulang tahun seperti
manusia.

Hanya

saja

perbedaannya

terletak

pada

pengulangannya. Bila manusia merayakannya setiap tahun,


maka sapi di Desa Bolo setiap 7 bulan. Mbah Surajan (60
tahun)

menjelaskan

bahwa

pada

saat

tasyakkuran

diwajibkan adanya tumpengan yang berwarna kuning. Dari


sinilah tradisi masyarakat ini kemudian disebut dengan
istlah kuningan5.
Gambar 8

c) Gundengan
Foto 7: TRADISI MASYARAKAT. Sapi yang baru berulang tahun
Tradisi gundengan ini hampir sama dengan tradisi
kuningan. Yaitu tradisi yang tidak menyangkut manusia tapi
menyangkut hewan yakni kebo. Gundengan sama persis
dengan

kuningan.

Gundengan

juga

merupakan

tradisi

masyarakat Bolo untuk merayakan ulang tahun kebo. Ulang


tahunnya pun sama dengan sapi, diadakan 7 bulan sekali.
Tujuannya juga sama dengan kuningan, sebagai media
untuk mendoakan agar hewan yang bersangkutan menjadi
sehat.
d) Megengan
5

Tradisi kuningan ini juga merupakan media untuk meminta doa


agar hewan yang diternakan menjadi sehat.

27

Megengan adalah adat istiadat yang di lakukan oleh


masyarakat
puasa.

Desa

Bolo

Tujuannya

sebelum

adalah

untuk

melaksanakan
meminta

ibadah

keselamatan

kepada allah SWT agar dalam menjalankan ibadah puasa


diberi kekuatan dan kesehatan. Megengan ini dilakukan
dengan menyediakan makanan yang bermacam-macam
bagi

warga

yang

mendapatkan

bagian.

Warga

akan

melakukan Megengan secara bergilir dari rumah kerumah.


Ada beberapa jenis yang disediakan dalam tradisi
megengan. Seperti Besean yaitu nasi yang dilengkapi
dengan lauk pauk serta diberi Serundeng (kelapa parut yang
ditumis
berfungsi

kering).
sebagai

Besean
media

menurut
mengirim

warga

sekitar

Bolo

doa

kepada

para

sesepuh sebelum menyambut bulan puasa. Selain besean,


ada pula kue apem yang merupakan sesuatu yang dianggap
penting sehingga apem harus selalu ada dalam tradisi
megengan. Sedangkan makanan yang lain dari kedua jenis
tersebut hanya sebagai pelengkap dalam megengan.
F.

Potensi wisata Alam Desa Bolo


Seperti halnya wilayah-wilayah lain, desa Bolo juga
memiliki potensi wisata alam yang tidak kalah menarik.
Satu-satunya wisata alam yang dimiliki desa Bolo adalah
Goa Suci. Wisata alam ini berada di dusun Jajar.
Gambar 9

Foto 10: Goa Suci. Air terjun yang terlihat dari dalam gua.

28

Goa

Suci

adalah

wisata

alam

yang

memadukan

keindahan air terjun dan gua. Namun sayangnya, hambatan


timbul karena akses ke gua ini sangat sulit. Untuk bisa
mencapainya, pengunjung harus naik turun. Satu lagi, untuk
menuju

gua

ini,

tidak

bisa

menggunakan

kendaraan,

melainkan jalan kaki.


MENYINGKAP TABIR MASALAH
Ditengah-tengah
memiliki

cara

hidup

kehidupan

manusia

masing-masing

(Individu)

(way

of

life)

tentu
untuk

menggapai impian hidupnya. Dari indivdu-individu yang selalu


berinterkasi antara satu sama lain dan mengemukakan gagasangagasan

hingga

membentuk

sekelompok

masyarakat.

Dari

kelompok-kelompok inilah terbentuk masyarakat social yang


membutuhkan

penataan

lebih

lanjut

demi

menciptakan

kenyamanan dan kesejahteraan sosial.


Terciptanya keadaan yang teratur menunjukan masyarakat
yang peduli akan kepentingan antara satu sama lain. Apabila di
tengah-tengah

keteraturan

tersebut

timbul

masalah,

itu

merupakan hal yang lazim adanya. Begitu pula yang terjadi pada
masyarakat Desa Bolo, dengan keteraturan-keteraturan yang ada
dan sumber daya alam yang melimpah terdapat beberapa hal
yang

masih perlu dibenahi bersama agar tidak kerusakannya

tidak semakin parah.


Pembenahan

ini

dianggap

penting

karena

sebagian

masyarakat cenderung vakum dan hanya menerima akibatakibat yang ada. Mereka cenderung menanamkan nilai pasrah
dengan apa yang terjadi selama ini. Tidak terbersit keinginan
dalam diri untuk melangkah maju meninggalkan belakang
menyambut sinar harapan.

29

Adapun

permasalahan-permasalahan

yang

ada

pada

masyarakat Desa Bolo antara lain :


A. Penyakit Yang Tidak Ada Obatnya
Kesehatan adalah kunci kesejahteraan hidup masyarakat.
Masyarakat akan terkendala dalam melakukan segala aktifitas
apabila kesehatan yang menjadi penggerak kini terganggu. Tidak
sehat tidak ada aktifitas, begitu kiranya cara menggambarkan
pentingnya kesehatan.
Bersih Pangkal Sehat itulah slogan kesehatan yang paling
dikenal oleh kebanyakan orang. Desa Bolo yang kaya akan
sumber daya alam ternyata tidak menjamin masyarakatnya
hidup dalam keadaan sejahtera tanpa masalah. Dan masalah
utama yang dihadapi oleh masyarakat adalah kesehatan. Tak
terhitung jumlahnya berapa warga yang terserang penyakit,
mulai dari cikungunya, demam berdarah sampai kanker yang
berujung pada kematian. Tidak hanya manusia, hewan ternak
juga mulai terserang penyakit dan berakhir dengan kematian.
Sebenarnya
telah

dibangun

keberadaan

PUSKESMAS (pusat
di

Desa

PUSKESMAS

Bolo

kesehatan masyarakat)

sejak

tersebut

tahun

tidak

2008.

Namun

berpengaruh

bagi

kesehatan masyarakat DESA BOLO karena sebagian masyarakat


belum mengetahui fungsi PUSKESMAS itu sendiri. Sebagian lagi
takut untuk megunjungi dan sebagian lagi tidak mau untuk
mengeluarkan biaya.
Masyarakat lebih memilih mendiamkan penyakitnya sampai
penyakit yang mendera mereka sembuh dengan sendirinya. Baru
jika penyakit itu tak kunjung sembuh mereka akan membawanya
langsung

ke

rumah

sakit

yang

ada

di

kota.

Bila

harus

memeriksakannya ke PUSKESMAS, mending uangnya untuk


membeli kebutuhan sehari-hari. Di lain pihak masyarakat ada

30

yang mempercayai penyakit yang mereka idap berasal dari


makhluk halus. Untuk mengobati penyakitnya, mereka cukup
menaruh sesembahan di punden yang dianggap keramat oleh
mereka.
Akibatnya, para petani yang harus menghidupi keluarganya
kini

terbaring

atau

hanya

duduk

dirumah-rumah

mereka

menunggu kapan bisa melangkah dan bergerak lagi kembali ke


sawah seperti semula. Seharusnya dalam sehari mereka mampu
mengumpulkan

rupiah

untuk

melanjutkan

hidup,

sekarang

mereka harus mengeluarkan rupiah untuk bertahan hidup. Suatu


keadaan yang berbalik 180 derajat. Keadaan ini berimbas pada
seluruh lingkup kehidupan petani. Anak kecil yang biasanya
menghabiskan

waktu

untuk

mengenyam

pendidikan

dan

bermain, kini harus menggantikan posisi ayahnya. Mencari pakan


ternak, pergi ke sawah sekaligus menjadi perawat bagi sang
ayah.
Gambar 10

Foto 8: PENYAKIT ANEH. Seorang warga yang sudah satu minggu


kakinya membengkak.

Desa

Bolo

sebenarnya

mempunyai

beberapa

pusat

kesehatan yang dibangun mengikuti munculnya PUSKESMAS.

31

Pusat-pusat kesehatan tersebut terbagi di tiap-tiap dusun. Dusun


Kembang

Kuning:

PUSKESMAS,

POSYANDU

dan

POSYANDU

LANSIA, Dusun Bolo: POSYANDU dan Dusun Jajar: POSYANDU.


Namun dari beberapa pusat kesehatan yang ada di Bolo, hanya
beberapa yang masih aktif.
Satu-satunya PUSKESMAS yang ada di Bolo dan masih aktif
ternyata kurang optimal dari segi fungsinya. Pusat kesehatan ini
hanya bertumpu pada satu tenaga medis saja, seorang bidan.
Akibatnya, PUSKESMAS kadang buka dan kadang tidak. Bukanya
pun menyesuaikan dengan jadwal ibu bidan. PUSKESMAS buka
mulai jam 08.00-13.00 jika ibu bidan tidak berhalangan. Namun
apabila ibu bidan berhalangan atau mempunyai kepentingan,
PUSKESMAS hanya buka mulai dari jam 08.00-10.00 bahkan tidak
sama

sekali.

Hal

ini

disebabkan

karena

ibu

bidan

yang

menangani Desa Bolo masih berstatus mahasiswi sehingga


disamping berprofesi sebagai pahlawan kesehatan dia juga
memiliki kesibukan sebagai mahasiswi.
Bermula dari PUSKESMAS pula Desa Bolo mempunyai
organisasi kesehatan desa yang beranggotakan para tokoh-tokoh
desa. Organisasi ini dibuat untuk menangani masalah kesehatan
dan membantu bidan di POSYANDU. Organisasi ini diambil 5
orang

dari

tiap

dusun.

Namun

lagi-lagi

organisasi

yang

diharapkan mampu mengurangi masalah kesehatan di desa tidak


berjalan. Karena anggota organisasi yang ada diangkat tanpa
sepengetahuan anggota. Mereka hanya ditunjuk oleh ketua
tanpa mengetahui tugas-tugasnya di samping mereka tidak
kompeten dalam hal kesehatan.
Genaplah sudah penderitaan masyarakat Bolo. Daerah yang
seharusnya sehat bila dilihat dari demografi dan topografisnya
malah berbalik menjadi daerah rawan penyakit. Tokoh-tokoh

32

organisasi yang diharapakan bisa menyuarakan pentinganya arti


sehat malah terancam karena mereka sama-sama tidak mengerti
dengan arti kesehatan.
Di samping itu semua menurut pak Paldi (48) dan ibu
Rusmini(40)

perhatian

masyarakat

desa

Bolo

terhadap

kebersihan lingkungan sekitar sangat kurang, jangankan unuk


membersihakan bak penampungan air membersihkan sekitar
rumah pun sangat jarang dilakukan. Setiap pagi warga sibuk ke
kebun masing-masing dan kembali saat menjelang petang.
Sampah berserakan dimana-mana dan mereka akan membakar
sampah tersebut jika mereka mau mengerjakanya.
Selain dari masalah sampah, masalah lain diutarakan oleh
Sriono(53), beliau menjelaskan bahwa jarak rumah dan kandangkandang yang terlalu dekat sangat mengganggu, sebab baunya
menyebar kemana-mana. Kotoran hewan hanya dibiarkan saja,
warga akan membersihkannya bila persedian pupuk pabrik habis
dan mereka akan menggunakan kotoran hewan tersebut sebagai
pupuk organik.
Tentu ini adalah masalah yang sangat besar dan butuh
penyelesaian.
menerus

Masyarakat

mengabaikan

Bolo

tidak

kesehatan

bisa

diri

dibiarkan

mereka.

Harus

terus
ada

tindakan nyata untuk menyudahi penderitaan ini. Warga butuh


sehat, mempunyaai harapan untuk menyambut masa depan
dengan senyum penuh semangat. Untuk itu, dibutuhkan pihak
yang bisa mewujudkan mimpi masyarakat yakni tinggal di
lingkungan

sehat

tanpa

ada

satupun

penyakit

yang

menghampiri. Untuk lebih jelasnya berikut Pohon masalah


mengenai masalah kesehatan di Desa Bolo.

33

Mutu
Mutu
kesehatan
kesehatan
masyarakat
masyarakat
menurun
menurun

Gambar 11
Penghasilan
Penghasilan

POHON
MASALAH
masyarakat
masyarakat
tidak
tidak menentu
menentu

Kehidupan
Kehidupan
hewan
hewanternak
ternak
terancam
terancam

KURANGNYA
KURANGNYA
KESEHATAN
KESEHATAN
LINGKUNGAN
LINGKUNGAN

Organisasi
Organisasi
kes.
kes. Desa
Desa
yang
yang ada
ada
tidak
tidak
berfungsi
berfungsi

Pusat
Pusat
kesehatan
kesehatan
masyarakat
masyarakat
tidak
tidak
berfungsi
berfungsi
secara
secara optimal
optimal

Kurangny
Kurangny
a
a tenaga
tenaga
medis
medis

Tidak
Tidak ada
ada
penambah
penambah
an
an tenaga
tenaga
medis
medis dari
dari
pemerinta
pemerinta
h
h

Pengur
Pengur
us
us
kurang
kurang
pro
pro
aktif
aktif

Kurangny
Kurangny
a
a
koordinas
ikoordinas
antar
i antar
pengurus
pengurus

Program
Program
kesehatan
kesehatan
desa
desa tidak
tidak
berjalan
berjalan

Pengurus
Pengurus
kurang
kurang
paham
paham
dengan
dengan
tugas
tugas
masingmasingmasing
masing

Kurang
Kurang
sosialisasi
sosialisasi
dari
dari ketua
ketua
pelaksana
pelaksana
pd
pd
anggota
anggota

Masyarakat
Masyarakat
kurang
kurang
berpartisip
berpartisip
asi
asi

Tidak
Tidak ada
ada
motor
motor
penggerak
penggerak
yang
yang diambil
diambil
dari
dari
kelompok
kelompok
masyarakat
masyarakat

Tidak
Tidak ada
ada
34
ketegasan
ketegasan dari
dari
pihak
pihak

desa
desa

Pohon masalah tersebut diatas merupakan hasil diskusi


pengkajian masalah bersama masyarakat yang di dampingi oleh
kelompok KKN PAR menghasilkan temuan pokok Masalah
Utama

yang

membelenggu

masyarakat

namun

kurang

dipedulikan yaitu kesehatan. Kurangnya kesehatan lingkungan


desa Bolo salah satunya disebabkan karena pusat kesehatan
masyarakat desa kurang berfungsi secara optimal. Hal tersebut
disebabkan
kesehatan.

kurangnya
Semenjak

tenaga

medis

ditariknya

satu

yang
tenaga

menangani
medis

oleh

pemerintah kecamatan, pusat kesehatan desa hanya bertumpu


pada

seorang

bidan

yang

menangani

segala

bentuk

permasalahan kesehatan.
Tidak hanya itu, kurangnya kesehatan lingkungan desa Bolo
juga disebabkan oleh program kesehatan dari pemerintah tidak
berjalan. Program kesehatan yang direncanakan pemerintah di
desa Bolo selama ini hanya menjadi sebuah program tanpa
adanya aksi. Hal itu bisa terjadi karena kurangnya antusiasme
dan

partisipasi

masyarakat

terhadap

program

pemerintah

tersebut. Tidak ada motor penggerak yang diambil dari kelompok


masyarakat dan tidak adanya ketegasan dari pihak pemerintah
desalah yang menjadi penyebabnya.
Penyebab terakhir kurangnya kesehatan lingkungan desa
Bolo adalah organisasi kesehatan desa yang ada tidak berfungsi.

35

Terjadinya hal tersebut karena, pertama pengurus kurang paham


dengan tugas masing-masing ditambah tidak adanya sosialisasi
dari ketua pelaksana kepada anggota. Kedua, pengurus kurang
proaktif sehingga kordinasi antara pengurus tidak ada.
Dampak kurangnya kesehatan lingkungan hampir mencakup
setiap inci bagian kehidupan masyarakat desa Bolo seperti:
1. Bidang kesehatan
Desa Bolo adalah desa sehat yang jauh dari polusi. Hal itu
bisa terlihat dari alamnya yang hijau dan letaknya yang
menempati lereng gunung Wilis. Akan tetapi, akibat kurangnya
kesehatan lingkungan penyakit yang seharusnya tidak ada kini
mulai menyerang warga.
2. Bidang ekonomi
Masyarakat

desa

Bolo

adalah

masyarakat

yang

99%

menggantungkan hidup dari hasil pertanian. Rata-rata, mereka


menghabiskan 60% waktu dalam sehari di sawah. Secara
keseluruhan, penghasilan rata-rata masyarakat antara Rp. 800
sampai Rp 8.000. Akan tetapi, karena banyaknya warga yang
terserang penyakit penghasilan mereka tidak menentu. Bahkan
dalam

sehari

mereka

tidak

mendapatkan

penghasilan

sepeserpun.
3. Bidang peternakan
Hampir keseluruhan masyarakat desa Bolo mempunyai
hewan ternak. Hewan ternak tersebut merupakan harta terbesar
karena sewaktu-waktu bisa dijual jika ada kebutuhan mendadak.
Akan tetapi, kehidupan hewan ternak yang dimiliki masyarakat
mulai terancam karena banyaknya penyakit yang menyerang
hingga menyebabkan kematian.
B. Akses Jalan Yang Sulit Dan Curam

36

Secara umum pembangunan jalan di Desa bolo dirintis sejak


Tahun 1967 dan masih berupa makadam.6 Pembangunan jalan
ini dipelopiri oleh kepala desa kelima. Periode selanjutnya pada
tahun

1974

jalan

yang

dulunya

berupa

makadam

mulai

diperbaharui dengan jalan beraspal namun setelah itu tidak ada


lagi perkembangan. Hingga sekarang jalan yang diaspal hanya
terdapat di Dusun Kembang Kuning saja. Sedangkan untuk Dusun
Jajar dan Dusun Bolo masih berbentuk makadam. Padahal dua
daerah ini merupakan penghasil pertanian terbanyak. Hal ini
berdampak pada sulitnya memasarkan hasil pertanian bagi
masyarakat.
Gambar 12

Foto 9: MAKADAM. Jalan yang sulit untuk dilalui.

Selain itu, kesulitan juga dirasakan saat hendak pergi ke


dusun lain. Masyarakat yang umumnya berekonomi rendah harus
mengandalkan

kekuatan

kaki

agar

bisa

bepergian

untuk

menjenguk saudara atau ketika diundang oleh masyarakat dusun


lain. Sebenarnya sebagian warga ada yang memiliki sepeda
ontel, namun karena jalan yang harus mereka hadapi berbatu
dan curam, mereka lebih memilih jalan kaki demi keselamatan
jiwa. Sebut saja Bapak-Bapak sekretaris desa ini harus rela
berjalan kaki dari Dusun Jajar ke kantor desa di Dusun Kembang

Jalan bebatuan dan belum diaspal.

37

Kuning yang jaraknya lumayan jauh 4 km. akibat sepeda ontel


yang ia miliki tidak bisa digunakan.
Jarak yang jauh dari pasar dan jalan yang tidak bisa
dikompromi membuat kebanyakan masyarakat berpenghasilan
sedikit ini enggan pergi ke pasar. Disamping dua alasan tersebut,
masyarakat
mengangkut

juga

belum

mereka

mempunyai

kendaraan

kemana-mana.

yang

Jangankan

bisa

memiliki

kendaraan, untuk ongkos ojek pun mereka tak punya.


Masyarakat Desa Bolo berharap beberapa tahun ke depan
desa mereka sudah memiliki jalan yang layak. Meski curam,
asalkan

jalannya

enak

untuk

dilalui

itu

sudah

cukup

membahagiakan. Dengan demikian, harapan untuk maju dan


sejahtera bisa terwujud.
C. Hasil Pertanian Yang Kurang Menguntungkan
Kondisi tanah yang cocok untuk tanaman jangka panajang
tentu sangat menguntungkan bagi masyarakat Desa Bolo. Meski
panen hanya dilakukan sekali dalam setahun

namun hasilnya

melimpah ruah. Dengan hasil panen yang banyak harusnya


masyarakat desa Bolo merasa lebih sejahtera dan mempunyai
keuntungan lebih, akan tetapi pada kenyataanya hasil panen
hanya bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari bahkan tak
jarang kurang. Seperti Sunarti Handayani (29 tahun) dan Ratno
(47

tahun),

memenuhi

dalam

kebutuhan

hari

biaya

harian

yang

adalah

Rp

dikeluarkan

untuk

7.000/hari

yang

digunakan untuk membeli lauk dan bumbu-bumbu. Untuk alat


pembersih ibu dan bapak dengan 3 orang anggota keluarga ini
menghabiskan 1 buah sabun mandi dalam satu minggu, 2 buah
sabun cuci dan 1 buah pasta gigi. Jika sabun harganya Rp. 1.500,
sabun cuci Rp. 1.000 dan pasta gigi Rp. 3.500 maka kalau
dijumlah, pengeluaran Ibu Sunarti sebasar Rp. 55.000 dalam
seminggu. Jika dikalkulasi dalam sebulan biaya yang harus

38

mereka keluarkan adalah sebesar Rp. 220.000. Sedangkan


penghasilan yang mereka miliki hanya 130.000/bulan dari hasil
toko kecil-kecilan ditambah dengan

hasil penjualan cengkeh

yang hanya berkisar Rp. 16.000/kg untuk cengkeh basah dan


hanya Rp. 46.000/kg cengkeh kering.
Dengan pengeluaran yang begitu banyak dan pemasukan
yang hanya sedikit tentu masih banyak ruginya. Namun anehnya
warga tidak pernah mengeluh sebab mereka tidak pernah
menghitung

untung

ruginya.

Yang

penting

bagi

mereka

bagaimana bisa bertahan hidup sehari-hari.


Sebenarnya bagi para petani cengkeh, ketela, kebutuhankebutuhan itu mungkin saja terpenuhi tanpa harus mengalami
kerugian.
mereka

Namun
sudah

dalam

mendistribusikan

tergantung

pada

hasil

distributor

yang

pertanian,
biasanya

membeli hasil panen mereka meskipun dengan harga yang relatif


murah.
Selain itu juga sebenarnya ada kelompok-kelompok tani
seperti

GAPOKTAN

(Gabungan Kelompok

Tani) yang dapat

menampung masalah-masalah pertanian masyarakat, namun


kenyataanya

dari

musyawarah

bersama

masyarakat

untuk

mengetahui besarnya pengaruh kelompok masyarakat diketahui


bahwa Meski mayoritas penduduk desa Bolo berfrofesi sebagai
petani, GAPOKTAN atau Gabungan Kelompok Tani tidak memiliki
pengaruh besar terhadap pertanian mereka. Ini terbukti dengan
diketahuinya bahwa tidak ada tindakan konkrit dari GAPOKTAN
kepada

para

petani.

Termasuk

tidak

adanya

program

pemberdayaan petani seperti pelatihan atau semacamnya.


Selain itu, petani tetap kesulitan mendapatkan pupuk sehingga
pupuk yang tadinya bersubsidi menjadi tidak bersubsidi lagi
karena jalur distribusinya yang semakin panjang.
Secara umum diagram alur perputaran pendistribusian hasil
pertanian sebagai berikut :

39

Gambar 13
Diagram Alur Distribusi Hasil Pertanian

Gudang/Pabri

Agen

k di Ponorogo

Petani
ketela

MASYARAKAT
MASYARAKAT
BOLO
BOLO
Tengkula
k

Pemboron
g

Petani
Cengke
h
Pengep

ul
Secara garis besar terdapat dua macam bentuk jenis hasil
pertanian yang didistribusikan. Dilihat dari diagram alur, secara
umum masyarakat desa Bolo berprofesi sebagai petani terutama
petani cengkeh dan ketela yang musim panennya relatif lama
hanya bisa dilakukan satu tahun sekali.

40

Untuk ketela, pada waktu panen petani tidak perlu susahsusah memasarkan hasil kebunnya karena para pemborong
sudah mengetahui kapan waktu musim panen tiba dan siapa
pemilik kebun ketela tersebut. Dengan sendirinya pemborong
akan mendatangi petani dan memborong ketela milik petani.
Petani tidak perlu repot menimbang berat ketela yang dihasilkan
kebunnya karena pemborong akan membeli ketela petani saat
masih dalam tanah. Mengenai harga, petani memasrahkan harga
ketela milik mereka pada pemborong, sebab pemborong lebih
tahu harga dan kualitas ketela. Pada saat inilah pemborong bisa
mendapatkan harga di bawah standar yang relative sangat
murah.

Selanjutnya,

hasil

ketela

yang

telah

dibeli

oleh

pemborong akan dijual ke pabrik yang ada di Ponorogo. Tentunya


harga yang ditawarkan pemborong pada pihak pabrik lebih tinggi
dari harga ketika ia membelinya dari petani.
Sedangkan untuk pendistribusian cengkeh alurnya lebih
panjang dengan melewati beberapa komponen pasar sebelum
sampai ke pabrik atau gudang cengkeh. Tidak semua petani
cengkeh memiliki lahan yang luas untuk ditanami pohon. Itu
sebabnya banyak petani cengkeh yang memilih memanen hasil
kebun cengkehnya sendiri tanpa menggunakan jasa orang lain.
Disamping karena cengkeh yang dimiliki petani tidak banyak,
menggunakan

jasa

orang

lain

akan

membutuhkan

biaya

tambahan. Selain itu jarak tempuh dari rumah keladang cengkeh


dan ketempat penjualan cengkeh yang relative jauh juga menjadi
bahan pertimbangan bagi petani. Karena badan sudah lelah
bekerja seharian dan hasil kebunnya tidak banyak seperti ketela
yang mencapai satuan kwintal bahkan ton petani lebih memilih
hasil kebun cengkehnya dijual ke tengkulak yang menerima
dalam jumlah banyak atau sedikit dengan harga lebih murah dari

41

harga dipasaran. Beruntung bagi petani yang rumahnya dekat


dengan pengepul. Mereka akan menjual cengkehnya ke pengepul
dengan

harga

yang

lebih

tinggi

daripada

menjualnya

ke

tengkulak.
Pemborong sendiri lebih banyak mengambil atau membeli
cengkeh dari pengepul yang datang dan menjual pada mereka.
Jarak yang harus ditempuh oleh pengepul menuju ketempat
pemborong sekitar tiga kilo dengan medan naik turun gunung
dan berbelok-belok. Kadang pemborong sendiri datang langsung
ke ladang patani cengkeh dan membeli/memborong cengkehcengkeh yang belum dipetik. Masalah harga menurut Romli (48
tahun) jika dibandingkan dengan menjual cengkeh ke pengepul
hasilnya sama karena kita (petani) tidak perlu mengeluarkan
tenaga untuk memetik cengkeh dan uang yang didapat bisa
langsung diberikan dengan tunai, jelas beliau.
Hampir seluruh hasil pertanian di Desa Bolo terutama
cengkeh dan ketela dibawa ke Gudang atau pabrik di Ponorogo.
Belum ada usaha dari masyarakat sekitar untuk mengolah dan
memasarkan sendiri hasil pertaniannya. Namun masyarakat
petani Desa Bolo tetap merasa nyaman dan menerima keadan
seperti ini.
D. Tingkat Pendidikan Rendah
Maju tidaknya sebuah masyarakat bisa dilihat dari tingkat
pendidikannya. Semakin tinggi tingkat pendidikannya maka maju
pula masyarakatnya. Karena dengan pendidikkan, sumber daya
manusia akan bertambah. Begitu pula sebaliknya, jika tingkat
pendidikan

suatu

masyarakat

rendah

maka

sulit

untuk

mengalami kemajuan.
Dalam bidang pendidikan, masyarakat desa Bolo juga
masih jauh ketinggalan. Artinya, sejauh ini warga dusun Dringo

42

mayoritas adalah lulusan SD. Hal itu berdampak langsung


dengan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang notabene
adalah penerus dari tonggak pembangunan desa Bolo.
Rata-rata masyarakat desa Bolo hanya lulusan sekolah
dasar (SD). Beberapa diantaranya lulusan SMP, lulusan SMA dan
belum mengecap bangku pendidikan. Apabila diprosentasikan,
lulusan SD 70%, SMP 10%, SMA 5% dan sisanya sebanyak 15%
belum pernah merasakan dunia pendidikan.
Tahun 2010 seiring bertambahnya jumlah penduduk yang
melahirkan generasi, kesadaran akan pentingnya pendidikan
mulai tumbuh dan berkembang dimasyarakat. Terbukti atas
inisiatif masyarakat sendiri pada tahun ini telah berdiri Lembaga
pendidikan baru yaitu PAUD (Pendidikan AnakUsia Dini) dan
pembangunan gedung sekolah Taman Kanak-kanak (TK) di dusun
Kembang Kuning desa Bolo.
Namun demikian perlu diketahui pula bahwa kesadaran
yang

baru

tumbuh

mengenai

pentingya

pendidikan

bagi

generasi-generasi penerus bangsa yang ada didesa Bolo, tentu


memiliki penyebab internal dari para pengurus desa.
dari hasil diskusi dengan masyarakat tentang kelompokkelompok berpengaruh di desa dengan menggunakan diagram
venn menghasilkan 7 kelompok berpengaruh di masyarakat. 7
kelompok tersebut adalah; muslimat, PKK, kelompok arisan,
KOPWAN ,KARANG TARUNA, GAPOKTAN dan Setia Hati.
Gambar 14
Dominasi Minoritas Kelompok Masyarakat

43

Seperti yang terdapat dalam diagram, diketahui bahwa


Kelompok muslimat adalah kelompok terdekat yang kegiatannya
bisa merangkul seluruh lapisan masyarakat. Porsi kedekatan
mereka dengan masyarakat memiliki nilai terbesar. Kegiatan
mereka lebih condong dalam bidang agama agar suasana religi
di desa lebih tampak. Kegiatan yang sering dilakukan adalah
yasinan dan rebana.
Selain itu, PKK menempati posisi ke dua dalam gambar.
Untuk posisi yang ketiga yang berpengaruh yang mempunyai
dampak ke masyarakat adalah kelompok arisan. Kelompok ini
secara umum dibagi menjadi dua yaitu kelompok arisan bapakbapak/pemuda dan kelompok arisan ibu-ibu/wanita. Hampir
setiap dua minggu sekali dan tanggal-tanggal tertentu mereka
berkumpul bersama di rumah masyarakat tertentu yang menjadi
tempat pertemuan.
Kemudian KOPWANT(Kelompok Wanita Tani) adalah sebuah
perkumpulan bagi para wanita yang berprofesi sebagai petani.
Karena sebagian besar masyarakat desa Bolo berprofesi sebagai
petani yang di dominasi oleh wanita baik diladang sendiri
ataupun ladang orang lain maka berdirilah

KOPWAN yang

memberi naugan bagi mereka petani wanita.


Selain KOPWANT ada juga GAPOKTAN (Gabungan Kelompok
Tani) yang berfungsi sebagai wadah pemberdayaan masyarakat
khusunya para petani.
Selanjutnya Karang taruna, karang Taruna sudah ada dan
berdiri sejak lama di desa Bolo, namun dari segi kedekatannya,
karang Taruna hanya menempati peringkat kelima dari diagaram
diatas. Tidak ada kegiatan rutin yang dilakukan oleh kelompok ini

44

sehingga lebih terlihat kevakumannya daripada keaktifannya. Ini


disebabkan karena orang-orang yang ada didalamnya itu-itu saja
dan tidak ada regenerasi baru untuk meneruskan kepengurusan
Karang Taruna. Sehingga ide-ide segar yang diharapkan bisa
mempunyai dampak langsung kemasyarakat belum bisa terjadi.
Porsi terakhir kedekatan kelompok dengan masyarakat
dimiliki SHT atau Setia Hati Terate. Meski dulunya kelompok ini
adalah kelompok terbanyak anggotanya karena setiap laki-laki
desa pasti mengikuti kelompok ini, hal itu tidak lantas membuat
kelompok ini memiliki pengaruh besar kepada masyarakat.
Alasan kenapa kelompok ini kurang begitu dekat dengan
masyarakat karena pemuda di desa Bolo berkurang. Mereka para
pemuda banyak yang merantau keluar kota atau luar pulau
bahkan

sampai

keluar

negeri.

Semakin

berkurang

jumlah

anggotanya, maka semakin berkurang pula pengaruh kelompok


ini.
Dari pemaparan dominasi minoritas masyarakat diatas,
dapat dipahami bahwa kelompok-kelompok karang taruna yang
notabene adalah wadah bagi para generasi mudah malah
merupakan organisasi yang jauh dari masyarakat, inilah salah
satu penyebab tingkat pendidikan di Desa Bolo rendah, dengan
tidak adanya wadah yang dapat mensosialisasikan bahkan
menampung permasalahan generasi pemudah desa khususnya
mengenai pendidikan maka solusi untuk masalah pendidikan pun
tidak ada, bahkan masyarakat awam yang tidak menyadari
bahwa itu adalah sebuah masalah tetap melestarikan ketidak
pedulian mereka terhadap pendidikan yang berdampak buruk
bagi anak-anak pelanjut generasi desa Bolo.
MENGGALI HARAPAN MENUJU MASA DEPAN

45

Desa
secara

Bolo

tidak

dengan
langsung

berbagai
telah

macam

permasalahnnya

melumpuhkan

kehidupan

masyarakat dalam segala hal. Masalah-masalah itu terdiri dari


berbagai aspek yang tidak diketahui kapan akan berakhir tanpa
menggali pokok dari akar masalah tersebut. Apabila dibiarkan
maka akan muncul tunas masalah baru.
Dalam hal ini, tim KKN PAR sebagai pendamping akan
menjelaskan

beberapa

prolog

aksi

yang

dilakukan

untuk

menggali masalah-masalah dan akar masalah yang selama ini


menjadi parasit dalam kehidupan masyarakat desa Bolo.
Mengacu pada gambar pohon masalah di BAB III, maka
harapan

masyarakat untuk mengatasi kurangnya kesehatan

lingkungan terlihat pada gambar pohon harapan berikut :

46

Gambar 15
POHON HARAPAN

Mutu
Mutu
kesehatan
kesehatan

Penghasilan
Penghasilan
masyarakat
masyarakat

masyarakat
masyarakat
meningkat
meningkat

meningkat
meningkat

Kehidupan
Kehidupan
hewan
hewanternak
ternak
tidak
tidak
terancam
terancam

MENINGKATNY
MENINGKATNY
AAKESEHATAN
KESEHATAN
LINGKUNGAN
LINGKUNGAN

Organisasi
Organisasi
kes.
kes. Desa
Desa
yang
yang ada
ada
berfungsi
berfungsi

Pusat
Pusat
kesehatan
kesehatan
masyarakat
masyarakat
berfungsi
berfungsi
secara
secara optimal
optimal

Tenaga
Tenaga
medis
medis
tercukupi
tercukupi

Ada
Ada
penambah
penambah
an
an tenaga
tenaga
medis
medis dari
dari
pemerinta
pemerinta
h
h

Pengur
Pengur
us
us pro
pro
aktif
aktif

Koordinas
iKoordinas
antar
i antar
pengurus
pengurus
meningka
meningka
t
t

Program
Program
kesehatan
kesehatan
desa
desa berjalan
berjalan

Pengurus
Pengurus
paham
paham
dengan
dengan
tugas
tugas
masingmasingmasing
masing

Sosialisasi
Sosialisasi
dari
dari ketua
ketua
pelaksana
pelaksana
pd
pd
anggota
anggota
lebih
lebih
sering
sering

Masyarakat
Masyarakat
berpartisip
berpartisip
asi
asi

Ada
Ada motor
motor
penggerak
penggerak
yang
yang diambil
diambil
dari
dari
kelompok
kelompok
masyarakat
masyarakat

Ada
Ada ketegasan
ketegasan
dari
dari pihak
pihak
pemerintah
pemerintah
desa
desa

47

Bertambahnya kesehatan lingkungan bisa terwujud apabila


pusat kesehatan masyarakat berfungsi secara optimal, organisasi
kesehatan yang ada berfungsi dan program kesehatan desa
berjalan.

Pusat

kesehatan

masyarakat

bisa

dikategorikan

berfungsi secara optimal apabila tenaga medisnya tercukupi,


tidak hanya mengandalkan satu orang. Itu semua akan tercapai
jika ada penambahan tenaga medis dari pemerintah.
Setiap desa di Indonesia sebenarnya memilki organisasi
kesehatan begitu juga halnya dengan desa Bolo. Akan tetapi,
organisasi yang ada di desa Bolo tidak berfungsi. Harapannya,
organisasi

kesehatan

di

desa

Bolo

bisa

berjalan

demi

meningkatnya kesehatan lingkungan desa. Untuk mewujudkan


langkah

tersebut

dibutuhkan

pengurus

yang

proaktif

dan

pengurus yang paham dengan tugas-tugasnya masing-masing.


Pengurus yang proaktif bisa diwujudkan apabila ada kordinasi
antar pengurus. Sedangkan pengurus bisa paham dengan tugas
masing-masing

jika ada sosialisasi mengenai tugas masing-

masing pengurus dari ketua pelaksana pada anggota organisasi


kesehatan desa.
Terakhir, untuk meningkatkan kesehatan lingkungan desa
Bolo adalah program kesehatan desa yang sebelumnya tidak
berjalan harus berjalan. Hal ini bisa terwujud dengan adanya
partisipasi masyarakat. Agar masyarakat bisa berpartisipasi,
perlu adanya motor penggerak yang diambil dari masyarakat
sendiri, tidak mengandalkan perangkata desa dan diperlukan

48

adanya ketegasan dari pihak pemerintah desa terhadap warga


yang tidak menjalankan program tersebut.
Dampak

positif

apabila

kesehatan

lingkungan

desa

meningkat adalah: mutu kesehatan masyarakat meningkat,


penghasilan masyarakat meningkat dan kehidupan hewan ternak
tidak terancam. Masyarakat bisa braktifitas tanpa adanya
kendala kesehatan yang mengganggu. Sehingga tercipta desa
yang masyarakatnya sehat dan sejahtera.
A. Musyawarah Tentang Organisasi Kesehatan Desa
Setelah

resmi

dan

disetujui

oleh

semua

pihak

yang

bersangkutan, akhirnya musyawarah diputuskan dilaksanakan


pada tanggal 20 Juli 2010. Musyawarah yang dilaksanakan pada
hari Selasa itu dihadiri oleh 20 orang yang terdiri dari berbagai
lapisan

masyarakat

dan

bertempat

di

posko

KKN

sesuai

permintaan masyarakat.
Ternyata masalah yang dihadapi warga desa Bolo tidak
hanya datang dari satu sisi melainkan dari berbagai sisi. Semua
diketahui saat musyawarah berjalan sekitar tiga puluh menitan.
Semua warga ikut aktif menyumbangkan pendapatnya saat
memasuki wilayah masalah di desa. Namun, dari berbagai
masalah yang ada warga lebih menginginkan masalah kesehatan
diselesaikan pertama kali karena akhir-akhir ini banyak warga
yang terserang penyakit.
Pembahasan langsung memasuki wilayah penyebab utama
berkurangnya kesehatan lingkungan di desa Bolo. Seperti terlihat
dalam pohon masalah,

ada tiga penyebab utama kurangnya

49

kesehatan

lingkungan

sehingga

warga

memilih

program

kesehatan desa yang tidak berjalan untuk diselesaikan.


Dari

beberapa

pendapat yang

diutarakan masyarakat,

sebagaian besar masyarakat belum mengerti bahkan belum


mengetahui tentang program kesehatan yang ada di desa.
Bagaiamana bentuk dan juga kinerjanya. Mereka baru mengerti
setelah ada musyawarah bersama.
Masalah pertama, organisasi yang dibentuk untuk menaungi
masalah kesehatan di desa ternyata dibentuk bukan berdasar
hasil musyawarah bersama, melainkan oleh satu pihak saja
sehingga tidak ada satu pun dari pengurus organisasi paham
dengan tugas masing-masing. Bahkan salah satu pengurus,
Priatun (39 tahun) mengaku kalau dirinya baru tahu termasuk
salah satu pengurus saat musyawarah ini berlangsung.
Masalah kedua, tidak ada sosialisasi dari ketua organisasi
kepada pengurus sehingga rasa tanggung jawab pengurus
terhadap tugasnya tidak ada. Hal ini menyebabkan pengurus
lebih banyak diam jika ada masalah kesehatan karena tidak
mengerti apa yang harus dilakukannya. Padahal, menurut salah
satu pengurus, sebenarnya mereka mau melakukan apa saja
demi kemajuan desa, tapi karena mereka tidak tahu dengan
tugasnya mereka lebih baik diam daripada melakukan kesalahan.
Masalah ketiga, anggota dari organisasi ini lebih didominasi
oleh perangkat desa. Selain memiliki kesibukan untuk mengurusi
masalah kesehatan, mereka juga harus mengurus masalah lain
sesuai posisi mereka di desa. Ditambah para pengurus yang ratarata petani

juga harus mencari pakan untuk ternak mereka.

Akibatnya, para pengurus tidak bisa proaktif satu dengan yang

50

lainnya disebabkan oleh waktu yang tidak memadai. Ujung-ujung


berdampak pada organisasi kesehatan terbengkalai dan tidak
berjalan.
Masalah keempat, organisasi ini tidak mempunyai tempat
tetap untuk dijadikan basecamp atau kantor yang bisa melayani
masyarakat selama 24 jam. Jadi, sewaktu-waktu jika masyarakat
membutuhkan pertolongan, mereka tidak tahu harus ke tempat
siapa.

Bila

kejadiannya

seperti

itu,

masyarakat

biasanya

langsung ke rumah sakit di kota yang jaraknya jauh dari desa


dan membutuhkan waktu lama.
Musyawarah

ini

berakhir

dengan

kesepakatan

untuk

mengatasi masalah kesehatan dengan segera. Namun masalah


waktu belum bisa ditentukan karena masih menunggu hasil
musyawarah dengan para pengurus organisasi kesehatan desa.
Harapan

masyarakat

Bolo

hanya

satu,

yaitu

bagaimana

lingkungan desa kembali sehat tanpa harus mengeluarkan biaya


untuk berobat ke-sana ke-mari.
B. Sosialisasi Tugas dengan Pengurus Organisasi Kesehatan Desa
Setelah bertemu dengan ketua organisasi, tim KKN mencoba
memberikan masukan agar ketua organisasi bisa melakukan
sosialisasi dengan para pengurus. Hal tersebut tidak sia-sia
karena ketua organisasi ini mau melakukannya. Maka, pada
tanggal Agustus 2010 pertemuan dengan para anggota pun
dilaksakan.
Pertemuan dengan para pengurus akhirnya menemukan titik
terang. Organisai yang melibatkan 9 pengurus ini adalah
organisasi yang datang dari program pemerintah bernama Desa
Siaga.

Organisasi

ini

bergerak

dalam

bidang

penanganan

masyarakat seputar kesehatan dan bencana. Organisasi ini

51

berada di bawah naungan pemerintah untuk mensejahterakan


masyarakat.
Sosialisasi ini berakhir dengan keputusan pembuatan buku
panduan oleh ketua pelaksana Desa Siaga. Kedua, mengganti
beberapa

orang

pengurus

yang

sudah

tidak

ada

dengan

pengurus baru. Terakhir, untuk masalah kantor, sementara masih


bertempat di PUSKESMAS.

C. Pemecahan Masalah Kesehatan Bersama Masyarakat

Masalah tentang organisasi kesehatan desa telah berhasil


dipecahkan. Sudah ada titik terang mengenai kinerja organisasi
tersebut. Maka, untuk menindak lanjuti masalah kesehatan desa
perlu adanya bukti konkrit untuk mencegah segala dampak
negatif yang diakibatkan oleh lingkungan tidak sehat.
Muncul usul yang diutarakan oleh Bapak Turimin (36 tahun)
untuk mengadakan pengasapan atau fogging. Tujuannya untuk
mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh nyamuk. Namun, usul
ini dianggap tidak efekti karena tidak semua penyakit datang
dari nyamuk. Satu lagi, untuk bisa mendapatkan alat fogging,
warga harus mengambilnya dari Surabaya. Karena hanya dari
Surabaya-lah alat fogging bisa dengan mudah didapatkan.
Usul kedua datang dari Bapak Parjo (49 tahun) yang
mengusulkan tentang bersih-bersih desa. Alasannya, apabila
desa sudah bersih, tidak mungkin ada penyakit yang menyerang.
Nyamuk-nyamuk bisa hilang dengan sendirinya jika sarangnya
sudah dihilangkan. Namun, usul ini mengalami kendala karena
kebanyakan warga Bolo tidak mau membersihkan tempat lain
selain rumahnya sendiri, kuburan dan tempat-tempat yang
dianggap milik bersama. Ada satu hal lagi, warga yang rumahnya
jauh dari jalan tidak mau ikut membersihkan karena menurutnya,
rumah mereka tidak mungkin dilihat orang dan percuma, meski

52

sudah dibersihkan sebentar kotor lagi karena banyaknya sampah


dari daun pohon yang berserakan.
Akhirnya, karena perdebatan tak kunjung selesai dan
pendapat yang masuk bermacam-macam, maka keputusan
diambil dengan jalan voting. Hasil voting dimenangkan oleh usul
Bapak Parjo. Bersih-bersih desa sepakat dilaksanakan dua hari
sebelum tim KKN pulang.
D. Memfasilitasi Masyarakat dengan Stakeholder
Di samping permasalahan kesehatan, masih

banyak

permasalahan

segera

ditangani.

lain

Meskipun

yang

menunggu

demikian,

giliran

porsinya

untuk

tidak

sebanyak

permasalahan kesehatan. Permasalahan-permasalahan tersebut


menyangkut

pemberdayaan

sumberdaya

serta

potensi

masyarakat setempat dan pembangunan fisik. Permasalahan


pemberdayaan sumberdaya dan potensi yang ada misalnya
kurangnya

pemanfaatan

dan

pengolahan

hasil-hasil

bumi.

Sedangkan permasalahan dalam pembangunan fisik misalnya,


pembangunan jalan beraspal hingga ke dusun Bolo dan Jajar,
serta pembangunan fasilitas-fasilitas pendidikan di kedua dusun
tersebut.
Hal pertama yang diinginkan oleh masyarakat Bolo adalah
pengaspalan jalan dusun Bolo dan Jajar. Maka untuk itu, tim KKN
memfasilitasi masyarakat untuk menindak lanjutinya dengan
diskusi bersama Pegawai Negeri Sipil dari kecamatan untuk
mengetahui teknisnya. Tim KKN hanya mampu untuk mengatur
jadwal pertemuan dengan PNS dari kecamatan Kare: Bapak Eko
Sutanto (32 tahun). Untuk masalah tempat semua ditanggung
masyarakat dan dilaksanakan setelahs tim KKN pulang.
Adapun
mengenai
masalah
pembangunan

fasilitas

pendidikan dusun Bolo, semua diserahkan kepada masyarakat


dan para petinggi desa. Disepakati, mereka akan melakukan

53

pembangunan fasilitas pendidikan di hari-hari berikutnya seperti


pembangunan fasilitas gedung TK yang telah berjalan 10% di
dusun Kembang Kuning.

MENGGALI HARAPAN MENUJU MASA DEPAN


A. Bersatu Padu Membentuk Hidup Sehat
Pengorbanan untuk menciptakan lingkungan sehat oleh
masyarakat desa Bolo berlanjut dengan mengadakan bersih desa
pada tanggal 07 Agustus 2010. Masyarakat berharap, mungkin
dengan perjuangan ini semua masalah kesehatan bisa teratasi.
Tidak perlu ada sakit yang tak sembuh, tak perlu ada anak kecil
yang menderita dan tak perlu ada korban jiwa.
Gambar 16

Foto 11: KERJA KERAS. Bersih desa yang

Bersihdimulai
desa dari
dimulai
dengan
membersihkan batas desa
perbatasan
desa.
bagian timur yang berbatasan langsung dengan desa Bodag
untuk warga yang menempati kawasan RT I. Sedangkan untuk RT

54

IV,

yang

dekat

dengan

gapura

pintu

utama

desa

Bolo,

membersihkan alas sebelum memasuki desa hingga selokanselokan yang ada di pinggir jalan. Sedangkan untuk RT II, III dan
V membersihkan gorong-gorong di sepanjang jalan dalam desa,
serta membersihkan halaman-halaman rumah masing-masing.
Sisanya sebanyak 15 RT yang ada di dusun Bolo dan Jajar
membersihkan halaman rumah masing-masing karena jarak
antara rumah cukup jauh.
Bersih desa dilanjutkan dengan membersihkan bak-bak
penampungan air yang ada tiap 200 m. di sepanjang jalan desa.
Proses bersih-bersih ini hanya diikuti oleh kaum laki-laki,
sedangkan para ibu-ibu bertugas menyiapkan minum untuk para
pekerja. Bersih-bersih yang dimulai jam 07.00 ini berakhir 6 jam
kemudian.
Karena

masalah

kesehatan

adalah

masalah

yang

penyelesaiannya jangka panjang, maka dampak positif yang


dihasilkan dari bersih-bersih desa tidak bisa langsung tampak
pada saat itu. Hanya saja, harapan kedepannya bisa lebih baik.
Seperti pepatah berkata bersih pangkal sehat.
B. Pembentukan Organisasi Masyarakat Peduli Sehat
Masalah utama yang dihadapi masyarakat desa Bolo adalah
lingkungan tidak sehat yang menyebabkan banyak timbulnya
penyakit dan hal-hal negatif lainnya. Bersih-bersih desa hanya
sebagai usaha dan bukti pertama untuk mengatasi masalah
tersebut. Butuh adanya tindak lanjut agar harapan menciptakan
lingkungan sehat bisa terwujud.
Selanjutya, demi terwujudnya impian besar masyarakat
Bolo, perlu adanya tonggak besar yang menjaga agar impian itu
tidak hilang dan bisa bertlanjut. Maka, tim KKN dengan
masyarakat

perlu

rasanya

untuk

membuat

organisasi

berkelanjutan yang akan menghandle itu semua di samping

55

organisasi kesehatan yang telah ada. Tujuan organisasi ini adalah


untuk menciptakan organisasi yang tidak hanya beranggotakan
para petinggi desa melainkan masyarakat desa Bolo.
C. Pelatihan Bimbingan Tajwid Guru TPA
Anak-anak adalah bibit penerus tonggak masa depan. Jika
bibit itu ingin tumbuh dengan bagus haruslah dipupuk sejak dini.
Berawal dari itu tim KKN IAIN Sunan Ampel 1995 mulai merintis
TPA (Taman Pendidikan Al-Quran) di desa Bolo. Meski dengan
sedikit perjuangan keras akhirnya tempat belajar untuk anakanak bisa terwujud dan kegiatan belajar mengajar bisa dimulai
untuk pertama kalinya.
Gambar 17

Foto 12: SEMANGAT. Kegiatan belajar TPA

Keadaan yang sedemikian hanya berjalan beberapa bulan


saja, karena sepulangnya tim KKN dari desa Bolo keadaan
kembali seperti semula. TPA yang sudah dirintis dengan susah
payah kembali mati seperti tidak pernah ada sebelumnya.
Penyebabnya tak lain dan tak bukan karena ketiadaan tenaga
penerus dari perjuangan tim KKN 1995. Kondisi tersebut tidak
berubah selama tiga tahun hingga akhirnya muncul seorang
bapak

pindahan

asal

Bandung

yang

dengan

sukarela

menghidupkan kembali TPA yang sudah mati suri pada tahun


1998.
Dibawah asuhan Bapak Asep (40 tahun), TPA mempunyai
siswa-siswi sebanyak 30 anak. Terus bertambah dari tahun ke

56

tahun hingga akhirnya mencapai jumlah 60 anak pada tahun


2010.
Seiring dengan bertambahnya kesibukan yang dimiliki oleh
Bapak Asep salah satunya adalah pengawas TPA kecamatan,
kadang beliau tidak mempunyai waktu untuk mengurusi TPA di
desa. Maka, cara efektif untuk mengisi ketidak hadiran beliau
adalah mencarikan pengganti beliau sebagai pengajar TPA. Guru
pengganti diangkat dari siswa-siswi lulusan TPA yang sudah
cukup dewasa dan dianggap mampu dan bebrapa orang yang
dengan sukarela menawarkan tenaganya. Cara ini terbukti
membantu kelancaran proses belajar mengajar hingga akhirnya
Bapak Asep benar-benar lepas tangan dari TPA dan hanya
menjadi pengawas saja.
Namun masalah tidak hanya berhenti di situ saja, kali ini
masalah datang dari para pengajar. Mereka mengaku meski bisa
membantu, itu semua hanya sebatas huruf, harokat dan cara
membacanya.

Sedangkan

untuk

tajwid

mereka

tidak

bisa

mengajari karena mereka sendiri tidak memahaminya.


Al-Quran adalah kitab tuhan yang termasuk kategori ibadah
apabila membacanya. Bertajwid dalam membacanya adalah
keharusan. Karena jika tidak, maka bisa mengubah makna yang
terkandung di dalamnya. Mendengar pengakuan dari para
pengajar, hal ini merupakan salah satu target yang harus
dicarikan solusinya untuk menciptakan generasi masa depan
yang tidak hanya berakhlak Qurani melainkan mampu membaca
al-Quran tanpa cacat yang bisa merubah maknanya. Juga bisa
mencetak penerus yang bisa melanjutkan kelangsungan hidup
TPA.
Setelah melakukan beberapa pertimbangan dengan Bapak
Asep dan beberapa pengajar TPA Ida (28 tahun ) Dewi (30
tahun), Luluk (27 tahun) dan Prayoga (18 tahun), akhirnya
muncul kesepakatan untuk melakukan pelatihan bimbingan

57

tajwid kepada para pengajar TPA. Pelatihan dilakukan tiap sore


setelah para guru selesai mengajar TPA. Pelatihan dibimbing oleh
beberapa

orang

dari

tim

KKN

sendiri.

Hal

ini

untuk

mempermudah karena waktu untuk bimbingan hanya sekitar 15


sampai 25 menit tiap harinya sekaligus menghemat biaya
daripada harus mendatangkan pembimbing dari luar desa.
Selain itu, untuk menjaga agar hasil pelatihan tidak hilang
setelah tim KKN kembali, para guru TPA juga sepakat untuk
dibuatkan buku panduan tajwid. Buku panduan dibuat dengan
meresum beberapa buku panduan tajwid lain. Selebihnya, untuk
teknis percetakan dan perbanyakan semua diserahkan kepada
pihak TPA.
D. Mempromosikan Goa Suci
Desa Bolo merupakan desa yang kaya dengan potensi alam,
salah satunya adalah wisata alam yang ada di dalamnya. Goa
Suci adalah salah satu wisata alam yang dimiliki desa Bolo.
Wisata alam ini terdapat di dusun Djajar.
Goa suci baru ditemukan sekitar 4 tahun yang lalu tepatnya
pada bulan September 2006 oleh 4 orang Bapak yang sedang
mencari Krecekan Denu (nama sebelum menjadi Goa Suci).
Cerita bermula ketika empat orang warga berkeinginan untuk
mencari tahu Krecekan Denu (air terjun) yang mereka dengar
dari cerita mulut ke mulut. Mereka ingin membuktikan seperti
apa dan apakah benar Krecekan Denu itu ada.
Meski melewati hutan alas yang bermedan terjal dan sulit,
semangat

keempat

bapak

ini,

Bapak

Kuat,

Harjomingan,

Sumanto dan Mingan tidak luntur karena saking semangatnya


untuk menemukan Krecekan Denu. Perjuangan keempat bapak
ini ternyata tidak sia-sia, mereka akhirnya menemukan apa yang
dicari. Krecekan Denu yang membuat mereka penasaran kini

58

berada di hadapan mereka. Sebuah air terjun setinggi 10 meter


dengan indah menghiasi tebing yang ada di sisi-sisinya.

Gambar 18

Foto 13: KRECEKAN DENU. Wisata alam yang

Ceritaberubah
tidak hanya
berhenti di situ, karena salah seorang
nama menjadi Goa Suci
bapak masih penasaran dengan lubang hitam yang ada di balik
air. Meski dicegah oleh temannya yang lain karena lagi-lagi
menurut cerita mulut ke mulut lubang itu adalah sarang hewanhewan buas seperti ular dan biawak, bapak Kuat tetap memaksa
masuk. Sesampainya di dalam ternyata bukan hewan buas yang
ditemukan oleh Bapak Kuat melainkan mulut gua yang hanya
berukuran

1,5

meter

dan

hanya

bisa

dimasuki

dengan

berjongkok.
Semenjak saat itu mulailah Krecekan Denu dikenal oleh
masyarakat setempat dan mulai diperhatikan. Dan dengan cara
tiba-tiba warga menamai objek wisata alam yang memadukan
keindahan air terjun dan gua ini dengan Goa Suci. Alasannya
menurut keyakinan warga karena lubang gua berujung di tanah
suci Makkah bila ditelusuri.
Namun meski desa Bolo sudah mempunyai objek wisata
yang bisa dijadikan aset desa, ada beberapa masalah yang
mengikuti kemunculannya. Pertama, Akses menuju Goa Suci
sangat sulit bila dilewati dari desa Bolo karena banyak jalan

59

belum beraspal, menanjak dan curam. Kedua, ada akses yang


lebih gampang melalui desa tetangga, akan tetapi hal ini menuai
klaim kepemilikan atas desa tetangga. Terakhir, wisatawan yang
berkunjung ke Goa Suci sangat sedikit karena nama Goa suci
sendiri tidak terlalu familiar di telinga masyarakat umum.
Aset desa sudah di depan mata. Selanjutnya tinggal
bagaimana mengelolanya agar bisa menjadi lebih berguna di
masa depan. Maka, pada tanggal 14 Juli 2010 tim KKN bersama
Bapak Suryanto (penanggung jawab desa) Bapak Eko Sutanto
(PNS kecamatan Kare 32 tahun) Bapak Supri (55 tahun) dan
Bapak Jariyanto (51 tahun) melakukan diskusi mengenai masalah
Goa

Suci.

Mereka

sepakat

menargetkan

penambahan

pengunjung dengan cara mempromosikan dan mengiklankan


Goa suci lewat blog dan beberapa situs di internet. Alasannya
karena menggunakan jasa internet lebih cepat, murah dan bisa
mencakup seluruh masyarakat di dunia.

Sedangkan untuk

masalah pertama dan kedua, pihak desa, bapak Eko Sutanto dan
beberapa warga akan melakukan kordinasi dengan pihak terkait.
E. Pembuatan Kumpulan Doa Harian Untuk Jamaah Masjid
Masjid merupakan pusat kegiatan keagamaan di desa Bolo
karena

mayoritas

penduduknya

adalah

muslim.

Geliat

keagamaan selalu terlihat saat memasuki waktu sholat. Meski


dalam jumlah sedikit, sholat jamaah selalu terlaksana di masjid
yang hanya berukuran 6x7 m ini. Masjid Nurul Jannah memiliki
jadwal talim atau ceramah setiap selesai sholat maghrib yang
dipimpin oleh imam jamaah. Sebuah jadwal yang jarang dimiliki
oleh masjid-masjid lain. Tujuan diadakannya ceramah keislaman
setiap habis maghrib menurut bapak Dahlan, imam masjid (43
tahun) untuk memupuk ajaran al-Quran dalam jiwa para jamaah
yang 70% masih memegang tradisi nenek moyang.

60

Setelah berdiskusi dengan jamaah dan takmir masjid, akhirnya


diputuskan
berisikan

untuk
tentang

membuat
amal-amal

kumpulan
baik

hadits-hadits

nabi.

Tujuannya

yang
agar

masyarakat bisa mencontoh sifat kebaikan nabi tanpa harus


menunggu ceramah setiap habis maghrib. Dengan adanya buku
kumpulan amal-amal baik nabi masyarakat bisa lebih mengenal
agama demi teciptanya baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur.

CATATAN AKHIR

61

REFLEKSI PROSES PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT DESA BOLO
Masyarakat desa Bolo merupakan masyarakat desa yang
masih memegang teguh tradisi dan budaya. Sederhana dan
murninya pola pikir mereka membuatnya tidak pernah mengeluh
dengan keadaan. Sikap ikhlas yang mereka terapakan membuat
kehidupan bermasyarakat menjadi lebih bermakna. Gambar
nyata sebuah kehidupan yang penuh dengan kedamain.
Lingkungan sekitar yang sehat sangat berpengaruh bagi
kehidupan masyarakat Bolo. Segala sesuatu yang mereka
kerjakan semua kembali pada lingkungan. Namun, apabila
lingkungan tempat mereka mengadu hidup sudah mengancam
kehidupan mereka, tidak ada yang bisa diperbuat kecuali
mengembalikan

lingkungan

tempat

hidup

mereka

seperti

semula.
Lingkungan tidak sehat yang sekarang mereka tempati
membuat

aktifitas

rutin

mereka

menjadi

terganggu

dan

membuat kemunduran dalam berbagai aspek. Lingkungan tidak


sehat pula membuat angka kematian bertambah dan ekonomi
masyarakat tidak menentu. Hal lain yang menjadi penyebab
adalah karena masyarakat desa Bolo merupakan masyarakat
yang selalu menunggu perintah dari atasan meski dalam hati
mereka terbersit keinginan untuk melakukan.
Selanjutnya, apabila kesehatan lingkungan sehat tercipta,
apakah masyarakat Bolo bisa merubah kehidupan mereka
menjadi lebih baik? Perlu adanya penelitian lanjutan untuk
mengetahui permasalahan desa Bolo dan jalan keluarnya secara
mendalam. Tidak cukup hanya dengan penglihatan sekejap.

62

Karena

tindakan

yang

berdasarkan

atasa

meraba-raba

cenderung pada membuat masalah tanpa ada pemecahan.


Porsi pertama masalah yang harus segara diatasi di desa
Bolo adalah pembangunan fisik desa. Alasan utamanya karena
hal tersebut merupakan media untuk memperlancar aspek-aspek
lain yang ada di desa. Aspek pembangunan merupakan bagian
yang vital untuk mencetak Sumber Daya Manusia yang baik.
Sedangkan

aspek

ekonomi

untuk

terpenuhinya

kebutuhan

masyarakat sehari-hari.
Kendala yang paling terlihat dari pembangunan adalah
akses jalan yang tidak nyaman. Desa bolo yang kaya akan hasil
alam dan potensi wisata seharusnya menjadi desa maju yang
kebutuhan masyarakatnya terpenuhi menjadi terhambat. Sejauh
ini,

desa

Bolo

hanya

menunggu

uluran

tangan

untuk

meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat.


Desa bolo adalah desa yang permasalahannya tidak sama
dengan desa lain. Menyakapi masalah di desa Bolo seharusnya
menggunakan konsep bottom-up yaitu langkah penelitian yang
dilakukan dari masyarakat terlebih dahulu. Tujuannya untuk
mengetahui bahwa masalah itu benar-benar dibutuhkan oleh
masyarakat untuk diselesaikan. Pendampingan yang dilakukan
oleh tim KKN PAR IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA menemukan
sedikit fakta tentang permasalahan desa Bolo. Bilaman proses
penelitian

lebih

panjang,

kemungkinan

penyelesaian

permasalahan masyarakat bisa lebih cepat dan mendapatkan


hasil yang sempurna.
Di desa Bolo juga terdapat potensi wisata alam yang butuh
untuk dikembangkan yaitu Goa Suci. Apabila bisa dikembangkan,

63

memungkinkan untuk mengangkat kesejahteraan masyarakat.


Namun, karena akses jalan nyaman yang tak kunjung ada,
kemungkinan tersebut menjadi terhambat. Apakah yang melatar
belakangi tidak adanya akses jalan ke Goa Suci? Hal ini perlu
penelitian yang mendalam demi terciptanya masyarakat

desa

Bolo yang sejahtera.

64

65

Anda mungkin juga menyukai